(RPP)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.2. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh
tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.3. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
4.6. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu- Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat di Kerajaan Kediri dan Singhasari;
2. Mengidentifikasi tinggalan budaya dari kedua kerajaan Kediri dan Singhasari
3. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan Kerajaan Kediri dan Kerajaan
Singhasari.
E. Materi Ajar
1. Perkembangan politik, social, dan ekonomi di Kerajaan Kediri
2. Perkembangan politik, social, dan ekonomi di Kerajaan Singhasari
F. Alokasi Waktu
- 2 x 45 Menit
H. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Memberikan salam
Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
Menanyakan kehadiran siswa
Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa
Pendahuluan 10 menit
Tanya jawab materi sebelumnya mengenai kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia (Kutai, Tarumanegara, Kalingga, Sriwijaya, Mataram
Kuno)
Menyampaikan tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui power point
Inti Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar wayang yang mengisahkan tentang perang
Bharatayudha dan ilustrasi cerita Keris Empu Gandring.
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi yang akan di pelajari
Menanya :
- Mendorong siswa untuk mengamati dan kemudian memberikan
pertanyaan yang berhubungan dengan gambar dan penjelasan yang
ditayangkan
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 6 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
1. Kelompok I : Perkembangan politik, sosial dan ekonomi di Kerajaan
Kediri.
2. Kelompok II : Menganalisis tinggalan budaya dari Kerajaan Kediri.
3. Kelompok III : Memahami materi tentang raja-raja yang memerintah
di Singhasari.
4. Kelompok IV : Menganalisis perluasan daerah Singhasari.
5. Kelompok V : Memahami perkembangan politik dan pemerintahan
Kerajaan Singhasari
6. Kelompok VI : Memahami kehidupan beragama di Kerajaan
Singhasari
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
- Setiap siswa kemudian kembali kelompok utama untuk
menginformasikan hasil kajian kelompok ahli mereka kepada kelompok
utama
- Semua anggota kelompok utama menyimak dan mencatat hasil laporan
dari tiap-tiap anggota.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Mengkomunikasikan :
- Laporan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk secara acak
untuk melaporkan hasil diskusi kelompok, sampai semua masalah
selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi
kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan di Kerajaan Kediri
dan Singhasari
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa membuat tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan yang
ada di buku paket tentang kehidupan pemerintahan dan masyarakat di
kerajaan Kediri dan Singhasari
Mengucapkan salam
b. Non Tes :
1. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
2. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
J. Sumber Belajar
Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
White board/papan flanel
Power point
LCD
Internet
Kartu pembelajaran
Peta Sejarah
K. Kompetensi Inti
5. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
6. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
7. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
8. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
L. Kompetensi Dasar
1.3. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.4. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.4. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.5. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh
tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.6. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
4.7. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu- Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan
O. Materi Ajar
3. Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali
P. Alokasi Waktu
1. 2 x 45 Menit
R. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Memberikan salam
Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar atau film documenter yang berhubungan dengan
peninggalan kerajaan Majapahit dan Kerajaan Buleleng di Bali
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 5 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
7. Kelompok I : Perkembangan politik, sosial dan ekonomi di Kerajaan
Majapahit.
8. Kelompok II : Menganalisis agama dan tinggalan budaya dari
Kerajaan Majapahit.
9. Kelompok III : Memahami materi tentang raja-raja yang memerintah
di Majapahit.
10. Kelompok IV : Menganalisis perkembangan politik dan
pemerintahan Kerajaan Buleleng
11. Kelompok V : Memahami tinggalan budaya di kerajaan
Buleleng
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
d. Non Tes :
3. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
4. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
T. Sumber Belajar
Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
White board/papan flanel
Power point
LCD
Internet
Kartu pembelajaran
Peta Sejarah
Lampiran :
A. Ringkasan Materi
1. Kerajaan Majapahit
Sementara itu tentara Kubilai Khan sebanyak 200.000 orang dibawah pimpinan Shih
Pie, Ike Mase, dan Kau Shing datang untuk menghukum Kertanegara. R. Wijaya kemudian
bergabung dengan tentara Cina dan mengadakan serangan ke Kediri karena Cina tidak
mengetahui terjadinya perubahan kekuasaan di JawaTimur. Setelah R. Wijaya dengan
bantuan tentara Kubilai Khan berhasil mengalahkan Jayakatwang, ia kemudian
menghantam balik tentara asing tersebut. Serangan mendadak yang tidak terkira
sebelumnya, memaksa tentara Kubilai Khan meninggalkan Jawa Timur terburu-buru
dengan sejumlah besar korban.
b. Jayanegera (1309–1328).
R. Wijaya kemudian digantikan oleh putranya Kalagemet dengan gelar Jayanegara
(1309–1328), putra R. Wijaya dengan Dewi Tribhuanaeswari. Pada masa ini timbul
kekacauan di Majapahit karena pemerintahan Jayanegara yang kurang berbobot dan
adanya rasa tidak puas dari pejuang-pejuang Majapahit semasa pemerintahan R. Wijaya.
Kekacauan di Majapahit itu berupa pemberontakan yang dapat membahayakan negara,
diantaranya :
a) Pemberontakan Rangga Lawe (1309) yang berkedudukan di Tuban tidak puas karena
ia mengharapkan dapat menjadi patih di Majapahit, sedangkan yang diangkat adalah
Nambi.
b) Pemberontakan Lembu Sora (1311) karena hasutan Mahapati yang merupakan musuh
dalam selimut Jayanegara.
c) Pemberontakan Nambi (1316) karena ambisi ayahnya Aria Wiraraja agar Nambi
menjadi raja. Semua pemberontakan tersebut dapat dipadamkan.
d) Pemberontakan Kuti (1319) merupakan pemberontakan yang paling membahayakan
karena Kuti dapat menduduki istana kerajaan dan Jayanegara terpaksa menyingkir
ke Bedander. Namun, pasukan Bayangkari kerajaan di bawah pimpinan Gajah Mada
berhasil merebut kembali istana. Jayanegara dapat kembali ke istana lagi dan
berkuasa hingga tahun 1328. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada kemudian
diangkat menjadi patih di Kahuripan dan kemudian di Daha.
c. Tribhuanatunggadewi (1328–1350).
Pada tahun 1328 Jayanegara wafat karena dibunuh oleh Ratanca. Ia tidak
mempunyai putra sehingga takhta kerajaan diserahkan kepada Gayatri. Oleh karena
Gayatri telah menjadi bhiksuni maka yang tampil adalah putrinya, Bhre Kahuripan yang
bertindak sebagai wali ibunya. Bhre Kahuripan bergelar Tribhuanatunggadewi.
Pada waktu penobatannya, Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa" (Tan Amukti
Palapa). Isinya, Gajah Mada bersumpah tidak akan makan enak (palapa) sebelum seluruh
Nusantara berada di bawah kekuasaan Majapahit. Dalam usaha menyatukan seluruh
Nusantara, Gajah Mada dibantu oleh Empu Nala dan Adiytawarman. Mula-mula mereka
menaklukkan Bali (1334). Selanjutnya, satu per satu kerajaan-kerajaan di Nusantara
berhasil dipersatukan.
Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan
terjadinya peristiwa di Bubat, yaitu perang antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada
waktu itu, Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi putri Dyah Pitaloka. Sebelum putri
Dyah Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran sampai di
Majapahit, mereka beristirahat di lapangan Bubat. Di sana terjadi perselisihan antara
Gajah Mada yang menghendaki agar putri itu dipersembahkan oleh raja Pajajaran
kepada raja Majapahit. Para pembesar Kerajaan Pajajaran tidak setuju, akhirnya
terjadilah peperangan di Bubat yang menyebabkan semua rombongan Kerajaan
Pajajaran gugur.
Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan
yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk
meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab surutnya kebesaran Kerajaan
Majapahit di samping terjadinya pertentangan yang berkembang menjadi perang
saudara.
e. Wikramawardhana (1389–1429).
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 dan digantikan oleh putrinya Dyah
Kusumawardhani yang pada saat memerintah didampingi oleh suaminya yang bernama
Wikramawardhana. Selain itu pernikahan Hayam Wuruk dengan isteri selir mempunyai
anak Bhre Wirabhumi yang telah diberi kekuasaan sebagai penguasa daerah (bupati) di
Blambangan. Akan tetapi, Bhre Wirabumi menuntut takhta Majapahit sehingga
menimbulkan perang saudara (Perang Peregreg) yang terjadi selama 5 tahun (1401–
1406). Pada akhirnya Bhre Wirabhumi kalah dan perang saudara tersebut mengakibatkan
lemahnya kekuasaan Majapahit. Setelah Wikramawardhana meninggal (1429) Kerajaan
Majapahit selanjutnya diperintah oleh raja-raja:
a) Suhita (1429 - 1447), putri Wikramawardhana
b) Kertawijaya (1448 - 1451), adik Suhita
c) Sri Rajasawardhana (1451 - 1453)
d) Girindrawardhana (1456 - 1466), anak dari Kertawijaya
e) Sri Singhawikramawardhana (1466 - 1474)
f) Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1447 – 1526)
Sampai dengan akhir abad ke-15 masih ada raja-raja yang memerintah sebagai
keturunan Majapahit, namun telah suram karena tidak ada persatuan dan kesatuan
sehingga daerah-daerah jajahan satu demi satu melepaskan diri. Para bupati di pantai
utara Jawa, seperti Demak, Gresik, dan Tuban telah menganut agama Islam sehingga
satu per satu memisahkan diri dari Majapahit. Demikian juga daerah di luar Jawa mulai
berani tidak mengirim upeti ke Majapahit sampai dengan Majapahit mengalami
kemunduran dan akhirnya rutuh.
