TINDAKAN KEDOKTERAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait langsung dengan, mutu
pelayanan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik
dan moral tinggi, keadilan dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan.
Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima adalah tersedianya pelayanan
medis oleh dokter dan dokter gigi dengan kualitasnya yang terpelihara sesuai dengan amanah
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam penyelenggaraan
praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi wajib mengacu pada standar, pedoman dan
prosedur yang berlaku sehingga masyarakat mendapat pelayanan medis secara profesional dan
aman.
Sebagai salah satu fungsi pengaturan dalam UU Praktik Kedokteran yang dimaksud adalah
pengaturan tentang rekam medis yaitu pada Pasal 46 dan Pasal 47.
Permasalahan dan kendala utama pada pelaksanaan rekam medis adalah dokter dan dokter gigi
tidak menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam medis, baik pada sarana pelayanan
kesehatan maupun pada praktik perorangan, akibatnya rekam medis dibuat tidak lengkap, tidak jelas
dan tidak tepat waktu
Karena itu, diperlukan acuan rekam medis penyelengg araan praktik kedokteran yang berkaitan
dengan aspek hukum yang berlaku puskesmas,
Rekam medis merupakan hal yang sangat menentukan dalam menganalisa suatu kasus sebagai alat
bukti utama yang akurat.
1. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien,
hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
2. Isi Rekam Medis
a. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya.
b. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain foto rontgen, hasil
laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya
c. Jenis Rekam Medis
a. Rekam medis konvensional
b. Rekam medis elektronik
3. Dokter atau dokter gigi adalah dokter ,dokter spesialis,dokter gigi dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik dalam maupun luar negeri yang
diakui oleh pemerintah republik indonesia sesuai dengan peraturan perundangan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan untuk praktek kedokteran atau kedokteran gigi.
5. Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan
kesehatan secara langsung kepada pasien selain dokter dan dokter gig.
6. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter
atau dokter gigi.
7. Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala tindakan yang
dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
8. Dokumen adalah catatan dokter,dokter gigi, dan atau tenaga kesehatan tertentu .laporan hasil
pemeriksaan penunjang ,catatan,observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman , baik
berupa foto radiologi,gambar pencitraan dan rekaman elektrodiagnostik.
9. Organisasi profesi adalah ikatan dokter indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter Gigi
Indonesia untuk dokter gigi.
10. Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi:
Adalah persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima informasi yang
cukup untuk dapat membuat persetujuan.
11. Persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi adalah pernyataan sepihak dari pasien dan
bukan perjanjian antara pasien dengan dokter atau dokter gigi, sehingga dapat ditarik kembali
setiap saat.
12. Persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi merupakan proses sekaligus hasil dari
suatu komunikasi yang efektif antara pasien dengan dokter atau dokter gigi, dan bukan sekedar
penandatanganan formulir persetujuan.
13. Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang dilakukan terhadap pasien untuk tujuan preventif, diagnostik, terapeutik, atau
rehabilitatif.
14. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi, yang dengan probabilitas tertentu dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan (kehilangan anggota badan atau kerusakan fungsi organ tubuh tertentu),
3
Page
4
Page
BAB III RUANG LINGKUP
I.REKAM MEDIK
Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting untuk pelayanan bagi pasien karena dengan data
yang lengkap dapat memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik pengobatan,
penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis
sesuai aturan yang berlaku.
Bentuk Rekam Medis dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan dalam
bentuk elektronik sesuai ketentuan.Pendelegasian Membuat Rekam Medis Selain dokter dan dokter
gigi yang membuat/mengisi rekam medis, tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan
langsung kepada pasien dapat membuat/mengisi rekam medis atas perintah/pendelegasian secara
tertulis dari dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran.
Data-data rekam medis diatas dapat ditambahkan dan dilengkapi sesuai kebutuhan yang ada dalam
palayanan kesehatan
B.RINGKASAN PULANG
Ringkasan pulang wajib dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang merawatnya.
Isi ringkasan pulang sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien,
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat.
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang ,diagnosis akhir,pengobatan dan tindak
lanjut dan
d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan.
agar persetujuan juga mencakup apa yang harus dilakukan jika terjadi peristiwa yang tidak
Page
keluarga terdekat adalah suami atau isterinya, orangtua yang sah atau anaknya yang
kompeten, dan saudara kandungnya. Sedangkan hubungan kekeluargaan yang lain seperti
paman, bibi, kakek, mertua, ipar, menantu, keponakan dan lain-lain tidak dianggap sebagai
keluarga terdekat,
Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi keadaan gawat darurat medis,
sedangkan yang sah mewakilinya memberikan persetujuan tidak ditemukan, maka dokter
dapat melakukan tindakan kedokteran demi kepentingan terbaik pasien. Dalam hal
demikian, penjelasan dapat diberikan kemudian.
Kepentingan terbaik tidak dibatasi pada kesehatan fisik pasien, namun termasuk faktor-
faktor seperti:
1) Risiko dan keuntungan dari pilihan yang tersedia
2) Bukti berupa apapun tentang pandangan atau pendapat pasien, termasuk pernyataan dimuka /
pesan.
3) Pengetahuan dokter dan anggota tim perawatan lain tentang pandangan pasien.
