Buat teman-teman semua kalau tulisan makalahnya bermanfaat dan ingin KOPAS izin dulu yah
terimakasihh...
PENDAHULUAN
Bilamana kita ingin mengetahui apakah tujuan yang kita rumuskan dapat tercapai, apakah aktivitas
yang kita lakukan telah berhasil mencapai sasaran, apakah prosedur kerja yang dilakukan sudah
tepat, apakah sumberdaya yang dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara optimal untuk mencapai
tujuan, apakah elemen-elemen pendukung kegiatan sudah berfungsi dengan baik, kesemuanya itu
membutuhkan proses evaluasi untuk dapat menjawab secara tepat. Sebagaiman pentingnya
penetapan atau perumusan tujuan, pentingnya aktivitas dalam suatu kegiatan, maka kedudukan
evaluasi dalam proses kegiatan juga memiliki kedudukan yang sama pentingnya, karena evaluasi
merupakan bagian intergral dari proses kegiatan secara keseluruhan. Karena itu secara sederhana
evaluasi akan menjadi wahana untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari keseluruhan aktifitas
yang kita lakukan serta menjadi sumber informasi yang terukur hambatan-hambatan atau kendala
yang dihadapi di dalam proses pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam proses pembelajaran, evaluasi menempati kedudukan yang penting dan merupakan bagian
utuh dari proses dan tahapan kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat
mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajran yang dilakukannya pada tiap kali pertemuan,
setiap catur wulan, setiap semester, setiap tahun, bahkan selama berada pada satuan pendidikan
tertentu. Dengan demikian setiap kali membahas proses pembelajaran, maka berarti kita juga
membahas tentang evaluasi, karena evaluasi inklusif di dalam proses pembelajaran.
Untuk dapat melakukan evaluasi pembelajaran dengan benar, maka setiap guru dipersyaratkan
mengetahui berbagai dimensi yang terkait dengan evaluasi, terutama berkaitan dengan hakikat
evaluasi, fungsi dan tujuanevalauasi, jenis-jenis evaluasi, teknik-teknik evaluasi dan syarat –syarat
penyusunan evaluasi dalam pelajaran. Mengingat pentingnnya hal ini, maka pada bagian ini anda
diajak untuk mengkaji bersama. Evaluasi sebagai bagian intergral dari proses pembelajran, agar
kegiatan pembahasan bagaian ini lebih terarah, maka setelah mengkaji bersama, berdiskusi, tanya
jawab dan mengerjakan latihan-latihan yang disediakan, maka diharapkan anda memiliki kompetensi
tentang;
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan di atas, mari kita kaji bersama uraian materi berikut.
Diskusikan dengan rekan-rekan anda bilaman ada bagaian-bagaian tertentu yang belum dapat anda
pahami dengan jelas, atau tanyakan kepada dosen anda jika saudara menganggap hal tersebut perlu
mendapat penjelasan lebih lanjut.
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat di perlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan[1]. Sesuai dengan
pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang
sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian
dicoba membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu
haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Sebagai contoh, seorang guru berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal mengenai
permasalah kesulitan belajar peserta didiknya, ia mencari tahu tentang peserta didik tersebut. Ia
menanyakan kepada lingkungan pendidikan tersebut yang mengetahui tentang cara belajarnya,
keadaaannya dan mencari tahu secara langsung dan tidak langsung agar dapat mengetahui latar
belakang kenapa peserta didik tersebut sulit dalam belajarnya dan guru tersebut dapat mengambil
keputusan apa yang harus ia lakukan setelah mengetahui latar belakannya. Apa yang telah dilakukan
oleh guru tersebut adalah salah satu contoh dari kegiatan evaluasi. Contoh lain banyak terdapat di
dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh kegiatan di dalam
kehidupan kita adalah melakukan kegiatan evaluasi, baik secara disengaja ataupun tidak.