1) Tidak ada lagi tokoh-tokoh yang kuat di pusat pemerintahan yang dapat
mempertahankan kesatuan wilayah sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk.
2) Terjadinya perang saudara (Paregreg).
3) Banyak daerah-daerah jajahan yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
4) Masuk dan berkembangnya agama Islam.
Setelah mengalami kemunduran, akhirnya Majapahit runtuh. Dalam hal ini ada dua
pendapat mengenai runtuhnya Kerajaan Majapahit, yaitu :
1) Tahun 1478, yakni adanya serangan Girindrawardana dari Kediri. Peristiwa tersebut
diberi candrasengkala "hilang sirnakertaning bhumi" yang berarti tahun 1400
Saka/1478 M.
2) Tahun 1526, yakni adanya serangan tentara dari Demak di bawah pimpinan Raden
Patah. Serangan Demak ini menandai berakhirnya kekuasaan Hindu di Jawa.
2. Kerajaan Bali
Kerajaan Bali Kuno terletak di Pulau Bali yang berada di sebelah timur Provinsi Jawa
Timur. Kerajaan Bali mempunyai hubungan sejarah yang erat dengan kerajaan - kerajaan di
Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur, seperti kerajaan Singasari dan Majapahit.
Berita tertua mengenai Bali bersumber dari Bali sendiri, yakni berupa beberapa buah
cap kecil dari tanah liat yang berukuran 2,5 cm yang ditemukan di Pejeng, Bali. Cap-cap itu
dibuat pada abad ke-8 M. Adapun prasasti tertua di Bali berangka tahun 882 M,
memberitakan perintah membuat pertapaan dan pasanggrahan di Bukit Kintamani. Di dalam
prasasti tersebut tidak ditulis nama raja yang memerintah pada masa itu. Demikian juga
prasasti yang berangka tahun 911 M yang isinya memberikan izin kepada penduduk Desa
Trunyaan untuk membangun tempat suci bagi pemujaan Bhattara da Tonta.
Munculnya Kerajaan Bali dapat diketahui dari Prasasti Blanjong (Sanur) yang berangka
tahun 914 M. Prasasti tersebut itulis dengan huruf Pranagari dan Kawi, sedang bahasanya
ialah Bali Kuno dan Sanskerta. Raja Bali pertama ialah Kesari Warmadewa. Ia bertakhta di
Istana Singhadwala dan merupakan raja yang mendirikan Dinasti Warmadewa. Dua tahun
kemudian, Kesari Warmadwa digantikan oleh Ugrasena (915–942). Raja Ugrasena bertakhta
di Istana Singhamandawa. Masa pemeritahannya sezaman dengan pemerintahan Empu
Sendok dari keluarga Isana di Jawa Timur. Raja Ugrasena meninggalkan sembilan prasasti
yang umumnya berisi tentang pembebasan pajak untuk daerah-daerah tertentu.
Raja yang memerintah setelah Ugrasena adalah Aji Tabanendra Warmadewa (955–967).
Raja ini memerintah bersama-sama permaisurinya yang bernama Sri Subadrika
Dharmadewi. Pengganti berikutnya ialah Jayasingha Warmadewa (968–975). Raja ini
membangun sebuah pemandian dari sebuah mata air yang ada di Desa Manukaya.
Pemandian itu disebut Tirtha Mpul yang terletak di dekat Tampaksiring.
Raja Jayasingha digantikan oleh Janasadhu Warmadewa (975–983). Pada tahun 983
muncul seorang raja wanita yang bernama Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Pengganti Sri
Wijaya Mahadewi ialah Udayana Warmadewa. Ia memerintah bersama permaisurinya, yaitu
Gunapriya Dharmapatni yang lebih dikenal sebagai Mahendradatta. Udayana memerintah
bersama permaisurinya sampai dengan tahun 1001 M karena pada tahun itu Mahendradatta
meninggal. Udayana meneruskan pemerintahannya sampai dengan tahun 1011 M. Raja
Udayana mempunyai tiga orang putra, yakni Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.
Anak Wungsu merupakan Raja Bali yang paling banyak meninggalkan prasasti, yakni ada
kurang lebih 28 buah prasasti dan tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan.
Anak Wungsu berhasil memegang tampuk pemerintah di Bali selama 28 tahun (1049–1077).
Semasa pemerintahannya, ia berhasil mewujudkan kerajaan yang aman, damai, dan
sejahtera. Penganut agama Hindu dapat hidup berdampingan dengan agama Buddha. Anak
Wungsu berhasil membangun sebuah kompleks percandian di Gunung Kawi (sebelah selatan
Tampaksiring) yang merupakan peninggalan terbesar di Bali. Masa pemeritahannya yang
gemilang, Anak Wungsu dianggap oleh rakyatnya sebagai penjelman Dewa Hari (Dewa
Kebaikan). Setelah meninggal, Anak Wungsu didharmakan di Candi Gunung Kawi. Anak
Wungsu tidak meninggalkan putra. Permisurinya dikenal dengan nama Batari Mandul.
Raja yang memerintah setelah Anak Wungsu yang terkenal ialah Jayasakti (1133–1150).
Masa pemerintahan Jayasakti sezaman dengan Raja Jayabaya di Kediri. Pada saat itu agama
Buddha, Siwaisme, dan Waisnama berkembang dengan baik. Raja Jayasakti disebut sebagai
penjilmaan Dewa Wisnu. Sebagai seorang raja yang bijaksana, ia memerintah kerajaan
berdasarkan pada hukum keadilan dan kemanusiaan. Kitab undang-undang yang berlaku
pada masa pemerintahannya ialah Utara Widdhi Balawan dan Raja Wacana atau Rajaniti.
Raja Bali yang terkenal lainnya ialah Jayapangus (1177–1181). Raja Jayapangus
dianggap sebagai penyelamat rakyat yang terkena malapetaka karena melalaikan ibadah.
Jayapangus menerima wahyu dari Dewa untuk mengajak rakyat kembali melakukan upacara
rital agama yang sampai sekarang dikenal dan diperingati sebagai upacara Galungan. Kitab
undang-undang yang digunakan sebagai pedoman masa pemerintahannya ialah kitab Mana
Wakamandaka. Setelah Jayapangus, Bali diperintah oleh raja-raja yang lemah. Bali
kemudian berhasil ditaklukan oleh Gajah Mada dan menjadi wilayah kekuasaan Majapahit.
B. Evaluasi Hasil
AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
AspekPengamatan
Nam
Jumla
No a Sistematik Gesture Nil Ket
antusi h
. Sisw Komunik a Wawas Keberani dan ai .
as Skor
a asi penyampai an an penampil
an an
U. Kompetensi Inti
9. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
10. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
11. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
12. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
V. Kompetensi Dasar
1.5. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.6. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.7. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra
aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.8. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang ditunjukkan oleh
tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.9. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah
4.8. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Hindu- Buddha
dengan menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan
X. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
5. Menjelaskan asal usul terbentuknya hubungan perdagangan di Nusantara
6. Menganalisis poses terbentuknya jaringan Nusantara melalui jalur perdagangan
7. Menganalisis dampak dari terbentuknya jaringan Nusantara melalui jalur perdangan.
8. Menjelaskan proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan Hindu-Buddha pada sistem
pemerintahan, kepercayaan, sosial dan ekonomi;
9. Menganalisis berbagai contoh bentuk seni bangunan, seni ukir, seni sastra dan aksara masa
pada masa Hindu-Buddha;
10. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang tinggalan kebudayaan masa Hindu-Buddha.
Y. Materi Ajar
4. Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Buddha
Z. Alokasi Waktu
2. 2 x 45 Menit
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 6 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
12. Kel. I : Terbentuknya jaringan perdagangan di
Nusantara
13. Kel. II : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Hindu Buddha dalam bidang pemerintahan.
14. Kel. III : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Hindu Buddha dalam bidang seni bangunan
15. Kel. IV : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Hindu Buddha dalam bidang seni ukir
16. Kel. V : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Hindu Buddha dalam sistem kepercayaan
17. Kel. VI : proses akulturasi kebudayaan Nusantara dengan
Hindu Buddha dalam sistem seni sastra dan aksara
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
f. Non Tes :
5. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
6. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
Lampiran :
C. Ringkasan Materi
Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli
sebagai berikut.
1. Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk
akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli.
Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagianbagian
candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada
hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur
merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.
4. Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-
simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam
kuburnya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan seorang naik
perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal rohnya akan
melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka.
Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh
halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme).
Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah. Misalnya
dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat
pemujaan. Di Indonesia, disamping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam
raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih
tempat penyimpanan abu jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang
dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi
pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Bentuk bangunan lingga dan
yoni juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut
Syiwaisme. Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan yoni adalah
lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang
perempuan.
5. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia, dikenal adanya sistem
pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah
di suatu desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin atau semacam
kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua (senior),
arif, dapat membimbing, memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang
ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib (kesaktian). Setelah pengaruh
India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan.
Hal ini secara jelas terjadi di Kutai.
Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus
berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum
Hindu-Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang dekat
dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.
D. Evaluasi Hasil
1. Buatlah pertanyaan kritis mengenai tahap-tahap sejarah Hindu- Buddha sejak zaman
praaksara hingga terbentuknya system organisasi kenegaraan (kerajaan) tradisional yang
tersebar di Nusantara. Masing-masing peserta didik diminta memilih dan membuat deskripsi
profil salah satu kerajaan tersebut dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kritis dalam
kaitannya dengan kepemimpinannya, ketatanegaraannya dan kisah sukses serta
kegagalannya. Bagaimana pendapat kamu tentang hipotesis ahli mengenai hubungan budaya
Hindu-Buddha dengan Nusantara? Diskusikan hasil tulisan kamu!
2. Cobalah eksplorasi (jelajah) apakah sisa-sisa kebudayaan material (material culture) dan
kebudayaan kerohanian (spiritual culture) masa Hindu-Buddha masih ada di lingkungan
tempat tinggal kamu atau di kampung asal nenek atau orang tua kamu? Deskripsikan
bentuk-bentuk peninggalan itu dan adakah sesuatu (gagasan) yang berharga jika dikaitkan
dengan masa sekarang?
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Rubrik Penilaian presentasi
AspekPengamatan
Nam
Jumla
No a Sistematik Gesture Nil Ket
antusi h
. Sisw Komunik a Wawas Keberani dan ai .
as Skor
a asi penyampai an an penampil
an an
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
2.10. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.11. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.12. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
3.7. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia.
4.7. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Islam dengan
menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 4 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
18. Kel. I : Teori Persia
19. Kel. II : Teori India atau Gujarat
20. Kel. III : Teori Arab atau Mekkah
21. Kel. IV : Teori Cina
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
h. Non Tes :
7. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
8. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
E. Ringkasan Materi
2. Teori Persia
Pendukung : Oemar Amin Hoesin dan Husein Joyodiningrat
Alasan :
a. Di Persia terdapat suku bernama Leran. Kemungkinan suku ini pernah datang ke Jawa
dibuktikan dengan adanya kampung bernama Leran di Gresik, Jawa Timur
b. Di Persia terdapat suku Jawi. Suku ini mungkin mengajarkan huruf Arab Pegon di Jawa,
dan huruf Arab Pegon banyak ditemukan di Indonesia.
c. Dikenalnya istilah Jabar dan Jer untuk menyebut fathah dan kasroh dalam bahasa Arab.
Sementara istilah Jabar dan Jer berasal dari bahasa Persia.
d. Adanya istilah Tabut untuk menyebutkan bulan Muharram pada masyarakat
Minangkabau dan Aceh. Bulan Tabut pada masyarakat Persia diperingati sebagai
wafatnya Husein, cucu Nabi Muhammad SAW
4. Teori Cina
Pendukung : Sumanto Al Qurtuby
Alasan :
a. Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di
Jawa) berasal dari para perantau Cina. Di mana hubungan antara pedagang Cina dan
Indonesia sudah terjalin jauh sebelum berkembangnya Islam di Indonesia. Ajaran Islam
telah masuk ke Cina pada sekitar abad 7. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus
Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah
Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat
sejumlah pemukiman Islam.
b. Raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Demak, merupakan keturunan
Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk
Vietnam).
c. Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak
beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin
Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan
“Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara Cina
yang berbatasan dengan Rusia.
d. Adanya masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh
komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa.
e. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, menurut catatan-catatan
Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina.
Para sejarawan Indonesia berpendapat bahwa proses Islamisasi di Indonesia sudah dimulai
pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Hal ini didasarkan pada bukti-bukti atau
sumber-sumber, baik intern maupun ekstern. Tetapi beberapa sejarawan Barat seperti seorang
ilmuwan Belanda yang bernama Mouquette menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar
abad ke-13-14 Masehi. Penentuan waktu itu berdasarkan tulisan pada batu nisan yang
ditemukan di Pasai. Batu nisan itu berangka tahun 17 Djulhijah 831 atau 21 September 1428 M
dan identik dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822 H atau
1419 M) di Gresik, Jawa Timur. Morisson mendukung pendapat Moguetta yang berpendapat
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan batu nisan Malik al-Saleh,
seorang raja Samudera Pasai yang berangka tahun 698 H atau 1297 M. Petunjuk pertama
mengenai orang-orang Indonesia yang beragama Islam datang dari tulisan Marcopolo yang
singgah di Sumatra dalam perjalanan pulangnya dari Cina pada tahun 1292, dia
berpendapatbahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
Bukti-bukti awal penyebaran Islam di Indonesia dapat dilihat berdasarkan sumber intern
(lokal) dan ekstern (asing).
1. Sumber intern :
a. Batu nisan Fatimah binti Maimun (1028)
b. Makam Sultan Malik as Saleh (1297)
c. Batu nisan di Trowulan (1368-1369)
d. Kompleks pemakaman di Troloyo (1376-1611)
e. Makam Maulana Malik Ibrahim (1419)
2. Sumber ekstern :
a. Berita dari Arab
Diketahui dari para pedagang Arab yang berdagang di Sriwijaya pada sekitar abad ke
7. Dibuktikan dengan adanya istilah yang digunakan para pedagang Arab untuk
menyebutkan nama Sriwijaya dengan sebutan “Zabaq”, “Zabay”, atau “Sribusa”.
Pada saat itu, di pusat Kerajaan Sriwijaya telah dijumpai perkampungan-
perkampungan pedagang Arab. Menurut berita Ibn Hordadzbeth (844-848 M),
pedagang Sulaiman (902 M), Ibn Rosteh (903 M), Abu Yazid (916 M), dan ahli geografi
Mas’udi (955 M), Kerajaan Sriwijaya (Sribusa) berada di bawah kekuasaan Raja Zabag
yang kaya dan menguasai jalur perdagangan dengan Kerajaan Oman.
3.
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Rubrik Penilaian presentasi
AspekPengamatan
Gesture Jumlah
No. Nama Siswa Sistematika Nilai Ket.
Komun Wawas Kebera antusias dan Skor
penyampai
ikasi an nian penampil
an
an
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
2.13. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.14. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.15. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
3.8. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia.
4.8. Mengolah informasi mengenai proses masuk dan perkembangan kerajaan Islam dengan
menerapkan cara berpikir kronologis, dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini serta mengemukakannya dalam bentuk tulisan
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 3 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
22. Kel. I : Peranan jalur perdagangan Internasional dan
Regional dalam persebaran Islam di Indonesia
23. Kel. II : Perkembangan Islam dan perdagangan antarpulau
di Indonesia
24. Kel. III : Dampak jatuhnya Malaka ketangan Portugis pada
tahun 1511 terhadap kegiatan perdagangan di Nusantara
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
j. Non Tes :
9. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
10. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
G. Ringkasan Materi
Berdasarkan data arkeologis seperti prasasti-prasasti maupun data historis berupa berita-
berita asing, kegiatan perdagangan di Kepulauan Indonesia sudah dimulai sejak abad pertama
Masehi. Jalurjalurpelayaran dan jaringan perdagangan Kerajaan Sriwijaya dengan negeri-negeri
di Asia Tenggara, India, dan Cina terutama berdasarkan berita-berita Cina telah dikaji, antara
lain oleh W. Wolters (1967). Demikian pula dari catatan-catatan sejarah Indonesia dan Malaya
yang dihimpun dari sumber-sumber Cina oleh W.P Groeneveldt, telah menunjukkan adanya
jaringan–jaringan perdagangan antara kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dengan
berbagai negeri terutama dengan Cina. Kontak dagang ini sudah berlangsung sejak abad-abad
pertama Masehi sampai dengan abad ke-16. Kemudian kapal-kapal dagang Arab juga sudah
mulai berlayar ke wilayah Asia Tenggara sejak permulaan abad ke-7. Dari literatur Arab banyak
sumber berita tentang perjalanan mereka ke Asia Tenggara. Adanya jalur pelayaran tersebut
menyebabkan munculnya jaringan perdagangan dan pertumbuhan serta perkembangan kota-
kota pusat kesultanan dengan kota-kota bandarnya pada abad ke-13 sampai abad ke-18
misalnya, Samudera Pasai, Malaka, Banda Aceh, Jambi, Palembang, Siak Indrapura,
Minangakabau, Demak, Cirebon, Banten, Ternate, Tidore, Goa-Tallo, Kutai, Banjar, dan kota-
kota lainnya.
