Anda di halaman 1dari 74

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia
Sub Topik : Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singhasari
Pertemuan ke- : 1

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.2. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh
tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.3. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah

3.6. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada


masa kerajaan-kerajaan Hindu- Buddha di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4.6. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu- Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan

C. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat di Kerajaan Kediri dan Singhasari
2. Mengidentifikasi tinggalan budaya dari kedua kerajaan Kediri dan Kerajaan Singhasari
3. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan Kerajaan Kediri dan Kerajaan
Singhasari.

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat di Kerajaan Kediri dan Singhasari;
2. Mengidentifikasi tinggalan budaya dari kedua kerajaan Kediri dan Singhasari
3. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan Kerajaan Kediri dan Kerajaan
Singhasari.

E. Materi Ajar
1. Perkembangan politik, social, dan ekonomi di Kerajaan Kediri
2. Perkembangan politik, social, dan ekonomi di Kerajaan Singhasari

F. Alokasi Waktu
- 2 x 45 Menit

G. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


- Pendekatan : Saintifik
- Strategi : Cooperative Jigsaw
- Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
 Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa
Pendahuluan 10 menit
 Tanya jawab materi sebelumnya mengenai kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia (Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Sriwijaya, Mataram
Kuno)
 Menyampaikan tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar wayang yang mengisahkan tentang perang
Bharatayudha dan ilustrasi cerita Keris Empu Gandring.
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi yang akan di pelajari
 Menanya :
- Mendorong siswa untuk mengamati dan kemudian memberikan
pertanyaan yang berhubungan dengan gambar dan penjelasan yang
ditayangkan
 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 6 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
1. Kelompok I : Perkembangan politik, sosial dan ekonomi di Kerajaan
Kediri.
2. Kelompok II : Menganalisis tinggalan budaya dari Kerajaan Kediri.
3. Kelompok III : Memahami materi tentang raja-raja yang memerintah
di Singhasari.
4. Kelompok IV : Menganalisis perluasan daerah Singhasari.
5. Kelompok V : Memahami perkembangan politik dan pemerintahan
Kerajaan Singhasari
6. Kelompok VI : Memahami kehidupan beragama di Kerajaan
Singhasari
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi yang didapat melalui diskusi
 Mengasosiasikan :
- Setiap siswa kemudian kembali kelompok utama untuk
menginformasikan hasil kajian kelompok ahli mereka kepada kelompok
utama
- Semua anggota kelompok utama menyimak dan mencatat hasil laporan
dari tiap-tiap anggota.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Mengkomunikasikan :
- Laporan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk secara acak
untuk melaporkan hasil diskusi kelompok, sampai semua masalah
selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan di Kerajaan Kediri
dan Singhasari
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa membuat tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan yang
ada di buku paket tentang kehidupan pemerintahan dan masyarakat di
kerajaan Kediri dan Singhasari
 Mengucapkan salam

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Tes :
1. Uraian (Terlampir)
2. Pilihan Ganda (Terlampir)

b. Non Tes :
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
2. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

J. Sumber Belajar
 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah

Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran

MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia
Sub Topik : Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng dan
Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali
Pertemuan ke- : 2

K. Kompetensi Inti
5. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
6. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
7. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
8. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

L. Kompetensi Dasar
1.3. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.4. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.4. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.5. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh
tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.6. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah

3.7. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada


masa kerajaan-kerajaan Hindu- Buddha di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4.7. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu- Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan

M. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat di Kerajaan Majapahit
2. Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat di Kerajaan Buleleng dan Kerajaan
Dinasti Warmadewa di Bali
3. Mengidentifikasi peninggalan budaya dari kerajaan Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng
dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali.
4. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan Kerajaan Majapahit, Kerajaan
Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali.
N. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat di Kerajaan Majapahit
2. Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat di Kerajaan Buleleng dan Kerajaan
Dinasti Warmadewa di Bali
3. Mengidentifikasi peninggalan budaya dari kerajaan Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng
dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali.
4. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan Kerajaan Majapahit, Kerajaan
Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali.

O. Materi Ajar
3. Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali

P. Alokasi Waktu
1. 2 x 45 Menit

Q. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


1. Pendekatan : Saintifik
2. Strategi : Cooperative Jigsaw
3. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

R. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar atau film documenter yang berhubungan dengan
peninggalan kerajaan Majapahit dan Kerajaan Buleleng di Bali

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 5 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
7. Kelompok I : Perkembangan politik, sosial dan ekonomi di Kerajaan
Majapahit.
8. Kelompok II : Menganalisis agama dan tinggalan budaya dari
Kerajaan Majapahit.
9. Kelompok III : Memahami materi tentang raja-raja yang memerintah
di Majapahit.
10. Kelompok IV : Menganalisis perkembangan politik dan
pemerintahan Kerajaan Buleleng
11. Kelompok V : Memahami tinggalan budaya di kerajaan
Buleleng
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi

 Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

S. Penilaian Hasil Belajar


c. Tes :
3. Uraian (Terlampir)
4. Pilihan Ganda (Terlampir)

d. Non Tes :
3. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
4. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

T. Sumber Belajar
 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah

Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran


MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.

Lampiran :

A. Ringkasan Materi

1. Kerajaan Majapahit

Peta wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit

Majapahit merupakan kerajaan Hindu terbesar di Indonesia yang pusat


pemerintahannya terletak di sekitar Sungai Brantas, daerah Mojokerto, Jawa Timur. Berikut
ini beberapa faktor yang mendorong Kerajaan Majapahit menjadi sebuah kerajaan besar
adalah :

1. Letak Majaphit secara geografis sangat strategis, yaitu di tengah-tengah wilayah


Indonesia sehingga mudah memainkan peran dalam menyatukan Indonesia, baik
secara politik maupun ekonomi.
2. Pusat kerajaan di tepi sungai besar yang mudah dilayari sehingga hubungan dengan
dunia luar sangat mudah.
3. Tanahnya subur dan banyak menghasilkan bahan-bahan ekspor, khususnya hasil
pertanian utamanya beras dan kacang-kacangan.
4. Sebelum Majapahit telah adanya kerajaan-kerajaan Jawa Timur yang merintisnya,
khususnya Singasari di bawah Kertanegara. Gagasan Nusantara telah diperoleh dan
pelaksanaannya sebagian telah dilakukan.
5. Munculnya tokoh-tokoh kerajaan, seperti R. Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah
Mada yang melaksanakan gagasan Nusantara dengan "Sumpah Palapa"nya.
6. Tidak ada lagi saingan kerajaan di Indonesia, Sriwijaya sudah makin lemah setelah
serangan dari Cholamandala, sedangkan Kediri akibat siasat yang dilakukan oleh R.
Wijaya.
7. Di luar Indonesia tidak ada lagi kerajaan besar yang dapat menjadi perintang.
Kerajaan Cholamandala di India dan Dinasti Yuan di Cina terpecah-pecah setelah
raja/kaisar besarnya meninggal.

Kehidupan Politik di Kerajaan Majapahit

a. Raden Wijaya (1292–1309).


Kerajaan Majapahit lahir dalam suasana perubahan besar dalam waktu yang singkat.
Pada tahun 1292 Kertanegara gugur oleh pengkhianatan Jayakatwang, Singasari hancur
dan digantikan oleh Kediri. R. Wijaya terdesak oleh serangan tentara Jayakatwang di
medan utara dan berhasil melarikan diri serta mendapat perlindungan dari Kepala Desa
Kudadu. Selanjutnya, ia berhasil menyeberang ke Madura minta perlindungan dan
bantuan kepada Bupati Sumenep, Aria Wiraraja. Atas saran dan jaminan Aria Wiraraja,
R. Wijaya mengabdikan diri kepada Jayakatwang dan memperoleh tanah di Desa Tarik
yang kemudian menjadi pusat Kerajaan Majapahit.

Sementara itu tentara Kubilai Khan sebanyak 200.000 orang dibawah pimpinan Shih
Pie, Ike Mase, dan Kau Shing datang untuk menghukum Kertanegara. R. Wijaya kemudian
bergabung dengan tentara Cina dan mengadakan serangan ke Kediri karena Cina tidak
mengetahui terjadinya perubahan kekuasaan di JawaTimur. Setelah R. Wijaya dengan
bantuan tentara Kubilai Khan berhasil mengalahkan Jayakatwang, ia kemudian
menghantam balik tentara asing tersebut. Serangan mendadak yang tidak terkira
sebelumnya, memaksa tentara Kubilai Khan meninggalkan Jawa Timur terburu-buru
dengan sejumlah besar korban.

Akhirnya, R. Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit dengan


gelar Kertarajasa Jayawardhana (1292–1307). Untuk menjaga ketenteraman kerajaan
maka R. Wijaya mengadakan konsolidasi dan mengatur pemerintahan. Orang-orang yang
pernah berjasa dalam perjuangan diberi kedudukan dalam pemerintahan. Misalnya, Aria
Wiraraja diberi tambahan wilayah di Lumajang sampai dengan Blambangan, Desa
Kudadu dijadikan desa perdikan (bebas pajak dan mengatur daerahnya sendiri).
Demikian juga teman seperjuangannya yang lain, diberi kedudukan, ada yang dijadikan
menteri, kepala wilayah dan sebagainya. Untuk memperkuat kedudukannya, kempat
putri Kertanegara dijadikan istrinya, yakni Dewi Tribhuanaeswari, Dewi Narendraduhita,
Dewi Prajnaparamita dan Dewi Gayatri. Tidak lama kemudian tentara Singasari yang ikut
Ekspedisi Pamalayu di bawah pimpinan Kebo Anabrang kembali membawa dua putri
boyongan, yakni Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak diambil istri oleh R. Wijaya,
sedangan Dara Jingga kawin dengan keluarga raja yang mempunyai anak bernama
Adiytawarman. Dialah yang kelak menjadi raja di Kerajaan Malayu. Demikianlah usaha-
usaha yang dilakukan oleh R. Wijaya dalam upaya mengatur dan memperkuat kekuasaan
pada masa awal Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1309 R. Wijaya meninggal dunia dan
didharmakan di Candi Simping (Sumberjati, Blitar) dalam perwujudan Harihara (Siwa
dan Wisnu dalam satu arca).

b. Jayanegera (1309–1328).
R. Wijaya kemudian digantikan oleh putranya Kalagemet dengan gelar Jayanegara
(1309–1328), putra R. Wijaya dengan Dewi Tribhuanaeswari. Pada masa ini timbul
kekacauan di Majapahit karena pemerintahan Jayanegara yang kurang berbobot dan
adanya rasa tidak puas dari pejuang-pejuang Majapahit semasa pemerintahan R. Wijaya.
Kekacauan di Majapahit itu berupa pemberontakan yang dapat membahayakan negara,
diantaranya :

a) Pemberontakan Rangga Lawe (1309) yang berkedudukan di Tuban tidak puas karena
ia mengharapkan dapat menjadi patih di Majapahit, sedangkan yang diangkat adalah
Nambi.
b) Pemberontakan Lembu Sora (1311) karena hasutan Mahapati yang merupakan musuh
dalam selimut Jayanegara.
c) Pemberontakan Nambi (1316) karena ambisi ayahnya Aria Wiraraja agar Nambi
menjadi raja. Semua pemberontakan tersebut dapat dipadamkan.
d) Pemberontakan Kuti (1319) merupakan pemberontakan yang paling membahayakan
karena Kuti dapat menduduki istana kerajaan dan Jayanegara terpaksa menyingkir
ke Bedander. Namun, pasukan Bayangkari kerajaan di bawah pimpinan Gajah Mada
berhasil merebut kembali istana. Jayanegara dapat kembali ke istana lagi dan
berkuasa hingga tahun 1328. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada kemudian
diangkat menjadi patih di Kahuripan dan kemudian di Daha.

c. Tribhuanatunggadewi (1328–1350).
Pada tahun 1328 Jayanegara wafat karena dibunuh oleh Ratanca. Ia tidak
mempunyai putra sehingga takhta kerajaan diserahkan kepada Gayatri. Oleh karena
Gayatri telah menjadi bhiksuni maka yang tampil adalah putrinya, Bhre Kahuripan yang
bertindak sebagai wali ibunya. Bhre Kahuripan bergelar Tribhuanatunggadewi.

Pemerintahan Tribhuanatunggadewi masih dirongrong pemberontakan, yakni


pemberontakan Sadeng dan Keta. Namun, pemberontakan tersebut berhasil dihancurkan
oleh Gajah Mada. Sebagai tanda penghargaan, pada tahun 1333 Gajah Mada diangkat
sebagai Mahapatih Majapahit menggantikan Arya Tadah yang sudah tua.

Pada waktu penobatannya, Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa" (Tan Amukti
Palapa). Isinya, Gajah Mada bersumpah tidak akan makan enak (palapa) sebelum seluruh
Nusantara berada di bawah kekuasaan Majapahit. Dalam usaha menyatukan seluruh
Nusantara, Gajah Mada dibantu oleh Empu Nala dan Adiytawarman. Mula-mula mereka
menaklukkan Bali (1334). Selanjutnya, satu per satu kerajaan-kerajaan di Nusantara
berhasil dipersatukan.

d. Hayam Wuruk (1350–1389).


Pada tahun 1350 Gayatri wafat sehingga Tribhuanatunggadewi turun takhta dan
digantikan oleh putranya, yakni Hayam Wuruk dengan gelar Rajasanegara. Pada masa
pemerintahannya bersama Patih Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai masa
kejayaannya. Mahapatih Gajah mada berhasil mewujudkan cita-citanya menyatukan
nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Pemerintahan terlaksana secara teratur, baik
di tingkat pusat (ibu kota), tingkat menengah (vasal), dan tingkat desa.

Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan
terjadinya peristiwa di Bubat, yaitu perang antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada
waktu itu, Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi putri Dyah Pitaloka. Sebelum putri
Dyah Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran sampai di
Majapahit, mereka beristirahat di lapangan Bubat. Di sana terjadi perselisihan antara
Gajah Mada yang menghendaki agar putri itu dipersembahkan oleh raja Pajajaran
kepada raja Majapahit. Para pembesar Kerajaan Pajajaran tidak setuju, akhirnya
terjadilah peperangan di Bubat yang menyebabkan semua rombongan Kerajaan
Pajajaran gugur.

Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan
yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk
meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab surutnya kebesaran Kerajaan
Majapahit di samping terjadinya pertentangan yang berkembang menjadi perang
saudara.

e. Wikramawardhana (1389–1429).
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 dan digantikan oleh putrinya Dyah
Kusumawardhani yang pada saat memerintah didampingi oleh suaminya yang bernama
Wikramawardhana. Selain itu pernikahan Hayam Wuruk dengan isteri selir mempunyai
anak Bhre Wirabhumi yang telah diberi kekuasaan sebagai penguasa daerah (bupati) di
Blambangan. Akan tetapi, Bhre Wirabumi menuntut takhta Majapahit sehingga
menimbulkan perang saudara (Perang Peregreg) yang terjadi selama 5 tahun (1401–
1406). Pada akhirnya Bhre Wirabhumi kalah dan perang saudara tersebut mengakibatkan
lemahnya kekuasaan Majapahit. Setelah Wikramawardhana meninggal (1429) Kerajaan
Majapahit selanjutnya diperintah oleh raja-raja:
a) Suhita (1429 - 1447), putri Wikramawardhana
b) Kertawijaya (1448 - 1451), adik Suhita
c) Sri Rajasawardhana (1451 - 1453)
d) Girindrawardhana (1456 - 1466), anak dari Kertawijaya
e) Sri Singhawikramawardhana (1466 - 1474)
f) Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1447 – 1526)

Sampai dengan akhir abad ke-15 masih ada raja-raja yang memerintah sebagai
keturunan Majapahit, namun telah suram karena tidak ada persatuan dan kesatuan
sehingga daerah-daerah jajahan satu demi satu melepaskan diri. Para bupati di pantai
utara Jawa, seperti Demak, Gresik, dan Tuban telah menganut agama Islam sehingga
satu per satu memisahkan diri dari Majapahit. Demikian juga daerah di luar Jawa mulai
berani tidak mengirim upeti ke Majapahit sampai dengan Majapahit mengalami
kemunduran dan akhirnya rutuh.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan kemunduran


Majapahit, antara lain :

1) Tidak ada lagi tokoh-tokoh yang kuat di pusat pemerintahan yang dapat
mempertahankan kesatuan wilayah sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk.
2) Terjadinya perang saudara (Paregreg).
3) Banyak daerah-daerah jajahan yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
4) Masuk dan berkembangnya agama Islam.

