Makalah Ushul Fiqh Kel.5
Makalah Ushul Fiqh Kel.5
DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK 5 :
Rostinah : 12020127394
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HIFDZUD DIN, HIFDZUD
NAFS, HIFDZUL MAL, HIFDZUL AQL, HIFDZUN NASL” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memunuhi tugas mata kuliah Ushul
Fiqh. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan kita tentang materi
yang sedang dibahas.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A.
B. Latar Belakang.........................................................................................................
C. Rumusan Masalah....................................................................................................
D. Tujuan......................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Hifdzud Din.............................................................................................................
B. Hifdzun Nafs............................................................................................................
C. Hifdzun Mal.............................................................................................................
D. Hifdzul Aql..............................................................................................................
E. Hifdzun Nasl............................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Maqasid syari’ah makanan halal merupakan rahasia-rahasia yang terdapat dibalik
hukumsyara’menuntun dan mewajibkan individu muslim untuk mengkonsumsinya
dengan tujuan menegakkan agama Allah SWT dan kemaslahatan manusia.
Berpedoman pada 5 unsur pokok; hifdzuddin (menjaga agama), hifdzudnnafs
(menjaga jiwa), hifdzdzul ‘aql (menjaga akal), hifdzunnas (menjaga keturunan) dan
hifdzulmal (menjaga harta benda), serta mempertimbangkan tingkatan kebutuhan
dharuriyat (kebutuhan primer), hajiyat , (kebutuhan sekunder) maupun tahsiniyat
(kebutuhan tersier).
Kemaslahatan yang diimplementasikan dalam Maqasid syariah produk halal ini
merupakan kunci utama yang menjadi sandaran utama makanan halal dan
pengembangan produk halal lainnya baik dalam sektor barang maupun jasa dengan
tetap mengacu pada maqsudussyari’ (tujuan Syari’) dalam mewujudkan
kesejahteraan, ketentraman dan kemaslahatanalam semesta.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini ialah :
1. Hifdzud Din
2. Hifdzun Nafs
3. Hifdzun Mal
4. Hifdzul Aql
5. Hifdzun Nasl
C. TUJUAN
1. Menegetahui/memahami apa yang dimaksud dengan Hifdzud Din
2. Menegetahui/memahami apa yang dimaksud dengan Hifdzun Nafs
3. Menegetahui/memahami apa yang dimaksud dengan Hifdzun Mal
4. Menegetahui/memahami apa yang dimaksud dengan Hifdzul Aql
5. Menegetahui/memahami apa yang dimaksud dengan Hifdzun Nasl
BAB II : PEMBAHASAN
Maqosid Syariah dalam makanan halal ini didiskripsikan dalam kelima pokok ad-
dhauriyyatul khamsah sesuai peringkatnya masing-masing denganberpegang pada terjaganya
lima pokok kemaslahatan, yakni agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Hikmah dan kebaikan mengkonsumsi makanan halaladalah menjauhkan diri dari siksa api
neraka, menjagakesehatan anggota badan, mendatangkan kecerdasan akal, dimakbulkan
doanya, dilindungidariberbagai penyakit, penting pada proses pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental, menjaga harga diri dan dapat menjalankan aktivitas harian dengan
sempurna.1
Konsumsi makanan halal diabaikan maka eksistensi agama akan terancam dan rusak;
mendapat kemurkaan Allah swt, mudah dijangkiti oleh berbagai penyakit dhahir dan batin,
mudah terpengaruh dengan bisikan syaitan dan hawa nafsu, senang berbuat maksiat dan
harga diri tercemar.
c. Pada peringkat tahsiniyyat, mengikuti petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat
manusia dalam beretika (akhlaqul Karimah) dalam mengkonsumsi makanan sekaligus
melengkapi implementasi kewajibannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. Hifdzudnnafs (menjaga jiwa) Mengkonsumsi produk makanan yang halal dan toyib juga
merupakan manifestasi dari hifdzudnnafs (menjaga jiwa)
a. Pada tingkat dharuriyyat seperti memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan dan
minuman pada kondisi normal dan saat dharurat (terpaksa), wajib memakan apa saja demi
menyambung hidup, meskipun yang ada pada saat itu sesuatu yang haram pada asalnya.