Dari sumber literatur Cina, Cheng Ho mencatat terdapat kerajaan yang bercorak Islam atau
kesultanan, antara lain, Samudera Pasai dan Malaka yang tumbuh dan berkembang sejak abad
ke-13 sampai abad ke-15, sedangkan Ma Huan juga memberitakan adanya komunitas-komunitas
Muslim di pesisir utara Jawa Timur. Berita Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515)
memberikan gambaran mengenai keberadaan jalur pelayaran jaringan perdagangan, baik
regional maupun internasional. Ia menceritakan tentang lalu lintas dan kehadiran para
pedagang di Samudra Pasai yang berasal dari Bengal, Turki, Arab, Persia, Gujarat, Kling,
Malayu, Jawa, dan Siam. Selain itu Tome Pires juga mencatat kehadiran para pedagang di
Malaka dari Kairo, Mekkah, Aden, Abysinia, Kilwa, Malindi, Ormuz, Persia, Rum, Turki, Kristen
Armenia, Gujarat, Chaul, Dabbol, Goa, Keling, Dekkan, Malabar, Orissa, Ceylon, Bengal,
Arakan, Pegu, Siam, Kedah, Malayu, Pahang, Patani, Kamboja, Campa, Cossin Cina, Cina,
Lequeos, Bruei, Lucus, Tanjung Pura, Lawe, Bangka, Lingga, Maluku, Banda, Bima, Timor,
Madura, Jawa, Sunda, Palembang, Jambi, Tongkal, Indragiri, Kapatra, Minangkabau, Siak,
Arqua, Aru, Tamjano, Pase, Pedir, dan Maladiva.
Berdasarkan kehadiran sejumlah pedagang dari berbagai negeri dan bangsa di Samudera
Pasai, Malaka, dan bandar-bandar di pesisir utara Jawa sebagaimana diceritakan Tome Pires,
kita dapat mengambil kesimpulan adanya jalur-jalur pelayaran dan jaringan perdagangan
antara beberapa kesultanan di Kepulauan Indonesia baik yang bersifat regional maupun
internasional.
Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Nusantara dengan Arab meningkat menjadi
hubungan langsung dan dalam intensitas tinggi. Dengan demikian aktivitas perdagangan dan
pelayaran di Samudera Hindia semakin ramai. Peningkatan pelayaran tersebut berkaitan erat
dengan makin majunya perdagangan di masa jaya pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258).
Dengan ditetapkannya Baghdad menjadi pusat pemerintahan menggantikan Damaskus (Syam),
aktivitas pelayaran dan perdagangan di Teluk Persia menjadi lebih ramai. Pedagang Arab yang
selama ini hanya berlayar sampai India, sejak abad ke-8 mulai masuk ke Kepulauan Indonesia
dalam rangka perjalanan ke Cina. Meskipun hanya transit, tetapi hubungan Arab dengan
kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia menjadi langsung. Hubungan ini menjadi semakin
ramai manakala pedagang Arab dilarang masuk ke Cina dan koloni mereka dihancurkan oleh
Huang Chou, menyusul suatu pemberontakan yang terjadi pada 879 H. Orang–orang Islam
melarikan diri dari pelabuhan Kanton dan meminta perlindungan Raja Kedah dan Palembang.
Ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada 1511, dan usaha Portugis selanjutnya untuk
menguasai lalu lintas di selat tersebut, mendorong para pedagang untuk mengambil jalur
alternatif, dengan melintasi Semenanjung atau pantai barat Sumatra ke Selat Sunda.
Pergeseran ini melahirkan pelabuhan perantara yang baru, seperti Aceh, Patani, Pahang, Johor,
Banten, Makassar dan lain sebagainya. Saat itu, pelayaran di Selat Malaka sering diganggu oleh
bajak laut. Perompakan laut sering terjadi pada jalur-jalur perdagangan yang ramai, tetapi
kurang mendapat pengawasan oleh penguasa setempat. Perompakan itu sesungguhnya
merupakan bentuk kuno kegiatan dagang. Kegiatan tersebut dilakukan karena merosotnya
keadaan politik dan mengganggu kewenangan pemerintahan yang berdaulat penuh atau
kedaulatannya di bawah penguasa kolonial. Akibat dari aktivitas bajak laut, rute pelayaran
perdagangan yang semula melalui Asia Barat ke Jawa lalu berubah melalui pesisir Sumatra dan
Sunda. Dari pelabuhan ini pula para pedagang singgah di Pelabuhan Barus, Pariaman, dan Tiku.
Perdagangan pada wilayah timur Kepulauan Indonesia lebih terkonsentrasi pada
perdagangan cengkih dan pala. Dari Ternate dan Tidore (Maluku) dibawa barang komoditi ke
Somba Opu, ibukota Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Somba Opu pada abad ke-16 telah
menjalin hubungan perdagangan dengan Patani, Johor, Banjar, Blambangan, dan Maluku.
Adapun Hitu (Ambon) menjadi pelabuhan yang menampung komoditi cengkih yang datang dari
Huamual (Seram Barat), sedangkan komoditi pala berpusat di Banda. Semua pelabuhan tersebut
umumnya didatangi oleh para pedagang Jawa, Cina, Arab, dan Makassar. Kehadiran pedagang
itu mempengaruhi corak kehidupan dan budaya setempat, antara lain ditemui bekas koloninya
seperti Maspait (Majapahit), Kota Jawa (Jawa) dan Kota Mangkasare (Makassar).
Pada abad ke-15, Sulawesi Selatan telah didatangi pedagang Muslim dari Malaka, Jawa, dan
Sumatra. Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Muslim di Gowa terutama Raja Gowa
Muhammad Said (1639-1653) dan putra penggantinya, Hasanuddin (1653-1669) telah menjalin
hubungan dagang dengan Portugis. Bahkan Sultan Muhammad Said dan Karaeng Pattingaloang
turut memberikan saham dalam perdagangan yang dilakukan Fr. Vieira, meskipun mereka
beragama Katolik. Kerjasama ini didorong oleh adanya usaha monopoli perdagangan rempah-
rempah yang dilancarkan oleh kompeni Belanda di Maluku.
Hubungan Ternate, Hitu dengan Jawa sangat erat sekali. Ini ditandai dengan adanya
seorang raja yang dianggap benar-benar telah memeluk Islam ialah Zainal Abidin (1486-1500)
yang pernah belajar di Madrasah Giri. Ia dijuluki sebagai Raja Bulawa, artinya raja cengkeh,
karena membawa cengkeh dari Maluku sebagai persembahan. Cengkih, pala, dan bunga pala
(fuli) hanya terdapat di Kepulauan Indonesia bagian timur, sehingga banyak barang yang sampai
ke Eropa harus melewati jalur perdagangan yang panjang dari Maluku sampai ke Laut Tengah.
Cengkih yang diperdagangkan adalah putik bunga tumbuhan hijau (szygium aromaticum atau
caryophullus aromaticus) yang dikeringkan. Satu pohon ini ada yang menghasilkan cengkih
sampai 34 kg. Hamparan cengkih ditanam di perbukitan di pulau-pulau kecil Ternate, Tidore,
Makian, dan Motir di lepas pantai barat Halmahera dan baru berhasil ditanam di pulau yang
relatif besar, yaitu Bacan, Ambon dan Seram.
Meningkatnya ekspor lada dalam kancah perdagangan internasional, membuat pedagang
nusantara mengambil alih peranan India sebagai pemasok utama bagi pasaran Eropa yang
berkembang dengan cepat. Selama periode (1500-1530) banyak terjadi gangguan di laut
sehingga bandar-bandar Laut Tengah harus mencari pasokan hasil bumi Asia ke Lisabon. Oleh
karena itu secara berangsur jalur perdagangan yang ditempuh pedagang muslim bertambah
aktif, ditambah dengan adanya perang di laut Eropa, penaklukan Ottoman atas Mesir (1517) dan
pantai Laut Merah Arabia (1538) memberikan dukungan yang besar bagi berkembangnya
pelayaran Islam di Samudera Hindia. Meskipun banyak kota bandar, namun yang berfungsi untuk
melakukan ekspor dan impor komoditi pada umumnya adalah kota-kota bandar besar yang
beribu kota pemerintahan di pesisir, seperti Banten, Jayakarta, Cirebon, Jepara - Demak,
Ternate, Tidore, Goa-Tallo, Banjarmasin, Malaka, Samudera Pasai, Kesultanan Jambi,
Palembang dan Jambi. Kesultanan Mataram berdiri dari abad ke-16 sampai ke-18. Meskipun
kedudukannya sebagai kerajaan pedalaman namun wilayah kekuasaannya meliputi sebahagian
besar pulau Jawa yang merupakan hasil ekspansi Sultan Agung. Kesultanan Mataram juga
memiliki kota-kota bandar, seperti Jepara, Tegal, Kendal, Semarang, Tuban, Sedayu, Gresik,
dan Surabaya.