Setelah mengalami kemunduran, akhirnya Majapahit runtuh. Dalam hal ini ada dua
pendapat mengenai runtuhnya Kerajaan Majapahit, yaitu :
1) Tahun 1478, yakni adanya serangan Girindrawardana dari Kediri. Peristiwa tersebut
diberi candrasengkala "hilang sirnakertaning bhumi" yang berarti tahun 1400
Saka/1478 M.
2) Tahun 1526, yakni adanya serangan tentara dari Demak di bawah pimpinan Raden
Patah. Serangan Demak ini menandai berakhirnya kekuasaan Hindu di Jawa.

2. Kerajaan Bali

Kerajaan Bali Kuno terletak di Pulau Bali yang berada di sebelah timur Provinsi Jawa
Timur. Kerajaan Bali mempunyai hubungan sejarah yang erat dengan kerajaan - kerajaan di
Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur, seperti kerajaan Singasari dan Majapahit.

Berita tertua mengenai Bali bersumber dari Bali sendiri, yakni berupa beberapa buah
cap kecil dari tanah liat yang berukuran 2,5 cm yang ditemukan di Pejeng, Bali. Cap-cap itu
dibuat pada abad ke-8 M. Adapun prasasti tertua di Bali berangka tahun 882 M,
memberitakan perintah membuat pertapaan dan pasanggrahan di Bukit Kintamani. Di dalam
prasasti tersebut tidak ditulis nama raja yang memerintah pada masa itu. Demikian juga
prasasti yang berangka tahun 911 M yang isinya memberikan izin kepada penduduk Desa
Trunyaan untuk membangun tempat suci bagi pemujaan Bhattara da Tonta.

Munculnya Kerajaan Bali dapat diketahui dari Prasasti Blanjong (Sanur) yang berangka
tahun 914 M. Prasasti tersebut itulis dengan huruf Pranagari dan Kawi, sedang bahasanya
ialah Bali Kuno dan Sanskerta. Raja Bali pertama ialah Kesari Warmadewa. Ia bertakhta di
Istana Singhadwala dan merupakan raja yang mendirikan Dinasti Warmadewa. Dua tahun
kemudian, Kesari Warmadwa digantikan oleh Ugrasena (915–942). Raja Ugrasena bertakhta
di Istana Singhamandawa. Masa pemeritahannya sezaman dengan pemerintahan Empu
Sendok dari keluarga Isana di Jawa Timur. Raja Ugrasena meninggalkan sembilan prasasti
yang umumnya berisi tentang pembebasan pajak untuk daerah-daerah tertentu.

Raja yang memerintah setelah Ugrasena adalah Aji Tabanendra Warmadewa (955–967).
Raja ini memerintah bersama-sama permaisurinya yang bernama Sri Subadrika
Dharmadewi. Pengganti berikutnya ialah Jayasingha Warmadewa (968–975). Raja ini
membangun sebuah pemandian dari sebuah mata air yang ada di Desa Manukaya.
Pemandian itu disebut Tirtha Mpul yang terletak di dekat Tampaksiring.

Raja Jayasingha digantikan oleh Janasadhu Warmadewa (975–983). Pada tahun 983
muncul seorang raja wanita yang bernama Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Pengganti Sri
Wijaya Mahadewi ialah Udayana Warmadewa. Ia memerintah bersama permaisurinya, yaitu
Gunapriya Dharmapatni yang lebih dikenal sebagai Mahendradatta. Udayana memerintah
bersama permaisurinya sampai dengan tahun 1001 M karena pada tahun itu Mahendradatta
meninggal. Udayana meneruskan pemerintahannya sampai dengan tahun 1011 M. Raja
Udayana mempunyai tiga orang putra, yakni Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.

Airlangga tidak pernah memerintah di Bali sebab menjadi menantu Dharmamangsa di


Jawa Timur. Oleh karena itu, setelah Udayana meninggal, takhtanya digantikan oleh
Marakata. Setelah naik takhta, Marakarta memakai gelar Dharmawangsawardhana Marakata
Pangkajasthana Uttunngadewa. Masa pemerintahan Marakata sezaman dengan Airlangga
(1011–1022 M). Ia dianggap sebagai kebenaran hukum yang selalu memerhatikan dan
melindungi rakyatnya. Oleh karena itu, Marakata disegani dan ditaati oleh rakyatnya.
Pengganti Marakata ialah Anak Wungsu.

Anak Wungsu merupakan Raja Bali yang paling banyak meninggalkan prasasti, yakni ada
kurang lebih 28 buah prasasti dan tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan.
Anak Wungsu berhasil memegang tampuk pemerintah di Bali selama 28 tahun (1049–1077).
Semasa pemerintahannya, ia berhasil mewujudkan kerajaan yang aman, damai, dan
sejahtera. Penganut agama Hindu dapat hidup berdampingan dengan agama Buddha. Anak
Wungsu berhasil membangun sebuah kompleks percandian di Gunung Kawi (sebelah selatan
Tampaksiring) yang merupakan peninggalan terbesar di Bali. Masa pemeritahannya yang
gemilang, Anak Wungsu dianggap oleh rakyatnya sebagai penjelman Dewa Hari (Dewa
Kebaikan). Setelah meninggal, Anak Wungsu didharmakan di Candi Gunung Kawi. Anak
Wungsu tidak meninggalkan putra. Permisurinya dikenal dengan nama Batari Mandul.

Raja yang memerintah setelah Anak Wungsu yang terkenal ialah Jayasakti (1133–1150).
Masa pemerintahan Jayasakti sezaman dengan Raja Jayabaya di Kediri. Pada saat itu agama
Buddha, Siwaisme, dan Waisnama berkembang dengan baik. Raja Jayasakti disebut sebagai
penjilmaan Dewa Wisnu. Sebagai seorang raja yang bijaksana, ia memerintah kerajaan
berdasarkan pada hukum keadilan dan kemanusiaan. Kitab undang-undang yang berlaku
pada masa pemerintahannya ialah Utara Widdhi Balawan dan Raja Wacana atau Rajaniti.

Raja Bali yang terkenal lainnya ialah Jayapangus (1177–1181). Raja Jayapangus
dianggap sebagai penyelamat rakyat yang terkena malapetaka karena melalaikan ibadah.
Jayapangus menerima wahyu dari Dewa untuk mengajak rakyat kembali melakukan upacara
rital agama yang sampai sekarang dikenal dan diperingati sebagai upacara Galungan. Kitab
undang-undang yang digunakan sebagai pedoman masa pemerintahannya ialah kitab Mana
Wakamandaka. Setelah Jayapangus, Bali diperintah oleh raja-raja yang lemah. Bali
kemudian berhasil ditaklukan oleh Gajah Mada dan menjadi wilayah kekuasaan Majapahit.
B. Evaluasi Hasil

01. Kerajaan Bali

Bukti-bukti / Sumber Yang


Perkiraan Letak Dan Wilayah Raja-raja Yang
Menunjukkan Keberadaan
Berdiri Kerajaan Pernah Berkuasa
Kerajaan

…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………


…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………

02. Kerajaan Majapahit

Bukti-bukti / Sumber Yang


Perkiraan Letak Dan Wilayah Raja-raja Yang
Menunjukkan Keberadaan
Berdiri Kerajaan Pernah Berkuasa
Kerajaan

…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………


…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
…………………… …………………………………… ………………………………………………… …………………………
Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan
Nam
Jumla
No a Sistematik Gesture Nil Ket
antusi h
. Sisw Komunik a Wawas Keberani dan ai .
as Skor
a asi penyampai an an penampil
an an

Keterangan Skor : Σ Skor perolehan


Masing-masing kolom diisi dengan kriteria Nilai = X 100
4 = Baik Sekali Skor Maksimal (20)
3 = Baik
2 = Cukup Kriteria Nilai
1 = Kurang A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia
Sub Topik : Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-
Buddha
Pertemuan ke- : 3

U. Kompetensi Inti
9. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
10. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
11. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
12. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

V. Kompetensi Dasar
1.5. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.6. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.7. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.8. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh
tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.9. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah

3.8. Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada


masa kerajaan-kerajaan Hindu- Buddha di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti
yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4.8. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu- Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan

W. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menjelaskan asal usul terbentuknya hubungan perdagangan di Nusantara
2. Menganalisis poses terbentuknya jaringan Nusantara melalui jalur perdagangan
3. Menganalisis dampak dari terbentuknya jaringan Nusantara melalui jalur perdangan.
4. Menjelaskan proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan Hindu-Buddha pada sistem
pemerintahan, kepercayaan, sosial dan ekonomi;
5. Menganalisis berbagai contoh bentuk seni bangunan, seni ukir, seni sastra dan aksara masa
pada masa Hindu-Buddha;
6. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang tinggalan kebudayaan masa Hindu-Buddha.

X. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
5. Menjelaskan asal usul terbentuknya hubungan perdagangan di Nusantara
6. Menganalisis poses terbentuknya jaringan Nusantara melalui jalur perdagangan
7. Menganalisis dampak dari terbentuknya jaringan Nusantara melalui jalur perdangan.
8. Menjelaskan proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan Hindu-Buddha pada sistem
pemerintahan, kepercayaan, sosial dan ekonomi;
9. Menganalisis berbagai contoh bentuk seni bangunan, seni ukir, seni sastra dan aksara masa
pada masa Hindu-Buddha;
10. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang tinggalan kebudayaan masa Hindu-Buddha.

Y. Materi Ajar
4. Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha

Z. Alokasi Waktu
2. 2 x 45 Menit

AA. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


4. Pendekatan : Saintifik
5. Strategi : Cooperative Jigsaw
6. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

BB. Kegiatan Pembelajaran


Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar atau film documenter yang berhubungan dengan
akulturasi kebudayaan nusantara dengan Hindu-Buddha

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 6 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
12. Kel. I : Terbentuknya jaringan perdagangan di
Nusantara
13. Kel. II : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Hindu Buddha dalam bidang pemerintahan.
14. Kel. III : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Hindu Buddha dalam bidang seni bangunan
15. Kel. IV : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Hindu Buddha dalam bidang seni ukir
16. Kel. V : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Hindu Buddha dalam sistem kepercayaan
17. Kel. VI : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Hindu Buddha dalam sistem seni sastra dan aksara
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi

 Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

CC. Penilaian Hasil Belajar


e. Tes :
5. Uraian (Terlampir)
6. Pilihan Ganda (Terlampir)

f. Non Tes :
5. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
6. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

DD. Sumber Belajar


 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah

Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran


MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.

Lampiran :

C. Ringkasan Materi

Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli
sebagai berikut.

1. Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk
akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli.
Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagianbagian
candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada
hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur
merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.

2. Seni Rupa dan Seni Ukir


Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni
pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada
bagian dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dindingdinding pagar
langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang
Buddha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati.
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Hiasan relief kala makara,
dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal
sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering diabadikan
dengan cara di lukis.

3. Seni Sastra dan Aksara


Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia. Seni sastra waktu itu
ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya,
kesusasteraan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan),
kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan).
Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan
Mahabarata. Kemudian timbul wiracarita hasil gubahan dari para pujangga Indonesia.
Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya
cerita-cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabarata dan Ramayana,
melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di
Indonesia, khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita pertunjukan
wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan). Cerita dalam
pertunjukan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan
ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia.
Di samping bentuk dan ragam hias wayang, muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang
khas Indonesia. Misalnya tokohtokoh punakawan seperti Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-
tokoh ini tidak ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung
oleh penggunaan huruf pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno. Pada
prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia.
Misalnya, ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia).

4. Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-
simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam
kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang naik
perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan
melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka.
Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh
halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme).
Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya
dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat
pemujaan. Di Indonesia, disamping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam
raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih
tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang
dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi
pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Bentuk bangunan lingga dan
yoni juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut
Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni adalah
lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang
perempuan.

5. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem
pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah
di suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam
kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior),
arif, dapat membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang
ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian). Setelah pengaruh
India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan.
Hal ini secara jelas terjadi di Kutai.
Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus
berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum
Hindu-Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang dekat
dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.

D. Evaluasi Hasil

1. Buatlah pertanyaan kritis mengenai tahap-tahap sejarah Hindu- Buddha sejak zaman
praaksara hingga terbentuknya system organisasi kenegaraan (kerajaan) tradisional yang
tersebar di Nusantara. Masing-masing peserta didik diminta memilih dan membuat deskripsi
profil salah satu kerajaan tersebut dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kritis dalam
kaitannya dengan kepemimpinannya, ketatanegaraannya dan kisah sukses serta
kegagalannya. Bagaimana pendapat kamu tentang hipotesis ahli mengenai hubungan budaya
Hindu-Buddha dengan Nusantara? Diskusikan hasil tulisan kamu!
2. Cobalah eksplorasi (jelajah) apakah sisa-sisa kebudayaan material (material culture) dan
kebudayaan kerohanian (spiritual culture) masa Hindu-Buddha masih ada di lingkungan
tempat tinggal kamu atau di kampung asal nenek atau orang tua kamu? Deskripsikan
bentuk-bentuk peninggalan itu dan adakah sesuatu (gagasan) yang berharga jika dikaitkan
dengan masa sekarang?
Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan
Nam
Jumla
No a Sistematik Gesture Nil Ket
antusi h
. Sisw Komunik a Wawas Keberani dan ai .
as Skor
a asi penyampai an an penampil
an an

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMAN IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Zaman Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia
Sub Topik : Teori-teori masuk dan berkembangnya Islam
Pertemuan ke- : 4

EE. Kompetensi Inti


13. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
14. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
15. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
16. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

FF. Kompetensi Dasar


1.7. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.8. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.10. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.11. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.12. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah

3.7. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia.

4.7. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Islam dengan
menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan

GG. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menganalisis berbagai teori tentang masuknya Islam ke Nusantara
2. Menilai teori-teori mana yang paling tepat/rasional tentang masuknya Islam ke Nusantara
3. Menganalisis peran beberapa tokoh dalam proses penyebaran Islam di Nusantara.

HH. Tujuan Pembelajaran


Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menganalisis berbagai teori tentang masuknya Islam ke Nusantara
2. Menilai teori-teori mana yang paling tepat/rasional tentang masuknya Islam ke Nusantara
3. Menganalisis peran beberapa tokoh dalam proses penyebaran Islam di Nusantara.

