ABSTRAK
Lapangan Velyn berlokasi di Sub-Cekungan Palembang Tengah. Reservoar utama tardapat pada
Formasi Baturaja. Kandungan hidrokarbon ditemukan di Formasi Gumai, sebelumnya dianggap tidak
prospek karena memiliki nilai resistivitas yang rendah. Evaluasi petrofisika dilakukan untuk
mengetahui penyebab reservoar low-resistivity dan zona potensi reservoar hidrokarbon yaitu dengan
mengintegrasikan data well log, data mud log, data deskripsi cutting dan data well test. Analisis
petrofisika dilakukan dengan mengkombinasikan data mud log yang menunjukkan pembacaan
kandungan gas dan keterdapatan oil show. Melakukan analisis distribusi shale untuk mengetahui
penyebaran dari shale berupa structural shale, laminated shale atau dispersed shale. Pengkoreksian
terhadap parameter petrofisika dan penentuan nilai Rw yang tepat dilakukan karena mempengaruhi
terhadap nilai saturasi serta menentukan nilai cutoff yang tepat. Nilai cutoff resistivitas pada reservoar
low-resistivity di Formasi Gumai menunjukkan 1.20 ohmm, reservoar tersebut mengindikasikan
terakumulasi hidrokarbon. Berdasarkan analisis yang dilakukan, hal-hal yang menyebabkan rendahnya
pembacaan nilai resistivitas di Formasi Gumai yaitu batupasir dengan ukuran butir halus sehingga
menyebabkan irreducible water kemudian kandungan shale yang melimpah dan terdistribusi secara
laminated shale dan dispersed shale sehingga menyebabkan terjadinya clay bound water.
1. Pendahuuan
Formasi Gumai terendapkan pada lingkungan pengendapan yang kompleks yaitu pada
Fluvial-Deltaic to Open Marine (Ginger dan Fielding, 2005). Daerah penelitian ini berada
pada Sub-Cekungan Palembang Tengah. Reservoar utama pada lapangan ini berada pada
Formasi Baturaja dengan litologi berupa batugamping. Litologi reservoar Formasi Gumai
berupa batupasir, awalnya reservoar ini diabaikan dikarenakan memiliki nilai resistivitas
rendah yang pada umumnya berisi air.
Penelitian ini difokuskan pada reservoar batupasir Formasi Gumai, pada umumnya
batupasir bersih memiliki nilai resistivitas diatas 10 Ohmm sedangkan batupasir pada Formasi
Gumai memiliki nilai resistivitas lebih kecil dari 10 Ohmm sehingga diindikasikan sebagai
reservoar batupasir low-resistivity. Low-Resistivity Hydrocarbon Reservoir merupakan lapisan
minyak-gas yang khusus dan tersembunyi yang selalu salah dalam menilai sebagai lapisan air
dikarenakan asal geologi yang kompleks dan keterbatasan dari log resistivity dalam
mengidentifikasi hal tersebut (Ming dkk., 2013). Pada umumnya batupasir yang bersih
memiliki nilai resistivitas dengan range nilai diatas 10 ohmm (Palacky dalam Pramudita dkk.,
2013). Mengacu pada (Boyd dkk., 1995) log deep-resistivity dalam low resistivity pay
memiliki range nilai 0.5 – 5 Ohmm.
Evaluasi petrofisika dilakukan untuk mengetahui penyebab reservoar low-resistivity dan
menentukan zona-zona potensi reservoar yang memiliki nilai resistivitas rendah (low-
590
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
592
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Pada Sumur M-15 diproduksi pada interval kedalaman 850 mMD – 930 mMD dengan
kondisi open hole terdapat pada Zona NOV-2. Hasil analisis petrofisika menggunakan log
sumur didapatkan kandungan mineral konduktif berupa glaukonit, hal tersebut divalidasi
dengan data mud log dan menunjukkan adanya mineral konduktif berupa trace glaukonit,
(Gambar 3).
Kandungan mineral konduktif glaukonit tidak diketahui secara spesifik seberapa besar
terkandung dalam batupasir, dikarenakan tidak ada data inti batuan ataupun XRD pada sumur
ini. Pada data mud log digolongkan sebagai trace glaukonit karena terkandung dalam cutting
kurang dari 2%. Menurut Prayitno (2001), Batuan dengan kandungan mineral konduktif
diatas 2% perlu dilakukan koreksi untuk mendapatkan harga saturasi air yang akurat dengan
kata lain mineral konduktif yang terkandung kurang dari 2% pada batupasir tidak signifikan
mempengaruhi resistivitas menjadi rendah.