Dalam proses perdagangan telah terjalin hubungan antar etnis yang sangat erat. Berbagai
etnis dari kerajaan-kerajaan tersebut kemudian berkumpul dan membentuk komunitas. Oleh
karena itu, muncul nama-nama kampung berdasarkan asal daerah. Misalnya,di Jakarta terdapat
perkampungan Keling, Pakojan, dan kampong-kampung lainnya yang berasal dari daerah-daerah
asal yang jauh dari kota-kota yang dikunjungi, seperti Kampung Melayu, Kampung Bandan,
Kampung Ambon, dan Kampung Bali.
Pada zaman pertumbuhan dan perkembangan Islam, system jual beli barang masih
dilakukan dengan cara barter. Sistem barter dilakukan antara pedagang-pedagang dari daerah
pesisir dengan daerah pedalaman, bahkan kadang-kadang langsung kepada petani. Transaksi itu
dilakukan di pasar, baik di kota maupun desa. Tradisi jual-beli dengan sistem barter hingga kini
masih dilakukan oleh beberapa masyarakat sederhana yang berada jauh di daerah terpencil. Di
beberapa kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam telah menggunakan mata uang
sebagai nilai tukar barang. Mata uang yang dipergunakan tidak mengikat pada mata uang
tertentu, kecuali ada ketentuan yang diatur pemerintah daerah setempat.
Kemunduran perdagangan dan kerajaan yang berada di daerah tepi pantai disebabkan
karena kemenangan militer dan ekonomi dari Belanda, dan munculnya kerajaan-kerajaan
agraris di pedalaman yang tidak menaruh perhatian pada perdagangan.
H. Evaluasi Hasil
1. Berdasarkan berita Tome Pires, buatlah peta jalur perdagangan di bagian timur kepulauan
Indonesia!
2. Jelaskan dan buatlah peta jalur perdagangan alternatif setelah Malaka jatuh ke tangan
Portugis tahun 1511!
3. Menurut kamu mengapa para pedagang waktu itu memilih jalur perairan atau laut?
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
AspekPengamatan
Nam
Jumla
No a Sistematik Gesture Nil Ket
antusi h
. Sisw Komunik a Wawas Keberani dan ai .
as Skor
a asi penyampai an an penampil
an an
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
2.16. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.17. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.18. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
4.8. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang
berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kini
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 3 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
25. Kel. I : Kerajaan Samudera Pasai
26. Kel. II : Kerajaan Aceh Darussalam
27. Kel. III : mengindentifikasi Tradisi Islam di Sumatera
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
l. Non Tes :
11. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
12. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
I. Ringkasan Materi
1. Samudera Pasai
Samudera Pasai diperkirakan tumbuh berkembang antara tahun 1270 dan 1275, atau
pertengahan abad ke-13. Kerajaan ini terletak lebih kurang 15 km di sebelah timur
Lhokseumawe, Nangro Aceh Darussalam, dengan sultan pertamanya bernama Sultan Malik
as-Shaleh (wafat tahun 696 H atau 1297 M). Dalam kitab Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-
Raja Pasai diceritakan bahwa Sultan Malik as-Shaleh sebelumnya hanya seorang kepala
Gampong Samudera bernama Marah Silu. Setelah menganut agama Islam kemudian berganti
nama dengan Malik as-Shaleh.
Berikut ini merupakan urutan para raja-raja yang memerintah di Kesultanan Samudera
Pasai:
1) Sultan Malik as-Shaleh (696 H/1297 M);
2) Sultan Muhammad Malik Zahir (1297-1326);
3) Sultan Mahmud Malik Zahir (± 1346-1383);
4) Sultan Zainal Abidin Malik Zahir (1383-1405);
5) Sultanah Nahrisyah (1405-1412);
6) Abu Zain Malik Zahir (1412);
7) Mahmud Malik Zahir (1513-1524).
J. Evaluasi Hasil
1. Buatlah peta Sumatra. Kemudian gambarkan sebaran letak kerajaankerajaan pada peta
tersebut ! Kerjakan dalam kelompok.
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
2.19. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.20. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.21. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
4.9. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang
berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kini
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 3 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
28. Kel. I : Peranan Wali Sanga dalam penyebaran Agama
Islam di tanah Jawa
29. Kel. II : Kesultanan Demak
30. Kel. III : Kesultanan Mataram
31. Kel. IV : Kesultanan Cirebon
32. Kel. V : Kesultanan Banten
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
n. Non Tes :
13. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
14. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
K. Ringkasan Materi
a. Kerajaan Demak
Para ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500. Sementara Majapahit hancur
beberapa waktu sebelumnya. Majapahit terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai dengan
candrasengkala, Sirna Hilang Kertaning Bhumi yang berarti memiliki angka tahun 1400
Saka. Raja pertama kerajaan Demak adalah Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar
Al-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Menurut cerita rakyat
Jawa Timur, Raden Fatah merupakan keturunan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit,
yaitu Raja Brawijaya V. Di bawah pemerintahan Raden Fatah, kerajaan Demak berkembang
dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan
makanan, terutama beras. Selain itu, Demak juga tumbuh menjadi sebuah kerajaan
maritim karena letaknya di jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku. Oleh karena itu
Kerajaan Demak disebut juga sebagai sebuah kerajaan yang agraris-maritim. Barang
dagangan yang diekspor Kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang
itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudra Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak cukup luas,
meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan.
Daerah-daerah pesisir di Jawa bagian Tengah dan Timur kemudian ikut mengakui
kedaulatan Demak dan mengibarkan panji-panjinya. Kemajuan yang dialami Demak ini
dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Karena Malaka sudah dikuasai oleh
Portugis, maka para pedagang yang tidak simpatik dengan kehadiran Portugis di Malaka
beralih haluan menuju pelabuhan-pelabuhan Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan
dan Gresik. Pelabuhanpelabuhan tersebut kemudian berkembang menjadi pelabuhan
transit.
Selain tumbuh sebagai pusat perdagangan, Demak juga tumbuh menjadi pusat
penyebaran agama Islam. Para wali yang merupakan tokoh penting pada perkembangan
Kerajaan Demak ini, memanfaatkan posisinya untuk lebih menyebarkan Islam kepada
penduduk Jawa. Para wali juga berusaha menyebarkan Islam di luar Pulau Jawa.
Penyebaran agama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkan di daerah
Kalimantan Timur dilakukan oleh seorang penghulu dari Kerajaan Demak yang bernama
Tunggang Parangan. Setelah Kerajaan Demak lemah maka muncul Kerajaan Pajang.
b. Kerajaan Mataram
Setelah Kerajaan Demak berakhir, berkembanglah Kerajaan Pajang di bawah
pemerintahan Sultan Hadiwijaya. Di bawah kekuasaannya, Pajang berkembang baik. Bahkan
berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang berusaha merebut kekuasaannya. Tokoh yang
membantunya mengalahkan Arya Penangsang diantaranya Ki Ageng Pemanahan (Ki Gede
Pemanahan). la diangkat sebagai bupati (adipati) di Mataram. Kemudian puteranya, Raden
Bagus (Danang) Sutawijaya diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya dan dibesarkan di istana.
Sutawijaya dipersaudarakan dengan putra mahkota, bernama Pangeran Benowo.
Pada tahun 1582, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia. Penggantinya, Pangeran Benowo
merupakan raja yang lemah. Sementara Sutawijaya yang menggantikan Ki Gede Pemanahan
justru semakin menguatkan kekuasaannya sehingga akhirnya Istana Pajang pun jatuh ke
tangannya. Sutawijaya segera memindahkan pusaka Kerajaan Pajang ke Mataram.
Sutawijaya sebagai raja pertama dengan gelar: Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin
Panatagama. Pusat kerajaan ada di Kota Gede, sebelah tenggara Kota Yogyakarta sekarang.
Panembahan Senapati digantikan oleh puteranya yang bernama Mas Jolang (1601-1613). Mas
Jolang kemudian digantikan oleh puteranya bernama Mas Rangsang atau lebih dikenal
dengan nama Sultan Agung (1613-1645). Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah
Mataram mencapai zaman keemasan.
Dalam bidang politik pemerintahan, Sultan Agung berhasil memperluas wilayah
Mataram ke berbagai daerah yaitu, Surabaya (1615), Lasem, Pasuruhan (1617), dan Tuban
(1620). Di samping berusaha menguasai dan mempersatukan berbagai daerah di Jawa,
Sultan Agung juga ingin mengusir VOC dari Kepulauan Indonesia. Kemudian diadakan dua
kali serangan tentara Mataram ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629.
Mataram mengembangkan birokrasi dan struktur pemerintahan yang teratur. Seluruh
wilayah kekuasaan Mataram diatur dan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut.
a. Kutagara
Kutagara atau kutanegara, yaitu daerah keraton dan sekitarnya.
b. Negara agung
Negara agung atau negari agung, yaitu daerah-daerah yang ada di sekitar kutagara.