II. Materi Ajar


5. Teori-teori masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia

JJ. Alokasi Waktu


3. 2 x 45 Menit

KK. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


7. Pendekatan : Saintifik
8. Strategi : Cooperative Jigsaw
9. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

LL. Kegiatan Pembelajaran


Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar atau film documenter yang berhubungan dengan
teori masuknya pengaruh Islam di Indonesia

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 4 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
18. Kel. I : Teori Persia
19. Kel. II : Teori India atau Gujarat
20. Kel. III : Teori Arab atau Mekkah
21. Kel. IV : Teori Cina
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi

 Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

MM. Penilaian Hasil Belajar


g. Tes :
7. Uraian (Terlampir)
8. Pilihan Ganda (Terlampir)

h. Non Tes :
7. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
8. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

NN. Sumber Belajar


 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah

Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran

MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI,S.SOS., M.PD.


Lampiran :

E. Ringkasan Materi

I. Hipotesa perdagangan tentang proses awal penyebaran Islam di kepulauan Indonesia.

1. Teori Gujarat / India


Pendukung : J. Pijnapel, J.P. Moquetta, Sucipto Wiryosuprapto, dan C. Snouck Hourgronje
Alasan :
a. Nisan Sultan Malik As Saleh sejenis dengan marmer yang ada di India abad ke 13
b. Relief yang ada pada makam Sultan Malik As Saleh memiliki kesamaan dengan relief
yang ada pada kuil di Cambay India
c. Proses Islamisasi mengikuti jalur perdagangan yang ada di India
d. Adanya kemiripan cerita / hikayat yang berkembang di Indonesia dengan cerita /
hikayat yang ada di India
e. Catatan perjalanan Marco Polo yang pernah singgah di Perlak pada tahun 1292,
mengatakan bahwa banyak pedagang dari Gujarat yang menyebarkan agama Islam di
Sumatera bagian Utara

2. Teori Persia
Pendukung : Oemar Amin Hoesin dan Husein Joyodiningrat
Alasan :
a. Di Persia terdapat suku bernama Leran. Kemungkinan suku ini pernah datang ke Jawa
dibuktikan dengan adanya kampung bernama Leran di Gresik, Jawa Timur
b. Di Persia terdapat suku Jawi. Suku ini mungkin mengajarkan huruf Arab Pegon di Jawa,
dan huruf Arab Pegon banyak ditemukan di Indonesia.
c. Dikenalnya istilah Jabar dan Jer untuk menyebut fathah dan kasroh dalam bahasa Arab.
Sementara istilah Jabar dan Jer berasal dari bahasa Persia.
d. Adanya istilah Tabut untuk menyebutkan bulan Muharram pada masyarakat
Minangkabau dan Aceh. Bulan Tabut pada masyarakat Persia diperingati sebagai
wafatnya Husein, cucu Nabi Muhammad SAW

3. Teori Arab / Mekkah / Mesir


Pendukung : Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), A.H. Johns, dan Crawford.
Alasan :
a. Tulisan Ibnu Batutah yang menyatakan bahwa Raja Samudera Pasai bermahzab Syafii.
Mahzab ini banyak dianut di Mekkah dan Mesir. Jika Islam di Indonesia berasal dari
Persia, maka Islam yang banyak dianut adalah aliran Syiah seperti di Persia. Dan jika
Islam berasal dari Gujarat, maka mahzab yang banyak dianut adalah mahzab Hanafi
seperti yang banyak dianut di India
b. Gelar yang dipakai raja-raja di Pasai adalah al Malik, yaitu gelar yang banyak digunakan
raja-raja di Mesir, bukan Syah yang merupakan gelar raja-raja di Persia. Gelar Syah di
Indonesia baru digunakan sekitar abad ke 15, ketika berdirinya Kerajaan Malaka.

4. Teori Cina
Pendukung : Sumanto Al Qurtuby
Alasan :
a. Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di
Jawa) berasal dari para perantau Cina. Di mana hubungan antara pedagang Cina dan
Indonesia sudah terjalin jauh sebelum berkembangnya Islam di Indonesia. Ajaran Islam
telah masuk ke Cina pada sekitar abad 7. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus
Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah
Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat
sejumlah pemukiman Islam.
b. Raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Demak, merupakan keturunan
Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk
Vietnam).
c. Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak
beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin
Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan
“Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara Cina
yang berbatasan dengan Rusia.
d. Adanya masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh
komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa.
e. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, menurut catatan-catatan
Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina.

II. Tempat dan bukti-bukti awal penyebaran Islam di Indonesia.

Para sejarawan Indonesia berpendapat bahwa proses Islamisasi di Indonesia sudah dimulai
pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Hal ini didasarkan pada bukti-bukti atau
sumber-sumber, baik intern maupun ekstern. Tetapi beberapa sejarawan Barat seperti seorang
ilmuwan Belanda yang bernama Mouquette menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar
abad ke-13-14 Masehi. Penentuan waktu itu berdasarkan tulisan pada batu nisan yang
ditemukan di Pasai. Batu nisan itu berangka tahun 17 Djulhijah 831 atau 21 September 1428 M
dan identik dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822 H atau
1419 M) di Gresik, Jawa Timur. Morisson mendukung pendapat Moguetta yang berpendapat
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan batu nisan Malik al-Saleh,
seorang raja Samudera Pasai yang berangka tahun 698 H atau 1297 M. Petunjuk pertama
mengenai orang-orang Indonesia yang beragama Islam datang dari tulisan Marcopolo yang
singgah di Sumatra dalam perjalanan pulangnya dari Cina pada tahun 1292, dia
berpendapatbahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.

Bukti-bukti awal penyebaran Islam di Indonesia dapat dilihat berdasarkan sumber intern
(lokal) dan ekstern (asing).

1. Sumber intern :
a. Batu nisan Fatimah binti Maimun (1028)
b. Makam Sultan Malik as Saleh (1297)
c. Batu nisan di Trowulan (1368-1369)
d. Kompleks pemakaman di Troloyo (1376-1611)
e. Makam Maulana Malik Ibrahim (1419)

2. Sumber ekstern :
a. Berita dari Arab
 Diketahui dari para pedagang Arab yang berdagang di Sriwijaya pada sekitar abad ke
7. Dibuktikan dengan adanya istilah yang digunakan para pedagang Arab untuk
menyebutkan nama Sriwijaya dengan sebutan “Zabaq”, “Zabay”, atau “Sribusa”.
Pada saat itu, di pusat Kerajaan Sriwijaya telah dijumpai perkampungan-
perkampungan pedagang Arab. Menurut berita Ibn Hordadzbeth (844-848 M),
pedagang Sulaiman (902 M), Ibn Rosteh (903 M), Abu Yazid (916 M), dan ahli geografi
Mas’udi (955 M), Kerajaan Sriwijaya (Sribusa) berada di bawah kekuasaan Raja Zabag
yang kaya dan menguasai jalur perdagangan dengan Kerajaan Oman.

b. Berita dari Cina


 Catatan Dinasti Tang yang menyebutkan bahwa orang-orang Ta-Shih berencana untuk
menyerang kerajaan Holing yang diperintah oleh Ratu Sima (674 M). Kata Ta-Shih
ditafsirkan sebagai orang-orang Arab
 Catatan Chou Ku-Fe (1178 M) yang mengatakan terdapat tempat yang menjadi
komunitas orang Ta-Shih, yaitu Fo-lo-an, yang masuk dalam wilayah kekuasaan
Sriwijaya. Saat ini wilayah Fo-lo-an terdapat di Malaysia.
 Berita Cina memberitakan bahwa pada akhir abad ke-13 M, kerajaan kecil bernama
“Sa-mu-ta-la” (Samudera) mengutus dutanya ke Cina. “Sa-mu-ta-la” merupakan
ejaan orang Cina untuk Samudera Pasai.
 Catatan Ma-Huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho
pada sekitar tahun 1416 M, yang mengatakan bahwa sudah ada saudagar-saudagar
Islam yang tinggal di sepanjang pantai utara Jawa

c. Berita dari India


 Para pedagang Gujarat (India) mempunyai peranan besar dalam menyebarkan agama
dan kebudayaan Islam di Indonesia di sepanjang pesisir pantai utara Sumatera
 Berita yang ditulis oleh Ibnu Batutah seorang utusan raja Delhi, dalam perjalanannya
dari India ke Cina sempat singgah di Samudera Pasai pada tahun 1345 M dan mencatat
bahwa agama Islam yang dianut di Kerajaan Samudera Pasai bermahzab Syafii

d. Berita dari Eropa


 Catatan Marco Polo yang pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M dan
mengabarkan bahwa penduduk kota Perlak beragama Islam
 Buku Summa Oriental yang ditulis musafir Portugis yang bernama Tome Pires, berisi
tentang persebaran agama Islam antara tahun 1512-1515 M di wilayah Sumatera,
Jawa, Kalimantan, dan Kepulauan Maluku
F. Evaluasi Hasil

Lengkapi tabel di bawah ini !


NO TEORI KELEBIHAN KELEMAHAN PENDUKUNG

................................... ................................... ........................


................................... ................................... ........................
1. ................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................

................................... ................................... ........................


................................... ................................... ........................
2. ................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................

3.

................................... ................................... ........................


................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................
NO TEORI KELEBIHAN KELEMAHAN PENDUKUNG

................................... ................................... ........................


................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................

................................... ................................... ........................


................................... ................................... ........................
4. ................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................
................................... ................................... ........................

Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan

Gesture Jumlah
No. Nama Siswa Sistematika Nilai Ket.
Komun Wawas Kebera antusias dan Skor
penyampai
ikasi an nian penampil
an
an

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMAN IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Zaman Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia
Sub Topik : Islam dan Jaringan Perdagangan Antarpulau
Pertemuan ke- : 5

OO. Kompetensi Inti


17. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
18. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
19. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
20. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

PP. Kompetensi Dasar


1.9. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.10. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.13. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.14. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.15. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah

3.8. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia.

4.8. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Islam dengan
menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan

QQ. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menjelaskan jaringan perdagangan regional dan internasional di Nusantara
2. Menganalisis keterkaitan antara perkembangan Islam dan jaringan perdagangan antarpulau
di Nusantara
3. Menganalisis dampak jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) terhadap jalur
peradagangan dan pelayaran di Nusantara
4. Memiliki keterampilan mengolah informasi dan menyajikan dalam bentuk tulisan tentang
aktivitas perdagangan dan kaitannya dengan penyebaran Islam di Nusantara.

RR. Tujuan Pembelajaran


Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan jaringan perdagangan regional dan internasional di Nusantara
2. Menganalisis keterkaitan antara perkembangan Islam dan jaringan perdagangan antarpulau
di Nusantara
3. Menganalisis dampak jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) terhadap jalur
peradagangan dan pelayaran di Nusantara
4. Memiliki keterampilan mengolah informasi dan menyajikan dalam bentuk tulisan tentang
aktivitas perdagangan dan kaitannya dengan penyebaran Islam di Nusantara.

SS. Materi Ajar


6. Islam dan Jaringan Perdagangan Antarpulau

TT. Alokasi Waktu


- 2 x 45 Menit

UU. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


10. Pendekatan : Saintifik
11. Strategi : Cooperative Jigsaw
12. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

VV. Kegiatan Pembelajaran


Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan peta perdagangan antar pulau pada masa islam

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 3 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
22. Kel. I : Peranan jalur perdagangan Internasional dan
Regional dalam persebaran Islam di Indonesia
23. Kel. II : Perkembangan Islam dan perdagangan antarpulau
di Indonesia
24. Kel. III : Dampak jatuhnya Malaka ketangan Portugis pada
tahun 1511 terhadap kegiatan perdagangan di Nusantara
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi

 Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

WW. Penilaian Hasil Belajar


i. Tes :
9. Uraian (Terlampir)
10. Pilihan Ganda (Terlampir)

j. Non Tes :
9. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
10. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

XX. Sumber Belajar


 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah
Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran

MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.


Lampiran :