Dan diberitahu oleh :
1) Pilihan pengobatan yang memberi pasien pilihan terbaik bagi masa depannya
2) Pandangan-pandangan dari pasangan pasien, keluarga terdekat, wali,
PEMBUKAAN INFORMASI
Pada umumnya pembukaan informasi pasien kepada pihak lain memerlukan persetujuan pasien.
Persetujuan tersebut harus diperoleh dengan cara yang layak sebagaimana diuraikan di atas, yaitu
melalui pemberian informasi tentang baik-buruknya pemberian informasi tersebut bagi kepentingan
pasien.
UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran mengatur bahwa pembukaan informasi tidak
memerlukan persetujuan pasien pada keadaankeadaan:
a. untuk kepentingan kesehatan pasien
b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, misalnya
dalam bentuk visum et repertum
c. atas permintaan pasien sendiri
d. berdasarkan ketentuan undang-undang, misalnya UU Wabah dan UU Karantina
Setelah memperoleh persetujuan pasien maka dokter tetap diharapkan memenuhi prinsip “need to
know”, yaitu prinsip untuk memberikan informasi kepada pihak ketiga tersebut hanya secukupnya –
yaitu sebanyak yang dibutuhkan oleh peminta informasi
11
Page
BAB III TATALAKSANA
3.Tanggung jawab
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggungjaab atas hilang ,rusak,pemalsuan dan
/atau penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak atas rekam medis.Pengelolaan
rekam medis dilaksanakan sesuai dengan tata kerja sarana pelayanan kesehatan
13
Page
BAB IV SISTEM DAN SUB SISTEM REKAM MEDIS
Mengenai sistem penomoran, penyimpanan dan retensi dari manajemen rekam medis di Indonesia
banyak jenisnya. Bentuk sistem penomoran dan penyimpanan yang baik merupakan tahap awal dalam
pemberian pelayanan terhadap pasien. Pengambilan dan penyimpanan rekam medis yang cepat merupakan
elemen penting dalam pemberian pelayanan. Perlu kehati-hatian dalam merencanakan sistem penomoran dan
penyimpanan, yang paling penting dalam menetapkan suatu sistem penomoran dan penyimpanan harus
melihat keadaan fasilitas pelayanan dan jenis pelayanan kesehatan. Aktivitas penyimpanan didalamnya ada
kegiatan retensi dari rekam medis.
Tujuan utama dalam melakukan pemberian penomoran adalah mengidentifikasi data pasien. Penulis
berpendapat bahwa dengan menggunakan bentuk pemberian nomor metode apapun asal rahasia pasien dapat
terjaga dapat dibenarkan. Pemberian nomor ini dilakukan pada saat pasien mendaftar atau kontak dengan
sarana pelayanan kesehatan.
Hal tujuan utama dalam melakukan pemberian penomoran adalah mengidentifikasi data pasien. Pemberian
nomor dilakukan pada saat pasien mendaftar atau kontak dengan sarana pelayanan kesehatan.
Dengan metode ini pasien menerima nomor baru setiap melakukan pendaftaran / melakukan kontak dengan
pelayanan kesehatan. Jika pasien A berkunjung lima kali maka akan mendapatkan lima nomor yang berbeda
(pendaftaran baru), sedangkan berkas rekam medisnya disimpan berdasarkan urutan pemberian nomor.
Penomoran ini dapat digunakan pada sarana pelayanan kesehatan yang jumlah kunjungannya sangat sedikit.
- Perluasan berkas mudah dilakukan tanpa batas, penambahan nomor baru tidak akan mengganggu nomor
yang sudah ada.
- Trasnfer arsip inakitif mudah dilakukan. Berkas berusia tua memiliki nomor rendah sehingga pemindahan
dapat dilakakuna dalam jumla besar, dari arsip aktif ke arsip inaktif.
Kerugian :
Cara pemberian nomor unit sangat disarankan untuk digunakan pada sarana pelayan kesehatan
karena begitu banyak manfaat dan kemudahan dalam penggunaannya. Berbeda dengan sistem seri, didalam
pemberian nomor secara unit ini, pada pasien datang pertamakali untuk berobat jalan maupun rawat inap
maka pasien tersebut mendapat satu nomor rekam medis. Yang mana pada nomor tersebut akan dipakai
14
selamanya untuk melakukan kunjungan-kunjungan selanjutnya baik untuk rawat jalan, rawat inap maupun
kunjungan ke unit-unit penunjang medis dan instalasi lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dan
Page
berkas rekam medis tersebut akan tersimpan dalam satu berkas dengan satu nomor pasien.
Penomoran ini merupakan single record dimana seluruh informasi pasien tercatat dalam satu berkas secara
berurutan berdasarkan kunjungannya.
Keuntungan :
- kecepatan dalam pemberian pelayanan, baik pada tempat pendaftaran maupun pada runga penyimpanan.
- Informasi pasien tercatat dalam suatu kesatuan berdasarkan pelayanan yang diberikan / terintegrasi.