Misalnya, daerah Kedu, Magelang, Pajang, dan Sukawati.
c. Mancanegara
Mancanegara yaitu daerah di luar negara agung. Daerah ini meliputi mancanegara
wetan (timur), misalnya daerah Ponorogo dan sekitarnya, serta mancanegara won
(barat), misalnya daerah Banyumas dan sekitarnya.
d. Pesisiran
Pesisiran yaitu daerah yang ada di pesisir. Daerah ini juga terdapat daerah pesisir kulon
(barat), yakni Demak terus ke barat, dan pesisir wetan (timur), yakni Jepara terus ke
timur.
c. Kesultanan Banten
Kerajaan Banten berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas
pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan
pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut.
Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin atau lebih sohor dengan sebutan
Fatahillah, mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari
menjadi pusat pemerintahan, yakni Kesultanan Banten.
Pada awalnya kawasan Banten dikenal dengan nama Banten Girang yang merupakan
bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan di bawah pimpinan Maulana
Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran
dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugis dalam bidang
ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak
selepas kekalahan mereka mengusir Portugis dari Malaka tahun 1513. Atas perintah Sultan
Trenggono, Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Sunda Kelapa
sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.
Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Fatahillah juga melanjutkan
perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran
Islam di kawasan tersebut, selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja
Malangkabu (Minangkabau, Kerajaan Inderapura), Sultan Munawar Syah dan dianugerahi
keris oleh raja tersebut.
Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Sultan Trenggono,
maka Banten melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Pada 1570 Fatahillah
wafat. Ia meninggalkan dua orang putra laki-laki, yakni Pangeran Yusuf dan Pangeran Arya
(Pangeran Jepara). Dinamakan Pangeran Jepara, karena sejak kecil ia sudah diikutkan
kepada bibinya (Ratu Kalinyamat) di Jepara. Ia kemudian berkuasa di Jepara menggantikan
Ratu Kalinyamat, sedangkan Pangeran Yusuf menggantikan Fatahillah di Banten.
Pangeran Yusuf melanjutkan usaha-usaha perluasan daerah yang sudah dilakukan
ayahandanya. Tahun 1579, daerah-daerah yang masih setia pada Pajajaran ditaklukkan.
Untuk kepentingan ini Pangeran Yusuf memerintahkan membangun kubu-kubu pertahanan.
Tahun 1580, Pangeran Yusuf meninggal dan digantikan oleh puteranya, yang bernama
Maulana Muhammad. Pada 1596, Maulana Muhammad melancarkan serangan ke Palembang.
Pada waktu itu Palembang diperintah oleh Ki Gede ing Suro (1572 - 1627). Ki Gede ing Suro
adalah seorang penyiar agama Islam dari Surabaya dan perintis perkembangan
pemerintahan kerajaan Islam di Palembang. Kala itu Kerajaan Palembang lebih setia
kepada Mataram dan sekaligus merupakan saingan Kerajaan Banten. Itulah sebabnya,
Maulana Muhammad melancarkan serangan ke Palembang. Kerajaan Palembang dapat
dikepung dan hampir saja dapat ditaklukkan. Akan tetapi, Sultan Maulana Muhammad tiba-
tiba terkena tembakan musuh dan meninggal. Oleh karena itu, ia dikenal dengan sebutan
Prabu Seda ing Palembang. Serangan tentara Banten terpaksa dihentikan, bahkan akhirnya
ditarik mundur kembali ke Banten.
Gugurnya Maulana Muhammad menimbulkan berbagai perselisihan di istana. Putra
Maulana Muhammad yang bernama Abumufakir Mahmud Abdul Kadir, masih kanak kanak.
Pemerintahan dipegang oleh sang Mangkubumi. Akan tetapi, Mangkubumi berhasil
disingkirkan oleh Pangeran Manggala. Pangeran Manggala berhasil mengendalikan kekuasaan
di Banten. Baru setelah Abumufakir dewasa dan Pangeran Manggala meninggal tahun 1624,
maka Banten secara penuh diperintah oleh Sultan Abumufakir Mahmud Abdul Kadir.
Pada tahun 1596 orang-orang Belanda datang di pelabuhan Banten untuk yang pertama
kali. Terjadilah perkenalan dan pembicaraan dagang yang pertama antara orang-orang
Belanda dengan para pedagang Banten. Tetapi dalam perkembangannya, orang-orang
Belanda bersikap angkuh dan sombong, bahkan mulai menimbulkan kekacauan di Banten.
Oleh karena itu, orang-orang Banten menolak dan mengusir orang-orang Belanda. Akhirnya,
orang-orang Belanda kembali ke negerinya. Dua tahun kemudian, orang-orang Belanda
datang lagi. Mereka menunjukkan sikap yang baik, sehingga dapat berdagang di Banten dan
di Jayakarta.
Menginjak abad ke-17 Banten mencapai zaman keemasan. Daerahnya cukup luas.
Setelah Sultan Abumufakir meninggal, ia digantikan oleh puteranya bernama Abumaali
Achmad. Setelah Abumaali Achmad, tampillah sultan yang terkenal, yakni Sultan
Abdulfattah atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Ia memerintah
pada tahun 1651 - 1682.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten terus mengalami kemajuan.
Letak Banten yang strategis mempercepat perkembangan dan kemajuan ekonomi Banten.
Kehidupan sosial budaya juga mengalami kemajuan. Masyarakat umum hidup dengan
rambu-rambu budaya Islam.
Secara politik pemerintahan Banten juga semakin kuat. Perluasan wilayah kekuasaan
terus dilakukan bahkan sampai ke daerah yang pernah dikuasai Kerajaan Pajajaran. Namun
ada sebagian masyarakat yang menyingkir di pedalaman Banten Selatan karena tidak mau
memeluk agama Islam. Mereka tetap mempertahankan agama dan adat istiadat nenek
moyang. Mereka dikenal dengan masyarakat Badui. Mereka hidup mengisolir diri di tanah
yang disebut tanah Kenekes. Mereka menyebut dirinya orang-orang Kejeroan.
Dalam bidang kebudayaan, seni bangunan mengalami perkembangan. Beberapa jenis
bangunan yang masih tersisa, antara lain, Masjid Agung Banten, bangunan keraton dan
gapura-gapura.
Pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa timbul konflik di dalam istana.
Sultan Ageng Tirtayasa yang berusaha menentang VOC, kurang disetujui oleh Sultan Haji
sebagai raja muda. Keretakan di dalam istana ini dimanfaatkan VOC dengan politik devide
et impera. VOC membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.
Berakhirnya kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa membuat semakin kuatnya kekuasaan VOC di
Banten. Raja-raja yang berkuasa berikutnya, bukanlah raja-raja yang kuat. Hal ini
membawa kemunduran Kerajaan Banten.
L. Evaluasi Hasil
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nama Menghargai Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa Mengkomunika pendapat Skor
Kerjasama Toleransi Ketaktifan teman
sikan pendapat
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
AspekPengamatan
Nama Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa antusias Gesture dan Skor
Sistematika
Komunikasi Wawasan Keberanian penampilan
penyampaian
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
TTT.Kompetensi Dasar
1.15. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.16. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.22. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.23. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.24. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
4.10. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
ZZZ.Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Memberikan salam
Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar hasil peninggalan kerajaan Islam di Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 5 kelompok ahli
- Setiap kelompok ahli diberikan tugas untuk mendiskusikan :
33. Kel. I : Kerajaan Islam di Kalimantan
34. Kel. II : Kerajaan Islam di Sulawesi
35. Kel. III : Kerajaan Islam di Maluku
36. Kel. IV : Kerajaan Islam di Papua
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
37. Kel. V : Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
p. Non Tes :
15. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
16. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
Lampiran :
M. Ringkasan Materi
N. Evaluasi Hasil
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nama Menghargai Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa pendapat Skor
Mengkomunika Toleran
Kerjasama Ketaktifan teman
sikan pendapat si
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
AspekPengamatan
Nama Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa antusias Gesture dan Skor
Sistematika
Komunikasi Wawasan Keberanian penampilan
penyampaian
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
33. Menghayati dan mengamalkanajaran agama yang dianutnya.
34. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
35. Memahami, menerapkan, dan menganalisispengetahuan faktual, konseptual,
proseduralberdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
36. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.17. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.18. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.25. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.26. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.27. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
4.11. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
3. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa diharapkan dapat :
1. Menganalisis peran istana dalam pengembangan tradisi keilmuan Islam di Nusantara
2. Menganalisis perkembangan tradisi keilmuan Islam di berbagai kerajaan di Nusantara
3. Menganalisis keterkaitan perkembangan jaringan tradisi keilmuan Islam dengan penyebaran
Islam di Nusantara
4. Menganalisis model pelaksanaan pendidikan Islam pada masa perkembangan kerajaan-
kerajaan Islam di Nusantara; dan
5. Menyajikan dalam bentuk tulisan tentang perkembangan jaringan keilmuan Islam di
Nusantara
4. Materi Ajar
10. Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara
5. Alokasi Waktu
- 2 x 45 Menit
7. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Memberikan salam
Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar
Menanyakan kehadiran siswa
Pendahuluan Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa 10 menit
Menyampaikan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari
Menyampaikan indikator, tujuan dan pentingnya pembelajaran melalui
power point
Inti Mengamati : 60 Menit
- Menayangkan gambar gambar tentang model pendidikan masa kerajaan
Islam (pesantren)
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Membagi siswa menjadi 3 kelompok ahli
- Peserta didik dibagi menjadi 8 kelompok
- Setiap kelompok mendapatkan tugas:
1. Kelompok 1 dan 2 ditugaskan untuk mendiskusikan dan
merumuskan materi tentang peran istana dalam perkembangan
tradisi keilmuan Islam di Nusantara
2. Kelompok 3 dan 4 mendiskusikan dan merumuskan materi tentang
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
perkembangan tradisi keilmuan Islam di berbagai kerajaan di
Nusantara.
