Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

MATA KULIAH ANALISIS KEUANGAN KELAS D

Dosen Pengampu: Dewi Ayu Puspita, S.E., M.SA., Ak

Disusun Oleh
Kelompok 6 :
1. Gabrielle Happy Prasasti 200810301042
2. Faniar Datun Nikmah 200810301048
3. Miftachul Jannah 210810301206

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2022
Sektor : Consumer Cyclicals

Sub Sektor : Media

Website : www.scm.co.id

A. Informasi Perusahaan
1. Latar Belakang

PT Surya Citra Media (SCM) sebelumnya bernama PT Cipta Aneka Selaras


merupakan perusahaan yang berkembang dan berkontribusi di industri media
Indonesia sejak tahun 1999. Industri media menjadi salah satu industri yang
berkembang sangat pesat di Indonesia sehingga tidak terlepas dari kehidupan
masyarakat Indonesia. PT Surya Citra Media (SCM) berkomitmen untuk memberikan
tayangan, program, konten, dan layanan di bidang media yang bermakna dan
memperkaya hidup audiensi Indonesia.
Pada tahun 2013, PT Indosiar Karya Mandiri Tbk (IDKM) bergabung dengan
PT Surya Citra Media (SCM). Keduanya menjadi satu kesatuan dalam PT Elang
Mahkota Teknologi Tbk sebagai perusahaan Induknya. Melalui dua saluran TV
nasional terbesar di Indonesia, yakni Surya Citra Televisi (SCTV) dan Indosiar Visual
Mandiri (Indosiar), SCM terus mengembangkan kerja keras dan kreativitas untuk
menghadirkan tayangan yang menghibur serta informasi dapat mengedukasi dan
terpercaya. Selain itu, SCM juga berusaha memperluas layanan dalam pembuatan
konten berkualitas, jasa periklanan dan manajemen artis yang unggul, serta
manajemen fasilitas siaran dan produksi film yang saling berkesinambungan untuk
memberikan hiburan dan tayangan yang bermanfaat serta untuk memajukan industri
media di Indonesia.
Sebagai perusahaan media massa, SCM yang didalamnya terdiri dari saluran
televisi SCTV dan Indosiar, selain menyampaikan informasi dan memberikan
hiburan, perusahaan juga berupaya dalam menangani masalah sosial dan kemanusiaan
yang terjadi di Indonesia. Hal ini merupakan wujud pertanggungjawaban sosial
perusahaan. Selain itu, SCM juga menjadi penengah dalam meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap sesama yaitu melalui Yayasan Pundi Amal dan Peduli Kasih.

2. Visi dan Misi


Visi :
Menjadi penyedia hiburan dan informasi terdepan bagi bangsa Indonesia.
Misi:
1. Kami berupaya untuk menjadi pilihan pertama dalam penyedia konten
berkualitas, untuk menghibur, mendidik dan memberi informasi akurat dan
tercapai bagi bangsa Indonesia.
2. Kami akan menjadi pilihan pertama melalui pengadaan konten yang
menarik, penyediaan layanan yang unggul dan pengembangan
berkelanjutan dari sumber daya manusia kami melalui pencapaian ini,
kami akan menciptakan sebuah usaha menguntungkan yang berkelanjutan
bagi para pemangku kepentingan kami.
3. Informasi Pasar
Informasi pasar pada perusahaan PT Surya Citra Media Tbk, adalah sebagai berikut:

a. Terus berkembang dan meningkatkan produktivitas tim kami serta berkomitmen


untuk berinvestasi dalam program pelatihan dan pendidikan di dalam perusahaan.
b. Fokus mendukung setiap anak perusahaan kami dalam menciptakan fasilitas dan
program-program baru, termasuk mempromosikan konten kami ke luar Indonesia.
c. Memanfaatkan peluang-peluang baru yang ada di Indonesia maupun negara-
negara sekitar untuk selalu bisa meningkatkan nilai dan manfaat pada pemegang
saham.
d. Berfokus pada industri televisi dan meningkatkan kemampuan untuk terus
mengembangkan bisnis media yang lebih luas.
e. Mendorong lebih lagi kegiatan promosi melalui pamflet, radio, dan website
atau memasang iklan melalui intenet untuk tujuan membangun branding atau
image secara tidak langsung.
f. Menambah inovasi dan kreatifitas tim dalam mewujudkan acara televisi yang
berkualitas, unik dan menarik.
4. Anak Perusahaan
Bergerak di bidang penyiaran
a. PT Surya Citra Televisi (SCTV)
b. PT Indosiar Visual Mandiri (Indosiar)
Bergerak di bidang Konten
a. PT Screenplay Produksi (Screenplay)
b. PT Indonesia Entertainment Grup (IEG)
c. PT Indonesia Entertainment Produksi (IEP)
d. PT Scrennplay Sinema Film (SSF)
e. PT Surya Citra Dinamika (SCD)
f. PT Digital Rantai Maya (DRM)
g. PT Elang Media Karya (EMK)
h. PT Visual Indomedia Produksi (VIP)
i. PT RNR Film Internasional (Rans Entertainment)
Lainnya
a. PT Vidio Dot Com (Vidio), sebagai layanan pengaliran video.
b. PT Surya Trioptima Multikreasi (Stream), perusahaan manajemen artis.
c. PT Indonesia Entertainment Studio (IES), sebagai salah satu anak perusahaan
IEG yang berfokus pada penyewaan dan pengelolaan peralatan dan fasilitas
siaran dan produksi film.
d. PT Media Tama Televisi (Next Parabola), sebagai layanan televisi satelit
berlangganan di Indonesia.
e. PT Kapanlagi Dot Com Networks (KLY), sebagai situs internet pada media
daring.
B. Analisis Makro
1. Sumber Informasi Alternatif
a. Informasi Ekonomi, Industri, dan Perusahaan
Pandemi Covid-19 yang terjadi di tahun 2020 telah membawa dampak
perubahan arah perekonomian global dan nasional. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap penurunan pasar periklanan yang berdampak negatif terhadap
pendapatan iklan Perseroan dan industri media pada umumnya seiring kebijakan
pengurangan pembelanjaan iklan oleh berbagai perusahaan. Pada tahun 2020
SCMA mampu menutup tahun buku dengan pencapaian yang lebih baik dalam hal
kinerja bisnis maupun keuangan. Perseroan mampu menyesuikan beragam
rencana bisnis, produksi, konten dan jadwal program acara, serta menyediakan
hiburan dan infotainment yang inovatif dengan platform digitalnya pada semester
pertama tahun 2020 guna untuk mengimbangi penurunan pendapatan pada periode
tersebut.
Pendapatan bersih perseroan turun 7,64% menjadi Rp5,10 triliun pada
tahun 2020 dari pendapatan bersih tahun sebelumnya sebesar Rp5,52 triliun. Di
tengah pendapatan tahun 2020, SCMA mampu membuka laba bersih untuk tahun
berjalan sebesar Rp1,15 triliun dan lebih baik dari laba tahun bersih tahun
sebelumnya senilai Rp1,05 triliun. Perbaikan profitabilitas ini didukung oleh
efisiensi baik dalam biaya pemrogaman maupun operasional di sepanjang tahun
2020 karena jaringan televisi grup mampu menggunakan beragam persediaan
program berkualitas yang telah di produksi selama bertahun-tahun ketika produksi
sinetron baru dan siaran langsung dibatasi oleh peraturan dan kebijakan perseroan
terhadap pandemi Covid-19.
Pada tahun 2020 terutama di dikuartal 2 dan 3 berbagai sektor industri
mengalami guncangan yang cukup hebat, sehingga berimbas pada penurunan
anggaran iklan Televisi. Hampir semua sektor mengurangi anggaran iklan, tak
kecuali sektor e-commerce yang di tahun sebelumnya tumbuh sangat signifikan.
SCMA telah mengakuisisi 50% saham PT Benson Media Kreasi (BMK),
perusahaan yang bergerak di bidang offline events, marketing influencer dan
talent manajemen. Gilang Iskandar, Sekretaris SCMA mengatakan bahwa proses
akuisisi perusahaan telah disetujui para pemegang saham BMK dan telah
dilaporkan ke Kementrian Hukum dan HAM. Dengan mengakui saham BMK,
SCMA akan memperkuat lini bisnis di segmen hiburan dan periklanan. Direksi
sangat optimis bahwa akuisisi dapat meningkatkan posisi dan kinerja perusahaan
sebagai perusahaan media yang sepenuhnya terintegrasi di Indonesia.
b. Pengungkapan Sukarela
Pada tahun 2016, PT Surya Citra Media Tbk berhasil meraih peningkatan
pendapatan konsolidasian sebesar 6,75% di tahun 2016, meskipun saat itu
menghadapi tantangan demi tantangan. Perusahaan telah berhasil membuktikan
diri sebagai tim yang tangguh dan solid dalam menghadapi tantangan ini. Pangsa
pasar pemirsa untuk entitas anak yang bergerak dalam sektor bisnis penyiaran
televisi FTA Nasional mengalami penurunan sehingga total rata-rata pangsa
pemirsa selama tahun 2016 adalah 25,3% turun sebesar 3,8 poin dibandingkan
29,1% di tahun 2015. Walaupun terjadi penurunan, pencapaian ini berhasil
menempatkan Perusahaan di posisi kedua secara media grup hanya dengan dua
stasiun televisi saja yaitu SCTV dan Indosiar. Selain itu, perusahaan semakin
agresif menerapkan sinergi di berbagai bidang dalam unit-unit usaha kami
terutama dalam upaya untuk menciptakan skala ekonomi yang lebih besar yang
dapat menghasilkan efisiensi biaya, meningkatkan bargaining position,
memberikan kesempatan berkarir yang lebih luas kepada semua staf dan
pencapaian hasil-hasil yang lebih positif lainnya.
Pada tahun 2017, di tengah iklim ekonomi yang belum
kondusif,perusahaan mampu meningkatkan pangsa pemirsa, sebesar 14,6% bagi
SCTV dan 13,2% bagi Indosiar, yang keduanya masing-masing meningkat 1,8
poin dan 0,7 poin dibanding tahun sebelumnya. Data Nielsen menunjukkan bahwa
SCTV selama periode Januari hingga Desember 2017 menjadi stasiun televisi
yang mencapai peningkatan pertumbuhan pangsa pemirsa yang tertinggi diantara
stasiun televisi di Indonesia. Prestasi yang diraih baik oleh SCTV dan Indosiar di
2017 merupakan suatu bukti keberhasilan dari perubahan strategi programming
dan eksekusi program yang makin kuat sehingga memberikan keyakinan bagi
Perseroan untuk dapat melanjutkan pencapaian yang lebih baik di tahun 2018.
Pada tahun 2018, SCMA mampu mencapai kinerja yang lebih baik di
seluruh saluran televisinya, sebagian besar melalui konten yang diproduksi secara
internal, untuk melampaui pasar pada tahun 2018. SCMA mampu meningkatkan
total Pangsa Pemirsa Sepanjang Waktu sebesar 5 poin hingga 2018 yang
merupakan peningkatan 18 % dari 2017. SCTV kembali menjadi stasiun TV
peringkat No. 1 dan Indosiar menjadi peringkat 2 di tahun 2018 ini. Pangsa Pasar
All Time Audience yang diraih SCTV adalah 17%, sedangkan pangsa All Time
Audience yang diraih Indosiar 15,7% di tahun 2018.
Pada tahun 2019, Perseroan melalui SCTV dan Indosiar berhasil untuk
mempertahankan performa yang baik dengan audience share gabungan sebesar
27%, berdasarkan data kepemirsaan dari Nielsen. SCTV sepanjang 2019 adalah
stasiun televisi dengan kepemirsaan yang tertinggi, dengan program-program
andalannya. KLY juga telah berhasil meningkatkan pengguna seluruh portalnya,
terlihat dari meningkatnya jumlah pengguna (pageviews) sebesar 88,72% antara
Desember 2018 dan Desember 2019. Liputan6.com dan Merdeka.com merupakan
portal berita yang populer (No.6 dan 14 di ranking Alexa), sedangkan
Kapanlagi.com dan Brilio.net merupakan portal berita hiburan di samping
Bola.com dan Bola.net yang merupakan portal berita olah raga yang paling
populer di Indonesia. Perseroan berhasil untuk mensinergikan berbagai
kemampuan untuk memproduksi konten dan acara, seperti yang terjadi di Ulang
Tahun Lazada yang ke 7, yang diselenggarakan di Indonesian Convention
Exhibition (ICE) pada bulan Maret 2019. Perseroan mengelola kebutuhan
influencer dan artis musik ternama dari 6 negara di Asia Tenggara dan
menyelenggarakan satu pertunjukan megah yang ditayangkan di 6 negara tersebut.
Pada tahun 2020, Pandemi COVID-19 menyebabkan gangguan yang
signifikan terhadap industri media dan Perseroan. Kebijakan social distancing
membatasi interaksi fisik setiap individu, akan tetapi SCMA memutuskan untuk
menerapkan protokol kesehatan COVID-19 yang ketat di kantor dan fasilitas
perusagaan untuk memungkinkan melanjutkan produksi meskipun dalam skala
yang lebih terbatas. Mengingat keterbatasan produksi konten, terutama selama
kuartal kedua tahun 2020, SCMA memutuskan untuk melakukan penayangan
ulang program dan berhasil. Akselerasi adopsi teknologi digital serta efisiensi
biaya program dan operasional terbukti menjadi Key Success Factors keberhasilan
SCM menutup tahun 2020 dengan kinerja yang lebih baik. Walaupun Perseroan
membukukan penurunan total pendapatan sebesar 7,64% menjadi Rp5,10 triliun
pada tahun 2020, SCMA mampu melakukan diversifikasi sumber pendapatan non-
iklan dan meraih pendapatan sebesar Rp419,38 miliar, tumbuh 76,74% dari
periode sebelumnya. Ini membuktikan bahwa strategi diversifikasi bisnis SCMA
memiliki kontribusi yang signifikan dan terus berkembang terhadap pendapatan
Grup dan mengkompensasi penurunan dalam hal pendapatan televisi dari layanan
Free-to-Air (FTA) pada tahun 2020.
c. Perantara Informasi
2016 bukanlah tahun yang mudah bagi Grup SCM terutama disebabkan
oleh melemahnya rata-rata pangsa pemirsa SCTV dan Indosiar dibandingkan
dengan tahun lalu. Manajemen berusaha terus menerus menerapkan strategi-
strategi untuk mengembalikan pangsa pemirsa. Sebagai bagian dari strategi, maka
SCTV dan Indosiar mengalami kenaikan beban program dan penyiaran masing-
masing sebesar 11,01% dan 28,61% dibandingkan tahun 2015. Total belanja
program dan penyiaran secara konsolidasian meningkat sebesar 16,79% dari
Rp1,53 triliun di tahun 2015 menjadi Rp1,78 triliun di tahun 2016. Peningkatan
beban program dan penyiaran konsolidasian ini dikarenakan penyiaran program
olahraga oleh kedua stasiun televisi ini selama tahun 2016; di antaranya adalah
Torabika Soccer Championship, dan Olimpiade 2016 di Rio. Tahun 2016, SCTV
juga kembali menjadi pemegang lisensi penyiaran untuk UEFA Champions
League musim 2016-2017 di Indonesia. Selain itu, untuk meraih kembali pangsa
pemirsa, biaya yang lebih tinggi juga diakibatkan oleh ditayangkannya lebih
banyak sinetron lokal dan asing yang baru di SCTV. Sebagai tambahan, untuk
meningkatkan pendapatan dari sponsor di Indosiar, maka durasi jam tayang yang
sama untuk program produksi sendiri yang sebelumnya ditayangkan hanya 1
program sekarang ditayangkan untuk 2 program. Hal Ini juga berkontribusi
terhadap kenaikan beban program dan penyiaran Grup.

Pertumbuhan ekonomi global hingga akhir tahun 2017 menunjukkan


perbaikan meskipun belum signifikan. Pencapaian pertumbuhan ekonomi di angka
3% yang meningkat dari tahun 2016 sebesar 2,4% tetap menunjukkan peningkatan
meski tidak memenuhi ekspektasi dari proyeksi Bank Dunia. Di dalam negeri,
pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2017 juga memperlihatkan kondisi stagnan di
mana pertumbuhan hanya mencapai 5,07% sedikit meningkat dari tahun lalu
sebesar 5,02%. Kendati demikian, angka pertumbuhan ini masih jauh dari target
yang dicanangkan oleh Pemerintah di awal tahun yakni sebesar 5,2%. Data Badan
Pusat Statistik mengungkapkan bahwa salah satu faktor tidak tercapainya proyeksi
pertumbuhan ekonomi dalam negeri ialah karena rendahnya konsumsi rumah
tangga yang tumbuh melambat ke angka 4,93% di kuartal ketiga 2017, bila
dibandingkan kuartal kedua tahun 2017 sebesar 4,95%.

Dari sisi kinerja keuangan, pada tahun 2017 SCMA membukukan


pendapatan sebesar Rp4,45 miliar turun 1,6% dari tahun lalu yang tercatat sebesar
Rp4,52 miliar. Di tengah turunnya belanja iklan neto di industri pertelevisian yang
diperkirakan berkisar 8%, Perseroan mampu untuk meningkatkan “wallet share”
dengan pencapaian pendapatan tersebut. Dari posisi keuangan, pada tahun 2017
SCMA berhasil meningkatkan total aset sebesar Rp5,39 miliar atau lebih tinggi
11,7% dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp4,82 miliar. Laba usaha di tahun 2017
tercatat sebesar Rp1,77 triliun yang mengalami perubahan dari perolehan di tahun
2016 sebesar Rp2,00 triliun.
Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 mencapai 5,02%
seiring dengan pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,9% yang merupakan angka
pertumbuhan terlemah sejak krisis keuangan global di tahun 2009. Lemahnya
pertumbuhan ekonomi dunia juga berakibat atas melemahnya pertumbuhan iklim
investasi di Indonesia sebesar 4,45% pada 2019 dibandingkan dengan 6,67% pada
2018.