- Biaya tidak terlalu mahal apabila dibandingkan dengan cara seri.
c. Pemberian Nomor Cara Seri Unit (Serial Unit Numbering System)
Penomoran ini merupakan sistesis/gabungan dari cara seri dan unit. Dimana setiap pasien yang berkunjungan
diberikan satu nomor baru, tetapi berkas rekam medisnya yang terdahulu digabungkan dan disimpan pada
nomor yang paling baru. Apabila berkas rekam medis lama diambil dan dipindahkan tempatnya ke nomor
yang baru harus diberi tanda petunjuk keluar (out guide), yang menunjukan kemana berkas rekam medis
tersebut dipindahkan. Tanda petunjuk tersebut diletakan menggantikan berkas rekam medis yang lama. Hal
ini sangat membantu ketertiban dalam penyimpanan berkas rekam medis.
a. Sentralisasi
Sentralisasi ini diartikan penyimpanan berkas rekam medis seorang pasien dalam satu kesatuan baik catatan
kunjungan poliklinik maupun catatan selama pasien di rawat. Penggunaan sistem sentralisasi memiliki
kebaikan dan juga kekurangan.
Kebaikan :
- Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan berkas rekam medis.
- Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah distandarisasikan.
Kekurangan :
- Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan dan unit rawat inap.
b. Desentralisasi
Dengan cara desentralisasi terjadi pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan rekam medis rawat inap.
Berkas rekam medis rawat jalan dan rawat inap disimpan ditempat yang terpisah.
Kebaikan :
15
- Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih banyak.
Secara teori cara sentralisasi lebih baik dari pada desentralisasi, tetapi pada pelaksanaannya tergantung pada
situasi dan kondisi pelayanan kesehatan. Hal-hal tersebut terjadi karena :
Ada banyak jenis penomoran yang dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan, namun hal tersebut
tergantung dari kondisi dan kebijakan yang dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan.
Penyimpanan dengan sistem nomor langsung adalah penyimpanan rekam medis dalam rak penyimpanan
secara berurutan sesuai dengan urutan nomornya. Jenis penyimpanan ini banyak sekali digunakan di klinik
rawat jalan yang ada di puskesmas maupun pelayanan masyarakat
Keuntungan :
- Mudah dalam mengambil berkas rekam medis secara berurutan dari rak untuk keperluan
pelayanan,pendidikan maupun pengambilan berkas rekam medis inaktif.
Kekurangan :
- Pada saat penyimpanan rekam medis petugas harus memperhatikan seluruh angka nomor sehingga sangat
mudah terjadi kekeliruan dalam penyimpanan.
- Makin besar angka yang diperhatikan,makin besar kemungkinan membuat kesalahan. Hal yang dapat
menyebapkan kesalahan adalah tertukarnya urutan nomor,misalnya rekam medis nomor 465424
tersimpan pada tempat penyimpanan nomor 465524.
- Pekerjaan yang paling sibuk terkonsentrasi pada rak penyimpanan nomor besar yaitu rekam medis
dengan nomor baru.
Sistem penomoran tidak berurutan merupakan sistem penomoran yang tidak memiliki urutan logis.
Sistem ini dibagi menjadi dua yakni Terminal Digit dan Middle Digit.
Penilaian dengan sistem angka akhir disebut ”Terminal Digit Filling System. Disini digunakan
nomor dengan 6 angka, yang dikelompokan menjadi tiga kelompok, masing-masing dua angka. Angka
pertama adalah kelompok dua angka yang terletak di paling kanan, angka kedua adalah kelompok dua angka
yang terletak ditengah dan angka ketiga adalah kelompok dua angka terletak paling kiri.
16
Page
50 50 50
Angka ketiga Angka kedua
(Primary digits)
Dalam penyimpanan dengan sistem angka akhir ada 100 angka kelompok pertama yaitu 00 sampai dengan
99.
Pada waktu penyimpanan petugas harus melihat angka-angka pertama dan membawa rekam medis
tersebut ke daerah rak penyimpanan untuk kelompok angka-angka pertama bersangkutan. Pada kelompok
pertama ini rekam medis disesuaikan urutan letaknya menurut angka kedua, kemudian rekam medis
disimpan dalam urutan angka ketiga, sehingga dalam setiap kelompok penyimpanan nomor-nomor pada
kelompok angka ketigalah yang selalu berlainan
Contoh :
46 – 52 – 02 98 – 05 – 26 98 – 99 – 30
47 – 52 – 02 99 – 05 – 26 99 – 99 – 30
48 – 52 – 02 00 – 06 – 26 00 – 00 – 31
49 – 52 – 02 01 – 06 – 26 01 – 00 – 31
50 – 52 – 02 02 – 06 - 26 02 – 00 – 31
Banyak keuntungan dan kebaikan dari sistem pnyimpanan angka akhir, seperti :
Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara merata ke 100 kelompok di dalam rak
penyimpanan. Petugas penyimpanan tidak akan berdesak-desakan di suatu tempat.
Petugas dapat diserahi tanggung jawab untuk sejumlah section tertentu misalnya ada 4 petugas masing-
masing 00-24, 25-49, 50-74, 75-99
Pekerjaan akan terbagi rata mengingat setiap petugas rata-rata mengerjakan jumlah rekam medis yang
hampir sama setiap harinya untuk setiap bagian.
Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari setiap section, pada saat
ditambahnya rekam medis baru dibagian tersebut.
Jumlah rekam medis untuk setiap section terkontrol dan bisa dihindarkan timbulnya rak-rak kosong.
Dengan terkontrolnya jumlah rekam medis, membantu memudahkan perencanaan peralatan
penyimpanan (jumlah rak)
Kekeliruan penyimpanan dapat dicegah, karena petugas penyimpanan hanya memperhatikan dua angka
saja dalam memasukan rekam medis ke dalam rak, sehingga jarang terjadi kekeliruan membanca angka.