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang hampir sama, Wringhstone
dan kawan-kawan (1956 : 16) mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai berikut:
“educational evaluation is the estimation of the growth andprogress of pupils toward objectives or
values in the curriculum.” (Evaluasi pendidikanialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan
kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum)[2]
Jika kita cermati berbagai sumber yang membehas tetang evaluasi, kita menemukan beberapa
pandangan tentang evaluasi, baik berkenaan dengan konsep, prinsip maupu tujuan yang
menggambarkan disamping kesamaan juga keragaman persepsi masing-masing penulis.
Diantarannya juga ada yang mencermati beberapa aktivitas atau istilah yang memiliki keterkaitan
dengan evaluasi, pengukuran dan penilaian. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan
ataupun hubungan anatara ketigannya, dapat dipahami melalui contoh-contoh dibawah ini:
1. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita dan kita disuruh
memilih anatara dua pensil yang tidak sama panajannnya, maka tentu saja kita akan memilih yang
“panjang”. Kta tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang sangat khusus.
2. Pasar merupakan suatu tempat bertemunnya orang-orang yang akan menjual dan
membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibeli, seorang pemebeli akan memilih dahulu
mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya, apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk
yang besar, kuning dan kulitnya halus. Semuannya itu dipertimbangkan karena pengalaman
sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasannya akan manis, sedangkan jeruk yang masih
kecil, hijau, dan kulitnya kasar, biasannya masam rasannya.
Dari contoh-contoh diatas ini dapat kita simpulkan bahwa sebelum menentukan pilihan, kita
melakukan penilaian terhadap benda-benda yang kita pilih. Pada contoh pertama kita memilih mana
pensil yang lebih panjang, sedangkan ada contoh kedua kita menentukan dengan perkiraaan kita
atas jeruk yang baik, yaitu yang rasannya manis.
Untuk dapat mengadakan penilaian, kita melakukan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada penggaris,
maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut,
dan setelah mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita melaukan penilaian dengan
melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita nmenyatakan “ini pesil
panjang, dan ini pensil pendek”. Maka pensil yang panjang itulah yang kita ambil.
Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan “ukuran manis”,
tetapi menggunan ukuran besar, kuning dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud
seperti kayu penggaris tang sudah ditera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman.
Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membendingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran
tertentu. Setelah itu kita menilai dan mentukan pilihan, mana jeruk yang paling memenuhi ukuran
itulah yang kita ambil.
Dengan demikian kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang terstandar (mater, kilogram,
takaran, dan sebagainya) dan ukuran tidak terstandar (depa, jengkal, langkah, dan sebagaina), dan
ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis adalah yang kuning, besar, dan halus
kulitnya).
Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita itulah yang disebut
mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum
kita mengadakan pengukuran.
b. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.
Penilaian bersifat kualitatif
c. Menadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai.
Di dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation, dari
kata evaluation inilah diperoleh kata indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan
dengan mengukur terlebih dahulu)[3].
Dari rumusan-rumusan tersebut diatas sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih
memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, khususnya evaluasi pengajaran, yaitu:
1.) Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi (dalam
pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara bersinambungan. Evaluasi
bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan
merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir
program setelah program itu dianggap selesai. Yang dimakasud dengan program disini adalah
program satuan pengajaran yang akan dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih, program
caturwulan tau pun program semester, dan juga program pendidikan yang dirancang untuk satu
tahun ajaran (seperti DI), empat tahun ajaran (seperti S1), atau enam tahun ajaran (seperti SD), dan
sebagainnya.
2.) Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek
yang sedang dievaluasi. Dalam kegiatan pengajaran, data yang dimaksud mungkin berupa perilaku
atau penampilan siswa selama mengikuti pelajran, hasil ulangan atau tugas-tugas pekerjaan rumah,
nilai ujian akhir caturwulan, nilai midsemester, nilai ujian akhir semester, dan sebagainnya.
Berdasarkan data itulah selanjutnnya diambil suatu keputusan sesuai dengan maksud dan tujuan
evaluasi yang sedang dilaksanakan. Perlu dikemukakan disini bahwa ketepatan keputusan hasi
evaluasi sangan bergantung kepada kesahihan dan objektivitas data yang digunakan dalam
pengambilan keputusan.