Terkait dengan pandemi virus COVID-19 yang berdampak pada


perekonomian Indonesia dan mayoritas bisnis, termasuk industri media,
berdasarkan data MPA, pasar belanja iklan bersih di Indonesia menunjukkan
penurunan sekitar -15,3% dibandingkan tahun 2019. Hal ini mengakibatkan
persaingan yang makin ketat antara stasiun TV dan industri media lainnya selama
2020. Namun demikian, Grup SCMA berhasil mempertahankan daya saing Grup,
sehingga pendapatan bersih konsolidasian hanya turun sebesar -7,6%
dibandingkan tahun lalu, berkurang dari Rp5,52 triliun di tahun 2019 menjadi
Rp5,10 triliun di tahun 2020. Hal ini didukung oleh kontribusi pendapatan iklan
Indosiar yang justru meningkat sekitar 5.6% di tahun 2020, dimana pendapatan
iklan SCTV dan Indosiar masih merupakan kontributor terbesar terhadap
pendapatan bersih Grup SCMA.

2. Prospek Usaha
a. Tahun 2016-2018
i. Perusahaan akan berinovasi dalam kegiatan produksi dan programming di
stasiun televisi.
ii. Perusahaan akan memperkuat pemasaran untuk mengembangkan pangsa pasar
di masing-masing stasiun televisi.
iii. Perusahaan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terhadap
pengembangan potensi untuk menghadapi regulasi dan teknologi dalam
dalam media penyiaran.
b. Tahun 2019
i. Pada masa Pandemi Covid-19 perusahaan berusaha memperbaiki material
ekonomi.
ii. Perusahaan akan melakukan antisipasi pada sumber daya manusia.
iii. Perusahaan tetap malakukan penyiaran berita terupdate dan memberikan
hiburan pada masyarakat di masa pandemi Covid-19.
c. Tahun 2020
i. Selama PSBB perusahaan mengalami peningkatan jumlah pelanggan terutama
dalam platform berbasis digital, video, yang meningkat secara eksponensial.
3. Strategi Pemasaran
a. Tahun 2016 - 2020
i. Perusahaan akan mengoptimalkan potensi pada kedua stasiun televisi dan
digital online.
ii. Manajemen akan mempertahankan karakteristik tiap stasiun televisi.
iii. Tim marketing akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan terkait
dengan produk yang ditawarkan.
C. Analisis Industri Melalui Analisis SWOT
a. Kekuatan
- Lokasi SCM yang strategis
- Marketing relation yang cukup baik dengan para kliennya
- Karakteristik program televisi yang kuat
- Nama baik SCM yang sangat dikenal
- Tarif pasang iklan yang fleksibel dan kompetitif
- Promosi yang efektif
- Fasilitas pada klien yang menarik
- Sarana perusahaan yang lengkap dan canggih
b. Kelemahan
- Fasilitas kerja karyawan yang kurang memadai
- Kualitas kerja karyawan yang tidak terlalu tinggi, dan
- Kurang adanya kemampuan mendesain program
c. Peluang
- Kemajuan teknologi inovasi bidang informasi dan komunikasi sangat pesat
- Ukuran pasar industri media yang menjanjikan
- Era globalisasi yang memungkinkan adanya kerjasama saling menguntungkan
dengan instansi lain, dan
- Pernyataan bahwa televisi sebagai media peraih billing iklan terbesar nasional.
d. Ancaman
- Situasi politik dan ekonomi di Indonesia yang kurang stabil
- Perubahan sosial budaya masyarakat yang sangat cepat
- Banyak pesaing yang bermunculan
- Persaingan antar stasiun televisi (perang program)
- Adanya UU penyiaran yang mengekang kebebasan pers, dan Nilai tukar rupiah
yang berfluktuasi secara cepat (inflasi)
D. Analisis Aktivitas Investasi
a. Analisis Kas dan Setara Kas
Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016
Kas dan setara kas (A) 677.880.200 544.543.346 829.557.962 233.516.750 454.731.888
Total Aset (B) 5.385.807.87
6.766.903.494 6.716.724.073 6.138.226.584 4.820.611.941
8
Pendapatan neto (C) 4.453.848.56
5.101.113.259 5.523.362.497 5.001.848.767 4.524.135.762
9
Jumlah Liabilitas Jangka
1.542.474.950 988.970.149 804.149.297 743.336.338 990.467.600
Pendek (D)
Analisis
Year to year Kas dan setara
24,49% -34% 255,25% 48,65
Kas
Analisis trend angka indeks
149,07% 119,75% 182,43% 51,35% 100,00%
Kas
common size kas to aset
10,02% 8,11% 13,51% 4,34% 9,43%
A/B
Perputaran Kas (kali) C/E 8 8 9 13
Rata-rata Kas (E) 611.211.773 687.050.654 531.537.356 344.124.319
Rasio Kas A/D 1:2 1:2 1:1 1:3 1:2

Pembahasan:
a) Menurut analisis year to year, pada tahun 2018 kas dan setara kas terjadi
kenaikan yang sangat drastis 255,25% daripada tahun 2017 sebesar -48%. Akan
tetapi, pada tahun 2019 terjadi penurunan yang mengakibatkan kas dan setara
kas kembali negatif yaitu -34%. Pada tahun 2020 terjadi kenaikan sehingga kas
dan setara kas menjadi 24,49%. Dapat disimpulkan bahwa kas dan setara kas
pada tahun 2017 – 2020 tidak stabil. Kas dan setara kas yang mengalami
penurunan akan menghasilkan hasil negatif, sedangkan kas dan setara kas yang
mengalami kenaikan akan menghasilkan hasil positif pada analisis ini.

b) Menurut analisis trend angka indeks, pada tahun 2017 terjadi penurunan 51,35%
dibanding dengan tahun 2016. Tahun 2018 terjadi kenaikan 182,43% dibanding
2017, tahun 2019 terjadi penurunan kembali 119,75% dibanding tahun 2018
dan tahun 2020 terjadi kenaikan Kembali 149,07% dibanding tahun 2019.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa year to year dari 2016 – 2020 kas setara kas
merupakan kenaikan yang cukup estrim, karena 2016 sebagai angka indeksnya,
itu cukup jauh dengan tahun 2020. Penurunan ataupun kenaikan tersebut
berbanding lurus dengan jumlah kas dan setara kas yang mengalami penurunan
dan kenaikan.

c) Menurut analisis common size kas to asset, dapat diketahui nilai presentase pada
tahun 2016 sebesar 9,43%, tahun 2017 sebesar 4,34%, tahun 2018 sebesar
14,51%, tahun 2019 sebesar 8,11%, dan tahun 2020 sebesar 10,02%. Dapat
disimpulkan bahwa tahun 2016 – 2020 tidak stabil. Hal ini terjadi karena adanya
kenaikan dan penurunan pada jumlah akun kas dan setara kas setiap tahunnya.

d) Perputaran kas pada kelima tahun tersebut cukup rendah. Pada tahun 2020
sebanyak 8 kali, tahun 2019 sebanyak 8 kali, tahun 2018 sebanyak 9 kali, dan
tahun 2017 sebanyak 13 kali. Perputaran kas ini di dapat dari pendapatan neto
dibagi dengan rata-rata kas. Semakin besar pendapatan neto dan semakin rendah
rata-rata kas, maka semakin banyak pula perputaran kas.

e) Pada tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kas tahun 2017 sebesar Rp
344.124.319, tahun 2018 sebesar Rp 531.537.356, tahun 2019 sebesar Rp
687.050.654, dan tahun 2020 sebesar Rp 611.211.773. Semakin tinggi jumlah
kas dan setara kas, maka semakin ringgi pula rata-rata kas.

f) Pada tahun 2016, 2019 dan 2020, rasio kas 1:2 artinya kas yang tersedia secara
teori tidak mencukupi untuk memenuhi liabilitas jangka pendek. Ada satu
liabilitas jangka pendek yang tidak bisa dilunasi dengan kas. Pada tahun 2018,
rasio kas menunjukkan 1:1 artinya kas yang tersedia secara teori cukup untuk
memenuhi atau melunasi liabilitas jangka pendek. Pada tahun 2017, rasio kas
menunjukkan 1:3 artinya kas yang tersedia secara teori tidak mencukupi untuk
memenuhi liabilitas jangka pendek. Ada dua liabilitas jangka pendek yang tidak
bisa dilunasi dengan kas.