3. Kelompok 5 dan 6 mendiskusikan dan merumuskan materi tentang
keterkaitan jaringan tradisi keilmuan Islam dengan penyebaran di
Nusantara.
4. Kelompok 7 dan 8 mendiskusikan dan merumuskan materi tentang
model pelaksanaan pendidikan Islam pada masa perkembangan
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
r. Non Tes :
17. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
18. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
9. Sumber Belajar
Buku sumber Sejarah SMA X
- Djoened Poesponegoro, Marwati, dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka.
- Mulyana, Slamet. 1979. Nagara Kretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara
- Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius.
- Yamin, Muhammad. 1966. Lukisan Sedjarah. Djakarta : Djambatan.
- Tim Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta : Kemendikbud
White board/papan flanel
Power point
LCD
Internet
Kartu pembelajaran
Peta Sejarah
Mengetahui, Depok, Juli 2017
Lampiran :
O. Ringkasan Materi
Proses Islamisasi memberikan dampak yang sangat luas bagi pertumbuhan kota di kepulauan
Indonesia. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya kota-kota perdagangan baru sehingga semakin
memperluas jaringan ekonomi serta mulai berkembangnya kelompok intelektual yang lahir
seiring dengan adanya pola pendidikan pesantren yang dilakukan para ulama dalam melahirkan
tokoh-tokoh pemimpin Islam.
Rentang jalur perdagangan yang membentang dari Selat Malaka kemudian melalui
pesisir utara Pulau Jawa hingga ke Kepualauan Maluku, dan beragamnya jenis
komoditas barang yang diperdagangkan membuat semakin ramainya kegiatan
perdagangan yang dikuasai oleh para pedagang muslim. Faktor geografis inilah yang
kemudian juga memunculkan kota-kota perdagangan dan pelabuhan baru terutama
yang dilalui jalur lalu lintas perdagangan. Seperti di Sumatera muncul kota seperti
Banda Aceh dan Palembang. Di Pesisir pantai utara Jawa, muncul Banten, Jayakarta,
Cirebon, Jepara, Semarang, Demak, Gresik, Demak, Sedayu, dan Tuban. Di Sulawesi
muncul kota Makassar, dan di Kepulauan Maluku muncul Ternate dan Tidore. Kota-kota
pelabuhan itu tidak saja menjadi pusat kegiatan ekonomi tapi juga politik, karena
banyak para penguasaanya yang kemudian beralih keyakinan menjadi seorang muslim
seperti yang terjadi di Demak dimana Demak dahulunya berada di bawah kekuasaan
Majapahit, tapi kerena pemimpinnya Raden Patah telah memeluk agama Islam maka
Demak kemudian memisahkan diri dari Majapahit.
Sejak hubungan dengan Mekkah semakin membaik, mereka yang pergi haji maupun yang
lama bermukim di Mekkah akan menyebarkan ajaran-ajarannya setelah mereka kembali ke
kampung halamannya. Mereka mambawa pembaharuan dan perubahan dalam ajaran Islam.
Salah satu contohnya adalah perubahan yang dibawa oleh Kaum Padri di Minangkabau pada
abad ke 18. Pada saat itu mereka yang baru saja pulang dari menunaikan ibadah haji dan
mendapatkan pengaruh dari gerakan Wahabi dari Arab, berusaha memurnikan kembali
ajaran-ajaran syariat Islam dalam masyarakat Minangkabau.
P. Evaluasi Hasil
1. Jelaskan peranan penting pesantren bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari abad ke-
18 hingga saat ini !
2. Jelaskan peranan para Wali Sanga dalam proses penyebaran agama Islam di Jawa !
3. Jelaskan peranan dan kedudukan para ulama dalam kehidupan masyarakat Indonesia !
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nama Menghargai Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa pendapat Skor
Mengkomunika Toleran
Kerjasama Ketaktifan teman
sikan pendapat si
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
AspekPengamatan
Nama Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa Sistematika Gesture dan Skor
Komunikasi Wawasan Keberanian antusias
penyampaian penampilan
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
Lampiran :
Q. Ringkasan Materi
Perkembangan tradisi Islam berbeda dengan tradisi Islam di negara-negara Islam lain, hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh ajaran tassawuf, yaitu ajaran yang mencampurkan ajaran
ketuhanan dengan unsur-unsur mistis atau magis. Ajaran tassawuf inilah yang kemudian
membuat Islam di Indonesia menglami proses akulturasi dan asimilasi dengan kebudayaan yang
sebelumnya telah mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia, yaitu kebudayaan asli Indonesia
dan kebudayaan Hindu – Buddha. Salah satu tokoh yang mengembangkan ajaran tassawuf di
Indonesia adalah Hamzah Fansuri dan Nuruddin Ar Raniri.
Di Jawa, ajaran tassawuf melahirkan ajaran baru yang kemudian dikenal dengan istilah
Kejawen. Bagi masyarakat di Jawa ajaran tassawuf juga memberikan pengaruh pada kehidupan
sosial dan masyarakatnya, seperti yang kemukakan oleh Clifford Geertz dalam bukunya
Religion of Java. Menurutnya masyarakat Jawa bisa dikategorikan dalam 3 strata sosial.
Pertama adalah golongan Islam-priyayi yang mewakili golongan bangsawan dan keturunan
kerajaan. Kedua adalah abangan, yaitu golongan yang tidak terlalu mementingkan aspek-aspek
keagamaan. Mereka masih terpengaruh dengan alam berpikir pra Islam. Ketiga adalah santri,
golongan yang disiplin melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan baik.
Pada masyarakat Jawa proses akulturasi dan asimilasi kebudayaan agama Hindu-Buddha
dengan Islam paling banyak dilakukan oleh kaum abangan. Golongan ini kebanyakan
melaksanakan ajaran yang sinkretis. Mereka mempraktikkan tradisi-tradisi Hindu seperti
mempersembahkan sesaji untuk nenek moyang, memakai kemenyan setiap waktu tertentu, dan
praktik ritual lainnya. Sementara kaum santri hampir secara keseluruhan menolak aspek-aspek
yang terdapat dari tradisi Hindu, apalagi menyangkut permasalahan kepercayaan dan ritual
peribadatan.
Di Sumatera Barat terdapat perayaan tabut, hari raya Assyura sebagai hari raya kaum Syiah
atas kematian Husein bin Abi Thalib di Karbala oleh orang-orang Khawarij. Di Yogyakarta ada
upacara sekaten dan grebeg Maulud yang dihitung pada tahun baru Hijriyah. Di daerah Sunda
dan daerah lain ada upacara ekahan atau ”aqiqah”, yakni acara pemotongan rambut pada bayi
yang baru berusia 7 hari yang memang merupakan sunat Nabi Muhammad. Perayaan-perayaan
keagamaan lainnya yang dilaksanakan umat Islam di Indonesia adalah shalat Idul Fitri, Idul
Adha, hari Isra Mikraj, puasa pada bulan Ramadhan, dan lain-lain.
Selain tradisi-tradisi di atas, masuknya Islam ke Indonesia juga membawa pengaruh dan
perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang politik,
ekonomi, sosial dan budaya.
1. Politik.
a. Mulai dikenalnya kerajaan-kerajaan bercorak Islam
b. Raja tidak lagi dianggap sebagai titisan / wakil dewa, melainkan khalifah bagi umat.
c. Penggunaan gelar Sultan dan Syah untuk gelar raja, Sunan dan Syeh untuk para ulama
d. Al Quran dijadikan sumber hukum dalam kehidupan politik kerajaan
e. Kedudukan ulama menjadi sangat penting dalam pemerintahan disamping raja
2. Ekonomi
a. Jaringan ekonomi semakin berkembang hingga ke Indonesia bagian timur.
b. Perdagangan di kuasai oleh para pedagang muslim
3. Sosial
a. Sistem kasta dalam masyarakat Hindu berangsur-angsur mulai hilang
b. Lahirnya golongan baru dalam mayarakat yaitu kaum santri
c. Para ulama memiliki peran dan pengaruh penting dalam kehidupan masyarakat
4. Budaya
a. Dikenalnya sistem pendidikan pesantren
b. Dikenalnya aksara, bahasa, angka, dan nama-nama Arab
c. Dikenalnya sistem penanggalan Hijriah dan penyebutan nama hari (kecuali hari Minggu).
d. Dikenalnya masjid sebagai tempat ibadah umat Islam
e. Adanya kompleks pemakamam dengan mnggunakan batu nisan
f. Berkembangnya karya-karya sastra yang dipengaruhi cerita-cerita dari Arab dan Persia
g. Masuknya pengaruh musik-musik gurun pasir, seperti musik gambus.
h. Perubahan cara berpakaian, seperti penggunaan surban, kerudung, sarung, dan kopiah.