3.) Setiap kegiatan evaluasi khususnya evaluasi pengajaran tidak dapat dilepaskan dari tuuan-
tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tanpa menentukan atau merumuskan tujuan-tujuan
terlebih dulu, tidak mungkin menilai sejauh mana pencapain hasil belajar peserta didik. Hal ini
adalah karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu kriteria tertentu sebagai acuan dalam
menentukan batas ketercapaian objek yang dinilai. Adapun tujuan pengajaran merupakan kreteria
pokok dalam penilaian.
Dalam hubungannya dengan keseluruhan proses belajar-mengajar, tujuan pengajaran dan proses
belajar-mengajar serta prosesedur evaluasi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dari
yang lain. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:
Tujuan
Pengajaran
Prosedur Proses
Evaluasi Belajar-mengajar
Bahan atau meteri pengajaran apa yang akan diajarkan dan metode apa yang akan digunakan sangat
bergantung pada tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Demikian pula bagaimana prosedur
evaluasi harus dilakukan serta bentuk-bentuk tes atau alat evaluasi mana yang akan dipakai untuk
menilai hail pengajaran tersebut harus dikaitkan dan mengacu kepada bahan dan metode mengajar
yang digunakan dan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Dalam penyusunan pogram satuan pelajaran, program caturwulan, dan program semester, ketiga
komponen tersebut tidak dapat diabaikan bahkan harus selalu digunakan sebagai acuan[4]
Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program atau suatu kegiatan
tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditntukan. Secara spesifik evaluasi memiliki banyak
tujuan dan manfaat. Karena itu menurut reece dan walkr (1997:420) terdapat beberapa alasan
mengapa evaluasi harus dilakukan, yaitu:
Sebagai bagian dari proses pembelajaran, disamping evaluasi pemebelajaran harus dilaksanakan
sesuai prinsip-prinsip evaluasi, juga harus memperhatikan sesuaiannya dengan komponen-
komponen kegiatan pembelajaran lainnya. Ketidak tepatan di dalam pelaksanaan evaluasi tidak
hannya menyebabkan kurang serasinya pelaksanaan proses pembelajaran, akan tetapi juga
berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance belajar siswa.
Dengan demikian maka eva luasi harus dilakukan secara benar. Reec dan Walker (1997)
mengemukakan bahwa dengan melaksanakan evaluasi belajar dengan benar sekurang-kurangnnya
memungkinkan kita untuk: (1) mengukur kompetensi atau kapabilitas peserta didik, apakah mereka
telah merealiasikan tujuan yang telah ditentukan, (2) menentukan tujuan mana yang belum
direalisasikan, sehingga tindakan perbaikan yang cocok dapat direalisasikan, (3) merumuskan
rangking peserta didik dalam hal kesuksesan mereka didalm mencapai tujuan yang telah disepakati,
(4) memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yng ia hunakan
supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat ditentukan, (5) merencanakan
prosedur untuk perbaiki rencana pelajaran, dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu
digunakan[5].
Demikian juga didalam kurikulum SD 1975, sebagai kurikulum yang beroreientasi pada tujuan,
aspek-asek kepribadian siswa yang menjadi objek evaluasi secara jelas tergambar didalam tujuan
institusinya. Tujuan institusional SD menurut kurikulum tersebut dibagi menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus sebagai berikut:
Tujuan umum pendidikan SD adalah agar lulusan :
1) Melanjutkan pelajaran
2) Bekerja di masyarakat
a. Bidang Pengetahuan
(a) Dasar-dasar kewarganegaraan dan pemerintah sesuai dengan pancasila dan uud 1945.
(f) Gejala peristiwa sosial, baik dimasa lampau maupun dimasa sekarang.
2) Memiliki pengetahuan dasar tentang berbagai unsur kebudayaan dan tradisi nasional.