Pemilahan berkas dapat dilakukan lebih cepat, lebih mudah dan lebih cermat karena hanya memerlukan
2 pemilahan sebelum dijajarkan.
Kerugian :
Memerlukan pelatihan khusus, karena harus membaca dari kanan ke kiri bukannya dari kiri ke kanan.
Sumua berkas yang salah tempat sulit ditemukan karena kesamaan nomor.
Cost yang tinggi dikarenakan jumlah peralatan seperti rak dan ruangan mesti tersedia
17
Page
2) Midle Digit Filling System (Sistem Angka Tengah)
Sistem penyimpanan angka tengah adalah penyimpanan rekam medis diurut dengan pasangan angka-angka
sama halnya dengan sistem angka akhir, namun angka pertama, angka kedua dan angka ketiga berbeda
letaknya dengan sistem angka akhir. Dalam hal ini angka yang letaknya ditengah-tengah menjadi angka
pertama. Pasangan angka yang terletak paling kiri menjadi angka kedua, dan pasangan angka yang terletak
paling kanan menjadi angka ketiga.
50 50 50
Contoh :
46 – 52 – 96 98 – 05 – 99 99 – 05 – 99
46 – 52 – 97 99 – 05 – 00 99 – 05 – 00
46 – 52 – 98 00 – 05 – 01 00 – 06 – 01
46 – 52 – 99 00 – 05 – 02 00 – 05 – 02
47 – 52 – 00 00 – 05 - 03 00 – 05 – 03
Keuntungan :
Kekurangan :
Penomoran
Petugas R M Digit Tengah Digit Akhir
Langsung
Sistem penyimpanan Alfanumerik merupakan gabungan antara sistem abjad dengan sistem numerik dimana
penyimpanan ini berdasarkan urutan nama atau alpabet tertentu. Pada sistem ini berkas mula-mula disusun
menurut abjad. Namun kemudian disusun menurut nomor berdasarkan abjad. Misalnya A-1, A-2, A-3, A-4,
A-5, B-1, B-2, B-3, dst. Biasanya sistem penomoran ini digunakan untuk pelayanan dengan jumlah sedikit,
misalnya pada pelayanan di Puskesmas dan pelayanan klinik IMS.
Sistem penyimpanan ini memerlukan buku bantu atau bank nomor. Kekurangan pada penyimpanan ini
kemungkinan terjadi salah penyimpanan terutama terhadap pasien lama.
Sistem penyimpanan ini tidak direkomendasikan dalam penggunaannya terutama untuk jenis pelayanan yang
mobilitasnya tinggi.
Merupakan sistem penyimpanan berdasarkan kelompok keluarga. Pasien berkunjung kepelayanan kesehatan
maka akan mendapat satu nomor penyimpanan untuk satu keluarga. Apabila pasien berobat maka data
riwayat penyakit keluarga lainnya akan diambil juga dalam kegiatan pemberian pelayanan. Sistem ini banyak
di terapkan di Puskesmas di Indonesia, perlu peneliatan lebih lanjut untuk melihat dari pemanfaatan sistem
penomoran
Kelebihan :
Memudahkan pengambilan dan penyimpanan sehingga tenaga yang diperlukan tidak memakan
waktu.
Dokter / tenaga kesehatan lain dapat mempelajari riwayat penyakit keluarga pasien dalam
memudahkan penegakan diagnosis.
Lebih mudah dalam memberikan penyuluhan kesehatan keluarga.
Kekurangan :
Sering kali disalah gunakan oleh pasien, dimana tetangga pasien sering ikut masuk dalam satu
riwayat penyimpanan
Apabila terjadi kehilangan maka data seluruh riwayat kesehatan keluarga lainnya akan hilang,
sehingga akan suit dalam menentukan follow up lanjutan.
Kerahasian pasien tidak terjamin.
Suatu unit pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya, biasanya
membuat satu ”Bank Nomor” yang akan menentukan sampai dengan nomor tertinggi yang tersimpan dan
akan diberikan pada pasien baru mendaftar. Nomor tersusun dan tersimpan didalam komputer secara
otomatis dan dilakukan pengontrolan dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana penggunaan nomor
dan tanggung jawab pendistribusian nomor diberikan kepada satu orang petugas.
19
Page
B. Pencegahan salah letak dokumen rekam medis ( Misfile ) dengan kode warna.
Penyimpanan dokumen rekam medis sering kali terjadi kesalahan letak. Hal ini terjadi karena banyaknya
dokumen rekam medis yang harus di ambil dan disimpan setiap hari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
sistem penjajaran TDF dan MDF dapat diberi kode warna sesuai dengan 2 angka kelompok yang digunakan
patokan panyimpanan (untuk TDF 2 angka kelompok akhir sedangkan untuk MDF dengan 2 angka
kelompok tengah ). Kodewarna yang dimaksud adalah setiap angka diberi warna tertentu, contohnya :
Angka Warna
1. Purple= ungu
2. Yellow = kuning
3. Dark green = hijau tua
4. Orange = orange
5. Light blue = biru muda
6. Born = coklat
7. Cerise = kemerahan
8. Light green = hijau muda
9. Red = merah
10. Dark blue = biru tua
Peralatan sangat berperan untuk mempermudah pekerjaan dalam meningkatkan pekerjaan, sehingga
dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang mempunyai hasil baik. Peralatan yang baik tidak selalu mahal
akan tetapi mempunyai cara kerja yang baik, praktis dan efisien dengan kondisi dan situasi yang ada.