4.4. Analisis Kandungan Lempung
Kandungan shale pada reservoar low-resistivity merupakan faktor yang sangat penting.
Berdasarkan analisis distribusi shale di Lapangan Velyn dengan menggunakan metode
distribusi shale dari Thomas & Stieber (1975) pada batupasir. Hasil analisis menunjukkan
distribusi shale Lapangan Velyn pada Zona NOV-2 berupa dominan laminated shale. Selain
itu ada sebagian kecil yang terdistribusi dispersed shale, ditunjukkan pada Zona NOV-3,
(Gambar 4).
Distribusi laminated shale dan dispersed shale mempengaruhi nilai porositas
dibandingkan dengan distribusi structural shale sehingga mempengaruhi kualitas reservoar.
Kandungan shale pada batupasir mampu mengikat air (Clay Bound Water), air tersebut
tertahan di dalam shale sehingga dapat menurunkan pembacaan resistivitas. Laminasi shale
lebih dari 50% volume dapat ditoleransi dengan batupasir yang porous. shale yang
terdistribusi sebagai dispersed shale akan mampu menahan air (clay bound water) sangat
signifikan di dalam shale yang tersebar pada reservoar, (Dewan, 1983). Oleh karena itu
pembacaan hidrokarbon terganggu oleh distribusi shale yang menyebabkan clay bound water.
4.5. Evaluasi Petrofisika
Analisis petrofisika dilakukan dengan melakukan perhitungan volume shale dengan
menentukan nilai sand baseline dan shale baseline pada kedua zona tersebut sehingga akan
didapatkan nilai cutoff yang berbeda untuk kedua zona tersebut, nilai cut off Zona NOV-2
57% dan NOV-3 56%, (Gambar 5).
Analisis porositas dilakukan dengan menggunakan perhitungan dari porositas densitas
dan neutron didapatkan nilai porositas yang baik pada kedua zona tersebut dengan nilai cutoff
sebesar 10%, (Gambar 6).
Penentuan nilai Rw yang tepat didapatkan dengan menggunakan metode pickett-plot
untuk zona yang tidak memiliki data analisis fluida sehingga perhitungan saturasi air (Sw)
didapatkan harga yang optimal. Hasil analisis fluida menunjukkan nilai Rw sebesar 0.32
Ohmm. Pada penelitian ini melakukan perbandingan perhitungan Sw dengan menggunakan
Persamaan Indonesia dan Simandoux dikarenakan memperhitungkan kandungan shale dan
Persamaan Simandoux dapat diterapkan pada dispersed shale atau laminated shale. Nilai
cutoff Sw didapat sebesar 73% (Gambar 7) dan cutoff resistivitas sebesar 1.20 Ohmm
(Gambar 8). Tabulasi nilai Cut off dan reservoar lumping dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Tabel 2..
5. Kesimpulan
Parameter yang menyebabkan reservoar low-resistivity pada Lapangan Velyn ini yaitu :
Ukuran butiran batupasir halus sehingga mampu mengikat air secara signifikan dalam formasi
(irreducible water saturation). Kandungan mineral lempung yang melimpah, secara umum
terdistribusi secara laminated shale dan sebagian terdistribusi dispersed shale, Laminated
593
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
shale dan dispersed shale sangat signifikan mempengaruhi nilai porositas efektif dan
permeabilitasnya serta mampu mengikat air (clay bound water) yang sangat signifikan di
reservoar sehingga menurunkan nilai resistivitas.
Zona potensial Reservoar hidrokarbon low-resistivity pada NOV-2 terdapat pada Sumur
M-15 dan Zona NOV-3 terdapat pada Sumur M-4, M-14 dan M-15 yang merupakan reservoar
batupasir terendapkan pada lingkungan pengendapan shallow marine.
Perhitungan petrofisika didapatkan hasil cutoff Vshale NOV-2 57% dan NOV-3 56%,
cutoff porositas sebesar 10%, kandungan shale yang tinggi menyebabkan nilai cutoff Vshale
lebih dari 50% tetapi memiliki porositas batuan baik. Nilai cutoff Sw sebesar 73% dan nilai
cutoff dari resistivity didapat sebesar 1.20 Ohmm.
Acknowledgements
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa syukur atas selesainya riset ini dan
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Oky Setiawan, Bapak Unggul dan Bapak Yusuf
yang telah membimbing dalam proses pengambilan data dan penyelesaian riset ini.