4) Memiliki pengetahuan dasar tentang kesejahteraan berbagai bidang pekerjaan yang terdapat di
masyarakat sekitarnya.
b. Bidang keterampilan
3) Mampu memecahkan masalah sederhana secara sistematis dengan menggunakan prinsip ilmu
pengetahuan yang telah diketahuinya.
4) Mampu bekerja sama dengan orang lain dan berpartisipasi delam kegiatan-kegiatan masyarakat.
7) Memiliki keterampilan dasar dalam segi kesejahteraan keluarga dalam usaha pembinaan
kesehatan.
8) Menguasai sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan khusus uang sesuai degan minat dan
kebutuhan linkungannya, sebagai bekal untuk mencari nafkah.
2) Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap tuhan yang mahaesa
yang dianutnya serta menghormati agama yang dianut orang lain.
9) Memiliki kesadaran akan disiplin dan patuh pada peraturan yang berlaku,bebas, dan jujur.
10) Memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional dan objektif dalam memecahkan presoalan.
12) Memiliki minat dan sikap yang positif dan konstruktif tentang olah raga dan hidup sehat.
13) Menghargai setiap jenis pekrjaan dan prestasi kerja di masyarakat tanpa memandang tinggi-
rendahnya nilai sosial/ekonomi masing-masing jenis pekerjaan tersebut, dan berjiwa pengabdian
kepada masyarakat.
Dari pada yng telah diuraikan tentang objek evaluasi, tahulah kita bahwa sasaran pokok dalam setiap
kegiatan evaluasi dalam pendidikan adalah anak didik. sampai dimana perkembangan anak didik
setelah mengalami pendidikan dan pengajaran selama jangk waktu tertentu[6].
Untuk mengadakan evaluasi yang baik, objektif dan realiable, yang telah disampaikan diatas perlu
diperhatiakan. Tanpa memperhatikan faktor-faktor tersebut tidak mungkin kita dapat mengadakan
perbaikan-perbaikan untuk kemajuan pendidikan pada umumnya.
Pelakasanaan evaluasi dalam pendidikan mempunyai manfaat yang luas, tidak sekedar mengukur
keberhasilan proses belajar akan tetapi dapat memberikan manfaat dalam berbagai kegiatan lain
baik bagi guru maupun peserta didik di(Nurkancana, 1986) beberapa fungsi atau manfaat evaluasi
pendidikan dan pembelajaran tersebut adalah untuk:
a. Mengetahui taraf kesiapan peserta didik untuk menempuh suatu pendidikan tertentu
Melalui evaluasi akan diperoleh data/informasi yang aktual apakah siswa sudah cukup siap untuk
mengikuti pendidikan tertentu atau belum. Bilamana dari hasil evaluasi diperoleh data yang
mendukung kesimpulan bahwa anak ternyata sudah siap, mka pendidikan dapat segera diberikan.
Namun bilamana hasil evaluasi menunjukkan bahwa anak belum siap, maka pemberian pendidikan
bagi peserta didik tersebut harus ditunda sampai persyaratan yang ditentukan dapat terpenuhi.
b. Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan.
Evaluasi yang dilakukan secara benar akan menjadi sumber informasi yang tepat untuk
menyimpulkan sejauh mana hasil yang telah dicapai dari proses pendidikan. Evaluasi juga harus
dapat menjawab apakah hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Bila
dari hasil evaluasi diketahui bahwa hasil yang dicapai belum mencapai sasaran yang ditentukan,
maka diperlukan analisis lebih mendalam untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan tidak optimalnnya pencapaian hasil tersebut. Kajian-kajian yang mendalam terhadap
faktor – faktor yang menjadi kendala dalam pencapaian hasil dari proses pendidikan dan
pembelajaran akan menjadi bahasn masukan yang penting untuk memperbaiki proses pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran pada tahap-tahap kegiatan berikutnya.
c. Mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat dilanjutkan dengan
bahan yang baru atau kah harus mengulang pelajaran-pelajaran yang telah lampau.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran umumnya guru telah menentukan secara spesifik materi
pelajaran atau bahan pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan porsi waktu yang telah
ditetapkan. Selama proses pembelajaran berlangsung guru melakukan pemantauan dan
melaksanakan evaluasi proses yang terarah pada perubahan-perubahan pemahaman keterampilan
ataupun sikap peserta didik. Demikian pula ketika akhir pelajaran, guru juga melakukan evaluasi baik
tertulis maupun lisan atau melalui evaluasi performan guna mengetahui secara keseluruhan apakah
bahan-bahan pelajaran yang telah dibahas atau disajikan dapat dikuasiai dengan baik oleh para
peserta didik. Bilamana diketahui bahan-bahan yang seharusnya dapat dikuasai peserta didik
ternyata tidak memenuhi standar yang diharapkan, maka kemungkinan guru belum dapat
melanjutkan kebahan yang baru. Itu berarti huru harus mengulang sebagian atau bahkan
keseluruhan materi yang telah diajarkannya. Konsekuesinya perencanaan pembelajaran yang dibuat
oleh guru akan berubah, demikian pula proporsi waktu yang telah ditentukan juga harus disesuaikan.
Sebaiknya bilamana peserta didik secara keseluruhan atau sebagian besar mampu mencapai hasil
belajar yang cukup baik melalui evaluasi yang dilakukan, maka berarti pelajaran dapat dilanjutkan
pada materi atau bahan pelajaran yang baru.
Melalui evaluasi yang dilakukan, guru dapat mengetahui kompetensi-kompetensi yang dimiliki
peserta didik. Pengetahuan tentang kompetensi peserta didik terebut dapat menjadi informasi awal
bagi guru untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam menentukan jurusan dan jenis penidikan
yang kelak dapat dipilih yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Demikian pula dengan
memahami potensi peserta didik tersebut guru juga dapat mengarahkan jenis keterampilan apa
yang nantinya dapat siswa dalami delam mendukung pengembangan potensinya sehingga dapat
menjadi bekal untuk menetukan jenis jabatan atau lapanga pekerjaannya kelak dapat dipilih.
f. Membandingkan apakah prestasi yang dicapai peserta didik sudah sesuai dengan
kapasitasnya atau belum.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap peserta didik memiliki kapasitas kemampuan yang berbeda.
Untuk mengetahui kapasitas kemampuan peserta didik yang berbeda tersebut, guru perlu
melakukan pendekatan-pendekatan individual, mengamati perilaku belajar dan mampu menilai
secara tepat. Bilamana di dalam evaluasi diketahui bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik tidak sesuai dengan kapasitas kemampuannya, maka guru perlu menentukan faktor-faktor
yang mungkin menjadi penghambat.
g. Untuk menafsirkan apakah seorangpeserta didik telah cukup matang untuk kita lepaskan ke
dalam masyrakat atau untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tingi.
Evaluasi yang dilakukan selama periode pendidikan tertentu akan memberikan gambaran tentang
tingkat kematangan peserta dididk. Apabila berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa apeserta
didik telah memiliki kemampuan yang disyratkan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan,
maka peserta didik tersebut dianggap mampu untuk melanjutkan pedidikanaaa ke jenjang atau
lembaga pendidikan yang lebih tinggi, atau dianggap matang untuk memasuki kehidupan di
masyarakat.
Seleksi merupakan kegiatan untuk memilih dan menetukan apakah seseorang dapat memenuhi
standar atau kreteria yang ditentukan untuk suatu jenjang pendidikan, pekerjaan/jabatan, atau jenis
kegiatan. Informasi tersebut dapat dapat diperoleh melalui evaluasi. Dalam hal ini evaluasi berperan
untuk menentukan sejauhmana seseorang dapa memenuhi kreteria yang ditentukan, karena
memalui evaluasi yang dilaksanakan akan diperoleh gambaran yang cukup jelas calon-calon mana
yang dapat memenuhi syarat untuk jenis jabatan atau pendidikan tertentu.
Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang dipergunakan dalam lapangan pendidikan
Dalam upaya mewujudkan pencapaian hasil penidikan yang optimal, disamping ditentukan berbagai
faktor lain seperti sarana dan prasarana, sumber daya manusia, biaya dan dukungan-dukungan
lainnya, juga sangat ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat sehingga memungkinkan
seluruh aktifitas dapat berlangsung secara efektif fan efisien. Meskipun di dalam proses pendidikan
kita mustahil hasil kerja yang kita capai belum dapat memberikan kepuasan sesuai denga kriteria
yang kita harapkan. Bahkan mungkin bagi sebagian pihak hasil yang dicapai jauh di bawah kriteria
yang ditentukan. Oleh sebab itu, dalam hal ini evaluasi diperlukan untuk mengkaji kembali apakah
metode yang dipilih sudah tepat. Bilamana metode yang dipilih dianggap tepat, maka perlu juga
evaluasi apakah penerapannya sudah sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, apakah segala
sumber daya pendukung sudah dapat didayagunakan dengan baik untuk mendukung efisiensi
metode tersebut.
Untuk dapat melaksanakan evaluasi secara benar, maka guru harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang baik tentang aspek- aspek berkaitan dengan evaluasi dan memiliki komitmen
untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut didalam proses pembelajaran. Kemampuan memahami
dan melaksanakan evaluasi ini menjadi tanggung jawab setiap guru. Sebagaimana diketahui kegiatan
belajar dan proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga guru harus selalu aktif
mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik, termasuk hal-hal yang berkaitan
dengan evaluasi. Dinamika peserta didik dan proses pembelajaran ini pula yang mendorong agar
setiap guru terus dituntut mengembangkan pengetahuannya, termasuk di dalam memahami dan
menggunakan bentuk-bentuk evaluasi, menganal, memahami dan mampu menggunakan alat-alat
bantu teknologi yang dapat membantu kelancaran proses dan pencapaian hasil belajar yang lebih
baik[7].
Sebagai telah kita bahas sebelumnaya bahwa evaluasi pembelajaran berkaitan denga aktivitas untuk
menentukan nilai, jas atau manfaat dari kegiatan pemebelajaran. Karena kegiatan pembelajaran
meliputi berbagai aspek kegiatan yang cukup luas, maka evaluasi pembelajaran meliputi berbagai
dimensi pula. Berikut ini beberapa bentuk evaluasi pembelajaran yang lazim dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran.
1. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif sering kali diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu
proses pemebelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh
informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Tesmer menyatakan formotive
evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for
purpose of revising the instruction to improve its effectiveness anda appeal. Pada prinsipnya
pendapat-pendapat tersebut memberi penekanan tentang maksud evaluasi formatif sebagai
kegiatan untuk mengontrol sampai seberapa jauh peserta didik telah menguasai materi yang
diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor
student progress over period of time. Indokator utama keberhasilan atau kemajuan siswa dalam
evaluasi formatif ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumukan dalam rumusan tujuan
instruksional khusus (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa
TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu
pada tingkat kematanganpeserta didik. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan
awal peserta didik dan tingkat kesulitan yang diperkirakan masih mungkin dijangkau/dikuasai
dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan
untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini
akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil
untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi
para peserta didik yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang
diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan
tertentu. Sementara bagi peserta didik yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya.
Bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi
tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas sehingga
memungkinkan mencapai standar keberhasilan yang lebih tinggi.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang
didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnnya. Winkel
mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran
tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester,
bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan
kelemahan-kelemahan yang ada pada peserta didik sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.
Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses,
maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam
hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan
prasyarat yang harus dikuasai oleh peserta didik. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk
mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru
dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap
akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang
telah dipelajarinya[8].