Peralatan ini juga sangat berperan untuk melakukan prosedur yang ditetapkan apakah dapat terlaksana dan
juga mempermudah dalam penerapan pengendalian dan pengawasan terhadap suatu system yang ada.
Fasilitas fisik yang menunjang penyimpanan dan pengambilan kembali berkas rekam medis, adalah:
Pada deretan map-map rekam medis yang disimpan di rak harus di beri tanda petunjuk guna
mempercepat pekerjaan menemukan dan menyimpan rekam medis.
- Jumlah penunjuk tergantung dari rata-rata tebalnya sebagaian besar map-map rekam medis tersebut.
- Untuk map rekam medis yang tebalnya sedang, diberi penunjuk setiap 50 map.
20
- Rekam medis aktif lebih banyak memerlukan penunjuk dari pada rekam medis yang kurang aktif.
- Pembelian alat penunjuk dipilih model yang kuat, tahan lama dan mudah dilihat.
- Pingiran penunjuk ini harus dibuat lebih besar dan menonjol sehingga angka yang dicantumkan
gampang terlihat.
- Pada penunjuk ditulis 2 angka, angka di atas adalah angka kedua, angka yang di bawah adalah
kelompok angka yang pertama.
Rekam medis harus diberi sampul pelindung yang mana kaitannya dengan proses pengambilan rekam
medis adalah:
Kode warna dimaksudkan untuk memberikan warna tertentu pada sampul untuk mempermudah
mencari map yang salah simpan dan mencegah kekeliruan menyimpan. Kode warna sangat efektif apabila
dilaksanakan dengan sistem penyimpanan terminal digit atau midle digit.
Jenis peralatan yang digunakan dalam melaksanakan peminjaman rekam medis diantaranya:
Kartu permintaan ini sangat berfungsi untuk mengetahui dan melacak tempat rekam medis dipinjam, dan
bon peminjaman ini juga berfungsi untuk menuntut tanggung jawab peminjam rekam medis.
Buku registrasi peminjaman merupakan buku yang berisikan proses pencatatan peminjam rekam medis
yang keluar dari rak. Apabila telah komputerisasi maka buku register tidak diperlukan lagi karena format
pencatatan berkas rekam medis yang keluar dapat dibuat pada program komputer.
Petunjuk keluar adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi penggunaan rekam medis. Dalam
penggunaannya petunjuk keluar ini diletakan sebagai pengganti pada tempat map-map rekam medis yang
diambil atau dikeluarkan dari rak penyimpanan. Petunjuk keluar tetap berada di rak tersebut sampai rekam
medis yang dipinjam kembali.
Petunjuk keluar yang umum dipakai berbentuk kartu, yang dilengkapi dengan karton tempel yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan formulir peminjaman. Petunjuk keluar ini dapat diberi warna agar petugas
dapat melihat tempat penyimpanan kembali rekam medis yang bersangkutan.
Out Guide
Kartu pindah tangan merupakan kartu yang dipergunakan oleh beberapa orang dalam hal kaitannya dengan
peminjaman rekam medis. Jika beberapa rekam medis digunakan selama beberapa hari dalam rawat inap,
kemungkinan rekam medis dipergunakan oleh beberapa orang atau mungkin pindah ruang perawatan, harus
21
dilakukan pengisisan kartu pindah tangan. Karena dengan cara ini rekam medis tidak perlu dikirim bolak
balik keruang penyimpanan rekam medis. Kartu pindah tangan ini berisi; tanggal pindah tangan, asal pindah,
Page
kepada siapa, untuk keperluan apa, dan digunakan oleh dokter siapa atau oleh siapa.
D. Pengambilan/Peminjaman
Peminjaman rekam medis memiliki hubungan dengan proses penemuan kembali rekam medis.
Peminjaman rekam medis merupakan keluarnya rekam medis dari tempat penyimpanan karena diperlukan
oleh pihak lain.
Karena rekam medis itu dipinjam, maka perlu adanya pencatatan agar petugas rekam medis dapat
mengetahui dimana rekam medis itu berada, siapa yang menggunakan, kapan dipinjam dan bila mana harus
dikembalikan.
Untuk memperhatikan proses pengelolaan rekam medis yang baik maka IFHRO mengeluarkan
beberapa ketentuan yang berkaitan dengan peminjaman rekam medis:
- Berkas tidak boleh keluar dari URM kecuali untuk kepentingan pelayanan dan perawatan pasien.
- Semua rekam medis yang dikirimkan ke klinik atau bangsal harus di tandai dengan slip atau tanda
keluar yang mencakup nomor rekam medis, tanggal dan nama klinik, dokter atau bangsal yang
meminjam.
- Seluruh rekam medis harus dikembalikan dari klinik setiap berakhirnya jam kerja, dan dari bangsal
perawatan dalam periode 24 jam setelah pasien keluar.
- Rekam medis untuk penelitian harus di review di URM, dan rekam medis harus tersedia apa bila
pasien membutuhkan.
- Permintaan dari poliklinik atau ruang perawatan yang bersifat rutin dalam menangani pasien ataupun
tidak.
- Permintaan peminjaman untuk gawat darurat, yang mana harus dipenuhi sesegera mungkin.