b. Analisis Piutang

Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016


1.530.461.17
Piutang Usaha 1.853.229.405 1.731.157.063 1.506.015.273 1.484.303.334
7
5.385.807.87
Total Aset 6.766.903.494 6.716.724.073 6.138.226.584 4.820.611.941
8
4.453.848.56
Pendapatan Neto 5.101.113.259 5.523.362.497 5.001.848.767 4.524.135.762
9
1.573.822.55
Rata-rata Piutang 1.792.193.231 1.618.586.168 1.518.238.225 1.668.766.369
5
Analisis
Year to year Piutang 27,39% 25,77% 24,54% 28,42% 30,79%
Analisis trend angka indeks
140,37% 139,33% 127,33% 111,72% 100,00%
Piutang
Common size piutang to
53,33% 52,99% 55,83% 50,29% 61,24%
total asset
Waktu pengumpulan
43 42 37 31
piutang (hari)
Perputaran Piutang (kali) 8 9 10 12
Rasio Rata-rata Piutang 298,06 364,39 426,14 359,90 233,98

Pembahasan
a) Year to year piutang. Terdapat kenaikan piutang dari tahun 2018 ke tahun 2019
sebesar Rp 225.141.790 atau sekisar 1,23% adalah perubahan yg lumayan
signifikan.

b) Analisis tren angka indeks piutang. Dengan menggunakan tahun 2016 sebagai
dasar yaitu 100% , tren untuk tahun 2017 naik menjadi 111,72% , tahun 2018 naik
menjadi 127,33% , tahun 2019 naik menjadi 139,33% , dan tahun 2020 naik
menjadi sebesar 140,37%

c) Analisis common size terhadap aset lancar. Piutang terhadap total aset lancar pada
tahun 2016 sebesar 61,24%, tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 50,29% ,
tahun 2018 kembali naik menjadi 55,83% , tahun 2019 sedikit mengalami
penurunan menjadi 52,99% , dan pada tahun 2020 kembali naik sebesar 53,33%

d) Perputaran piutang pada kelima tahun tersebut cukup rendah. Pada tahun 2020
sebanyak 8 kali, tahun 2019 sebanyak 9 kali, tahun 2018 sebanyak 10 kali, dan
tahun 2017 sebanyak 12 kali. Hasil ini dipertegas dengan rasio pengumpulan
piutang setiap hari. Rasio perputaran piutang adalah rasio yang mengukur
kemampuan dan efisiensi perusahaan dalam menagih piutangnya, semakin tinggi
rasio ini akan semakin baik dan menguntungkan.

e) Waktu penjualan persediaan dari tahun 2019 - 2020 lumayan tinggi. Pada tahun
2020 membutuhkan waktu 43 hari untuk menjual persediaan. Pada tahun 2019
membutuhkan waktu 42 hari untuk mengumpulkan piutang. Sedangkan tahun
2018 dan 2017 membutuhkan waktu 37 hari dan 31 hari untuk mengumpulkan
piutang. Dapat disimpulkan bahwa waktu pengumpulan piutang pada tahun 2017-
2020 perbandingannya lumayan signifikan.

f) Pada tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata piutang tahun 2016 sebesar Rp
1.668.766.369, 2017 sebesar Rp 1.573.822.555, tahun 2018 sebesar Rp
1.518.238.225 , tahun 2019 sebesar Rp 1.618.586.168 , dan tahun 2020 sebesar Rp
1.792.193.231

g) Pada tabel diatas menunjukkan bahwa rasio rata-rata piutang tahun 2016 sebesar
233,98 , tahun 2017 sebesar 359,90 , tahun 2018 sebesar 426,14 , tahun 2019
sebesar 364,39 , dan tahun 2020 sebesar 298,06.

c. Analisis Persediaan

Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016


670.617.97
Persediaan - neto (A) 924.637.957 942.701.827 765.984.810 689.290.667
0
4.453.848.56
Pendapatan bersih (B) 5.101.113.259 5.523.362.497 5.001.848.767 4.524.135.762
9
5.385.807.87
Total Aset (C) 6.766.903.494 6.716.724.073 6.138.226.584 4.820.611.941
8
Rata-rata Persediaan (D) 797.627.964 933.669.892 854.343.319 727.637.739
Analisis
Year to year persediaan -27,47% -1,92% 23,07% 11,13%
Analisis trend angka indeks
97,29% 134,14% 136,76% 111,13% 100,00%
persediaan
Common size persediaan
10% 14% 15% 14% 14%
ke total aset
Common size persediaan
13% 17% 19% 17% 15%
ke pendapatan
Perputaran persediaan (E)
6 6 6 6
B/D
Waktu untuk menjual
57 62 62 60
persediaan x hari (365/E)
Rasio persediaan terhadap
10% 14% 15% 14% 14%
total aset A/D

Pembahasan:
a) Menurut year to year persediaan pada tahun 2018 terjadi kenaikan 23,07%
dibanding tahun 2017 sebesar 11,13%. Akan tetapi, pada tahun 2019 terjadi
penurunan yang mengakibatkan nilai persediaan negatif yaitu -1,92%. Pada tahun
2020 terjadi penurunan kembali sehingga persediaan menjadi -27,47%. Dapat
disimpulkan bahwa persediaan pada tahun 2017 – 2020 cukup rendah. Persediaan
yang mengalami penurunan akan menghasilkan hasil negatif, sedangkan
persediaan yang mengalami kenaikan akan menghasilkan hasil positif pada
analisis ini.

b) Menurut analisis trend angka indeks, pada tahun 2017 terjadi kenaikan 111,13%
dibanding dengan tahun 2016. Tahun 2018 terjadi kenaikan 136,76% dibanding
2017, tahun 2019 terjadi penurunan 134,14% dibanding tahun 2018, dan tahun
2020 terjadi penurunan kembali 97,29% dibanding tahun 2019. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa year to year dari 2016 – 2020 persediaan terjadi penurunan,
karena 2016 sebagai angka indeksnya, lebih tinggi dibanding dengan tahun 2020.

c) Menurut analisis common size persediaan ke total aset, dapat diketahui nilai
presentase pada tahun 2016 sebesar 14%, tahun 2017 sebesar 14%, tahun 2018
sebesar 15%, tahun 2019 sebesar 14%, dan tahun 2020 sebesar 10%. Menurut
analisis common size persediaan ke pendapatan, dapat diketahui nilai presentase
pada tahun 2016 sebesar 15%, tahun 2017 sebesar 17%, tahun 2018 sebesar 19%,
tahun 2019 sebesar 17%, dan tahun 2020 sebesar 13%. Dapat disimpulkan bahwa
tahun 2016 – 2020 tidak stabil. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan dan
penurunan pada jumlah persediaan setiap tahunnya.

d) Perputaran persediaan pada kelima tahun tersebut cukup rendah yaitu sebanyak 6
kali. Perputaran persediaan ini di dapat dari pendapatan neto dibagi dengan rata-
rata persediaan. Semakin besar pendapatan neto dan semakin rendah rata-rata
persediaan, maka semakin banyak pula perputaran persediaan.

e) Waktu penjualan persediaan dari tahun 2017 - 2020 lumayan tinggi. Pada tahun
2017 membutuhkan waktu 60 hari untuk menjual persediaan. Pada tahun 2018 dan
2019 membutuhkan waktu 62 hari untuk menjual persediaan. Sedangkan tahun
2020 membutuhkan waktu 57 hari untuk menjual persediaan. Dapat disimpulkan
bahwa waktu penjualan persediaan dari tahun 2017 – 2020 lumayan tinggi.

f) Rasio persediaan terhadap total asset pada tahun 2016 dan 2017 sebesar 14%,
tahun 2018 sebesar 15%, tahun 2019 sebesar 14%, dan tahun 2020 sebesar 10%..

