Anda di halaman 1dari 29

[DOCUMENT TITLE]

HAK PASIEN DAN KELUARGA

RUMAH SAKIT PERMATA KELUARGA


JABABEKA
2022
Lampiran : Keputusan Direktur RS Permata
Keluarga Jababeka
Nomor : 046/SK-DIR/RSPKJ/X/2022
Tanggal : 10 Oktober 2022
Tentang : Pemberlakuan Panduan Hak Pasien
BAB I Dan Keluarga

DEFINISI

A. Latar Belakang

Bahwa sudah tidak bisa dipungkiri lagi Dimana kemajuan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan kebutuhan

manusia, yang salah satunya diantaranya dibidang teknologi informasi. Informasi

menjadi kebutuhan pokok setiap orang dalam rangka pengembangan pribadi di

lingkungan sosialnya.

Di bidang pelayanan kesehatan di rumah sakit ada 3 pelaku utama yang berperan,

yang asing asing mempunyai hak dan kewajiban. Ketiga pelaku utama tersebut adalah

pasien, dokter dan rumah sakit. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut, telah

ditentukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain undang-undang

Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009, permenkes No.YM.01.04.3.5.2504 tentang

pedoman hak dan kewaiban pasien, Dokter dan Rumah Sakit.

Mengacu kepada UU KIP tersebut, maka sudah seharusnya pelaku utama pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit yaitu pasien, dokter dan rumah sakit secara terbuka

mengetahui hak dan kewajibannya asing-masing yang mungkin selama ini belum

diketahui secara utuh. Berikut Hak dan Kewajiban Pasien tersebut:

1. Tujuan

Tujuan dari panduan ini adalah sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman bagi dokter dan pasien akan hak-hak dan kewajibannya sehingga

dapat dihindari terjadinya malapraktek kedokteran.


2. Sasaran

Sasaran buku pedoman ini adalah dokter dan pasien serta masyarakat yang

melakukan konsultasi dan memperoleh pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup

Panduan hak asasi manusia bagi dokter dan pasien mempunyai ruang lingkup

sebagai berikut:

a. Panduan bagi dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan tugas praktek

kedokteran.

b. Panduan bagi pasien yang melakukan konsultasi dan pelayanan kesehatan.

B. Pengertian

1. Hak Asasi Manusia alah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

hukum dan pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan

harkat dan martabat manusia.

2. Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak

dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.

3. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau

sekelompok orang termasuk aparat negara baik sengaja maupun tidak disengaja

atau kelalaiannya yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang

yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatakan atau dikhawatirkan

tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan

hukum yang berlaku.


4. Praktisi kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan

dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan secara

profesional.

5. Dokter dan dokter gigi adalah, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi

spesialis lulusan pendidikan kedokteran gigi baik di dalam maupun diluar negeri

yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

6. Pasien adalah setiap orang melakukan konsultasi masalah kesehatan yang

diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter

gigi.

7. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelengaraan upaya

pelayanankesehatan yang dapat digunakan untuk praktisi kedokteran atau

kedokteran gigi.

8. Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah satu pekerjaan kedokteran atau

kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan satu keilmuan , kompetensi yang

diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang dan kode etik yang bersifat

melayani masyarakat;

9. Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan persatuan

dokter gigi Indonesia untuk dokter gigi.

10. Kode etik kedokteran Indonesia adalah norma yang berlaku bagi dokter dan

dokter gigi dalam menjalankan profesinya sebagaimana tercantum dalam kode

etik asing-masing yang telah di tetapkan oleh menteri kesehatan.

11. Konsili kedokteran Indonesia adalah satu badan otonom, mandiri, nonstruktural

dan bersifat independen yang terdiri atas konsil kedokteran dan konsili kedokteran

gigi.
12. Majelis kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang

berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan

dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan

menerapkan sanksi;

13. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang

dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktek kedokteran di seluruh

Indonesia setelah lulus uji kompetensi;

14. Registrasi adalah pencatatab resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah

memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya

serta diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya.

15. Surat Tanda Registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan

oleh konsil kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah

diregistrasi.

16. Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien

atau keluarga terdekat setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai

tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan terhadap pasien.

17. Keluarga terdekat adalah suami atau isteri, ayah atau ibu kandung, anak kandung,

saudara-saudara kandung atau pengampunya.

18. Tingkatan kedokteran atau kedokteran gigi adalah satu tindakan medis berupa

preventif, diagnostik, terapeutik atau Rehabilitation yang dilakukan oleh dokter

atau dokter gigi terhadap pasien.

19. Tindakan invasi adalah tindan medik yang langsung dapat mempengaruhi

keutuhan jaringan tubuh.


20. Tindakan kedokteran yang mengandung resik tinggi adalah tindakan medis yang

berdasarkan tingkat probabilitas tertentu dapat mengakibatkan kematian atau

kecacatan.

21. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien

22. Malapraktek Kedokteran adalah kegagalan dokter untuk memenuhi standar

pengobatan dan perawatan terhadap pasien atau adanya kekurangan keterampilan

atau kelalalaian dalam pengobatan dan perawatan yang menimbulkan cedera pada

pasien.
BAB II

RUANG LINGKUP

Pada saat pasien masuk rawat inap, petugas pendaftaran rawat inap akan memberikan

formulir pemberian informasi dan persetujuan umum (general Conset) untuk menerima

pelayanan kesehatan, Di dalam formulir tersebut terdapat hak dan kewajiban pasien. Terdapat

12 point yang terdapat dalam formulir tersebut. Petugas pendaftaran rawat inap akan

menjelaskan secara garis besar pon-point tersebut, setelah selesai menjelaskan kepada

pasien/keluarga/penanggung jawab pasien membubuhkan tanda tangan, juga pemberi

informasi (petugas pendaftran) Rumah Sakit Permata Keluarga Jababeka.

Pasien dan keluarga bisa mendapatkan informasi hak pasien dan keluarga dari petugas

pendaftran rawat inap atau supervisor jika di perrlukan.


BAB II

TATA LAKSANA

A. KEWENANGAN, KEWAJIBAN, DAN HAK DOKTER DALAM PELAYANAN

KESEHATAN

1. Kewenangan Dokter

a. Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi dari konsili

Kedokteran Indonesia berwenang untuk mewawancarai pasien. Memeriksa

fisik dan mental, menentukan pemeriksaan penunjang serta menegakkan

diagnosis tentang penyakit yang diderita sipasien.

b. Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki Surat Tanda registrasi dari konsili

Kedokteran Indonesia berwenang untuk menentukan pelaksanaan dan

pengobatan pasien serta melakukan kedokteran atau kedokteran gigi;

c. Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi dari konsili

Kedokteran Indonesia berwenang untuk menulis resep obat dan alat kesehatan

serta menulis surat keterangan dokter atau dokter gigi;

d. Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi dari konsili

Kedokteran Indonesia berwenang untuk menyimpan obat dan alat kesehatan

dalam jumlah da jenis yang praktik didaerah terpencil dan tidak ada apotik.

2. Kewajiban Dokter

a. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

mematuhi peraturan rumah sakit sesuai hubungan hukum matra dokter

tersebut dengan rumah sakit.


b. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien yang sesuai dengan jenis

dan strata sarana pelayanan kesehatan.

c. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

merujuk pasien ke dokter lain atau rumah sakit lain yang memiliki keahlian

atau kemampuan yang lebih baik, apabila ia tidak mampu melakukan sesuatu

pemeriksaan atau pengobatan.

d. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

memberika kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan

dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan.

e. Dokter dan Dokter gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien (menjaga

kerahasian pasien)bahkan setelah pasien meninggal dunia.

f. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

melakukan pertolongan darurat dasar perikemanusiaan, kecuali ia yakin ada

orang lain yang bertugas dan mampu melaksanakan.

g. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

meminta pesetujuan pasien atau keluarganya ketika hendak melakukan

tingkatan kedokteran atau kedokteran gigi.

h. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

membuat catatan rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan

dengan keadaan pasien.


i. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

atau kedokteran gigi

j. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

memenuhi hal-hal yang telah disepakati /perjanjian yang telah dibuatnya.

k. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal balik

dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

l. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib dalam

melakukan praktisi kedokteran praktisi kedokteran di Indonesia wajib

memiliki surat tanda registrasi dokter gigi.

m. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan di Indonesia

wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter

gigi.

n. Dokter dan Dokter Gigi yang berhalangan menyelengarakan praktisi

kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter

gigi pengantin.

o. Dokter dan Dokter gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

menyelengarakan kendali mutu dan kendali biaya dalam memberikan

pelayanan kesehatan.

p. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan wajib

menjungjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah Dokter dan Kode

Etik Kedokteran Indonesia.

3. HAK DOKTER
a. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak

memperoleh perlindunagn hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai

dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.

b. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak

memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur

operasional serta berdasarkan hak otonomi dan kebutuhan medis pasien yang

sesuai dengan jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.

c. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak untuk

menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan, profesi dan etika

d. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak untuk

mengakhiri atau menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien apabila

hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerja sama

yang baik dan tidak mungkin diteruskan lagi dan wajib menyerahkan pasien

kepada dokter lain, kecuali untuk pasien gawat darurat.

e. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak atas

privacy (per hak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien

dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memmalukan)

f. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak

memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.

g. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak atas

informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak

puas terhadap pelayanannya

h. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak untuk

diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun oleh pasien.
i. Dokter dan Dokter Gigi dalam menjalankan pelayanan kesehatan berhak

mendapatkan imbalan jasa profesi yang diberikan berdasarkan perjanjian dan

atau ketentuan atau perqaturan yang berlaku dirumah sakit

B. Hak dan kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Medis

1. Hak Pasien

Hak pasien adalah munurut undang-undang Rumah sakit no.44 Tahun 2009 pada

pasal 32 adalah setiap pasien mempunyai Hak :

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

Rumah Sakit.

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien

3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi

4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan medis,

standar profesi dan standar prosedur operasional

5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari

kerugian fisik dan materi

6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan peraturan

yang berlaku di Rumah Sakit.

8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang

mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di Luar Rumah

Sakit

9. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk data-

data medisnya (isi rekam medis).

10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan tindan medis, alternatif tindan,risiko dan komplikasi yang mungkin


terjadi dan prognosis terhadap tindan yang dilakukan serta perkiraan biaya

pengobatan:

11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh

tenaga kesehatan terhadap tindan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

terhadap penyakit yang dideritanya.

12. Didampingi keluarganya atau penasehatnya dalam keadaan kritis atau

menjelang kematian.

13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama

hal itu tidak menganggu pasien lainnya.

14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di

Rumah Sakit.

15. Mengajukan usul,saran,perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap

dirinya.

16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya.

17. Mengugat atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan Standar baik secara perdata

atau pun pidana.

18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Kewajiban pasien

1. Mematuhi peraturan yang berlaku dirumah sakit permata keluarga jababeka

2. Menugunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab.


3. Mengehormati hak-hak pasien, pengunjung, dan hak tenaga kesehatan serta

petugas lainnya yang bekerja dirumah sakit.

4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap, dan akurat sesuai kemampuan dan

pengetahuannya tentang masalah kesehatannya.

5. Memnerikan informasi mengenai kemampuan financial dan jaminan kesehatan

yang dimilikinya.

6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan

dirumahsakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah

mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Menerima segala konsekuensi atau keputusan pribadinya untuk

menolakrencana terapi yang direkoemndasikan oleh tenaga kesehatan dan atau

tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka

penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya.

8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

C. Persetujuan Tindakan Kedokteran sebagai Pra Tindakan Medis.

1. Apakah Persetujuan Tindakan Kedokteran

Persetujuan Tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien

atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai

tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan terhadap pasien.

2. Informasi apa saja yang harus diberikan dokter kepada pasien:

a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran, meliputi

 Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis.

 Diagnosis penyakit: atau dalam hal sebelum dapat ditegakan maka

sekurang-kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding.


 Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya

tindakan kedokteran.

 Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan

tindakan.

b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan, meliputi:

 Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif,

diagnostik, terapeutik ataupun Rehabilitation.

 Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan

sesudah tindakan serta efek samping atau ketidaknyaman yang mungkin

terjadi.

 Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing

alternatif tindakan.

 Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan

darurat akibat resiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga

lainnya

c. Alternatif tindakan lain dan resikonya

d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;

 Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum.

 Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat

ringan

 Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya.

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, meliputi:

 Prognosis tentang hidup-matinya

 Prognosis tentang fungsinya

 Prognosis tentang kesembuhan


f. Perkiraan pembiayaan

3. Kapan persetujuan Tindakan Medis dilakukan:

 Dalam setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien

 Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi

 Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran yang

tidak terdapat indikasi sebelumya untuk menyelamatkan jiwa pasien.

4. Siapa yang berhak memberikan persetujuan.

Pasien yang kompeten atau keluarga terdekat suami atau istri, ayah atau ibu

kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunnya.

5. Tata cara Pemberian Persetujuan.

 Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus

mendapat persetujuan secara tertulis atau lisan dan diberikan setelah pasien

mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran

yang dilakukan.

 Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh

persetujuan tertulis yang tertuang dalam formulir khusus yang ditanda tangani

oleh yang berhak memberikan persetujuan.

 Dalam keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien dan atau

mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindak kedokteran.

 Tindakan penghentian atau penundaan bantuan hidup pada seorang pasien

harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien setelah mendapat

penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan.

 Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh

yang memberi persetujuan secara tertulis sebelum dimulainya tindakan.

6. Penolakan Tindakan Kedokteran.


 Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan atau

keluarga terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindan kedokteran

yang akan dilakukan. Penolakan tindakan kedokteran tersebut dilakukan secara

tertulis.

 Akibat penolakan tindakan kedokteran menjadi tanggung jawab pasien

 Penolakan tindakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter

dan pasien.

7. Tanggung Jawab

 Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapatkan persetujuan

menjadi tanggung jawab dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan

kedokteran.

 Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan

tindakan kedokteran.

Skema pelaksanaan persetujuan kedokteran

pasien pasien

Informasi

Mempertimbangkan/
memutuskan

pasien pasien

pasien pasien
1. Pasien pergi ke dokter atau rumah sakit

2. Dokter atau Rumah Sakit memeriksa pasien, menegakkan diagnosa untuk kemudian

menetapkan terapinya (misalnya: pasien harus dibedah karena menderita apendisitis)

3. Dokter memberikan informasi atau penjelasan tentang:

 Diagnosis dan tata cara tindakan medis

 Tujuan tindan medis yang dilakukan

 Alternatif tindakan lain dan resikonya.

 Resik dan komplikasi yang mungkin terjadi dan

 Prognosis

4. Pasien sesudah mendengar informasi dokter lalu mempertimbangkan dan

memutuskan

5. Jika setuju, menandatangani formulir konsen murni

6. Jika tidak setuju, diminta menandatangani surat penolakan, jika tidak mau

menandatangani surat penolakan, jika tidak mau menandatangani beri catatan medis

bahwa pasien menolak walaupun sebelumnya sudah diberitahukan informasi.

D. Rekam Medik Sebagai Dokumen Hukum.

1, Apa Itu Rekam Medis

Rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien (permenkes No.269/Menkes/per/III/2008).

2. Apa Saja Isi Rekam Medis.

a. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:


 Identitas pasien

 Tanggal dan waktu

 Hasil amnesia mancakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit

 Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik

 Rencanaan penatalaksaan

 Pengobatan dan /atau tindakan.

 Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

 Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan

 Persetujuan tindakan bila diperlukan.

b. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat;

 Identitas pasien

 Tanggal dan waktu

 Hasil amnesia mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit

 Diagnosis

 Rencana penatalaksanaan

 Pengobatan dan atau tindakan

 Persetujuan tindakan bila diperlukan:

 Catatan observasi klinis dan hasil

 Pengobatan

 Ringkasan pulang

 Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan

 Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu.


 Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik dan

c. Isi rekaman medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat:

 Identitas pasien

 Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan

 Identitas pengantar pasien

 Tanggal dan waktu

 Hasil amnesia mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit.

 Haul pemeriksaan fisik dan penunjang medik

 Diagnosis

 Pengobatan dan atau tindakan

 Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat

dan rencana tindak lanjut

 Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan

 Sarana transportasi yang digunakan pasien yang akan dipindahkan ke sarana

pelayanan kesehatan lain

 Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

3. Tata cara penyelanggarakan Rekam Medis

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktisi kedokteran wajib

membuat rekam medis dengan segera dan dilengkapi setelah pasien menerima

pelayanan.

2. Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan

pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan

lain yang telah diberikan kepada pasien


3. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan

tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.

4. Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis

dapat dilakukan pembetulan dan hanya dapat dilakukan dengan cara

pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf

dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan yang bersangkutan.

5. Dokter dan dokter gigi dan atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab

atas catatan dan atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.\

6. Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan

dalam rangka penyelenggarakan rekam medis.

4. Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasian Rekam Medis

1. Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-

kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir

pasien berobat atau dipulangkan dan setelah batas waktu terlampaui rekam

medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan pesetujuan tindakan

medis.

2. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis harus disimpan untuk

jangka waktu 10 (sepuluh)tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan

tersebut

3. Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang dilaksanakan oleh petugas

yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

4. Rekam medis pada sarana kesehatan non rumah sakit wajib disimpan untuk

jangka waktu 2(dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat dan

setelah itu dapat dimusnahkan.


5. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemerikasan

dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiannya oleh dokter, dokter

gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana

pelayanan kesehatan

6. Informasi tentang identas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan

dan riwayat pengobatan dapat dibuka dengan permintaan secara tertulis

kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan, dalam hal:

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien

b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum atas permintaan pengadilan.

c. Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri

d. Permintaan institusi atau lembaga berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan

e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang tidak

menyambutkan identitas pasien.

f. Penjelasan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter gigi yang

merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan

perundang-undangan.\

g. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis

secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

5. Kepemilikan, pemanfaatan dan Tanggung Jawab dalam Pelaksanaan Rekam

Medis.

1. Berdasarkan rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan

2. Isi rekam medis dalam bentuk ringkasan rekam medis merupakan milik pasien
3. ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau

orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien

yang berhak untuk itu.

E. Perbedaan antara kecelakaan medis, resik medis, kesalahan medis dan kelalaian

medis

1. kecelakaan Medis (Medical Misadventure)

Kecelakaan medis merupakan satu keadaan yang tidak terduga, tindakan yang tidak

disengaja (Oxford Illustrated Dictionary;1975 ) sehingga mengakibatkan kerugian

bagi pasien. Kecelakaan medis sangat berbeda dengan kelalaian medis perbuatan

yang dilakukan dapat dipersilahkan sedangkan kecelakaan medis perbuatan yang

dilakukan dapat dipersalahkan, asalkan kecelakaan medis tersebut merupakan

kecelakaan murni dan dilakukan tidak dengan sengaja. Tegasnya dalam kecelakaan

medis mengandung tiga unsur yaitu tidak dapat dipersilahkan (Verwijtbaarheid),

tidak dapat dicegah (Vermijdbaardheid),dan terjadinya tidak dapat diduga

sebelumnya (Voorzienbaarheiud).

2. Resiko Medis (Mediccal Risk)

Resiko medis adalah resik yang timbul sebagai akibat dari proses tindakan

medisyang dilakukan kepada pasien. Apabila dalam praktisi, dokter sudah

melakukan tindakan medis secara hati-hati dan teliti menurut standar profesi medis

maka dokter yang bersangkutan tidak dapat dipersilahkan. Resik yang dapat diterima

sebagai resik medis adalah sebagai berikut:

a. Risiko yang derajat probabilitas dan keparahannya cukup kecil, dapat

diantisipasi, diperhitumgkan atau dapat dikendalikan, misalnya efek samping

obat , perdarahan dan infeksi pada pembedahan ,dan lain-lain


b. Risiko yang derajat probabilitas dan keparahannya besar pada keadaan

tertentu,yaitu apabila tindakan medis yang neresiko tersebut dilakukan karena

merupakam satu-satunya cara yang harus ditempuh(The only Bay), terutama

dalam keadaan gawat darurat.