1) Pihak lain yang bertanggung jawab langsung terhadap pasien-para tenaga kesehatan (Dokter, Para
Medis, Fisioterapi).
2) Pihak yang bertanggung jawab langsung terhadap pasien yang diberikan wewenang untuk
menggunakan rekam medis (Petugas RM)
3) Pihak ketiga diluar puskesmas yang tidak langsung bertanggung jawab terhadap pasien (Asuransi,
Polisi, Peneliti dsb).
1) Identitas jelas baik peminta maupun pemilik berkas rekam medis.
1) Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruang penyimpanan, tampa tanda keluar/kartu
permintaan. Permintaan ini tidak hanya berlaku bagi orang di luar ruang rekam medis, tetapi
petugas rekam medis itu sendiri.
3) Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari puskesmas, kecuali atas permintaan pengadilan.
1) Rawat jalan; berkas rekam medis harus kembali ke ruang penyimpanan pada setiap akhir jam kerja
di poliklinik.
2) Rawat inap; berkas rekam medis harus kembali dari bangsal atau ruang perawatan 2x24 jam / 2 hari.
1. Retensi
2) Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat penyimpanan berkas rekam medis yang baru.
3) Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan rekam medis jika sewaktu-waktu
diperlukan.
4) Menyelamatkan berkas rekam medis yang bernilai guna tinggi serta mengurangi tidak bernilai guna.
1) Memindahkan berkas rekam medis dari rak aktif ke rak inaktif dengan cara memilah pada rak file
penyimpanan sesua dengan tahun kunjungan.
2) Mikrofilmisasi berkas rekam medis dilaksankan dengan ketentuan yang berlaku.
1 Umum 5 th 5 th 2 th 2 th
2 Mata 5 th 10 th 2 th 2 th
3 Jiwa 10 th 5 th 5 th 5 th
4 Orthopedi 10 th 10 th 2 th 2 th
5 Ketergantungan 15 th 15 th 2 th 2 th
Obat
6 Kusta 15 th 15 th 2 th 2 th
7 Jantung 5 th 5 th 2 th 2 th
b) Kasus-kasus terlibat hokum (legal aspek) minimal 23 th setelah ada ketetapan hokum.
2. Pemusnahan
24
a. Ketentuan Pemusnahan
Page
1) Dibentuk tim pemusnah berkas rekam medis dengan surat keputusan direktur yang beranggotakan
sekurang-kurangnya dari : tata Usahaan (Administrasi), Unit Penyelenggaraan Rekam Medis (Unit
Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap), dan Komite Medik.
2) Formulir rekam medis yang mempunyai nilai guna tertentu tidak dimusnahkan tetap disimpan dalam
jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Membuat pertelaan arsip bagi berkas rekam medis aktif yang telah dinilai.
Tahun Kunjungan
No Nama Pasien No. RM Diagnosa Akhir
Akhir
5) Daftar pertelaan berkas rekam medis yang akan dimusnahkan oleh pemusnah dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan
6) Tim pemusnah membuat berita acara pelaksanaan pemusnahan yang ditandatangani ketua, sekretaris dan
diketahui Kepala Puskesmas. Lembar asli di simpan di Puskesmas dan lembar ke dua dikirim kepada
27
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SIMPANG RIMBA
Jln.Bathin Tikal Simpang Rimba Telp. 08117118515 Kode Pos
TAHUN KUNJUNGAN
NO MEDICAL RECORD
:
:
H
NAMA
TEMPAT/TGL LAHIR
:
:
A
S
NAMA ORANG TUA :
ALAMAT :
JENIS KELAMIN : I
RIWAYAT ALERGI OBAT* :
A
28
Page
29
Page
CATATAN POLIKLINIK (FORM B)
No RM :
Nama : Sex : L / P
Tgl Lahir :
Tgl Kunjungan :
Poli : Dokter :
Keadaan Umum : Tek Darah : Nadi : RR: T: BB:
A.Subjektive
Anamnese /allo anamnese Keluhan & Gejala :
Jantung : Paru :
Pemeriksaan Penunjang:
C.Assesment
Diagnosis : Kode ICD X :
Diagnosis Keperawatan :
D.Plan
Farmakologis :
Rencana Rujukan :
30
Page
PENGKAJIAN KEPERAWATAN INDIVIDU
Fasilitas Yankes No. Register
Nama Perawat yang mengkaji Tanggal Pengkajian
IDENTITAS KLIEN
Nama klien Penanggung jawab biaya
Alamat Rumah & Telp Diagnosa Medik
Agama & Suku Dokter Penanggung jawab
DIAGNOSA KEPERAWATAN
MENGETAHUI :
Nama Koordinator Tanggal/ Tandatangan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
32
Page
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/ Ttd
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
No. Perawat
33 Page
Page 34
Page 35
Page 36
RAWAT INAP
Jam :
LAMANYA DIRAWAT
Bangsal Kelas Sebab Dirawat
DOKTER JAGA BAGIAN
/ BANGSAL
a. Penyakit Utama Cedera Atau keadaan lain yang menjadi alasan di rawat
Tindakan II ( 48 – 51 )
n
CATATAN
37
Page
KEADAAN KELUAR ( 52 ) CARA KELUAR ( 53 )
1. Sembuh 4. Meninngal sebelum 48 jam 1. Atas Persetujuan 4. Meninggal
2. Perbaikan 5. Meninggal sesudah 48 jam 2. Pulang Paksa 5. Lain - lain
3. Lain - lain 3. Pindah PUSKESMAS Lain
RINGKASAN PULANG
RESUME
Registrasi :
No. Rekam Medis :
Tanggal Masuk :
LK / PR
Tanggal Keluar :
Nama Pasien :
Ruang / Kelas :
Umur :
Spesialis :
Alamat :
Dokter yg Merawat :
Umur :
Telepon / HP :
Riwayat Penyakit :
Pemeriksaan Fisik :
(Waktu Masuk )
Laboratorium :
Terapi :
( ...................................................)