G. Ringkasan Materi

Berdasarkan data arkeologis seperti prasasti-prasasti maupun data historis berupa berita-
berita asing, kegiatan perdagangan di Kepulauan Indonesia sudah dimulai sejak abad pertama
Masehi. Jalurjalurpelayaran dan jaringan perdagangan Kerajaan Sriwijaya dengan negeri-negeri
di Asia Tenggara, India, dan Cina terutama berdasarkan berita-berita Cina telah dikaji, antara
lain oleh W. Wolters (1967). Demikian pula dari catatan-catatan sejarah Indonesia dan Malaya
yang dihimpun dari sumber-sumber Cina oleh W.P Groeneveldt, telah menunjukkan adanya
jaringan–jaringan perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dengan
berbagai negeri terutama dengan Cina. Kontak dagang ini sudah berlangsung sejak abad-abad
pertama Masehi sampai dengan abad ke-16. Kemudian kapal-kapal dagang Arab juga sudah
mulai berlayar ke wilayah Asia Tenggara sejak permulaan abad ke-7. Dari literatur Arab banyak
sumber berita tentang perjalanan mereka ke Asia Tenggara. Adanya jalur pelayaran tersebut
menyebabkan munculnya jaringan perdagangan dan pertumbuhan serta perkembangan kota-
kota pusat kesultanan dengan kota-kota bandarnya pada abad ke-13 sampai abad ke-18
misalnya, Samudera Pasai, Malaka, Banda Aceh, Jambi, Palembang, Siak Indrapura,
Minangakabau, Demak, Cirebon, Banten, Ternate, Tidore, Goa-Tallo, Kutai, Banjar, dan kota-
kota lainnya.
Dari sumber literatur Cina, Cheng Ho mencatat terdapat kerajaan yang bercorak Islam atau
kesultanan, antara lain, Samudera Pasai dan Malaka yang tumbuh dan berkembang sejak abad
ke-13 sampai abad ke-15, sedangkan Ma Huan juga memberitakan adanya komunitas-komunitas
Muslim di pesisir utara Jawa Timur. Berita Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515)
memberikan gambaran mengenai keberadaan jalur pelayaran jaringan perdagangan, baik
regional maupun internasional. Ia menceritakan tentang lalu lintas dan kehadiran para
pedagang di Samudra Pasai yang berasal dari Bengal, Turki, Arab, Persia, Gujarat, Kling,
Malayu, Jawa, dan Siam. Selain itu Tome Pires juga mencatat kehadiran para pedagang di
Malaka dari Kairo, Mekkah, Aden, Abysinia, Kilwa, Malindi, Ormuz, Persia, Rum, Turki, Kristen
Armenia, Gujarat, Chaul, Dabbol, Goa, Keling, Dekkan, Malabar, Orissa, Ceylon, Bengal,
Arakan, Pegu, Siam, Kedah, Malayu, Pahang, Patani, Kamboja, Campa, Cossin Cina, Cina,
Lequeos, Bruei, Lucus, Tanjung Pura, Lawe, Bangka, Lingga, Maluku, Banda, Bima, Timor,
Madura, Jawa, Sunda, Palembang, Jambi, Tongkal, Indragiri, Kapatra, Minangkabau, Siak,
Arqua, Aru, Tamjano, Pase, Pedir, dan Maladiva.
Berdasarkan kehadiran sejumlah pedagang dari berbagai negeri dan bangsa di Samudera
Pasai, Malaka, dan bandar-bandar di pesisir utara Jawa sebagaimana diceritakan Tome Pires,
kita dapat mengambil kesimpulan adanya jalur-jalur pelayaran dan jaringan perdagangan
antara beberapa kesultanan di Kepulauan Indonesia baik yang bersifat regional maupun
internasional.
Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Nusantara dengan Arab meningkat menjadi
hubungan langsung dan dalam intensitas tinggi. Dengan demikian aktivitas perdagangan dan
pelayaran di Samudera Hindia semakin ramai. Peningkatan pelayaran tersebut berkaitan erat
dengan makin majunya perdagangan di masa jaya pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258).
Dengan ditetapkannya Baghdad menjadi pusat pemerintahan menggantikan Damaskus (Syam),
aktivitas pelayaran dan perdagangan di Teluk Persia menjadi lebih ramai. Pedagang Arab yang
selama ini hanya berlayar sampai India, sejak abad ke-8 mulai masuk ke Kepulauan Indonesia
dalam rangka perjalanan ke Cina. Meskipun hanya transit, tetapi hubungan Arab dengan
kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia menjadi langsung. Hubungan ini menjadi semakin
ramai manakala pedagang Arab dilarang masuk ke Cina dan koloni mereka dihancurkan oleh
Huang Chou, menyusul suatu pemberontakan yang terjadi pada 879 H. Orang–orang Islam
melarikan diri dari pelabuhan Kanton dan meminta perlindungan Raja Kedah dan Palembang.
Ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada 1511, dan usaha Portugis selanjutnya untuk
menguasai lalu lintas di selat tersebut, mendorong para pedagang untuk mengambil jalur
alternatif, dengan melintasi Semenanjung atau pantai barat Sumatra ke Selat Sunda.
Pergeseran ini melahirkan pelabuhan perantara yang baru, seperti Aceh, Patani, Pahang, Johor,
Banten, Makassar dan lain sebagainya. Saat itu, pelayaran di Selat Malaka sering diganggu oleh
bajak laut. Perompakan laut sering terjadi pada jalur-jalur perdagangan yang ramai, tetapi
kurang mendapat pengawasan oleh penguasa setempat. Perompakan itu sesungguhnya
merupakan bentuk kuno kegiatan dagang. Kegiatan tersebut dilakukan karena merosotnya
keadaan politik dan mengganggu kewenangan pemerintahan yang berdaulat penuh atau
kedaulatannya di bawah penguasa kolonial. Akibat dari aktivitas bajak laut, rute pelayaran
perdagangan yang semula melalui Asia Barat ke Jawa lalu berubah melalui pesisir Sumatra dan
Sunda. Dari pelabuhan ini pula para pedagang singgah di Pelabuhan Barus, Pariaman, dan Tiku.
Perdagangan pada wilayah timur Kepulauan Indonesia lebih terkonsentrasi pada
perdagangan cengkih dan pala. Dari Ternate dan Tidore (Maluku) dibawa barang komoditi ke
Somba Opu, ibukota Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Somba Opu pada abad ke-16 telah
menjalin hubungan perdagangan dengan Patani, Johor, Banjar, Blambangan, dan Maluku.
Adapun Hitu (Ambon) menjadi pelabuhan yang menampung komoditi cengkih yang datang dari
Huamual (Seram Barat), sedangkan komoditi pala berpusat di Banda. Semua pelabuhan tersebut
umumnya didatangi oleh para pedagang Jawa, Cina, Arab, dan Makassar. Kehadiran pedagang
itu mempengaruhi corak kehidupan dan budaya setempat, antara lain ditemui bekas koloninya
seperti Maspait (Majapahit), Kota Jawa (Jawa) dan Kota Mangkasare (Makassar).
Pada abad ke-15, Sulawesi Selatan telah didatangi pedagang Muslim dari Malaka, Jawa, dan
Sumatra. Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Muslim di Gowa terutama Raja Gowa
Muhammad Said (1639-1653) dan putra penggantinya, Hasanuddin (1653-1669) telah menjalin
hubungan dagang dengan Portugis. Bahkan Sultan Muhammad Said dan Karaeng Pattingaloang
turut memberikan saham dalam perdagangan yang dilakukan Fr. Vieira, meskipun mereka
beragama Katolik. Kerjasama ini didorong oleh adanya usaha monopoli perdagangan rempah-
rempah yang dilancarkan oleh kompeni Belanda di Maluku.
Hubungan Ternate, Hitu dengan Jawa sangat erat sekali. Ini ditandai dengan adanya
seorang raja yang dianggap benar-benar telah memeluk Islam ialah Zainal Abidin (1486-1500)
yang pernah belajar di Madrasah Giri. Ia dijuluki sebagai Raja Bulawa, artinya raja cengkeh,
karena membawa cengkeh dari Maluku sebagai persembahan. Cengkih, pala, dan bunga pala
(fuli) hanya terdapat di Kepulauan Indonesia bagian timur, sehingga banyak barang yang sampai
ke Eropa harus melewati jalur perdagangan yang panjang dari Maluku sampai ke Laut Tengah.
Cengkih yang diperdagangkan adalah putik bunga tumbuhan hijau (szygium aromaticum atau
caryophullus aromaticus) yang dikeringkan. Satu pohon ini ada yang menghasilkan cengkih
sampai 34 kg. Hamparan cengkih ditanam di perbukitan di pulau-pulau kecil Ternate, Tidore,
Makian, dan Motir di lepas pantai barat Halmahera dan baru berhasil ditanam di pulau yang
relatif besar, yaitu Bacan, Ambon dan Seram.
Meningkatnya ekspor lada dalam kancah perdagangan internasional, membuat pedagang
nusantara mengambil alih peranan India sebagai pemasok utama bagi pasaran Eropa yang
berkembang dengan cepat. Selama periode (1500-1530) banyak terjadi gangguan di laut
sehingga bandar-bandar Laut Tengah harus mencari pasokan hasil bumi Asia ke Lisabon. Oleh
karena itu secara berangsur jalur perdagangan yang ditempuh pedagang muslim bertambah
aktif, ditambah dengan adanya perang di laut Eropa, penaklukan Ottoman atas Mesir (1517) dan
pantai Laut Merah Arabia (1538) memberikan dukungan yang besar bagi berkembangnya
pelayaran Islam di Samudera Hindia. Meskipun banyak kota bandar, namun yang berfungsi untuk
melakukan ekspor dan impor komoditi pada umumnya adalah kota-kota bandar besar yang
beribu kota pemerintahan di pesisir, seperti Banten, Jayakarta, Cirebon, Jepara - Demak,
Ternate, Tidore, Goa-Tallo, Banjarmasin, Malaka, Samudera Pasai, Kesultanan Jambi,
Palembang dan Jambi. Kesultanan Mataram berdiri dari abad ke-16 sampai ke-18. Meskipun
kedudukannya sebagai kerajaan pedalaman namun wilayah kekuasaannya meliputi sebahagian
besar pulau Jawa yang merupakan hasil ekspansi Sultan Agung. Kesultanan Mataram juga
memiliki kota-kota bandar, seperti Jepara, Tegal, Kendal, Semarang, Tuban, Sedayu, Gresik,
dan Surabaya.
Dalam proses perdagangan telah terjalin hubungan antar etnis yang sangat erat. Berbagai
etnis dari kerajaan-kerajaan tersebut kemudian berkumpul dan membentuk komunitas. Oleh
karena itu, muncul nama-nama kampung berdasarkan asal daerah. Misalnya,di Jakarta terdapat
perkampungan Keling, Pakojan, dan kampong-kampung lainnya yang berasal dari daerah-daerah
asal yang jauh dari kota-kota yang dikunjungi, seperti Kampung Melayu, Kampung Bandan,
Kampung Ambon, dan Kampung Bali.
Pada zaman pertumbuhan dan perkembangan Islam, system jual beli barang masih
dilakukan dengan cara barter. Sistem barter dilakukan antara pedagang-pedagang dari daerah
pesisir dengan daerah pedalaman, bahkan kadang-kadang langsung kepada petani. Transaksi itu
dilakukan di pasar, baik di kota maupun desa. Tradisi jual-beli dengan sistem barter hingga kini
masih dilakukan oleh beberapa masyarakat sederhana yang berada jauh di daerah terpencil. Di
beberapa kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam telah menggunakan mata uang
sebagai nilai tukar barang. Mata uang yang dipergunakan tidak mengikat pada mata uang
tertentu, kecuali ada ketentuan yang diatur pemerintah daerah setempat.
Kemunduran perdagangan dan kerajaan yang berada di daerah tepi pantai disebabkan
karena kemenangan militer dan ekonomi dari Belanda, dan munculnya kerajaan-kerajaan
agraris di pedalaman yang tidak menaruh perhatian pada perdagangan.

H. Evaluasi Hasil

1. Berdasarkan berita Tome Pires, buatlah peta jalur perdagangan di bagian timur kepulauan
Indonesia!
2. Jelaskan dan buatlah peta jalur perdagangan alternatif setelah Malaka jatuh ke tangan
Portugis tahun 1511!
3. Menurut kamu mengapa para pedagang waktu itu memilih jalur perairan atau laut?

Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan
Nam
Jumla
No a Sistematik Gesture Nil Ket
antusi h
. Sisw Komunik a Wawas Keberani dan ai .
as Skor
a asi penyampai an an penampil
an an
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Zaman Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia
Sub Topik : Kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera
Pertemuan ke- : 6

YY. Kompetensi Inti


21. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
22. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
23. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
24. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

ZZ. Kompetensi Dasar


1.11. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.12. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.16. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.17. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.18. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah

3.8. Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada


masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4.8. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang
berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kini

AAA. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menganalisis proses lahirnya Kerajaan Samudra Pasai
2. Menganalisis perkembangan kerajaan Samudra Pasai
3. Menganalisis perkembangan Kesultanan Aceh Darussalam
4. Menganalisis hasil-hasil kebudayaan Kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra
5. Menyajikan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra dalam bentuk tulisan
BBB. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menganalisis proses lahirnya Kerajaan Samudra Pasai
2. Menganalisis perkembangan kerajaan Samudra Pasai
3. Menganalisis perkembangan Kesultanan Aceh Darussalam
4. Menganalisis hasil-hasil kebudayaan Kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra
5. Menyajikan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra dalam bentuk tulisan

CCC. Materi Ajar


7. Kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera

DDD. Alokasi Waktu


- 2 x 45 Menit

EEE.Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


13. Pendekatan : Saintifik
14. Strategi : Cooperative Jigsaw
15. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

FFF. Kegiatan Pembelajaran


Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar hasil peninggalan kerajaan Islam di Sumatera

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 3 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
25. Kel. I : Kerajaan Samudera Pasai
26. Kel. II : Kerajaan Aceh Darussalam
27. Kel. III : mengindentifikasi Tradisi Islam di Sumatera
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi

 Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

GGG. Penilaian Hasil Belajar


k. Tes :
11. Uraian (Terlampir)
12. Pilihan Ganda (Terlampir)

l. Non Tes :
11. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
12. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

HHH. Sumber Belajar


 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah

Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran

MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.


Lampiran :

I. Ringkasan Materi

Kerajaan Islam di Sumatra


Sejak awal kedatangannya, pulau Sumatra termasuk daerah pertama dan terpenting dalam
pengembangan agama Islam di Indonesia. Dikatakan demikian mengingat letak Sumatra yang
strategis dan berhadapan langsung dengan jalur perdangan dunia, yakni Selat Malaka.
Berdasarkan catatan Tomé Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) dikatakan bahwa di Sumatra,
terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka dan pesisir barat Sumatra terdapat banyak kerajaan
Islam, baik yang besar maupun yang kecil. Diantara kerajaan-kerajaan tersebut antara lain
Aceh, Biar dan Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongkal, Indragiri,
Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku, Panchur, dan Barus. Menurut Tomé
Pires, kerajaan-kerajaan tersebut ada yang sedang mengalami pertumbuhan, ada pula yang
sedang mengalami perkembangan, dan ada pula yang sedang mengalami keruntuhannya.

1. Samudera Pasai
Samudera Pasai diperkirakan tumbuh berkembang antara tahun 1270 dan 1275, atau
pertengahan abad ke-13. Kerajaan ini terletak lebih kurang 15 km di sebelah timur
Lhokseumawe, Nangro Aceh Darussalam, dengan sultan pertamanya bernama Sultan Malik
as-Shaleh (wafat tahun 696 H atau 1297 M). Dalam kitab Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-
Raja Pasai diceritakan bahwa Sultan Malik as-Shaleh sebelumnya hanya seorang kepala
Gampong Samudera bernama Marah Silu. Setelah menganut agama Islam kemudian berganti
nama dengan Malik as-Shaleh.
Berikut ini merupakan urutan para raja-raja yang memerintah di Kesultanan Samudera
Pasai:
1) Sultan Malik as-Shaleh (696 H/1297 M);
2) Sultan Muhammad Malik Zahir (1297-1326);
3) Sultan Mahmud Malik Zahir (± 1346-1383);
4) Sultan Zainal Abidin Malik Zahir (1383-1405);
5) Sultanah Nahrisyah (1405-1412);
6) Abu Zain Malik Zahir (1412);
7) Mahmud Malik Zahir (1513-1524).

2. Kesultanan Aceh Darussalam


Pada 1520 Aceh berhasil memasukkan Kerajaan Daya ke dalam kekuasaan Aceh
Darussalam. Tahun 1524, Pedir dan Samudera Pasai ditaklukkan. Kesultanan Aceh
Darussalam di bawah Sultan Ali Mughayat Syah menyerang kapal Portugis di bawah
komandan Simao de Souza Galvao di Bandar Aceh.
Pada 1529 Kesultanan Aceh mengadakan persiapan untuk menyerang orang Portugis di
Malaka, tetapi tidak jadi karena Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 1530, yang kemudian
dimakamkan di Kandang XII Banda Aceh. Di antara penggantinya yang terkenal adalah
Sultan Alauddin Riayat Syah al-Qahhar (1538-1571). Usaha-usahanya adalah
mengembangkan kekuatan angkatan perang, perdagangan, dan mengadakan hubungan
internasional dengan kerajaan Islam di Timur Tengah, seperti Turki, Abessinia (Ethiopia),
dan Mesir. Pada 1563 ia mengirimkan utusannya ke Constantinopel untuk meminta bantuan
dalam usaha melawan kekuasaan Portugis.
Dua tahun kemudian datang bantuan dari Turki berupa teknisi-teknisi, dan dengan
kekuatan tentaranya Sultan Alauddin Riayat Syah at-Qahhar menyerang dan menaklukkan
banyak kerajaan, seperti Batak, Aru, dan Barus. Untuk menjaga keutuhan Kesultanan Aceh,
Sultan Alauddin Riayat Syah al-Qahhar menempatkan suami saudara perempuannya di Barus
dengan gelar Sultan Barus, dua orang putra sultan diangkat menjadi Sultan Aru dan Sultan
Pariaman dengan gelar resminya Sultan Ghari dan Sultan Mughal, dan di daerahdaerah
pengaruh Kesultanan Aceh ditempatkan wakil-wakil dari Aceh.
Kemajuan Kesultanan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
mengundang perhatian para ahli sejarah. Di bidang politik Sultan Iskandar Muda telah
menundukkan daerah-daerah di sepanjang pesisir timur dan barat. Demikian pula Johor di
Semenanjung Malaya telah diserang, dan kemudian rnengakui kekuasaan Kesultanan Aceh
Darussalam. Kedudukan Portugis di Malaka terus-menerus mengalami ancaman dan
serangan, meskipun keruntuhan Malaka sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara baru
terjadi sekitar tahun 1641 oleh VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) Belanda.
Perluasan kekuasaan politik VOC sampai Belanda pada dekade abad ke-20 tetap menjadi
ancaman Kesultanan Aceh.