Istilah teknik sering ita dengar delam kehidupan kita shari-hari, “teknik-teknik” dapat kita artikan
dengan “alat-alat” jika kita kaji lebih dalam, maka arti dari istilah teknik ini adalah cara-cara atau
metode-metode. Jadi dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwasannya “teknik evaluasi
pengajaran” adalah alat-alat dan cara-cara yang digunakan dalam proses pengumpulan data tantang
hasil pembelajaran. Dalam evaluasi terdapat dua teknik, teknik tes dan teknik non tes.
1. Teknik Nontes
Tehnik non tes adalah alat penilaian yang dilakukan tanpa melaliu tes. Tesnini digunakan untuk
menilai karakteristik laid dari peserta didik, misalnya komitmen ibadah murid.[9]
b. Kuesioner (questionair).
d. Wawancara (interview).
e. Pengamatan (observation).
f. Riwayat hidup.
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Seperti
Oppenheim mengatakan: Rating gives a numerical value to some kind of judgement, maka suatu
skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
Sebagai contoh, skor atau biji yang diberikan oleh guru disekolah untuk menggambarkan tingkat
prestasi belajar anak didik. Peserta didik yang mendapatkan skor 8, digambarkan di tempat yang
lebih kanan dalam skala dibandungkan penggambaran skor 5.
4 5 6 7 8
Biasanya angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak yang sama.
Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian, skala ini
dinamakan skala bertingakat. Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan
maksud agar pencatatannya dapat objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau
penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.
1 2 3 4 5
Suka Suka
Skala sikap yang pernah disinggung dibagian terdahulu, pada umumnya disajikan dalam bentuk
bertingkat seperti dicontohkan di atas.
b. Kuesioner (questionair)
Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini
orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, penalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya,
dan lain-lain.
a) Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh responden.
b) Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh responden.
Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak,
saudara, tetangga, dan sebagainya.
a) Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Contoh:
Tanda cek (ü) dibutuhkan pada kotak didepan “Perguruan Tinggi” jika pengisi berstatus mahasiswa.
b) Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehinga responden bebas
mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila jenis jawaban akan beraneka
ragam. Misalnya, keterangan alamat responden, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih
pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat
seseorang.
Contoh:
Untuk membimbing mahasiswa ke arah terbiasa membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap
dosen menunjuk buku asing sebagai salah satu buku wajib. Bagaimana pendapat saudara? Jawab:
Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-
singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membutuhkan tanda cocok (ü) di tempat yang
sudah disediakan.
Contoh:
Berikanlah tanda (ü) pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara.
NO
Pendapat
Pernyataan
Penting
Biasa
Tidak
Penting
Melihat film
Belajar menari
Tulisan bagus
6
Berkunjung ke kawan
Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat digolongkan ke dalam
daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok
pada pilihan yang tepat.
4) Wawancara (interview)
Wawancara atau interviu (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena
dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
b) Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Dalam hali ini, responden
tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kandang-kadang
bersifat sebagai yang memimpin dan mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah
daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membutuhkan tanda cocok di tempat
yang sesuai dengan keadaan responden.
5) Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
a) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal ini pengamat
memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan
sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura.
Dengan demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang
dalam kelompok yang diamati.
Contoh:
Untuk mengamati kehidupan mahasiswa penyewa kamar, pengamata menjadi mahasiswa dan
menyewa kamar.
b) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara
sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam
observasi sistematik ini pengamat barada di luar kelompok. Dengan demikian, pengamat tidak
dibingunkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
c) Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam
hal ini, ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi
itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
6) Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya. Dengan
mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu keimpulan tentang
kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.
2. Teknik Tes
Apakah sebenarnya tes itu? Ada bermacam-macam rumusan tentang tes. Di dalam bukunya yang
berjudul evaluasi pendidikan. Amir Daien Indrakusuma mengatakan demikian:“Tes adalah suatu alat
atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan –
keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan
cepat”Selanjutnya, di dalam buku teknik-teknik evaluasi, Muchtar Bukhori mengatakan:“Tes ialah
suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu
pada seorang murid atau kelompok murid”.