d. Analisis Aktiva Tetap

Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016


Pendapatan bersih (A) 5.101.113.259 5.523.362.497 5.001.848.767 4.453.848.56 4.524.135.762
9
1.029.335.55
Jumlah Aset Tetap (B) 1.479.438.102 1.501.728.860 1.049.625.049 966.766.368
0
Jumlah Liabilitas Jangka 1.542.474.960
988.970.149 804.149.297 743.336.338 990.467. 600
Pendek (C)
Jumlah Liabilitas Jangka
1.327.841.996 239.155.397 231.124.772 237.078.280 124.736.185
Panjang (D)
4.405.393.26
Jumlah Ekuitas (E) 3.896.586.548 5.488.598.527 5.102.952.515 3.705.408.156
0
1.772.111.07
Laba Usaha (F) 1.459.476.632 1.330.568.612 1.937.695.878 2.003.341.864
9
998.050.959
Rata-Rata aset Tetap (G) 1.490.583.481 1.275.676.955 1.039.480.300
Analisis
Year to year aktiva tetap -1,48 43,07 1,97 6,47
Analisis trend angka aktiva
153,02% 155,34% 108,57% 106,47% 100%
tetap
Perputaran aktiva tetap A/G 3 4 5 5
Rasio laba dari aktiva tetap
0,98 1,04 1,86 1,78
F/G
Rasio aktiva tetap terhadap
0,96 1,52 1,31 1,38 0,98
jangka pendek B/C
Rasio aktiva tetap terhadap
0,38 0,27 0,21 0,23 0,26
ekuitas B/E
Pembahasan:
a) Menurut year to year, pada tahun 2018 aktiva tetap terjadi penurunan 1,97%
dibanding tahun 2017 sebesar 6,47%. Akan tetapi, pada tahun 2019 terjadi
kenaikan yang sangat drastis yaitu 43,07%. Pada tahun 2020 terjadi penurunan
yang mengakibatkan nilai persediaan negatif yaitu -1,48%. Dapat disimpulkan
bahwa aktiva tetap pada tahun 2017 – 2020 sangat rendah. Aktiva tetap yang
mengalami penurunan akan menghasilkan hasil negatif, sedangkan persediaan
yang mengalami kenaikan akan menghasilkan hasil positif pada analisis ini.
b) Menurut analisis trend angka indeks, pada tahun 2017 terjadi kenaikan 106,47%%
dibanding dengan tahun 2016. Tahun 2018 terjadi kenaikan kembali 108,57%
dibanding 2017, tahun 2019 terjadi kenaikan 155,34% dibanding tahun 2018 dan
tahun 2020 terjadi penurunan 153,02% dibanding tahun 2019. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa year to year dari 2016 – 2020 kas setara kas merupakan
kenaikan yang cukup estrim, karena 2016 sebagai angka indeksnya, itu cukup jauh
dengan tahun 2020. Penurunan ataupun kenaikan tersebut berbanding lurus
dengan jumlah kas dan setara kas yang mengalami penurunan dan kenaikan.
c) Perputaran aktita tetap pada kelima tahun tersebut rendah. Pada tahun 2017
sebanyak 5 kali, tahun 2018 sebanyak 5 kali, tahun 2019 sebanyak 3 kali, dan
tahun 2020 sebanyak 3 kali. Perputaran persediaan ini di dapat dari pendapatan
neto dibagi dengan rata-rata asset tetap. Semakin besar pendapatan neto dan
semakin rendah rata-rata asset tetap, maka semakin banyak pula perputaran aktiva
tetap.
d) Rasio laba terhadap aktiva tetap pada tahun 2017 sebesar 1,78, tahun 2018 sebesar
1,86, tahun 2019 sebesar 1,04, dan tahun 2020 sebesar 0,98. Rasio laba ini hasil
dari laba usaha dibagi rata – rata asset tetap. Semakin tinggi laba usaha dan
semakin rendah rata-rata asset tetap, maka semakin tinggi rasio labanya.
e) Rasio aktiva tetap terhadap liabilitas jangka pendek pada tahun 2016 sebesar 0,98,
tahun 2017 sebesar 1,38, tahun 2018 sebesar 1,31, tahun 2019 sebesar 1,52, dan
tahun 2020 sebesar 0,96. Rasio ini merupakan hasil dari jumlah asset tetap dibagi
jumlah liabilitas jangka pendek. Semakin tinggi jumlah asset tetap dan semakin
rendah jumlah liabilitas jangka pendek, maka semakin tinggi rasionya.
f) Rasio aktiva tetap terhadap ekuitas pada tahun 2016 sebesar 0,26, tahun 2017
sebesar 0,23, tahun 2018 sebesar 0,21, tahun 2019 sebesar 0,27, dan tahun 2020
sebesar 0,38. Rasio ini merupakan hasil dari jumlah asset tetap dibagi jumlah
ekuitas. Semakin tinggi jumlah asset tetap dan semakin rendah jumlah ekuitas,
maka semakin tinggi rasionya.

E. Analisis Aktivitas Pendanaan


1. Pendanaan Hutang
Tahun 2016
Keterangan :
1. Total liabilitas jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 990,47
miliar, mengalami peningkatan sebesar 151,11% dibandingkan dengan total
liabilitas jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2015 sebesar Rp 860.47
miliar. Peningkatan liabilitas jangka pendek dikarenakan adanya peningkatan
utang usaha dari pemasok pihak ketiga dan beban akrual masing-masing sebesar
Rp 245.91 miliar dan Rp 279.69 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa liabilitas
jangka pendek perusahaan tidak memiliki beban financial berupa bunga.
2. Total liabilitas jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 124.74
miliar, mengalami penurunan sebesar 57,25% dari total liabilitas jangka panjang
tahun 2015 sebesar Rp 291.82 miliar. Hal ini karena ada pembayaran kembali
hutang yang dilakukanoleh grup dan sebagian hutang dari jangka panjangnya yang
jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
3. Keseluruhan total pendanaan hutang pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp
1,115.20 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami
penurunan dalam tingkat pendanaan hutang sebesar 3,22% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya sebesar Rp 1,152.29 triliun.
Tahun 2017
keterangan :

1. Total liabilitas jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp 743.34
miliar, mengalami penurunan sebesar 24,95% dibandingkan dengan total liabilitas
jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 990.47 miliar.
Penurunan liabilitas jangka pendek dikarenakan adanya peningkatan utang usaha
dari pemasok pihak ketiga dan penurunan biaya yang masih harus dibayar
terutama pada beban akrual masing-masing sebesar Rp 297.62 miliar dan Rp
164.72. Hal ini mengindikasikan bahwa liabilitas jangka pendek perusahaan tidak
memiliki beban financial berupa bunga.
2. Total liabilitas jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp 237.08
miliar, mengalami peningkatan sebesar 90,06% dari total liabilitas jangka panjang
tahun 2016 sebesar Rp 124.74 miliar. Hal ini karena adanya penyisihan liabilitas
untuk imbalan kerja karyawan dan liabilitas pajak tangguhan.
3. Keseluruhan total pendanaan hutang pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp
980.41 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami penurunan
dalam tingkat pendanaan hutang sebesar 12,01% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar Rp 1,115 triliun.

Tahun 2018
Keterangan:

1. Total liabilitas jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp 804.15
miliar, mengalami kenaikan sebesar 8,18% dibandingkan dengan total liabilitas
jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp 743.34 miliar.
Peningkatan liabilitas jangka pendek dikarenakan adanya peningkatan utang usaha
dari pemasok pihak ketiga dan peningkatan biaya yang masih harus dibayar
terutama pada beban akrual masing-masing sebesar Rp 368.89 miliar dan Rp
187.03. Hal ini mengindikasikan bahwa liabilitas jangka pendek perusahaan tidak
memiliki beban financial berupa bunga.
2. Total liabilitas jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp 231.12
miliar, mengalami penurunan sebesar 2,51% dari total liabilitas jangka panjang
tahun 2017 sebesar Rp 237.08 miliar. Hal ini karena adanya penurunan liabilitas
pajak tangguhan grup.
3. Keseluruhan total pendanaan hutang pada tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp
1.035,27 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami
peningkatan dalam tingkat pendanaan hutang sebesar 5,6% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya sebesar Rp 980.41 miliar.

Tahun 2019
Keterangan :
1. Total liabilitas jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp 988.97
miliar, mengalami kenaikan sebesar 7,45% dibandingkan dengan total liabilitas
jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp 920,39 miliar.
Peningkatan liabilitas jangka pendek dikarenakan adanya peningkatan utang usaha
dari pemasok pihak ketiga dan peningkatan biaya yang masih harus dibayar
terutama pada beban akrual masing-masing sebesar Rp 407.31 miliar dan Rp
315.97. Hal ini mengindikasikan bahwa liabilitas jangka pendek perusahaan tidak
memiliki beban financial berupa bunga.
2. Total liabilitas jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp 239.16
miliar, mengalami peningkatan sebesar sebesar 9,60% dari total liabilitas jangka
panjang tahun 2018 sebesar Rp 218.20 miliar. Hal ini karena adanya peningkatan
liabilitas imbalan kerja group grup.
3. Keseluruhan total pendanaan hutang pada tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp
1.228.13 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami
peningkatan dalam tingkat pendanaan hutang sebesar 7,86% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya sebesar Rp 1.138,59 triliun.