J. Evaluasi Hasil

1. Buatlah peta Sumatra. Kemudian gambarkan sebaran letak kerajaankerajaan pada peta
tersebut ! Kerjakan dalam kelompok.

Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

No Nam Jumla Nil Ket


. a AspekPengamatan h ai .
Sisw Komunik Sistematik Wawas Keberani antusi Gesture Skor
a
a dan
as
asi penyampai an an penampil
an an

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Zaman Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia
Sub Topik : Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa
Pertemuan ke- : 7

III. Kompetensi Inti


25. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
26. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
27. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
28. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

JJJ. Kompetensi Dasar


1.13. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.14. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.19. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.20. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.21. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah

3.9. Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada


masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4.9. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang
berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kini

KKK. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menjelaskan peran Wali Sanga dalam proses Islamisasi di Jawa;
2. Menganalisis perkembangan Kerajaan Demak;
3. Menganalisis perkembangan Kerajaan Mataram;
4. Menganalisis perkembangan Kerajaan Banten;
5. Menganalisis perkembangan Kerajaan Cirebon;
6. Menjelaskan perkembangan sosial ekonomi zaman kerajaan-kerajaan Islam di Jawa-Madura;
7. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa;

LLL. Tujuan Pembelajaran


Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
6. Menjelaskan peran Wali Sanga dalam proses Islamisasi di Jawa;
7. Menganalisis perkembangan Kerajaan Demak;
8. Menganalisis perkembangan Kerajaan Mataram;
9. Menganalisis perkembangan Kerajaan Banten;
10. Menganalisis perkembangan Kerajaan Cirebon;
11. Menjelaskan perkembangan sosial ekonomi zaman kerajaan-kerajaan Islam di Jawa-Madura;
12. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa;

MMM. Materi Ajar


8. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa

NNN. Alokasi Waktu


- 2 x 45 Menit

OOO. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


16. Pendekatan : Saintifik
17. Strategi : Cooperative Jigsaw
18. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

PPP. Kegiatan Pembelajaran


Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar hasil peninggalan kerajaan Islam di Jawa

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 3 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
28. Kel. I : Peranan Wali Sanga dalam penyebaran Agama
Islam di tanah Jawa
29. Kel. II : Kesultanan Demak
30. Kel. III : Kesultanan Mataram
31. Kel. IV : Kesultanan Cirebon
32. Kel. V : Kesultanan Banten
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu

 Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

QQQ. Penilaian Hasil Belajar


m. Tes :
13. Uraian (Terlampir)
14. Pilihan Ganda (Terlampir)

n. Non Tes :
13. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
14. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

RRR. Sumber Belajar


 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah

Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran

MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.


Lampiran :

K. Ringkasan Materi

a. Kerajaan Demak
Para ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500. Sementara Majapahit hancur
beberapa waktu sebelumnya. Majapahit terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai dengan
candrasengkala, Sirna Hilang Kertaning Bhumi yang berarti memiliki angka tahun 1400
Saka. Raja pertama kerajaan Demak adalah Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar
Al-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Menurut cerita rakyat
Jawa Timur, Raden Fatah merupakan keturunan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit,
yaitu Raja Brawijaya V. Di bawah pemerintahan Raden Fatah, kerajaan Demak berkembang
dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan
makanan, terutama beras. Selain itu, Demak juga tumbuh menjadi sebuah kerajaan
maritim karena letaknya di jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku. Oleh karena itu
Kerajaan Demak disebut juga sebagai sebuah kerajaan yang agraris-maritim. Barang
dagangan yang diekspor Kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang
itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudra Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak cukup luas,
meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan.
Daerah-daerah pesisir di Jawa bagian Tengah dan Timur kemudian ikut mengakui
kedaulatan Demak dan mengibarkan panji-panjinya. Kemajuan yang dialami Demak ini
dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Karena Malaka sudah dikuasai oleh
Portugis, maka para pedagang yang tidak simpatik dengan kehadiran Portugis di Malaka
beralih haluan menuju pelabuhan-pelabuhan Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan
dan Gresik. Pelabuhanpelabuhan tersebut kemudian berkembang menjadi pelabuhan
transit.
Selain tumbuh sebagai pusat perdagangan, Demak juga tumbuh menjadi pusat
penyebaran agama Islam. Para wali yang merupakan tokoh penting pada perkembangan
Kerajaan Demak ini, memanfaatkan posisinya untuk lebih menyebarkan Islam kepada
penduduk Jawa. Para wali juga berusaha menyebarkan Islam di luar Pulau Jawa.
Penyebaran agama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkan di daerah
Kalimantan Timur dilakukan oleh seorang penghulu dari Kerajaan Demak yang bernama
Tunggang Parangan. Setelah Kerajaan Demak lemah maka muncul Kerajaan Pajang.

b. Kerajaan Mataram
Setelah Kerajaan Demak berakhir, berkembanglah Kerajaan Pajang di bawah
pemerintahan Sultan Hadiwijaya. Di bawah kekuasaannya, Pajang berkembang baik. Bahkan
berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang berusaha merebut kekuasaannya. Tokoh yang
membantunya mengalahkan Arya Penangsang diantaranya Ki Ageng Pemanahan (Ki Gede
Pemanahan). la diangkat sebagai bupati (adipati) di Mataram. Kemudian puteranya, Raden
Bagus (Danang) Sutawijaya diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya dan dibesarkan di istana.
Sutawijaya dipersaudarakan dengan putra mahkota, bernama Pangeran Benowo.
Pada tahun 1582, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia. Penggantinya, Pangeran Benowo
merupakan raja yang lemah. Sementara Sutawijaya yang menggantikan Ki Gede Pemanahan
justru semakin menguatkan kekuasaannya sehingga akhirnya Istana Pajang pun jatuh ke
tangannya. Sutawijaya segera memindahkan pusaka Kerajaan Pajang ke Mataram.
Sutawijaya sebagai raja pertama dengan gelar: Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin
Panatagama. Pusat kerajaan ada di Kota Gede, sebelah tenggara Kota Yogyakarta sekarang.
Panembahan Senapati digantikan oleh puteranya yang bernama Mas Jolang (1601-1613). Mas
Jolang kemudian digantikan oleh puteranya bernama Mas Rangsang atau lebih dikenal
dengan nama Sultan Agung (1613-1645). Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah
Mataram mencapai zaman keemasan.
Dalam bidang politik pemerintahan, Sultan Agung berhasil memperluas wilayah
Mataram ke berbagai daerah yaitu, Surabaya (1615), Lasem, Pasuruhan (1617), dan Tuban
(1620). Di samping berusaha menguasai dan mempersatukan berbagai daerah di Jawa,
Sultan Agung juga ingin mengusir VOC dari Kepulauan Indonesia. Kemudian diadakan dua
kali serangan tentara Mataram ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629.
Mataram mengembangkan birokrasi dan struktur pemerintahan yang teratur. Seluruh
wilayah kekuasaan Mataram diatur dan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut.
a. Kutagara
Kutagara atau kutanegara, yaitu daerah keraton dan sekitarnya.
b. Negara agung
Negara agung atau negari agung, yaitu daerah-daerah yang ada di sekitar kutagara.
Misalnya, daerah Kedu, Magelang, Pajang, dan Sukawati.
c. Mancanegara
Mancanegara yaitu daerah di luar negara agung. Daerah ini meliputi mancanegara
wetan (timur), misalnya daerah Ponorogo dan sekitarnya, serta mancanegara won
(barat), misalnya daerah Banyumas dan sekitarnya.
d. Pesisiran
Pesisiran yaitu daerah yang ada di pesisir. Daerah ini juga terdapat daerah pesisir kulon
(barat), yakni Demak terus ke barat, dan pesisir wetan (timur), yakni Jepara terus ke
timur.

Mataram berkembang menjadi kerajaan agraris. Dalam bidang pertanian, Mataram


mengembangkan daerah-daerah persawahan yang luas. Seperti yang dilaporkan oleh Dr. de
Han, Jan Vos dan Pieter Franssen bahwa Jawa bagian tengah adalah daerah pertanian yang
subur dengan hasil utamanya adalah beras. Pada abad ke-17, Jawa benar-benar menjadi
lumbung padi. Hasil-hasil yang lain adalah kayu, gula, kelapa, kapas, dan hasil palawija.
Di Mataram dikenal beberapa kelompok dalam masyarakat. Ada golongan raja dan
keturunannya, para bangsawan dan rakyat sebagai kawula kerajaan. Kehidupan masyarakat
bersifat feodal karena raja adalah pemilik tanah beserta seluruh isinya. Sultan dikenal
sebagai panatagama, yaitu pengatur kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, Sultan
memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Rakyat sangat hormat dan patuh, serta hidup
mengabdi pada sultan.
Bidang kebudayaan juga maju pesat. Seni bangunan, ukir, lukis, dan patung mengalami
perkembangan. Kreasikreasi para seniman, misalnya terlihat pada pembuatan gapura-
gapura, serta ukir-ukiran di istana dan tempat ibadah. Seni tari yang terkenal adalah Tari
Bedoyo Ketawang. Dalam prakteknya, Sultan Agung memadukan unsur-unsur budaya Islam
dengan budaya Hindu-Jawa. Sebagai contoh, di Mataram diselenggarakan perayaan sekaten
untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, dengan membunyikan gamelan
Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu. Kemudian juga diadakan upacara grebeg. Grebeg
diadakan tiga kali dalam satu tahun, yaitu setiap tanggal 10 Dzulliijah (Idul Adha), 1 Syawal
(Idul Fitri), dan tanggal 12 Rabiulawal (Maulid Nabi). Bentuk dan kegiatan upacara grebeg
adalah mengarak gunungan dari keraton ke depan masjid agung. Gunungan biasanya dibuat
dari berbagai makanan, kue, dan hasil bumi yang dibentuk menyerupai gunung. Upacara
grebeg merupakan sedekah sebagai rasa syukur dari raja kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
juga sebagai pembuktian kesetiaan para bupati dan punggawa kerajaan kepada rajanya.
Sultan Agung wafat pada 1645. Ia dimakamkan di Bukit Imogiri. Ia digantikan oleh
puteranya yang bergelar Amangkurat I. Akan tetapi, pribadi raja ini sangat berbeda dengan
pribadi Sultan Agung. Amangkurat I adalah seorang raja yang lemah, berpandangan sempit,
dan sering bertindak kejam. Mataram mengalami kemunduran apalagi adanya pengaruh VOC
yang semakin kuat. Dalam perkembangannya Kerajaan Mataram akhirnya dibagi dua
berdasarkan Perjanjian Giyanti (1755). Sebelah barat menjadi Kesultanan Yogyakarta dan
sebelah timur menjadi Kasunanan Surakarta.

c. Kesultanan Banten
Kerajaan Banten berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas
pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan
pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut.
Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin atau lebih sohor dengan sebutan
Fatahillah, mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari
menjadi pusat pemerintahan, yakni Kesultanan Banten.
Pada awalnya kawasan Banten dikenal dengan nama Banten Girang yang merupakan
bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan di bawah pimpinan Maulana
Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran
dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugis dalam bidang
ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak
selepas kekalahan mereka mengusir Portugis dari Malaka tahun 1513. Atas perintah Sultan
Trenggono, Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Sunda Kelapa
sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.
Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Fatahillah juga melanjutkan
perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran
Islam di kawasan tersebut, selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja
Malangkabu (Minangkabau, Kerajaan Inderapura), Sultan Munawar Syah dan dianugerahi
keris oleh raja tersebut.
Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Sultan Trenggono,
maka Banten melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Pada 1570 Fatahillah
wafat. Ia meninggalkan dua orang putra laki-laki, yakni Pangeran Yusuf dan Pangeran Arya
(Pangeran Jepara). Dinamakan Pangeran Jepara, karena sejak kecil ia sudah diikutkan
kepada bibinya (Ratu Kalinyamat) di Jepara. Ia kemudian berkuasa di Jepara menggantikan
Ratu Kalinyamat, sedangkan Pangeran Yusuf menggantikan Fatahillah di Banten.
Pangeran Yusuf melanjutkan usaha-usaha perluasan daerah yang sudah dilakukan
ayahandanya. Tahun 1579, daerah-daerah yang masih setia pada Pajajaran ditaklukkan.
Untuk kepentingan ini Pangeran Yusuf memerintahkan membangun kubu-kubu pertahanan.
Tahun 1580, Pangeran Yusuf meninggal dan digantikan oleh puteranya, yang bernama
Maulana Muhammad. Pada 1596, Maulana Muhammad melancarkan serangan ke Palembang.
Pada waktu itu Palembang diperintah oleh Ki Gede ing Suro (1572 - 1627). Ki Gede ing Suro
adalah seorang penyiar agama Islam dari Surabaya dan perintis perkembangan
pemerintahan kerajaan Islam di Palembang. Kala itu Kerajaan Palembang lebih setia
kepada Mataram dan sekaligus merupakan saingan Kerajaan Banten. Itulah sebabnya,
Maulana Muhammad melancarkan serangan ke Palembang. Kerajaan Palembang dapat
dikepung dan hampir saja dapat ditaklukkan. Akan tetapi, Sultan Maulana Muhammad tiba-
tiba terkena tembakan musuh dan meninggal. Oleh karena itu, ia dikenal dengan sebutan
Prabu Seda ing Palembang. Serangan tentara Banten terpaksa dihentikan, bahkan akhirnya
ditarik mundur kembali ke Banten.
Gugurnya Maulana Muhammad menimbulkan berbagai perselisihan di istana. Putra
Maulana Muhammad yang bernama Abumufakir Mahmud Abdul Kadir, masih kanak kanak.
Pemerintahan dipegang oleh sang Mangkubumi. Akan tetapi, Mangkubumi berhasil
disingkirkan oleh Pangeran Manggala. Pangeran Manggala berhasil mengendalikan kekuasaan
di Banten. Baru setelah Abumufakir dewasa dan Pangeran Manggala meninggal tahun 1624,
maka Banten secara penuh diperintah oleh Sultan Abumufakir Mahmud Abdul Kadir.
Pada tahun 1596 orang-orang Belanda datang di pelabuhan Banten untuk yang pertama
kali. Terjadilah perkenalan dan pembicaraan dagang yang pertama antara orang-orang
Belanda dengan para pedagang Banten. Tetapi dalam perkembangannya, orang-orang
Belanda bersikap angkuh dan sombong, bahkan mulai menimbulkan kekacauan di Banten.
Oleh karena itu, orang-orang Banten menolak dan mengusir orang-orang Belanda. Akhirnya,
orang-orang Belanda kembali ke negerinya. Dua tahun kemudian, orang-orang Belanda
datang lagi. Mereka menunjukkan sikap yang baik, sehingga dapat berdagang di Banten dan
di Jayakarta.
Menginjak abad ke-17 Banten mencapai zaman keemasan. Daerahnya cukup luas.
Setelah Sultan Abumufakir meninggal, ia digantikan oleh puteranya bernama Abumaali
Achmad. Setelah Abumaali Achmad, tampillah sultan yang terkenal, yakni Sultan
Abdulfattah atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Ia memerintah
pada tahun 1651 - 1682.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten terus mengalami kemajuan.
Letak Banten yang strategis mempercepat perkembangan dan kemajuan ekonomi Banten.
Kehidupan sosial budaya juga mengalami kemajuan. Masyarakat umum hidup dengan
rambu-rambu budaya Islam.
Secara politik pemerintahan Banten juga semakin kuat. Perluasan wilayah kekuasaan
terus dilakukan bahkan sampai ke daerah yang pernah dikuasai Kerajaan Pajajaran. Namun
ada sebagian masyarakat yang menyingkir di pedalaman Banten Selatan karena tidak mau
memeluk agama Islam. Mereka tetap mempertahankan agama dan adat istiadat nenek
moyang. Mereka dikenal dengan masyarakat Badui. Mereka hidup mengisolir diri di tanah
yang disebut tanah Kenekes. Mereka menyebut dirinya orang-orang Kejeroan.
Dalam bidang kebudayaan, seni bangunan mengalami perkembangan. Beberapa jenis
bangunan yang masih tersisa, antara lain, Masjid Agung Banten, bangunan keraton dan
gapura-gapura.
Pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa timbul konflik di dalam istana.
Sultan Ageng Tirtayasa yang berusaha menentang VOC, kurang disetujui oleh Sultan Haji
sebagai raja muda. Keretakan di dalam istana ini dimanfaatkan VOC dengan politik devide
et impera. VOC membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.
Berakhirnya kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa membuat semakin kuatnya kekuasaan VOC di
Banten. Raja-raja yang berkuasa berikutnya, bukanlah raja-raja yang kuat. Hal ini
membawa kemunduran Kerajaan Banten.