Page
39
Page
Page 40
Page 41
Kelompok
A / B1 /B2
SURAT RUJUKAN MATERNAL
No:......................... Tanggal:
Jam :.....
Dokter..........................
di................................... No:.........................................................
Pem Fisik
Riwayat Ibu
HPL-komplikasi
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosa klinis
Pengobatan yang
telah diberikan
Mohon kesediaan dokter untuk mengirim surat balasan rujukan apabila pasien telah sembuh atau
keluar dari perawatan dokter.Atas kerjasamanya kami ucapkan terimakasih
43
Page
Page 45
Page 46
Page 47
Page 48
Page 49
Page 50
DIAGNOSIS 155 PENYAKIT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
51
Page
Penyakit ICPC II ICD X KPT
A KELOMPOK UMUM
1.Tuberkulosis (TB) Paru A70 Tuberculosis A15 Respiratory 4A
tuberculosis,
bacteriologiccaly and
histologically
2.Morbili A71 Measles. B05.9 Measles without 4A
complication (Measles
NOS).
3.Varisela A72 Chickenpox B01.9Varicella without 4A
complication (Varicella
NOS)
4.Malaria A73 Malaria B54 Unspecified malaria 4A
5.Demam Dengue dan A77 Viral disease other/NOS A90 Dengue fever
Demam Berdarah Dengue
A91 Dengue haemorrhagic
fever
6. Leptospirosis A78Infection disease other/ A27.9 4A
NOS
7. Infeksi Pada A78 Infectious disease other
Umbilikus
8. Kandidiasis Mulut A 78 Infectious desease other B 37.9 Candidiasis 4A
unspecified
9. Lepra A78 Infectious disease A30 Leprosy [Hansen 4A
other/NOS disease]
10. Keracunan Makanan A86Toxic Effect Non Medical T.62.2 Other Ingested (parts 4A
Substance of plant(s))
11. Alergi Makanan A92 Allergy/ allergic reaction 4A
NOS
12. Exanthematous Drug S07 Rash generalized L27.0 Generalized skin 4A
Eruption eruption due to drugs and
medicaments
13. Fixed Drug Eruption A85 Adverse effect medical L27.0 Generalized skin 4A
(FDE) agent eruption due to drugs and
medicaments
52
15. Syok K99 Cardiovascular disease R57.9 Shock, unspecified 3B
other
B DARAH,
PEMBENTUKAN
DARAH, SISTEM
IMUN
1. Anemia B82 Anaemia other/unspecified D64.9 Anaemia, unspecified 4A
2. HIV/AIDS tanpa B90 HIV-infection/AIDS Z21 Asymptomatic human 4A
Komplikasi immunodeficiency virus
(HIV) infection
3. Limfadenitis L04.9 B70 Lymphadenitis Acute 4A
C DIGESTIVE
1. Refluks D84 Oesphagus disease K21.9 Gastro-oesophageal 4A
Gastroesofageal reflux disease without
oesophagitis
2. Gastritis D07 Dyspepsia/indigestion K29.7 Gastritis, unspecified 4A
3. Intoleransi Makanan D29 Digestive 4A
syndrome/complaint other
4. Malabsorbsi Makanan D29 Digestive 3A
syndrome/complaint other
5. Demam Tifoid D70 Gastrointestinal infection A01.0 Typhoid fever 4A
6. Gastroenteritis D73 Gastroenteritis presumed A09 Diarrhoea and 4A
(termasuk disentri, kolera infection gastroenteritis of presumed
dan giardiasis) infection origin
7. Disentri Basiler dan D70 Gastrointestinal infection 4A
Disentri Amuba
8. Apendisitis Akut S87 (Appendicitis) K.35.9 (Acute appendicitis) 3B
9. Perdarahan Saluran D14 Haematemesis/vomiting
Makan Bagian Atas blood
D15 Melaena
10. Perdarahan Saluran D70 Gastrointestinal infection Divertikulosis/divertikulitis 3A
Makan Bagian Bawah 3A 3A
Hemoroid 1-2 4A
Hemoroid 3-4 3A
Kolitis 3A
Polip/adenoma dan 2
53
karsinoma kolon
Page
6. Perdarahan F75 Contusion/ haemorrhage H57.8 Other specified 4A
Page
Subkonjungtiva eye disorders of eye and adnexa
7. Benda asing di F76 Foreign body in eye T15.9 Foreign body on 4A
konjungtiva external eye, part unspecified
8. Astigmatism F91 Refractive error H52.2 Astigmatism 4A
9. Hipermetropia F91 Refractive error H52.0 Hypermetropia 4A
10. Miopia Ringan F91 Refractive error H52.1 Myopia 4A
11. Presbiopia F91 Refractive error H52.4 Presbyopia 4A