Tahun 2020
Keterangan:
1. Total liabilitas jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar Rp
1.542,47 triliun, mengalami kenaikan sebesar 55,97% dibandingkan dengan total
liabilitas jangka pendek pada tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp 988,97miliar.
Peningkatan liabilitas jangka pendek dikarenakan adanya peningkatan biaya yang
masih harus dibayar terutama pada beban akrual sebesar Rp 510.74 miliar. hal ini
mengindikasikan bahwa liabilitas jangka pendek perusahaan tidak memiliki beban
financial berupa bunga.
2. Total liabilitas jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar Rp
1.327,84 triliun, mengalami peningkatan sebesar sebesar 455,22% dari total
liabilitas jangka panjang tahun 2019 sebesar Rp 239,16 miliar. Hal ini karena
adanya fasilitas kredit yang diterima grup untuk tujuan umum dan penambahan
modal kerja.
3. Keseluruhan total pendanaan hutang pada tanggal 31 Desember 2020 sebesar Rp
2.870,32 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami
peningkatan dalam tingkat pendanaan hutang sebesar 133,72% dibandingkan
dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 1.228,13 triliun.
Pembahasan:

Berdasarkan dari data diatas terkait dengan pendanaan hutang. Berikut adalah
perhitungan yang terjadi pada aktivitas pendanaan hutang pada PT Surya Citra Media Tbk
selama 5 tahun dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020.

Tahun Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang


2016 990.467.600 124.736.185
2017 743.336.338 237.078.280
2018 804.149.297 231.124.772
2019 988.970.149 239.155.397
2020 1.542.474.950 1.327.841.996

1) Dari data tabel di atas , berikut adalah perhitungan pendanaan hutang pada tahun 2016
ke tahun 2017 dapat dilihat pertumbuhan dan penurunannya adalah sebagai berikut:
Liabilitas Jangka Pendek :
( 743.336.338−990.467 .600 )
x 100=−25 %
990.467.600
Liabilitas Jangka Panjang :
( 237.078.280−124.736 .185 )
x 100=90,06 %
124.736 .185
Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai liabilitas jangka
pendek pada tahun 2017 senilai 25% dari tahun sebelumnya dan terdapat kenaikan
pada liabilitas jangka panjang pada tahun 2017 senilai 90,06% dari tahun sebelumnya.
2) Berikut adalah perhitungan pendanaan hutang tahun 2017 ke 2018 yang mengalami
peningkatan pada nilai liabilitas jangka pendek namun pada liabilitas jangka panjang
mengalami penurunan.
Liabilitas Jangka Pendek :
( 804.149.297−743.336 .338 )
x 100=8,18 %
743.336 .338
Liabilitas Jangka Panjang :
( 231.124 .772−237.078 .280 )
x 100=−2,51 %
237.078 .280
Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan pada nilai liabilitas
jangka pendek tahun 2018 senilai 8,18% dari tahun sebelumnya dan terdapat
penurunan pada nilai liabilitas jangka panjang di tahun 2018 senilai 2,51% dari tahun
sebelumnya yang dimana perusahaan lagi-lagi memerlukan dana untuk membantu
kegiatan operasional perusahaan.
3) Berikut adalah perhitungan pendanaan hutang tahun 2018 ke 2019 yang mengalami
pertumbuhan pada liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
Liabilitas Jangka Pendek :
( 988.970.149−804.149 .297 )
x 100=22,98 %
804.149 .297
Liabilitas Jangka Panjang :
( 239.155.397−231.124 .772 )
x 100=3,47 %
231.124 .772
Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan pada nilai liabilitas
jangka pendek tahun 2019 senilai 22,98% dari tahun sebelumnya, nilai tersebut lebih
tinggi daripada pertumbuhan liabilitas jangka panjang pada tahun 2019 senilai 3,47%
dari tahun sebelumnya.
4) Berikut adalah perhitungan pendanaan hutang tahun 2019 ke 2020 yang mengalami
pertumbuhan sangat tinggi pada liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
Liabilitas Jangka Pendek :
( 1.542.474 .950−988.970 .149 )
x 100=55,97 %
988.970 .149
Liabilitas Jangka Panjang :
( 1.327.841 .996−239.155.397 )
x 100=455,22 %
239.155 .397
Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan pada nilai liabilitas
jangka pendek pada tahun 2020 senilai 55,97% dari tahun sebelumnya dan terjadi
penaikan yang sangat tinggi pada nilai liabilitas jangka panjang tahun 2020 senilai
455,22% dari tahun sebelumnya yang disebabkan karena adanya pinjaman besar dari
perusahaan. Hal ini bahwa perusahaan mengindikasikan pendanaan hutang di tahun
2020 sangat bermasalah dengan adanya wabah covid-19 sehingga perusahaan
memerlukan tambahan dana untuk menutupi biaya operasional perusahaan.
2. Sewa
Tahun 2016 – 2017
a. Biaya Sewa Dibayar dimuka Jangka Panjang

Pembahasan:
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016, amortisasi atas biaya
sewa dibayar di muka sebesar Rp5.559.214. Untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2017, amortisasi atas biaya sewa dibayar di muka sebesar Rp6.123.089.
b. Utang Sewa Pembiayaan
 Rincian tingkat bunga efektif dan jatuh tempo utang sewa pembiayaan adalah
sebagai berikut:

Pembahasan:
Tingkat bunga efektif utang sewa pembiayaan tahun 2016 sebesar 4,9% - 7,7%
yang jatuh tempo pada tahun 2017 – 2019. Sedangkan tingkat bunga efektif
tahun 2017 sebesar 3,7% - 7,7% yang jatuh tempo pada tahun 2018 – 2020.
 Rincian atas utang sewa pembiayaan adalah sebagai berikut:
Pembahasan:
Pada tahun 2016, pembayaran minimum utang sewa pembiayaan sebesar
Rp1.089.208 dan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun sebesar Rp618.847.
Sisanya Rp470.361 merupakan utang sewa pembiayaan jangka panjang.
Sedangkan pada tahun 2017, pembayaran minimum utang sewa pembiayaan
sebesar Rp4.927.546 dan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun sebesar
Rp2.876.517. Sisanya Rp2.051.029 merupakan utang sewa pembiayaan jangka
panjang.
Tahun 2017 – 2018
a. Biaya Sewa Dibayar Dimuka Jangka Panjang

Pembahasan:
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017, amortisasi
atas biaya sewa dibayar di muka sama yaitu sebesar Rp6.123.089.
b. Utang Sewa Pembiayaan
 Rincian tingkat bunga efektif dan jatuh tempo utang sewa pembiayaan adalah
sebagai berikut:

Pembahasan:
Tingkat bunga efektif utang sewa pembiayaan tahun 2017 sebesar 3,7% - 7,7%
yang jatuh tempo pada tahun 2018 – 2020. Sedangkan tingkat bunga efektif
tahun 2018 sebesar 4,2% - 7,6% yang jatuh tempo pada tahun 2019 – 2020.
 Rincian atas utang sewa pembiayaan adalah sebagai berikut:
Pembahasan:
Pada tahun 2017, pembayaran minimum utang sewa pembiayaan sebesar
Rp4.927.546 dan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun sebesar
Rp2.876.517. Sisanya Rp2.051.029 merupakan utang sewa pembiayaan jangka
panjang. Sedangkan pada tahun 2018, pembayaran minimum utang sewa
pembiayaan sebesar Rp2.164.154 dan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun
sebesar Rp1.722.010. Sisanya Rp442.135 merupakan utang sewa pembiayaan
jangka panjang.
Tahun 2018 – 2019
a. Biaya Sewa Dibayar Dimuka Jangka Panjang

Pembahasan:
Untuk tahun berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018, amortisasi atas
biaya sewa dibayar di muka sama yaitu sebesar Rp6.123.089.
b. Utang Sewa Pembiayaan
 Rincian tingkat bunga efektif dan jatuh tempo utang sewa pembiayaan adalah
sebagai berikut:

Pembahasan:
Tingkat bunga efektif utang sewa pembiayaan tahun 2018 disajikan kembali
sebesar 4,2% - 12,98% yang jatuh tempo pada tahun 2019 – 2021. Sedangkan
tingkat bunga efektif tahun 2019 sebesar 4,2% - 12,98% yang jatuh tempo
pada tahun 2020 – 2021.
 Rincian atas utang sewa pembiayaan adalah sebagai berikut:

Pembahasan:
Pada tahun 2018, pembayaran minimum utang sewa pembiayaan disajikan
kembali sebesar Rp2.319.889 dan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun
sebesar Rp1.777.802. Sisanya Rp542.087 merupakan utang sewa pembiayaan
jangka panjang. Sedangkan pada tahun 2019, pembayaran minimum utang
sewa pembiayaan sebesar Rp100.159 dan yang akan jatuh tempo dalam satu
tahun sebesar Rp63.527. Sisanya Rp36.632 merupakan utang sewa
pembiayaan jangka panjang.

Tahun 2019 – 2020


a. Biaya Sewa Dibayar dimuka Jangka Panjang

Pembahasan:
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019, amortisasi atas biaya
sewa dibayar di muka sebesar Rp6.123.089. Untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2020, tidak ada amortisasi atas biaya sewa dibayar dimuka.

b. Utang Sewa Pembiayaan

 Rincian tingkat bunga efektif dan jatuh tempo utang sewa pembiayaan adalah
sebagai berikut:
Pembahasan:
Tingkat bunga efektif utang sewa pembiayaan tahun 2019 sebesar 4,2% -
12,98% yang jatuh tempo pada tahun 2020 – 2021. Sedangkan tingkat bunga
efektif tahun 2020 sebesar 12,55% - 12,98% yang jatuh tempo pada tahun
2021.