L. Evaluasi Hasil

1. Jelaskan tentang latar belakang berdirinya Kerajaan Demak.


2. Bagaimana proses berdirinya Kerajaan Mataram?
3. Gambarkan skema struktur birokrasi pemerintahan Kerajaan Mataram
4. Benarkan Sultan Agung seorang budayawan? Berikan penjelasan!
5. Buatlah peta tentang struktur pemerintahan di Mataram yang meliputi wilayah
mancanegara dan pesisiran!
6. Diskusikan dan buat tulisan ringkas tentang kejatuhan kerajaan Banten ke tangan VOC (3-5
halaman)
7. Jelaskan tentang sejarah awal mula kehidupan orang Badui dan bagaimana adat
istiadatnya ?
8. Tuliskan biografi singkat dari Sultan Ageng Tirtayasa.

Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nama Menghargai Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa Mengkomunika pendapat Skor
Kerjasama Toleransi Ketaktifan teman
sikan pendapat

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan
Nama Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa antusias Gesture dan Skor
Sistematika
Komunikasi Wawasan Keberanian penampilan
penyampaian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Zaman Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia
Sub Topik : Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara
Pertemuan ke- : 8

SSS. Kompetensi Inti


29. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
30. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
31. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
32. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

TTT.Kompetensi Dasar
1.15. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.16. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.22. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.23. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.24. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah

3.10. Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan


kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4.10. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini

UUU. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan
2. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi
3. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku
4. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Papua
5. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Nusa Tenggara
6. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara

VVV. Tujuan Pembelajaran


Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan
2. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi
3. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku
4. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Papua
5. Menjelaskan proses Islamisasi dan perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Nusa Tenggara
6. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara

WWW. Materi Ajar


9. Kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara

XXX. Alokasi Waktu


- 2 x 45 Menit

YYY. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


19. Pendekatan : Saintifik
20. Strategi : Cooperative Jigsaw
21. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

ZZZ.Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar hasil peninggalan kerajaan Islam di Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 5 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
33. Kel. I : Kerajaan Islam di Kalimantan
34. Kel. II : Kerajaan Islam di Sulawesi
35. Kel. III : Kerajaan Islam di Maluku
36. Kel. IV : Kerajaan Islam di Papua
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
37. Kel. V : Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi

 Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

AAAA. Penilaian Hasil Belajar


o. Tes :
15. Uraian (Terlampir)
16. Pilihan Ganda (Terlampir)

p. Non Tes :
15. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
16. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

BBBB. Sumber Belajar


 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah

Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran


MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.

Lampiran :

M. Ringkasan Materi

1. Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan


Disamping Sumatra dan Jawa, ternyata di Kalimantan juga terdapat beberapa kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam. Apakah kamu sudah mengetahui nama kerajaan-kerajaan
Islam yang tumbuh di Kalimantan? Di antara kerajaan Islam itu adalah Kesultanan Pasir
(1516), Kesultanan Banjar (1526-1905), Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750),
Kesultanan Sambas (1671), Kesultanan Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400),
Kesultanan Sambaliung (1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820), Kesultanan Pontianak
(1771), Kesultanan Tidung, dan Kesultanan Bulungan (1731).
Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat antara lain Tanjungpura
dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome Pires (1512-1551).
Tanjungpura dan Lawe menurut berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan dalam
perdagangan baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan kedua daerah yang diperintah oleh Pate
atau mungkin adipati kesemuanya tunduk kepada kerajaan di Jawa yang diperintah Pati
Unus. Tanjungpura dan Lawe (daerah Sukadana) menghasilkan komoditi seperti emas,
berlian, padi, dan banyak bahan makanan. Banyak barang dagangan dari Malaka yang
dimasukkan ke daerah itu, demikian pula jenis pakaian dari Bengal dan Keling yang
berwarna merah dan hitam dengan harga yang mahal dan yang murah. Pada abad ke-17
kedua kerajaan itu telah berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram terutama
dalam upaya perluasan politik dalam menghadapi ekspansi politik VOC.
Demikian pula Kotawaringin yang kini sudah termasuk wilayah Kalimantan Barat pada
masa Kerajaan Banjar juga sudah masuk dalam pengaruh Mataram, sekurang-kurangnya
sejak abad ke-16. Meskipun kita tidak mengetahui dengan pasti kehadiran Islam di
Pontianak, konon ada pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan
pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang di antaranya dating ke daerah Kalimantan Barat
untuk mengajarkan membaca al-Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Mereka di antaranya
Syarif Idrus bersama anak buahnya pergi ke Mampawah, tetapi kemudian menelusuri sungai
ke arah laut memasuki Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal
kota Pontianak. Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama masyarakat di
tempat itu dengan gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus yang kemudian
memindahkan kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk
pertahanan. Sejak itu Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus dikenal sebagai Raja Kubu.
Daerah itu mengalami kemajuan di bidang perdagangan dan keagamaan, sehingga banyak
para pedagang yang berdatangan dari berbagai negeri. Pemerintahan Syarif Idrus
(lengkapnya: Syarif Idrus al-Aydrus ibn Abdurrahman ibn Ali ibn Hassan ibn Alwi ibn
Abdullah ibn Ahmad ibn Husin ibn Abdullah al-Aydrus) memerintah pada 1199-1209 H atau
1779-1789 M.
Cerita lainnya mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang
mengajarkan Islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama ke Sukadana ialah
Habib Husin al-Gadri. Ia semula singgah di Aceh dan kemudian ke Jawa sampai di Semarang
dan di tempat itulah ia bertemu dengan pedagang Arab namanya Syaikh, karena itulah
maka Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Dengan kesaktian Habib Husin al-Gadri
menyebabkan ia mendapat banyak simpati dari raja, Sultan Matan dan rakyatnya. Kemudian
Habib Husin al-Gadri pindah dari Matan ke Mempawah untuk meneruskan syiar Islam.
Setelah wafat ia diganti oleh salah seorang putranya yang bernama Pangeran Sayid
Abdurrahman Nurul Alam. Ia pergi dengan sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian
dinamakan Pontianak dan di tempat inilah ia mendirikan keraton dan masjid agung.
Pemerintahan Syarif Abdurrahman Nur Alam ibn Habib Husin al-Gadri pada 1773-1808,
digantikan oleh Syarif Kasim ibn Abdurrahman al-Gadri pada 1808-1828 dan selanjutnya
Kesultanan Pontianak di bawah pemerintahan sultan-sultan keluarga Habib Husin al-Gadri.
2. Kerajaan-Kerajaan Islam di Sulawesi
Di daerah Sulawesi juga tumbuh kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Munculnya
kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi tidak terlepas dari perdagangan yang berlangsung
ketika itu. Berikut ini adalah beberapa kerajaan Islam di Sulawesi diantaranya Gowa Tallo,
Bone, Wajo dan Sopeng, dan Kesultanan Buton. Dari sekian banyak kerajaan-kerajaan itu
yang terkenal antara lain Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering berperang dengan
kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, seperti dengan Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo.
Kerajaan Luwu yang bersekutu dengan Wajo ditaklukan oleh Kerajaan Gowa Tallo.
Kemudian Kerajaan Wajo menjadi daerah taklukan Gowa menurut Hikayat Wajo. Dalam
serangan terhadap Kerajaan Gowa Tallo Karaeng Gowa meninggal dan seorang lagi terbunuh
sekitar pada 1565. Ketiga kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng mengadakan persatuan untuk
mempertahankan kemerdekaannya yang disebut perjanjian Tellumpocco, sekitar 1582.
Sejak Kerajaan Gowa resmi sebagai kerajaan bercorak Islam pada 1605, maka Gowa
meluaskan pengaruh politiknya, agar kerajaan-kerajaan lainnya juga memeluk Islam dan
tunduk kepada Kerajaan Gowa Tallo. Kerajaan-kerajaan yang unduk kepada kerajaan Gowa
Tallo antara lain Wajo pada 10 Mei 1610, dan Bone pada 23 Nopember 1611.
Di daerah Sulawesi Selatan proses Islamisasi makin mantap dengan adanya para mubalig
yang disebut Datto Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato’ Ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib
Tunggal) Dato’ Ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung), dan Dato’ Ri Tiro (Abdul
Jawad alias Khatib Bungsu), ketiganya bersaudara dan berasal dari Kolo Tengah,
Minangkabau. Para mubalig itulah yang mengislamkan Raja Luwu yaitu Datu’ La Patiware’
Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H (4-5 Februari
1605 M). Kemudian disusul oleh Raja Gowa dan Tallo yaitu Karaeng Matowaya dari Tallo
yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan syahadat pada
Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M dengan gelar Sultan
Abdullah. Selanjutnya Karaeng Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia mengucapkan
syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M. Perkembangan agama
Islam di daerah Sulawesi Selatan mendapat tempat sebaik-baiknya bahkan ajaran sufisme
Khalwatiyah dari Syaikh Yusuf al-Makassari juga tersebar di Kerajaan Gowa dan kerajaan
lainnya pada pertengahan abad ke-17. Karena banyaknya tantangan dari kaum bangsawan
Gowa maka ia meninggalkan Sulawesi Selatan dan pergi ke Banten. Di Banten ia terima oleh
Sultan Ageng Tirtayasa bahkan dijadikan menantu dan diangkat sebagai mufti di Kesultanan
Banten.
Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatat tentang sejarah perjuangan Sultan
Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajahan politik dan
ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Semula VOC tidak menaruh perhatian terhadap Kerajaan
Gowa Tallo yang telah mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan. Setelah kapal
Portugis yang dirampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral J. P. Coen di dekat perairan
Malaka ternyata di kapal tersebut ada orang Makassar. Dari orang Makassar itulah ia
mendapat berita tentang pentingnya pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan transit
terutama untuk mendatangkan rempah-rempah dari Maluku. Pada 1634 VOC memblokir
Kerajaan Gowa tetapi tidak berhasil. Peristiwa peperangan dari waktu ke waktu berjalan
terus dan baru berhenti antara 1637-1638. Tetapi perjanjian damai itu tidak kekal karena
pada 1638 terjadi perampokan kapal orang Bugis yang bermuatan kayu cendana, dan
muatannya tersebut telah dijual kepada orang Portugis. Perang di Sulawesi Selatan ini
berhenti setelah terjadi perjanjian Bongaya pada 1667 yang sangat merugikan pihak Gowa
Tallo.

3. Kerajaan-Kerajaan Islam di Maluku


Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan dunia di kawasan timur
Nusantara. Mengingat keberadaan daerah Maluku ini maka tidak mengherankan jika sejak
abad ke-15 hingga abad ke-19 kawasan ini menjadi wilayah perebutan antara bangsa
Spanyol, Portugis dan Belanda.
Sejak awal diketahui bahwa di daerah ini terdapat dua kerajaan besar bercorak Islam,
yakni Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat pulau Halmahera di
Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya masing-masing di Pulau Ternate dan Tidore,
tetapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di Kepulauan Maluku dan Papua.
Kerajaan Ternate dikenal sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima
bersaudara dengan wilayahnya meliputi Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon. Sementara
Kerajaan Tidore dikenal sebagai pemimpin Uli Siwa, yakni Persekutuan Sembilan
(persekutuan Sembilan Saudara) dengan wilayahnya meliputi pulau pulau Makyan, Jailolo,
atau Halmahera, dan pulau-pulau di daerah tersebut sampai dengan wilayah Papua.
Dalam bidang kebudayaan, di Maluku berkembang seni pahat, seni bangunan, dan seni
patung. Seni bangunan berupa istana raja, bangunan masjid, dan lain-lain, tetap
dikembangkan. Agama Islam dan bahasa Melayu juga semakin berkembang di Maluku.

4. Kerajaan-Kerajaan Islam di Papua


Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah
berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-
kerajaan Islam di Papua, yakni: (1) Kerajaan Waigeo (2) Kerajaan Misool (3) Kerajaan
Salawati (4) Kerajaan Sailolof (5) Kerajaan Fatagar (6) Kerajaan Rumbati (terdiri dari
Kerajaan Atiati, Sekar, Patipi, Arguni, dan Wertuar) (7) Kerajaan Kowiai (Namatota) (8).
Kerajaan Aiduma (9) Kerajaan Kaimana.
Berdasarkan sumber tradisi lisan dari keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fakfak,
Kaimana dan Teluk Bintuni-Manokwari, Islam sudah lebih awal datang ke daerah ini. Ada
beberapa pendapat mengenai kedatangan Islam di Papua. Pertama, Islam dating di Papua
tahun 1360 yang disebarkan oleh mubaligh asal Aceh, Abdul Ghafar. Pendapat ini juga
berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati ke-16
(Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali Bauw). Abdul Ghafar
berdakwah selama 14 tahun (1360-1374) di Rumbati dan sekitarnya. Ia kemudian wafat dan
dimakamkan di belakang masjid kampung Rumbati tahun 1374.
Kedua, pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islam pertama kali mulai
diperkenalkan di tanah Papua di jazirah Onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama
Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab. Pengislaman ini
diperkirakan terjadi pada abad pertengahan abad ke-16, dengan bukti adanya Masjid
Tunasgain yang berumur sekitar 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak
dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang
pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses
pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Di bawah ancaman penduduk setempat
jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh akan dibunuh, namun akhirnya mereka
berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk
agama Islam.
Keempat, pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa
pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke
seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan
Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah Zainal
Abidin yang memerintah tahun 1521. Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di
Papua serta pulaupulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan
Salawati. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin
Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606. Melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim,
para pemuka masyarakat di pulau-pulau kecil itu lalu memeluk agama Islam. Meskipun
pesisir menganut agama Islam, sebagian besar penduduk asli di pedalaman masih tetap
menganut animisme.
Kelima, pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku Utara
(Ternate-Tidore). Sumber sejarah Kesultanan Tidore menyebutkan bahwa pada tahun 1443
Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X atau Sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan
tanah besar (Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau Misool dan Raja Ampat, kemudian Sultan
Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putera Sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi
(Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian dikawinkan dengan putri Sultan Ibnu Mansur
bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan di Kepulauan Raja Ampat
tersebut, yakni Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool atau Kerajaan Sailolof, Kerajaan
Batanta, dan Kerajaan Waigeo.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses Islamisasi tanah Papua,
terutama di daerah pesisir barat pada pertengahan abad ke-15, dipengaruhi oleh kerajaan-
kerajaan Islam di Maluku (Bacan, Ternate dan Tidore). Hal ini didukung karena faktor
letaknya yang strategis, yang merupakan jalur perdagangan rempah-rempah (silk road) di
dunia.

5. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Kehadiran Islam ke daerah Nusa Tenggara antara lain ke Lombok diperkirakan sejak
abad ke-16 yang diperkenalkan Sunan Perapen, putra Sunan Giri. Islam masuk ke Sumbawa
kemungkinan dating lewat Sulawesi, melalui dakwah para mubalig dari Makassar antara
1540-1550. Kemudian berkembang pula kerajaan Islam salah satunya adalah Kerajaan
Selaparang di Lombok.
Selaparang merupakan pusat kerajaan Islam di Lombok di bawah pemerintahan Prabu
Rangkesari. Pada masa itulah Selaparang mengalami zaman keemasan dan memegang
hegemoni di seluruh Lombok. Dari Lombok, Islam disebarkan ke Pejanggik, Parwa, Sokong,
Bayan, dan tempat-tempat lainnya. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya dari
Lombok menuju Sumbawa. Hubungan dengan beberapa negeri dikembangkan terutama
dengan Demak.
Kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat dapat dimasukkan kepada kekuasaan Kerajaan
Gowa pada 1618. Bima ditaklukkan pada 1633 dan kemudian Selaparang pada 1640. Pada
abad ke-17 seluruh Kerajaan Islam Lombok berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan
Gowa. Hubungan antara Kerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara perkawinan
seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa. Kerajaan-kerajaan di
Nusa Tenggara mengalami tekanan dari VOC setelah terjadinya perjanjian Bongaya pada 18
November 1667. Oleh karena itu pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada
1673 dengan tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di
pulau tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Sumbawa dipandang lebih
strategis daripada pusat pemerintahan di Selaparang mengingat ancaman dan serangan
terhadap VOC terus-menerus terjadi.

N. Evaluasi Hasil

1. Coba jelaskan proses Islamisasi di Kalimantan !


2. Coba deskripsikan beberapa kerajaan Islam di Kalimantan, bagaimana kondisi perekonomian
kerajaan-kerajaan di Kalimantan saat itu !
3. Siapakah Datto Tallu itu?
4. Coba jelaskan isi Hikayat Wajo?
5. Nilai-nilai kejuangan dan ketokohan apa saja yang diambil sebagai pelajaran karakter bagi
kehidupan kita sehari-hari dari tokoh Sultan Hasanuddin?
6. Kapan dan bagaimana proses masuknya Islam ke Maluku?
7. Kerajaan Ternate dan Tidore itu aslinya bersahabat dan terus berkembang, tetapi kemudian
terjadi konflik, mengapa demikian?
8. Bagaimana proses masuknya Islam ke Papua menurut sumber lisan seperti dituturkan oleh
Raja Rumbati
9. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang Kesultanan Bacan?
10. Bagaimana proses Islamisasi di Nusa Tenggara?
11. Bagaimana perkembangan Kerajaan Selaparang dan kaitannya dengan Kerajaan Gowa?

Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nama Menghargai Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa pendapat Skor
Mengkomunika Toleran
Kerjasama Ketaktifan teman
sikan pendapat si
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan
Nama Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa antusias Gesture dan Skor
Sistematika
Komunikasi Wawasan Keberanian penampilan
penyampaian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara
Sub Topik : Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara
Pertemuan ke- : 9

A. Kompetensi Inti
33. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
34. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
35. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
36. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.17. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.18. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.25. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.26. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.27. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah

3.11. Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan


kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4.11. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini

2. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menganalisis peran istana dalam pengembangan tradisi keilmuan Islam di Nusantara
2. Menganalisis perkembangan tradisi keilmuan Islam di berbagai kerajaan di Nusantara
3. Menganalisis keterkaitan perkembangan jaringan tradisi keilmuan Islam dengan penyebaran
Islam di Nusantara
4. Menganalisis model pelaksanaan pendidikan Islam pada masa perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam di Nusantara; dan
5. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan jaringan keilmuan Islam di
Nusantara

3. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menganalisis peran istana dalam pengembangan tradisi keilmuan Islam di Nusantara
2. Menganalisis perkembangan tradisi keilmuan Islam di berbagai kerajaan di Nusantara
3. Menganalisis keterkaitan perkembangan jaringan tradisi keilmuan Islam dengan penyebaran
Islam di Nusantara
4. Menganalisis model pelaksanaan pendidikan Islam pada masa perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam di Nusantara; dan
5. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan jaringan keilmuan Islam di
Nusantara

4. Materi Ajar
10. Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara

5. Alokasi Waktu
- 2 x 45 Menit

6. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


22. Pendekatan : Saintifik
23. Strategi : Cooperative Jigsaw
24. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

7. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar gambar tentang model pendidikan masa kerajaan
Islam (pesantren)

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 3 kelompok ahli
- Peserta didik dibagi menjadi 8 kelompok
- Setiap kelompok mendapatkan tugas:
1. Kelompok 1 dan 2 ditugaskan untuk mendiskusikan dan
merumuskan materi tentang peran istana dalam perkembangan
tradisi keilmuan Islam di Nusantara
2. Kelompok 3 dan 4 mendiskusikan dan merumuskan materi tentang
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
perkembangan tradisi keilmuan Islam di berbagai kerajaan di
Nusantara.
3. Kelompok 5 dan 6 mendiskusikan dan merumuskan materi tentang
keterkaitan jaringan tradisi keilmuan Islam dengan penyebaran di
Nusantara.
4. Kelompok 7 dan 8 mendiskusikan dan merumuskan materi tentang
model pelaksanaan pendidikan Islam pada masa perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi

 Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

8. Penilaian Hasil Belajar


q. Tes :
17. Uraian (Terlampir)
18. Pilihan Ganda (Terlampir)

r. Non Tes :
17. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
18. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

9. Sumber Belajar
 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah
Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran

MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.

Lampiran :

O. Ringkasan Materi

Proses Islamisasi memberikan dampak yang sangat luas bagi pertumbuhan kota di kepulauan
Indonesia. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya kota-kota perdagangan baru sehingga semakin
memperluas jaringan ekonomi serta mulai berkembangnya kelompok intelektual yang lahir
seiring dengan adanya pola pendidikan pesantren yang dilakukan para ulama dalam melahirkan
tokoh-tokoh pemimpin Islam.

a. Pertumbuhan kota dan terbentuknya jaringan ekonomi di Kepulauan Indonesia.


Proses penyebaran Islam yang dilakukan seiring dengan kegiatan perdagangan, telah
merubah daerah-daerah pesisir yang didatangi para pedagang muslim dari Arab, India,
dan Persia mengalami perubahan menjadi kota-kota yang penduduknya semula masih
menganut kepercayaan Hindu – Buddha mulai beralih menjadi seorang muslim. Proses
perubahan tersebut disebabkan karena Indonesia yang letaknya strategis dan dilalui
jalur perdagangan internasional serta memiliki ribuan pulau sehingga daerah pantai
memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang politik dan ekonomi. Pada masa
awal berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, baik di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Kepulauan Maluku, daerah pesisir merupakan pusat kekuatan dan
kekuasaan politik dan ekonomi Islam, seperti kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Demak,
Banten, Cirebon, Goa-Tallo, Banjar, Ternate, dan Tidore.

Rentang jalur perdagangan yang membentang dari Selat Malaka kemudian melalui
pesisir utara Pulau Jawa hingga ke Kepualauan Maluku, dan beragamnya jenis
komoditas barang yang diperdagangkan membuat semakin ramainya kegiatan
perdagangan yang dikuasai oleh para pedagang muslim. Faktor geografis inilah yang
kemudian juga memunculkan kota-kota perdagangan dan pelabuhan baru terutama
yang dilalui jalur lalu lintas perdagangan. Seperti di Sumatera muncul kota seperti
Banda Aceh dan Palembang. Di Pesisir pantai utara Jawa, muncul Banten, Jayakarta,
Cirebon, Jepara, Semarang, Demak, Gresik, Demak, Sedayu, dan Tuban. Di Sulawesi
muncul kota Makassar, dan di Kepulauan Maluku muncul Ternate dan Tidore. Kota-kota
pelabuhan itu tidak saja menjadi pusat kegiatan ekonomi tapi juga politik, karena
banyak para penguasaanya yang kemudian beralih keyakinan menjadi seorang muslim
seperti yang terjadi di Demak dimana Demak dahulunya berada di bawah kekuasaan
Majapahit, tapi kerena pemimpinnya Raden Patah telah memeluk agama Islam maka
Demak kemudian memisahkan diri dari Majapahit.

b. Berkembangnya pendidikan dan lahirnya kaum intelektual muslim


 Lahirnya Sistem Pendidikan Santri
Para ulama, termasuk wali, berperan besar terhadap penyebaran Islam. Mereka
pada mulanya mendirikan pesantren-pesantren di sekitar kota pelabuhan (sebagai
tempat transit kapal-kapal dagang) guna menyebarkan dakwah Islamnya. Istilah
“pesantren” berasal dari ucapan “pesantrian”, yakni tempat para santri menimba
ilmu agama. Di sinilah calon-calon santri—yang tadinya nonmuslim— dididik oleh
guru-guru mereka untuk membaca Al-Quran, bacatulis huruf Arab, dan segenap
aspek Islam lainnya. Materi-materi yang diajarkannya sebagai besar meliputi hukum
(syariat) Islam.

Para Wali di Jawa, contohnya, sebelum berkumpul di Masjid Demak, terlebih


dahulu membuka pondok-pondok pesantren di daerah lain. Sunan Ampel menjadi
guru spiritual di Ngampel Denta di Giri; Sunan Gresik memiliki pondok pesantren di
Gresik; Sunan Kalijaga mengasuh pesantren di Kadilangu, dekat Demak.

Sistem pendidikan Islam tradisonal ini—dalam arti belum tersentuh sistem


pendidikan ala Barat—berlangsung hingga abad ke-18. Setelah pendidikan formal
Barat diperkenalkan, materimateri yang diajarkan dipesantren bertambah. Malah
banyak di antaranya pesantren tersebut yang menjadi pelopor perlawan terhadap
pemerintah kolonial Belanda. Atas nama Tuhan dan semangat jihad melawan kaum
penjajah yang kebetulan berbeda keyakinan, pondok-pondok pesantren merupakan
pusat perlawanan. Meskipun semangat juang mereka belum didasari semangat
nasionalisme dan hanya bersifat kedaerahan, kaum santri yang didukung oleh rakyat
setempat dan segelintir kaum bangsawan begitu gigih dan berani mati. Contoh-
contoh perlawanan yang bersifat sosial dan lokal, di antaranya, perlawanan rakyat
Cilegon, Banten, yang dipimpin oleh Tugabus Ismail pada tahun 1818.

 Pembentukan jaringan intelektual


Sekitar abad ke-16 dan ke-17 merupakan periode yang amat pentingbagi
pembentukan tradisi baru di kalangan umat Islam di Indonesia, terutama dalam
bidang politik dan pemikiran (intelektual). Salah satu tokoh pemikir yang terkenal
dan berpengaruh pada saat itu adalah pemikiran dari Hamzah Fansuri dan Nurudin
Ar Raniri, mereka adalah para ahli tassawuf yang pemikirannya banyak
mempengarui kaum intelektual muslim Indonesia pada saat itu.

Pembentukan jaringan intelektual dalam masyarakat Indonesia di masa awal


berkembangnya Islam tidak terlepas dari hubungan antara para ulama dengan para
penguasa. Para ulama pada saat itu memainkan peran sebagai pemegang kekuasaan
hukum (yudikatif), sedangkan para penguasa (Raja/Sultan) sebagai pemegang
kekuasaan politik (eksekutif). Pola hubungan keraton – ulama semacam inilah yang
membuat penyebaran Islam pada masa-masa awal menjadikan keraton sebagai
pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi dari para penguasa.

Sejak hubungan dengan Mekkah semakin membaik, mereka yang pergi haji maupun yang
lama bermukim di Mekkah akan menyebarkan ajaran-ajarannya setelah mereka kembali ke
kampung halamannya. Mereka mambawa pembaharuan dan perubahan dalam ajaran Islam.
Salah satu contohnya adalah perubahan yang dibawa oleh Kaum Padri di Minangkabau pada
abad ke 18. Pada saat itu mereka yang baru saja pulang dari menunaikan ibadah haji dan
mendapatkan pengaruh dari gerakan Wahabi dari Arab, berusaha memurnikan kembali
ajaran-ajaran syariat Islam dalam masyarakat Minangkabau.

P. Evaluasi Hasil

1. Jelaskan peranan penting pesantren bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari abad ke-
18 hingga saat ini !
2. Jelaskan peranan para Wali Sanga dalam proses penyebaran agama Islam di Jawa !
3. Jelaskan peranan dan kedudukan para ulama dalam kehidupan masyarakat Indonesia !
Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nama Menghargai Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa pendapat Skor
Mengkomunika Toleran
Kerjasama Ketaktifan teman
sikan pendapat si

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan
Nama Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa Sistematika Gesture dan Skor
Komunikasi Wawasan Keberanian antusias
penyampaian penampilan

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Lampiran :

Q. Ringkasan Materi

Perkembangan tradisi Islam berbeda dengan tradisi Islam di negara-negara Islam lain, hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh ajaran tassawuf, yaitu ajaran yang mencampurkan ajaran
ketuhanan dengan unsur-unsur mistis atau magis. Ajaran tassawuf inilah yang kemudian
membuat Islam di Indonesia menglami proses akulturasi dan asimilasi dengan kebudayaan yang
sebelumnya telah mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia, yaitu kebudayaan asli Indonesia
dan kebudayaan Hindu – Buddha. Salah satu tokoh yang mengembangkan ajaran tassawuf di
Indonesia adalah Hamzah Fansuri dan Nuruddin Ar Raniri.

Di Jawa, ajaran tassawuf melahirkan ajaran baru yang kemudian dikenal dengan istilah
Kejawen. Bagi masyarakat di Jawa ajaran tassawuf juga memberikan pengaruh pada kehidupan
sosial dan masyarakatnya, seperti yang kemukakan oleh Clifford Geertz dalam bukunya
Religion of Java. Menurutnya masyarakat Jawa bisa dikategorikan dalam 3 strata sosial.
Pertama adalah golongan Islam-priyayi yang mewakili golongan bangsawan dan keturunan
kerajaan. Kedua adalah abangan, yaitu golongan yang tidak terlalu mementingkan aspek-aspek
keagamaan. Mereka masih terpengaruh dengan alam berpikir pra Islam. Ketiga adalah santri,
golongan yang disiplin melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan baik.

Pada masyarakat Jawa proses akulturasi dan asimilasi kebudayaan agama Hindu-Buddha
dengan Islam paling banyak dilakukan oleh kaum abangan. Golongan ini kebanyakan
melaksanakan ajaran yang sinkretis. Mereka mempraktikkan tradisi-tradisi Hindu seperti
mempersembahkan sesaji untuk nenek moyang, memakai kemenyan setiap waktu tertentu, dan
praktik ritual lainnya. Sementara kaum santri hampir secara keseluruhan menolak aspek-aspek
yang terdapat dari tradisi Hindu, apalagi menyangkut permasalahan kepercayaan dan ritual
peribadatan.