3. Kesalahan medis (Medical Mistake)

Kesalahan medis adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan

termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya satu rencana atau mengiakan rencana

yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat sebagai akibat melaksanakan satu

tindakan (Commission atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

(omission)

4. Kelalaian Medis( Medical Negligance)

Kelalaian adalah kegagalan seorang dokter untuk bersikap hati-hati yang umumnya

seorang dokter lain pada keadaan wajar dan berhati-hati akan melakukan di dalam

keadaan tersebut sehingga menimbulkan kerugian bagi pasien. Untuk menentukan

adanya kelalaiannya dokter harus terpenuhi 4-D yaitu: apakah dokter dan dokter

gigi menjalankan sesuai tugasnya (Duty), apakah ada penyimpanan terhadap

tugasnya (dereliction of Dur), apakah ada kerugian (damage), dan apakah ada

hubungan sebab-akibat antara tindakan dan kerugian yang ditimbulkan (direct

caution).

F. Malpraktek Medis dan Penyelesainnya

1. Apakah malapraktek Medik adalah kegagalan dokter untuk memenuhi standar

pengobatan dan perawan terhadap pasien atau adanya kekurangan keterampilan atau

kelalaian dalam pengobatan dan perawatan yang menimbulkan cedera pada pasien.

2. Bagaimana Penyelesaian Kasus Malpraktik Medis


Penyelesaikan kasus malapraktek medik dapat dilakukan melalui dua jalur yaitu

irigasi (pengadilan) dan nun irigasi (mediasi), dalam jalur irigasi pihak yang

dirugikan dapat menempuh upaya konsiliasi, negosiasi, mediasi ataupun upaya

penyelesaian sengketa lainnya yang dipilih oleh pihak yang berpekara. UU No.29

Tahun2004 tentang praktisi kedokteran menyatakan bahwa penyelesaian sengketa

media antara pasien dan dokter diputuskan oleh majelis kehormatan. Disiplin

kedokteran Indonesia (MKDKI) namun upaya tersebut tidak secara Erta

merelatifkan upaya dari pihak yang dirugikan untuk melakukan upaya hukum pidana

atau perdata. Dalam hal tuntutan hukum tersebut diajukan melalui proses hukum

pidana, maka pasien cukup melaporkannya kepada penyidik dengan menunjukan

bukti-bukti pemulaan atau alasan-alasannya. Selanjutnya penyidiklah yang akan

melakukan penyelidikan dengan melakukan tindakan-tindkan kepolisian, seperti

pemeriksaan dokumen (rekam medis di satu sisi, standar dan petunjuk disisi

lainnya), serta pemeriksaan para saksi dan tersangka, pemeriksaan dokumen(rekam

medis di satu sisi, standar dan petunjuk disisi lainnya), serta pemeriksaan saksi ahli.

Visum Te repertum mungkin saja dibutuhkan penyidik. Berkas hasil pemeriksaan

penyidik disampaikan kepada jaksa penuntut umum untuk dapat disusun

tuntutannya. Dalam hal penyelidik tidak menemukan bukti yang cukup maka akan

dipikirkan untuk diterbitkannya SP3 atau penghentian penyelidikan. Sedangkan

dalam hal gugutan secara perdata, pihak yang dirugikan cukup mengajukan gugatan

di wilayah pengadilam negeri tergugat. Dalam proses pengadilan umumnya ingin

dicapai satu putusan tentang kebenaran satu gugatan berdasarkan bukti-bukti yang

sah (rightbased) dan kemudian putusan tentang jumlah uang ganti rugi yang ‘layak’

dibayar oleh tergugat kepada pengugat. Dalam menentukan putusan benar salahnya

satu perbuatan, hakim akan membandingkan perbuatan yang dilakukan dengan satu
norma tertentu, standar, ataupun satu keputusan tertentu, sedangkan dalam memutus

besarnya ganti rugi hakim akan mempertimbangkan kedudukan sosial-ekonomi

kedua pihak (pasal 1370-1371 KUH Perdata). Apabila dipilih proses di luar

pengadilan (Alternativ Dispute Resolution), maka kedua pihak berupaya untuk

mencari kesepakatan tentang penyelesaian sengketa (mufakat).