 Rincian atas utang sewa pembiayaan adalah sebagai berikut:

Pembahasan:
Pada tahun 2019, pembayaran minimum utang sewa pembiayaan sebesar
Rp100.159 dan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun sebesar Rp63.527.
Sisanya Rp36.632 merupakan utang sewa pembiayaan jangka panjang. Pada
tahun 2020, pembayaran minimum utang sewa pembiayaan sebesar Rp36.632
dan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun sebesar Rp36.632. Pada tahun
2020 ini utang sewa pembiayaan jangka panjang habis atau nol.
3. Ekuitas Pemegang Saham
Tahun 2016

Pembahasan:
Pada tahun 2016, terdapat PT Elang Mahkota Teknologi Tbk dengan jumlah saham
yg disetor penuh sebesar Rp8.870.942.351 dengan presentase kepemilikan 60,671%
yg dimana menjadi pemegang saham terbesar dan tidak ada pemegang saham lain yg
memiliki presentase kepemilikan lebih dai 5%.

Tahun 2017

Pembahasan:
Pada tahun 2017, terdapat PT Elang Mahkota Teknologi Tbk mengalami kenaikan
jumlah saham yg disetor penuh sebesar Rp8.893.873.351 dengan presentase
kepemilikan 60,671% , tetapi terjadi penurunan untuk pemegang saham publik sekitar
Rp5.722.994.049 namun tidak berpengaruh pada sub total dan total akhir.

Tahun 2018

Pembahasan:
Pada tahun 2018, terdapat PT Elang Mahkota Teknologi Tbk mengalami kenaikan
jumlah saham yg disetor penuh sebesar Rp8.900.232.951 dengan presentase
kepemilikan 60,871% , tetapi terjadi penurunan untuk pemegang saham publik sekitar
Rp5.716.634.449 dengan presentase kepemilikan 39,098% namun tidak berpengaruh
pada sub total dan total akhir.

Tahun 2019
Pembahasan:
Pada tahun 2019, terdapat PT Elang Mahkota Teknologi Tbk mengalami kenaikan yg
cukup signifikan dengan jumlah saham yg disetor penuh sebesar Rp9.142.463.118
dengan presentase kepemilikan 62,081% , dan adanya pemegang saham baru sehingga
diperoleh total jumlah saham yg disetor penuh sebesar Rp14.774.672.301
Tahun 2020

Pembahasan:
Pada tahun 2020, terdapat PT Elang Mahkota Teknologi Tbk mengalami sedikit
penurunan dengan jumlah saham yg disetor penuh sebesar Rp9.020.667.128 dengan
presentase kepemilikan 71,306% , dan adanya jumlah saham yang diperoleh kembali
pada harga peroleh meningkat pesat dari tahun 2016-2020 sebesar Rp2.128.410.924
dengan total akhir jumlah saham yg disetor sebesar Rp14.779.091.301

4. Imbalan Pasca Kerja


Tahun 2016-2017
Pembahasan:
Liabilitas atas imbalan pasca-kerja ditentukan berdasarkan penilaian aktuaris
pada tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 yang dilakukan oleh PT
Dayamandiri Dharmakonsilindo.
Asumsi-asumsi penting yang digunakan oleh aktuaris independen
adalah sebagai berikut:
Tingkat bunga/Discount rates : 6,85% - 7,55% per tahun (2017) dan 8,29% -
8,91% per tahun (2016)
Tingkat kenaikan gaji per tahun : 6,50% - 8,00% per tahun (2017) dan 6,50% -
10,00% per tahun (2016)
Usia pensiun/Retirement age : 55 tahun/55 years old
Tingkat cacat/Disability rate : 10% dari tingkat kematian/10% of mortality rate
Metode penilaian/Valuation method : Projected Unit Credit
Pensiun dini/pengunduran diri/ : 10% sampai dengan usia 25 dan berkurang
secara linear sampai dengan
Tingkat kematian/Mortality rate : Tabel Mortalita III Indonesia (TMI III)
Perkiraan pengembalian ditentukan berdasarkan ekspektasi pasar untuk
pengembalian keseluruhan periode liabilitas dengan mempertimbangkan
perpaduan portofolio dari aset program. Hasil aktual aset program adalah
Rp16,65 miliar dan Rp6,72 miliar masing-masing untuk tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2017 dan 2016.
Beban imbalan pasca-kerja telah dibebankan pada operasi untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017 dan 2016.

Tahun 2018 –2019


Pembahasan:
Liabilitas atas imbalan pasca-kerja pada tanggal 31 Desember 2018 ditentukan
berdasarkan penilaian aktuaris yang dilakukan oleh PT Dayamandiri
Dharmakonsilindo, aktuaris independen, berdasarkan laporannya tertanggal 19
Januari 2019.
Asumsi-asumsi penting yang digunakan oleh aktuaris independen adalah
sebagai berikut:
Tingkat bunga/Discount rates : 8,10% - 9,10% per tahun (2019 dan 2018)
Tingkat kenaikan gaji per tahun/ : 8,00% per tahun (2019 dan 2018)
Usia pensiun/Retirement age : 55 tahun/55 years old
Tingkat cacat/Disability rate : 10% dari tingkat kematian/10% of mortality rate
Metode penilaian/Valuation method : Projected Unit Credit
Pensiun dini/pengunduran diri : 4% - 10% pada usia 25 - 45 dan berkurang secara
linear sampai dengan 1% pada
Tingkat kematian/Mortality rate : Tabel Mortalita III Indonesia (TMI III)
Perkiraan pengembalian ditentukan berdasarkan ekspektasi pasar untuk
pengembalian keseluruhan periode liabilitas dengan mempertimbangkan perpaduan
portofolio dari aset program. Hasil aktual aset program adalah Rp501 juta untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018.
Beban imbalan pasca-kerja telah dibebankan pada operasi untuk periode enam
bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2019 dan 2018.

Tahun 2020

Pembahasan:
Liabilitas atas imbalan pasca-kerja pada tanggal 31 Desember 2020 ditentukan
berdasarkan
penilaian aktuaris yang dilakukan oleh PT Dayamandiri Dharmakonsilindo, aktuaris
independen, berdasarkan laporannya tanggal 18 Januari 2021.
Asumsi-asumsi penting yang digunakan oleh aktuaris independen adalah
sebagai berikut:
Tingkat bunga/Discount rates : 6,00% - 7,40% per tahun (2021 dan 2020)
Tingkat kenaikan gaji per tahun : 6,00% per tahun (2021 dan 2020)
Usia pensiun/Retirement age : 55 tahun/55 years old
Tingkat cacat/Disability rate : 10% dari tingkat kematian/10% of mortality rate
Metode penilaian/Valuation method : Projected Unit Credit
Pensiun dini/pengunduran diri : 4% - 10% pada usia 25 - 45 dan berkurang secara
linear sampai dengan 1% pada usia 45 dan setelahnya
Tingkat kematian/Mortality rate : Tabel Mortalita IV Indonesia (TMI IV) (2021 dan
2020)
Perkiraan pengembalian ditentukan berdasarkan ekspektasi pasar untuk
pengembalian keseluruhan periode liabilitas dengan mempertimbangkan perpaduan
portofolio dari aset program. Hasil aktual aset program adalah Rp1,04 miliar untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020.
Beban imbalan pasca-kerja telah dibebankan pada operasi untuk periode enam
bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2021 dan 2020.

F. Analisis Aktivitas Operasi


1. Pengukuran Laba
a. Pengukuran Laba Akuntansi
Dalam Rupiah

Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016

Pendapatan
dan
Keuntungan

Pendapatan 5.101.113.259 5.523.362.497 5.001.848.767 4.453.848.569 4.524.135.762

Keuntungan 78.111.000 - - - -

Beban dan
Kerugian

BPP (216.389.139) (236.503.717 ) (261.695.253) (4.400.317) (5.299.670)

Kerugian (10.217) (7.636.291) (10.179.316) (9.482.689) (9.467.664)


b. Klasifikasi dan Pengukuran Laba Alternatif
Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016

Laba
Berulang
dan Tidak
Berulang

Laba Bersih 5.101.113.259 5.523.362.497 5.001.848.767 4.453.848.569 4.524.135.762

Pendapatan 602.785.604 759.418.225 836.386.723 1.223.708.160 1.311.184.546


Komprehensif
Laba Operasi
dan Non
Operasi
Laba Kotor 2.609.482 2.660.464 2.844.58 2.619.22 2.741.69
Laba Usaha 1.459.476.632 1.330.568.612 1.937.695.878 1.772.111.079 2.003.341.864

Pendapatan
Komprehensif

Laba Bersih 5.101.113.259 5.523.362.497 5.001.848.767 4.453.848.569 4.524.135.762

Laba Kotor 2.609.482 2.660.464 2.844.58 2.619.22 2.741.69

Tujuan utama dalam analisis adalah menentukan komponen permanen atau


berulang dari laba dilaporkan. Hal tersebut sangat penting untuk memisahkan
komponen berulang dan tidak berulang pada laba. Oleh karena itu, identifikasi di atas
menunjukkan pemisahan untuk keperluan analisis PT Surya Citra Media Tbk.