12. Katarak pada Pasien F92 Cataract H26.9 Cataract, unspecified 2
Dewasa
13. Glaukoma Akut F93 Glaucoma H40.2 Primary angle-closure 4A
glaucoma
E TELINGA
1. Otitis Eksterna H70 Otitis eksterna H60.9 Otitis Externa, 4A
Unspecified
2. Otitis Media Akut H71 Acute otitis H66.0 Acute suppurative 4A
media/myringitis otitis media
3. Serumen Prop H81 Excessive ear wax H61.2 Impacted cerumen 4A
F HIDUNG
Benda Asing di Hidung R87 Foreign body T17.1 Foreign body in nostril 4A
nose/larynx/bronchus
G KARDIOVASKULAR
1. Angina Pektoris K74 Ischaemic herat disease I20.9 Angina pectoris, 3B
with angina unspecified
2. Infark Miokard K75 Acute Myocardial I21.9 Acute Myocardial 3B
Infarction Infarction, Unspecified
3. Takikardia K79 Paroxysmal Tachicardy R00.0 Tachicardy 3B
Unspecified
I47.1 Supraventicular
Tachicardy
I47.2 Ventricular Tachicardy
4. Gagal Jantung Akut K77 Heart failure I50.9 3A
dan Kronik
5. Cardiorespiratory
55
Arrest
K80 cardiac arrhytmia NOS 3B
Page
6. Hipertensi Esensial K86 Hypertension I10 Essential (primary) A
uncomplicated hypertension
7. Infark Serebral/Stroke K90 Stroke/cerebrovascular I63.9 Cerebral infarction, 3B
accident unspecified
H MUSKULOSKELETAL
1. Fraktur Terbuka L76 fracture other T14. Fracture of unspecified 3B
body
2. Fraktur Tertutup L76 fracture other T14. Fracture of unspecified 3B
body
3. Polimialgia Reumatik L99 Musculosceletal disease M53.3 Polymyalgia 3A
other rheumatica
4. Artritis Reumatoid L99 Musculosceletal disease M53.3 Polymyalgia 3A
other rheumatica
5. Artritis, Osteoartritis L91 Osteoarthrosis other M19.9 Osteoarthrosis other 3A
6. Lipoma S78 Lipoma D17.9 Benign lipomatous 4A
neoplasm
I NEUROLOGI
1. Kejang Demam N07 Convulsion/Seizure R56.0 Febrile convulsions 4A
2. Vertigo N17 Vertigo/dizziness R42 Dizziness and giddiness 4A
3. Delirium P71 Organic psychosis other F05.9 Delirium, unspecified 3A
4. Tetanus N72 Tetanus A35 Othertetanus 4A
5. Rabies A77 Viral disease other/NOS A82.9 Rabies, Unspecified 3B
6. Epilepsi N88 Epilepsy G40.9 Epilepsy, unspecified 3A
7. Status Epileptikus N88 Epilepsy G41.9 Status epilepticus, 3B
unspecified
8. Migren N89 Migraine G43.9 Migraine, unspecified 4A
9. Bells’ Palsy N91 Facial paralysis/Bells’ G51.0 Bells’ palsy 4A
palsy
10. Tension Headache N95 Tension Headache G44.2 Tension–type 4A
headache
56
J PSIKOLOGIS
Page
Page
17. Napkin Eczema S89 Diaper rash L22 Diaper(napkin) 4A
(dermatitis popok) dermatitis
18. Pitiriasis Rosea S90 Pityriasis rosea L42 Pityriasis rosea 4A
19. Moluskum S95 Molluscum contagiosum B08.1 Molluscum 4A
Kontagiosum contagiosum
20. Urtikaria S98 Urticaria L50 Urticaria 4A
L50.9 Urticaria, unspecified
21. Filariasis S99 Skin infection other B74 Filariasis 4A
B74.0 Filariasis due to
Wuchereria bancrofti
B74.1 Filariasis due to
Brugia malayi
B74.2 Filariasis due to
Brugia timori
22. Luka Bakar Derajat I S24 burn/scald 4A
dan II
M METABOLIK
ENDOKRIN DAN
NUTRISI
1. Obesitas T82 obesity, T83 overweight E66.9 obesity unspecified
2. Tirotoksikosis T85 E05.9 Tirotoksikosis 3B
Hipertiroidisme/tirotoksikosis unspecified
3. Hiperglikemia A91 Abnormal result R73.9 Hyperglycaemia 3B
Hiperosmolar Non invetigation NOS unspecified
Ketotik
4. Hipoglikemia T87 hypoglycaemia E16.2 hypoglycaemia
unspecified
Tingkat Kemampuan: 4A
a. Hipoglikemia ringan 3B
4A
b. Hipoglikemia berat 3B
5. Diabetes Melitus T89 Diabetes insulin dependent E10 Insulin-dependent
diabetes mellitus
T90 Diabetes non-insulin E11 Non-insulin-dependent
dependent diabetes mellitus
Tingkat Kemampuan: 4A
a. Diabetes Melitus tipe 1 4A
= 4A
59
9. Perdarahan Post W17 Post partum bleeding 072.1 Other Immediate 3B
Page
7 Atrisi,Abrasi,Erosi K03.K03.1,K03.2,K02.3
n Gigi
26 Abses Periodontal K.05.2
Page
Page 63