Di Sumatera Barat terdapat perayaan tabut, hari raya Assyura sebagai hari raya kaum Syiah
atas kematian Husein bin Abi Thalib di Karbala oleh orang-orang Khawarij. Di Yogyakarta ada
upacara sekaten dan grebeg Maulud yang dihitung pada tahun baru Hijriyah. Di daerah Sunda
dan daerah lain ada upacara ekahan atau ”aqiqah”, yakni acara pemotongan rambut pada bayi
yang baru berusia 7 hari yang memang merupakan sunat Nabi Muhammad. Perayaan-perayaan
keagamaan lainnya yang dilaksanakan umat Islam di Indonesia adalah shalat Idul Fitri, Idul
Adha, hari Isra Mikraj, puasa pada bulan Ramadhan, dan lain-lain.

Selain tradisi-tradisi di atas, masuknya Islam ke Indonesia juga membawa pengaruh dan
perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya.

1. Politik.
a. Mulai dikenalnya kerajaan-kerajaan bercorak Islam
b. Raja tidak lagi dianggap sebagai titisan / wakil dewa, melainkan khalifah bagi umat.
c. Penggunaan gelar Sultan dan Syah untuk gelar raja, Sunan dan Syeh untuk para ulama
d. Al Quran dijadikan sumber hukum dalam kehidupan politik kerajaan
e. Kedudukan ulama menjadi sangat penting dalam pemerintahan disamping raja

2. Ekonomi
a. Jaringan ekonomi semakin berkembang hingga ke Indonesia bagian timur.
b. Perdagangan di kuasai oleh para pedagang muslim

3. Sosial
a. Sistem kasta dalam masyarakat Hindu berangsur-angsur mulai hilang
b. Lahirnya golongan baru dalam mayarakat yaitu kaum santri
c. Para ulama memiliki peran dan pengaruh penting dalam kehidupan masyarakat

4. Budaya
a. Dikenalnya sistem pendidikan pesantren
b. Dikenalnya aksara, bahasa, angka, dan nama-nama Arab
c. Dikenalnya sistem penanggalan Hijriah dan penyebutan nama hari (kecuali hari Minggu).
d. Dikenalnya masjid sebagai tempat ibadah umat Islam
e. Adanya kompleks pemakamam dengan mnggunakan batu nisan
f. Berkembangnya karya-karya sastra yang dipengaruhi cerita-cerita dari Arab dan Persia
g. Masuknya pengaruh musik-musik gurun pasir, seperti musik gambus.
h. Perubahan cara berpakaian, seperti penggunaan surban, kerudung, sarung, dan kopiah.
R. Evaluasi Hasil

01. Salah satu wali yang punya peranan menyebar-kan agama Islam ke Maluku adalah ....
a. Sunan Gresik d. Sunan Ampel
b. Sunan Giri e. Sunan Muria
c. Sunan Kudus

02. Salah satu ulama yang punya peranan menye-barkan agama Islam di Sulawesi adalah ....
a. Dato’ Ri Bandang d. Aru Palaka
b. Karaeng Matoaya e. Sultan Hassanuddin
c. Daeng Manrabia

03. Berikut ini yang merupakan pengaruh tradisi Islam terhadap masyarakat Indonesia dalam bidang
politik adalah ....
a. banyak kerajaan-kerajaan Islam yang mulai membangun dan memperkuat armada perang
b. berlakunya sistem pemerintahan yang berbentuk kesultanan dan didasarkan pada syariah
Islam
c. kekuasaan para raja semakin kuat dan berpengaruh karena mendapat dukungan dari rakyat
d. dibangun benteng-benteng pertahahan guna menahan serangan dari musuh dari luar
e. adanya perubahan dalam prilaku dan hubungan antara keluarga kerajaan dengan rakyat

04. Salah satu tradisi pada masyarakat Jawa yang mendapat pengaruh Islam adalah upacara ....
a. Kasodo d. Grebeg Mulud
b. Brobosan e. Tindak Siten
c. Tumpengan

05. Perubahan yang dialami masyarakat Indonesia setelah masuknya agama Islam dalam bidang
sosial adalah ....
a. kehidupan masyarakat semakin lebih baik
b. tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi
c. banyak berdiri kota-kota pelabuhan baru
d. sistem kasta tidak berlaku lagi di masyarakat
e. kehidupan masyarakat perkotaan berkembang

06. Sistem penanggalan Jawa yang hingga saat ini masih digunakan masyarakat Jawa merupakan
perpaduan antara sistem penanggalan Islam dengan sistem penanggalan Hindu. Sistem
penanggalan tersebut mulai digunakan pada masa pemerintahan ....
a. Sultan Trenggono
b. Sutawijaya
c. Panembahan Senopati
d. Amangkurat I
e. Sultan Agung Hanyokrokusumo

07. Berikut ini merupakan perubahan dalam bidang budaya yang dialami masyarakat Indonesia
setelah masuknya agama Islam, kecuali ....
a. digunakannya surban dalam cara berpakaian pria muslim
b. aksara arab dan bahasa melayu semakin luas digunakan
c. banyak lahir karya-karya sastra yang berhubungan dengan Islam
d. dikenalnya upacara keagamaan yang didasarkan hari besar Islam
e. naiknya kedudukan kaum ulama dan bangsawan dalam masyarakat

Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan
Nama Jumlah
No.
Siswa Skor
Nilai Ket.
Sistematika antusias Gesture dan
Komunikasi Wawasan Keberanian penampilan
penyampaian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA IT DAARUL RAHMAN


Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara
Sub Topik : Islam dan Proses Integrasi
Pertemuan ke- : 11

CCCC. Kompetensi Inti


37. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
38. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
39. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
40. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

DDDD. Kompetensi Dasar


1.19. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.20. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari

2.28. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.29. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.30. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah

3.12. Mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan


kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan menunjukan contoh
bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.

4.12. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini

EEEE. Indikator Pencapain Kompetensi


1. Menganalisis peran perkembangan kerajaan-kerajaan Islam dalam proses integrasi;
2. Menganalisis peran perkembangan peradagangan antarpulau dalam proses integrasi,
menganalisis peran bahasa dalam proses integrasi, dan menyajikan dalam bentuk tulisan
atau gambar tentang proses integrasi di Nusantara.

FFFF. Tujuan Pembelajaran


Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menganalisis peran perkembangan kerajaan-kerajaan Islam dalam proses integrasi;
2. Menganalisis peran perkembangan peradagangan antarpulau dalam proses integrasi,
menganalisis peran bahasa dalam proses integrasi, dan menyajikan dalam bentuk tulisan
atau gambar tentang proses integrasi di Nusantara.

GGGG. Materi Ajar


11. Islam dan Proses Integrasi

HHHH. Alokasi Waktu


- 2 x 45 Menit

IIII. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran


25. Pendekatan : Saintifik
26. Strategi : Cooperative Jigsaw
27. Metode : Ceramah, diskusi, tanyajawab dan penugasan

JJJJ. Kegiatan Pembelajaran


Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan  Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
 Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
 Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti  Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar-gambar atau film documenter yang berhubungan
tentang proses intergrasi pada masa Islam di Indonesia

 Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari

 Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok
- Setiap kelompok mendapatkan tugas:
5. Kelompok 1 : Peran kerajaan-kerajaan Islam dalam proses
intergrasi
6. Kelompok 2 : Peran dan perkembangan perdagangan antar pulau
dalam proses integrasi
7. Kelompok 3 : Peran bahasa dalam proses intergrasi
8. Kelompok 4 : Dampak migrasi penduduk dalam proses intergrasi
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi

 Mengasosiasikan :
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu

 Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup  Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
 Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
 Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
 Mengucapkan salam

KKKK. Penilaian Hasil Belajar


s. Tes :
19. Uraian (Terlampir)
20. Pilihan Ganda (Terlampir)

t. Non Tes :
19. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
20. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)

LLLL. Sumber Belajar


 Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
 White board/papan flanel
 Power point
 LCD
 Internet
 Kartu pembelajaran
 Peta Sejarah

Mengetahui, Depok, Juli 2017

Kepala SMA IT DAARUL RAHMAN Guru mata pelajaran


MIKI FIRMANSYAH, SH. BRILIANTINA INDRATI, S.SOS., M.PD.

Lampiran :

S. Ringkasan Materi

a. Peranan Para Ulama dalam Proses Integrasi


Agama Islam yang masuk dan berkembang di Nusantara mengajarkan kebersamaan dan
mengembangkan toleransi dalam kehidupan beragama. Islam mengajarkan persamaan dan
tidak mengenal kasta-kasta dalam kehidupan masyarakat. Konsep ajaran Islam
memunculkan perilaku ke arah persatuan dan persamaan derajat. Disisi lain, datangnya
pedagang-pedagang Islam di Indonesia mendorong berkembangnya tempat-tempat
perdagangan di daerah pantai. Tempat-tempat perdagangan itu kemudian berkembang
menjadi pelabuhan dan kota-kota pantai. Bahkan kota-kota pantai yang merupakan bandar
dan pusat perdagangan, berkembang menjadi kerajaan. Timbulnya kerajaan-kerajaan Islam
menandai awal terjadinya proses integrasi. Meskipun masing-masing kerajaan memiliki cara
dan faktor pendukung yang berbeda-beda dalam proses integrasinya.

b. Peran Perdagangan Antarpulau


Proses integrasi juga terlihat melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan antarpulau.
Sejak zaman kuno, kegiatan pelayaran dan perdagangan sudah berlangsung di Kepulauan
Indonesia. Pelayaran dan perdagangan itu berlangsung dari daerah yang satu ke daerah
yang lain, bahkan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Kegiatan pelayaran dan
perdagangan pada umumnya berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini, menimbulkan
pergaulan dan hubungan kebudayaan antara para pedagang dengan penduduk setempat.
Kegiatan semacam ini mendorong terjadinya proses integrasi.
Pada mulanya penduduk di suatu pulau cukup memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
apa yang ada di pulau tersebut. Dalam perkembangannya, mereka ingin mendapatkan
barang-barang yang terdapat di pulau lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terjadilah
hubungan dagang antar pulau. Angkutan yang paling murah dan mudah adalah angkutan
laut (kapal/perahu), maka berkembanglah pelayaran dan perdagangan. Terjadinya
pelayaran dan perdagangan antarpulau di Indonesia yang diikuti pengaruh di bidang budaya
turut berperan serta mempercepat perkembangan proses integrasi. Misalnya, para
pedagang dari Jawa berdagang ke Palembang, atau para pedagang dari Sumatra berdagang
ke Jepara. Hal ini menyebabkan terjadinya proses integrasi antara Sumatra dan Jawa. Para
pedagang di Banjarmasin berdagang ke Makassar, atau sebaliknya. Hal ini menyebabkan
terjadi proses integrasi antara masyarakat Banjarmasin (Kalimantan) dengan masyarakat
Makassar (Sulawesi). Para pedagang Makassar dan Bugis memiliki peranan penting dalam
proses integrasi. Mereka berlayar hampir ke seluruh Kepulauan Indonesia bahkan jauh
sampai keluar Kepulauan Indonesia.
Pulau-pulau penting di Indonesia, pada umumnya memiliki pusat-pusat perdagangan.
Sebagai contoh di Sumatra terdapat Aceh, Pasai, Barus, dan Palembang. Jawa memiliki
beberapa pusat perdagangan misalnya Banten Sunda Kelapa, Jepara, Tuban, Gresik,
Surabaya, dan Blambangan. Kemudian di dekat Sumatra ada Bandar Malaka. Malaka
berkembang sebagai bandar terbesar di Asia Tenggara. Tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan
Portugis. Akibatnya perdagangan Nusantara berpindah ke Aceh. Dalam waktu singkat Aceh
berkembang sebagai bandar dan sebuah kerajaan yang besar. Para pedagang dari pulau-
pulau lain di Indonesia juga datang dan berdagang di Aceh.
Sementara itu, sejak awal abad ke-16 di Jawa berkembang Kerajaan Demak dan
beberapa bandar sebagai pusat perdagangan. Di Indonesia bagian tengah maupun timur
juga berkembang kerajaan dan pusat-pusat perdagangan. Dengan demikian, terjadi
hubungan dagang antardaerah dan antarpulau. Kegiatan perdagangan antarpulau
mendorong terjadinya proses integrasi yang terhubung melalui para pedagang. Proses
integrasi itu juga diperkuat dengan berkembangnya hubungan kebudayaan. Bahkan juga ada
yang diikuti dengan perkawinan.

c. Peran Bahasa
Perlu juga kamu pahami bahwa bahasa juga memiliki peran yang strategis dalam proses
integrasi. Kamu tahu bahwa Kepulauan Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang dihuni
oleh aneka ragam suku bangsa. Tiap-tiap suku bangsa memiliki bahasa masingmasing. Untuk
mempermudah komunikasi antarsuku bangsa, diperlukan satu bahasa yang menjadi bahasa
perantara dan dapat dimengerti oleh semua suku bangsa. Jika tidak memiliki kesamaan
bahasa, persatuan tidak terjadi karena di antara suku bangsa timbul kecurigaan dan
prasangka lain.
Bahasa merupakan sarana pergaulan. Bahasa Melayu digunakan hampir di semua
pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu sejak zaman kuno sudah
menjadi bahasa resmi negara Melayu (Jambi). Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya,
bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan bahasa ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat
dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M, Prasasti Talang Tuo tahun 684 M, Prasasti Kota
Kapur tahun 685 M, dan Prasasti Karang Berahi tahun 686 M.
Para pedagang di daerah-daerah sebelah timur Nusantara, juga menggunakan bahasa
Melayu sebagai bahasa pengantar. Dengan demikian, berkembanglah bahasa Melayu ke
seluruh Kepulauan Nusantara. Pada mulanya bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa
dagang. Akan tetapi lambat laun bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa perantara dan
menjadi lingua franca di seluruh Kepulauan Nusantara. Di Semenanjung Malaka (Malaysia
seberang), pantai timur Pulau Sumatra, pantai barat Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, dan
pantai-pantai Kalimantan, penduduk menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
pergaulan.
Masuk dan berkembangnya agama Islam, mendorong perkembangan bahasa Melayu.
Buku-buku agama dan tafsir al Qur’an juga mempergunakan bahasa Melayu. Ketika
menguasai Malaka, Portugis mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan bahasa
Portugis, namun kurang berhasil. Pada tahun 1641 VOC merebut Malaka dan kemudian
mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan bahasa Melayu. Jadi, secara tidak
sengaja, kedatangan VOC mengembangkan bahasa Melayu.

T. Evaluasi Hasil

1. Coba jelaskan peran penyebaran kerajaan-kerajaan Islam dalam proses integrasi Nusantara!
2. Benarkah perdagangan antarpulau membantu proses integrasi Nusantara?
3. Jelaskan peran bahasa Melayu dalam proses integrasi Nusantara, coba bandingkan peran
Bahasa Indonesia dalam proses integrasi Nusantara!
4. Coba kamu diskusikan mengapa bahasa Melayu cepat berkembang di Nusantara!
5. Bagaimana Islam dapat mempercepat proses integrasi bangsa Indonesia. Uraikan jawaban
kamu dalam 2 - 3 lembar!
Lembar Pengamatan :

Rubrik kegiatan Diskusi

AspekPengamatan
Nama Menghargai Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa Mengkomunika Toleran pendapat Skor
Kerjasama Ketaktifan
sikan pendapat si teman

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Rubrik Penilaian presentasi

AspekPengamatan
Nama Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa antusias Gesture dan Skor
Sistematika
Komunikasi Wawasan Keberanian penampilan
penyampaian

Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)

Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang

Anda mungkin juga menyukai