Permufakatan tersebut dapat di capai dengan pembicaraan kedua belah pihak secara

langsung (konsilisiasi atau negosiasi), ataupun melalui fasillitasi, mediasi, dan

arbitrase, atau cara-cara kombinasi. Fasilitator dan mediator tidak membuat putusan,

sedangkan Arbitration dapat membuat putusan yang harus dipatuhi kedua belah

pihak. Dalam proses mufakat ini di upayakan menacari cara penyelesaian yang

cenderung berdasarkan pemahaman kepentingan kedua pihak (Intertest-based), bin-

win Solutions), dan bukan Rights-based. Hakim pengadilan perdata umumnya

menawarkan perdamaian sebelum dimulainya persidangan, bahkan akhir-akhir ini

hakim memfasilitasi dilakukannya mediasi oleh mediator tertentu. Adapun skema

penyelesaian kasus malapraktek berikut.

pasien Rumah Sakit perawatan

Cacat/meninggal: diduga malapraktek medik

Mediasi: bertemu dengan dokter atau Puas


komite Hukum/Medik RS

selesai

Tidak Puas

MKDKI Upaya Hukum ADR:Melalui BANI

Bantuan Pihak Ketiga Ketiga :


BAB IV
DOKUMENTASI

Formulir yang diperlukan dalam pedokumntasian yang menyangkut hak pasien dan keluarga

adalah sebagai berikut:

1. General Concent

2. Formulir permintaan bimbingan Kerohanian

3. Formulir Persetujuan dan penolakan pelayanan kerohanian (berlaku form

persetujuan/penolakan )

4. Formulir perlindungan barang milik pasien (for barang milik )

5. Formulir asesment kebutuhan privasi pasien

6. Formulir asesmen barang milik pasien

7. Formulir asesmen kelompok yang rentan terhadap kekeran fisik

8. Formulir tindakan kedokteran. (dokumen inform Condet)


9. Formulir asesment pasien tahap terminal

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

1. Achadiat, Crisdino, Dinamika Etika dan Hukum kedokteran Dalam Tantangan jaman.

Jakarta:EGC,2006

2. Anonim.Himpunan Etika Profesi”Berbagai Kode Etik Asosiasi di Indonesia”. Yogyakarta:

Pustaka Yudistira,2006

3. Medical Error dan Hukum Medis. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2005.

4. Isfandyarie, Anny. Malpraktek dan Resiko Medik dalam kajian Hukum Pidana. Jakarta :

Pustaka Publisher,2005.

5. Tanggung Jawab hukum dan sanksi bagi Dokter (Buku I). Malang : Prestasi Pustaka

Publisher, 2006.
6. Afandi, Fachrizal. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter (Buku II). Malang :

Prestasi Pustaka Publisher, 2006.

7. Johan Nasution, Bahder. Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter. Jakarta : Rineka

Cipta, 2005

8. Kaligis, OC. Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana .

Bandung: Alumni,2006

INTERNET

1. Anonim. Perkembangan Rumah Sakit dan Komite Etik Dalam Upaya Mencegah

Krisis Malpraktek.www.waspadaonline.com,2006

2. MKDKI berwenang Tangani Kasus Malpraktek. www.tempointeraktif.com,2005.

3. Ardianingtyas dan Tambubolon, M. Charles. Kesehatan Diagnosis Dokter Tergolong

Malpraktek atau kelalaian Medik_kah.www.hukumonline.com

4. Simanuntak Josmar. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004, Peringatan Bagi Dokter

Agar Lebih Berhati-hati.www.sibononline.com.

Anda mungkin juga menyukai