R. Evaluasi Hasil
01. Salah satu wali yang punya peranan menyebar-kan agama Islam ke Maluku adalah ....
a. Sunan Gresik d. Sunan Ampel
b. Sunan Giri e. Sunan Muria
c. Sunan Kudus
02. Salah satu ulama yang punya peranan menye-barkan agama Islam di Sulawesi adalah ....
a. Dato’ Ri Bandang d. Aru Palaka
b. Karaeng Matoaya e. Sultan Hassanuddin
c. Daeng Manrabia
03. Berikut ini yang merupakan pengaruh tradisi Islam terhadap masyarakat Indonesia dalam bidang
politik adalah ....
a. banyak kerajaan-kerajaan Islam yang mulai membangun dan memperkuat armada perang
b. berlakunya sistem pemerintahan yang berbentuk kesultanan dan didasarkan pada syariah
Islam
c. kekuasaan para raja semakin kuat dan berpengaruh karena mendapat dukungan dari rakyat
d. dibangun benteng-benteng pertahahan guna menahan serangan dari musuh dari luar
e. adanya perubahan dalam prilaku dan hubungan antara keluarga kerajaan dengan rakyat
04. Salah satu tradisi pada masyarakat Jawa yang mendapat pengaruh Islam adalah upacara ....
a. Kasodo d. Grebeg Mulud
b. Brobosan e. Tindak Siten
c. Tumpengan
05. Perubahan yang dialami masyarakat Indonesia setelah masuknya agama Islam dalam bidang
sosial adalah ....
a. kehidupan masyarakat semakin lebih baik
b. tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi
c. banyak berdiri kota-kota pelabuhan baru
d. sistem kasta tidak berlaku lagi di masyarakat
e. kehidupan masyarakat perkotaan berkembang
06. Sistem penanggalan Jawa yang hingga saat ini masih digunakan masyarakat Jawa merupakan
perpaduan antara sistem penanggalan Islam dengan sistem penanggalan Hindu. Sistem
penanggalan tersebut mulai digunakan pada masa pemerintahan ....
a. Sultan Trenggono
b. Sutawijaya
c. Panembahan Senopati
d. Amangkurat I
e. Sultan Agung Hanyokrokusumo
07. Berikut ini merupakan perubahan dalam bidang budaya yang dialami masyarakat Indonesia
setelah masuknya agama Islam, kecuali ....
a. digunakannya surban dalam cara berpakaian pria muslim
b. aksara arab dan bahasa melayu semakin luas digunakan
c. banyak lahir karya-karya sastra yang berhubungan dengan Islam
d. dikenalnya upacara keagamaan yang didasarkan hari besar Islam
e. naiknya kedudukan kaum ulama dan bangsawan dalam masyarakat
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nam Mengharga Jumla
No Nila Ket
a Mengkomunik Tolera i h
. Kerjasam Ketaktifa i .
Siswa a sikan n pendapat Skor
a n
pendapat si teman
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
AspekPengamatan
Nama Jumlah
No.
Siswa Skor
Nilai Ket.
Sistematika antusias Gesture dan
Komunikasi Wawasan Keberanian penampilan
penyampaian
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
2.28. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa pra aksara, Hindu-Buddha dan Islam
2.29. Meneladani sikap dan tindakan cinta damai, responsif dan pro aktif yang
ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya
2.30. Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah
4.12. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini
Menanya :
- Mendorong siswa untuk dapat memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan gambar yang ditayangkan
- Memberikan penjelasan singkat tentang materi pelajaran yang akan di
pelajari
Mengeksplorasikan :
- Memberikan penjelasan kepada siswa tentang proses pembelajaran
melalui teknik cooperative jigsaw
- Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok
- Setiap kelompok mendapatkan tugas:
5. Kelompok 1 : Peran kerajaan-kerajaan Islam dalam proses
intergrasi
6. Kelompok 2 : Peran dan perkembangan perdagangan antar pulau
dalam proses integrasi
7. Kelompok 3 : Peran bahasa dalam proses intergrasi
8. Kelompok 4 : Dampak migrasi penduduk dalam proses intergrasi
- Setiap kelompok ahli kemudian mengumpulkan, menganalisis, dan
mencatat informasi atau data yang didapat melalui diskusi
Mengasosiasikan :
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
- Kelompok ahli kemudian masuk ke kelompok utama untuk melaporkan
hasil diskusi dari kelompok ahli
- Setiap anggota kelompok utama menyimak hasil laporan dari hasil
diskusi kelompok ahli
- Kelompok utama kemudian merumuskan hasil diskusi dengan
mengaitkan manusia purba dan hasil kebudayaan yang ditinggalkan
dengan membuat garis waktu
Mengkomunikasikan :
- Siswa melaporkan hasil kerja kelompok dengan cara guru menunjuk
secara acak kelompok yang akan menyampaikan hasil diskusinya,
sampai semua masalah selesai dibahas
- Siswa yang lain menyimak dan menanggapi
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru membuat kesimpulan dari materi yang
sudah didiskusikan
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran 20 Menit
Siswa mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan soal-soal latihan
yang ada di buku paket.
Mengucapkan salam
t. Non Tes :
19. Lembar pengamatan kerja kelompok (Terlampir)
20. Lembar Pengamatan Persentasi (Terlampir)
Lampiran :
S. Ringkasan Materi
c. Peran Bahasa
Perlu juga kamu pahami bahwa bahasa juga memiliki peran yang strategis dalam proses
integrasi. Kamu tahu bahwa Kepulauan Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang dihuni
oleh aneka ragam suku bangsa. Tiap-tiap suku bangsa memiliki bahasa masingmasing. Untuk
mempermudah komunikasi antarsuku bangsa, diperlukan satu bahasa yang menjadi bahasa
perantara dan dapat dimengerti oleh semua suku bangsa. Jika tidak memiliki kesamaan
bahasa, persatuan tidak terjadi karena di antara suku bangsa timbul kecurigaan dan
prasangka lain.
Bahasa merupakan sarana pergaulan. Bahasa Melayu digunakan hampir di semua
pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu sejak zaman kuno sudah
menjadi bahasa resmi negara Melayu (Jambi). Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya,
bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi dan bahasa ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat
dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M, Prasasti Talang Tuo tahun 684 M, Prasasti Kota
Kapur tahun 685 M, dan Prasasti Karang Berahi tahun 686 M.
Para pedagang di daerah-daerah sebelah timur Nusantara, juga menggunakan bahasa
Melayu sebagai bahasa pengantar. Dengan demikian, berkembanglah bahasa Melayu ke
seluruh Kepulauan Nusantara. Pada mulanya bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa
dagang. Akan tetapi lambat laun bahasa Melayu tumbuh menjadi bahasa perantara dan
menjadi lingua franca di seluruh Kepulauan Nusantara. Di Semenanjung Malaka (Malaysia
seberang), pantai timur Pulau Sumatra, pantai barat Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, dan
pantai-pantai Kalimantan, penduduk menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
pergaulan.
Masuk dan berkembangnya agama Islam, mendorong perkembangan bahasa Melayu.
Buku-buku agama dan tafsir al Qur’an juga mempergunakan bahasa Melayu. Ketika
menguasai Malaka, Portugis mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan bahasa
Portugis, namun kurang berhasil. Pada tahun 1641 VOC merebut Malaka dan kemudian
mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan bahasa Melayu. Jadi, secara tidak
sengaja, kedatangan VOC mengembangkan bahasa Melayu.
T. Evaluasi Hasil
1. Coba jelaskan peran penyebaran kerajaan-kerajaan Islam dalam proses integrasi Nusantara!
2. Benarkah perdagangan antarpulau membantu proses integrasi Nusantara?
3. Jelaskan peran bahasa Melayu dalam proses integrasi Nusantara, coba bandingkan peran
Bahasa Indonesia dalam proses integrasi Nusantara!
4. Coba kamu diskusikan mengapa bahasa Melayu cepat berkembang di Nusantara!
5. Bagaimana Islam dapat mempercepat proses integrasi bangsa Indonesia. Uraikan jawaban
kamu dalam 2 - 3 lembar!
Lembar Pengamatan :
AspekPengamatan
Nama Menghargai Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa Mengkomunika Toleran pendapat Skor
Kerjasama Ketaktifan
sikan pendapat si teman
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang
AspekPengamatan
Nama Jumlah
No. Nilai Ket.
Siswa antusias Gesture dan Skor
Sistematika
Komunikasi Wawasan Keberanian penampilan
penyampaian
Keterangan Skor :
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Σ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹ 60 : Kurang