Kalau kebutuhan pokok ini diabaikan akan berakibat eksitensi manusia jiwa manusia
terancam.
1
Mohd. Fitri Shahron Kahar, Mencari Makanan Yang Diredai, Cet. I, (Selangor: Seri Kembangan, 2012), 29-37
b. Pada peringkat hajiyat, mengkonsumsi makanan yang lezat, halaldan toyibdengan
menambah atau meningkatkan serapan nilai gizi makanan standard 4 sehat 5 sempurna. Hal
ini kalau diabaikan tidak akan berakibat fatal (mengancam dan mempersulit manusia).
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa."
b. Pada peringkat hajiyat, menjauhkan harta kita dari produk-produk sisa-sisa riba maupun
syubhat.
c. Pada peringkat tahsiniyyat ,seperti adanya ketentuan agar menghindarkan diri dari segala
bentuk dari hasil penipuan produk yang erat kaitanya dengan etika bisnis. Hal inijuga akan
berpengaruhkepada sah atau tidaknya transaksi akad.
Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, (Jakarta: Maktabah Assaa’diyyah Putra, tt)
2
b. Pada peringkat hajiyat , menjauhi semuamakanan dan minuman yang mengandung alkohol
tinggi yang bisa mengarah kepada hilangnya akal sehat. Hal ini perlu dilakukan sebagai
tindakan prefentif agar terhindar dari semua yang merusak akal.
c. Pada peringkat tahsiniyyat, menghindarkan diri dari semua produk makanan dan minuman
yang menimbulkan tulul amal (panjang angan-angan/ menghayal) atau mengkonsumsi
produk yang tidak berfaedah. Hal ini erat kaitannya dengan etika yang tidak akan mengancam
eksitensi akal manusia secara langsung.
"Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan."
b. Pada peringkat hajiyat, seperti menjauhi dan mencegah untuk tidak mengkonsumsi produk
yang syubhat yang tidak jelas haram dan halalnya.Dalam diri
manusia terdapat darah, yang mana darah ini akanterus mengalir dan berpengaruh derivasi
terhadap anak dan keturunan3
c. Pada peringkat tahsiniyyat, segala tindakan maupun aktivitas di luartingkat dharuriyyat dan
hajiyat di atas. Dalam melengkapi kegiatan ini tidak akan mengancam eksitensi keturunan.
Kelima dharuriyyatul tersebut adalah hal yang mutlak harus ada pada diri manusia, karenanya
Allah swt menyuruh manusia untuk melakukan segala upaya keberadaan dan
4
Syarifuddin, UshulFiqh, 209
kesempurnaannya. SebaliknyaAllah swt melarang melakukan perbuatan yang dapat
menghilangkan atau mengurangi salah satu dari lima dharuriyyat yang lima itu.
Segalaperbuatan yang dapat mewujudkan atau mengekalkan lima unsur pokokitu adalah baik,
dan karenanya harus dikerjakan. Sedangkan segalaperbuatan yang merusak atau mengurangi
nilai lima unsur pokok ituadalah tidak baik, dan karenanya harus ditinggalkan. Semua
itumengandung kemaslahatan bagi manusia.5
5
Syarifuddin, Ushul Fiqh,209
BAB llI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maqasid syariah adalah tujuan segala ketentuan Syar'i (Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW) yang disyariatkan kepada umat manusia. Ia merupakan kemaslahatan,
hikmah-hikmah dan target umum yang ingin dicapai oleh agama lewat berbagai perangkat-
perangkat hukumnya yang terkandung dalam teks-teks Qur’an dan Hadis. Kemaslahatan
merupakan kunci utama maqasid syariah. Dengan bertumpu pada kunci utama ini, maka
maqasid syariah menjadi sandaran utama dalam mengkonsumsi makanan halal.
Sedangkan maqosid syariah makanan halal adalah tujuan syar'i dalam memerintahkan
kepada manusia untuk mengkonsumsi makanan halal dengan berpijak pada 5 unsur pokok
yakni :
Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, (Jakarta: Maktabah Assaa’diyyah Putra, tt)
Mohd. Fitri Shahron Kahar, Mencari Makanan Yang Diredai, Cet. I, (Selangor: Seri Kembangan, 2012)