Daftar Pustaka
Bishop, M. G. (2001). South Sumatra Basin Province, Indonesia: The Lahat Talangakar – Cenozoic
Total Petroleum System. USGS: Wyoming. Colorado. 90-50-S. p1–19.
Boyd, A., Darling, H., Tabanou, J., Davis, B., Lyon B., Flaum, C., Klien, J., Sneider, R.M., Sibbit, A.,
Singer, J. (1995). The Lowdown on Low-Resistivity Pay. Schlumberger Oil Field Review.
p4 –18.
Dewan, J.T. (1983). Modern Open Hole Log Interpretation. Penn Well Publishing Company. Tulsa.
361p.
Ming, Li., Haimin, Guo., Jun, Li Guan., Hong, Yang., En, Xu Zheng., Yun, Yang. (2013). A method to
identify low resistivity reservoir For the N1 Reservoir of Shizigou oilfield of Northwest
Qaidam. International Conference on Computational and Information Sciences. p1257– 1260.
Pramudhita, B. A., Nagarani, Y.A., Yusuf, H., Yustiawan, R.. (2013). Effective Hydrocarbon Probe
And Development Of Low Resistivity Reservoir Potential In Marginal Oil Field, in:
Proceedings Indonesian Petroleum Association Thirty-Seventh Annual Convention &
Exhibition IPA, Jakarta. p1-10.
Prayitno, S.H., Mardisewodjo, P., Atmojo, S.M. (2001). Pengaruh Mineral Pirit Terhadap Resistivitas
Batupasir dan Aplikasinya Pada Kasus Low Resistivity. Proceeding Simposium Nasional
IATMI, Yogyakarta. p1-7.
Rashid, H., Sosrowodjojo, I. B., Widiarto, F. X. (1998). Musi Platform And Palembang High : A New
Look At The Petroleum System, in: Proceddings Indonesian Petroleum Association Twenty-
Sixth Annual Convention, Jakarta. p265–276.
Sarjono, S., dan Sardjito.(1989). Hydrocarbon Source Rock Identification In The South Palembang
Sub-Basin,in: Proceddings Indonesian Petroleum Association Eighteenth Annual Convention,
Jakarta. p427–467.
Tyagi, A.K., Guha, R., Voleti, D., Saxena, K. (2009). Challenges In The Reservoir Characterization
Of A Laminated Sand Shale Sequence. 2nd SPWLA-India Symposium, India. p1–8.
594
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
a. Gambar 3. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan, Formasi Gumai terbentuk pada kala
Miosen awal hingga Miosen tengah, Formasi Gumai diendapkan diatas Formasi Baturaja secara
selaras, genang laut dari selatan mengakibatkan terendapkannya Formasi Gumai di cekungan (Ginger
dan Fielding, 2005).
Gambar 2. Data Mud log Sumur M-15 Zona NOV-2 dan NOV-3, batupasir memiliki butiran dari
sedang hingga halus, ditunjukkan dengan data mud log pada lingkaran merah.
595
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Data analisis mineral konduktif pada Sumur M-15 di Zona NOV-2, pada analisis dari log
sumur ditunjukkan adanya kandungan glaukonit (warna hijau pada chart) serta divalidasi dengan data
mud log pada lingkaran garis putus-putus warna merah.
Gambar 4. Distribusi serpih dari Thomas & Stieber (1975) pada Zona NOV-2 dan NOV-3 diseluruh
sumur penelitian, sebagian besar menunjukkan distribusi laminated shale pada NOV-2 sedangkan
pada NOV-3 menunjukkan adanya distribusi dispersed shale.
596
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 5. Nilai Cut Off Vshale vs Porositas, didapatkan nilai cut off vshale sebesar 56%.
Gambar 6. Nilai Cut Off Porositas vs Laju alir (Qg), didapatkan nilai cut off porositas sebesar 10%.
597
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 7. Nilai Cut Off Sw vs Porositas, didapatkan nilai cut off Saturasi air sebesar 73%.
Gambar 8. Nilai Grafik Saturasi Air Vs Resistivity. cut off resistivitas 1.20 Ohmm dan saturasi air
(Sw) 73%.
Cut Off
Zona Saturasi Air
Vshale Porositas
(Sw)
NOV-2 57% 10% 73%
NOV-3 56% 10% 73%
598
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA
13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA
Tabel 2.Tabulasi Reservoar Lumping Lapangan Velyn
599