2. Pos yang Tidak Berulang


Dalam Rupiah

Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016

Pos Luar
Biasa
Keuntungan 35.148.761 (7.636.291) (10.179.316) (9.482.689) (9.467.664)
(kerugian)
atas liabilitas
imbalan kerja
- setelah
pajak

Selisih kurs 1.705 - - - -


karena
penjabaran
laporan
keuangan

Pada tabel diatas menenjukan bahwa laba yang dihasilkan oleh PT Surya Citra
Media Tbk sebagian besar dari aktivitas operasi dan pos luar biasa hanya
menyumbang sebagian kecil. Sehingga, kinerja operasi perusahaan dapat
disimpulkan maksimal apabila dilihat dari sisi sumbangan pos luar biasa.

3. Pengakuan Pendapatan
Pendapatan terdiri dari nilai wajar imbalan yang diterima atau akan diterima
dari penjualan barang dan jasa dalam kegiatan kelompok usaha. Pendapatan
disajikan neto setelah dikurangi pajak pertambahan nilai,retur, potongan harga dan
diskon. Kelompok usaha mengakui pendapatan ketika jumlah pendapatan dapat
diukur secara andal, dan besar kemungkinan memperoleh manfaat ekonomis masa
depan yang mengalir ke entitas.
Pada 1 Januari 2020, perusahaan menerapkan PSAK 72, “Pendapatan dari
Kontrak dengan Pelanggan”, yaitu pengakuan pendapatan ketika kewajian
pelaksanaan telah dipenuhi dengan menyerahkan barang atau jasa yang dialihkan ke
pelanggan.
Pendapatan dari iklan televisi diakui pada saat iklan yang bersangkutan
ditayangkan. Uang muka yang diterima dari pelanggan dicatat sebagai bagian
dari akun “Liabilitas Lancar Lainnya” dalam laporan posisi keuangan
konsolidasaian.
4. Beban Ditangguhkan
Dalam Rupiah

Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016

Beban
Ditangguh
kan

Penyesuain 241.641.043 195.315.877 125.078.925 138.865.633 147.672.055


proforma

Penyesuaian proforma yang dilakukan oleh PT Surya Citra Media Tbk sangat
maksimal apabila dilihat dari sisi peningkatan penjualan dari tahun 2016 sampai tahun
2020. Walaupun tingginya penjualan tersebut berbarengan dengan tingginya beban
pokok penjualan, sehingga tidak mencerminkan kinerja yang baik dari perusahaan
tetapi hanya mencerminkan adanya pemanfaatan dari penyesuaian proforma tersebut.

Dengan peningkatan penjualan yang tinggi mencerminkan pemanfaatan yang


cukup maksimal dari adanya proforma tersebut. Perusahaan berhasil meningkatkan
nilai dari perusahaan bagi di mata komsumen, debitur, kreditur dan investor secara
signifikan dari 2016 sampai 2020.

5. Imbalan Kerja Tambahan


Dalam Rupiah

Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016

Imbalan
Kerja
Tambahan

Liabilitas 205.073.237 239.118.765 189.639.512 160.737.553 124.265.824


Imbalan
Kerja
Karyawan

Keuntungan 35.148.761 (7.636.291) (10.179.316) (9.482.689) (9.467.664)


(kerugian)
atas liabilitas
imbalan kerja
- setelah
pajak

Kelompok Usaha mengakui liabilitas atas imbalan kerja karyawan berdasarkan


peraturan Kelompok Usaha dan sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2003 tanggal
25 Maret 2003. Nilai kini kewajiban imbalan pasti, beban jasa kini dan beban jasa lalu
ditentukan dengan menggunakan metode penilaian “Projected Unit Credit”.

Penentuan liabilitas imbalan kerja Kelompok Usaha bergantung pada


pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dan manajemen
Kelompok Usaha dalam menghitung jumlah-jumlah tersebut. Asumsi tersebut
termasuk antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, tingkat
pengunduran diri karyawan tahunan, tingkat kecacatan, umur pensiun dan tingkat
kematian.

Sementara Kelompok Usaha berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah


wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual atau perubahan signifikan
dalam asumsi yang ditetapkan Kelompok Usaha dapat mempengaruhi secara material
liabilitas atas imbalan kerja yang masing-masing berjumlah Rp205,07 miliar tahun
2020; Rp239,12 miliar pada tahun 2019; 189,639 miliar pada tahun 2018; 160,737
miliar pada tahun 2017; dan 124,26 miliar pada tahun 2016.

6. Biaya Bunga (CALK)


Risiko tingkat suku bunga adalah risiko dimana nilai wajar arus kas di masa
depan akan berfluktuasi karena perubahan tingkat suku bunga pasar. Kelompok
usaha terpengaruh risiko perubahan suku bunga pasar terutama terkait dengan utang
pihak berelasi jangka panjang dengan suku bunga mengambang yang dimiliki
kelompok usaha.
Tabel berikut menunjukkan sensitivitas kemungkinan perubahan tingkat suku
bunga pinjaman. Dengan asumsi variabel lain konstan, laba sebelum pajak
penghasilan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga mengambang sebagai berikut:

Tahun Keterangan
Kenaikan/penurunan Dampak terhadap laba sebelum
dalam satuan point pajakak penghasilan
+100 (13.123.475)
2020
-100 13.123.475
+100 (114.741)
2019
-100 114.741
+100 (103.279)
2018
-100 103.279
+100 (620.969)
2017
-100 620.969
+100 (2.072.132)
2016
-100 2.072.132

Berdasarkan data tingkat suku bunga yang ditampilkan di atas dari tahun 2016
sampai tahun 2020 adalah terjadi fluktuasi yang cenderung naik secara signifikan di
tahun 2002. Hal tersebut berpengaruh pada laba sebelum pajak penghasilan pada
tahun 2020 lebih tinggi daripada tahun 2019 sebagai akibat dari beban bunga utang
bank dengan tingkat suku bunga mengambang yang lebih tinggi.
7. Pajak Penghasilan
Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer aset dan
liabilitas antara pelaporan komersial dan pajak pada setiap tanggal pelaporan. Aset
pajak tangguhan diakui dengan metode liabilitas untuk seluruh perbedaan temporer
yang dapat dikurangan dan saldo rugi fiskal yang belum dikompensasikan, sepanjang
tersedia laba fiskal pada masa yang akan datang untuk mengkompensasi perbedaan
temporer dan rugi fiskal yang belum dikompensasikan.
Aset dan kewajiban pajak tangguhan diukur berdasarkan tarif pajak yang akan
berlaku pada tahun saat aset direalisasikan atau liabilitas diselesaikan berdasarkan
berdasarkan peraturan pajak yang berlaku atau secara subtantif telah diberlakukan
pada tanggal pelaporan posisi keuangan. pengaruh pajak terkait dengan penyisihan
untuk dan/atau pembalikan seluruh peredaan temporer selama periode berjalan,
termasuk pengaruh perubahan tarif pajak, diakui sebagai “Beban (manfaat) Pajak
Penghasilan Tangguhan” dan termasuk dalam laba atau rugi periode berjalan, keculai
untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya langsung dibebankan atau di kreditkan ke
ekuitas.
Keterangan 2020 2019 2018 2017 2016
Laba Sebelum
Pajak dan 1.488.100.052 1.373.065.504 1.969.018.654 1.782.043.501 2.003.341.864
Penyusutan
Beban
174.873.111 176.627.584 158.648.063 149.612.512 136.962.543
Penyusutan
Laba Sebelum
1.313.226.941 1.196.437.920 1.810.370.591 1.632.430.989 1.866.379.321
Pajak
Utang Pajak 175.486.096 72.115.583 58.992.955 64.290.800 95.026.700
Pajak
39.190.063 60.065.770 - - 3.624.339
Tangguhan
Pajak Provisi 214.676.159 132.181.353 58.992.955 64.290.800 98.651.039
Laba Neto 1.098.550.782 1.064.256.567 1.751.377.636 1.568.140.189 1.767.728.282
Laba Neto
Tanpa Pajak 1.059.360.719 1.004.190.797 1.751.377.636 1.568.140.189 1.764.103.943
Tangguhan

Anda mungkin juga menyukai