Definisi terakhir yang dikemukakan di sini adalah definisi yang dikutip dari Webster’s Collegiate.“Test
= any series of questions or exercises or orther means of measuring the skill, knowledge,
intelligence, capacities of aptitudes or an individual or group.”Yang lebih kurang artinya:“tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang memiliki oleh individu atau kelompok.”
Kutipan ini sisajikan dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluatian yang di dalam buku tersebut
diterangkan pula bahwa pengertiannya dipersempit dengan menyederhanakan definisi menjadi
demikian:
Artinya:
“Tes adalah penilaian yang komprehensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi
program.”
Dari beberapa kutipan dan urian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat
pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi
karena penuh dengan batasan-batasan. Mengingat betapa pentingnya tes ini, maka uraian yang
lebih terperinci akan disampaikan secara terpisah pada bab-bab lain.
Apabila rumusan yang telah disebutkan di atas dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah,
khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur siswa dan untuk
mengukur keberhasilan program pengajaran. Dalam bagaian ini hanya akan dibicarakan tes untuk
mengukur keberhasilan siswa.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Tes diagnostik,
c. Tes sumatif.
a. Tes diagnostic
seorang guru yang baik, tentu akan merasa bahagia apabila dapat membantu siswanya sehingga
dapat mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Untuk mengetahui apakah bantuan yang diberikan sudah memadai, maka diadakan suatu penilaian.
Namun, informasi hasil penilaian ini tidak akan ada gunannya seandainya tidak digunakan untuk
bahan pertimabangan bagi tindakan selanjutnya.
Seperti halnya kerja seorang dokter, sebelum menentukan obat apa yang akan diberikan kepada si
pasien, dokter melakukan pemeriksaan secara teliti dahulu. Misalnya, memeriksa denyut nadi, suara
napas, reaksi lutut, urine, darah, dan sebagainya. Mengadakan pemeriksaan ini disebut mengadakan
diagnosis. Sedangkan mengadakan pengobatan disebut mengambarkan terapi. Demikian juga
seoarang guru terhadap siswa. Sebelum dapat memberikan bantuan dengan tepat, guru harus
mengadakan tes yang maksudnya untuk mendiagnosis. Tes ini disebutkan tes diagnostik.
Jika disejajarkan anatara pekerjaan dokter dan guru, maka akan terlihat sebagai berikut:
Dokter
Guru
Tes diagnostik
Diagnosis
Bantuan
2
Terapi
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan – kelemahan siswa sehingga
berdasaran hal tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Dengan mengingat bahwa sekolah
sebagai sebuah transformasi, maka letak tes diagnostik dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Input Output
Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon
siswa sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di
sekolah. Dalam pembicaraan tes secara umum, tes ini disebut tes penjajakan masuk yang dalam
istilah inggris disebut entering behaviour test. Dalam penggalan kecil, tes diagnostik ke-1 dilakukan
untuk mengukur tingkat penguasaaan pengetahuan dasar untuk dat menerima pengetahuan
lanjutannya. Pengetahuan dasar ini biasa disebut dengan pengetahuan bahan prasyarat
(prerequisite test.
Contoh:
Sebelum mengajarkan perhitungan untuk korelasi serial, guru harus yakni bahwa siswa sudah
menguasai perhitungan tentang rata-rata dan simpangan baku (mean dan standar deviasi). Oleh
karena itu, sebelum mulai dengan menerangkan teknik korelasi serial tersebut, guru mengdakan tes
diagnostik untuk mengetahui penguasaan siswa atas mean dan standar deviasi tersebut.
Tes diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang akan mulai mengikuti program. Apabila
cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk
pembagian kelas diperlukan uatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan di
satu kelas, atau kurang. Ini semu memerlukan informasi yang dapat diperoleh dengan cara
mengadakan tes diagnostik. Dengan demikian tes diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan
(placement test).
Tes diagnostik ke-3 dilakuakan terhadap siswa yang sedang belajar, tidak semua siswa dapat
menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, sebaiknya
sesekali melakukan tes diagnostik untuk mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang
diberikan belum dikuasai oleh siswa. Selain itu, ia harus dapat mendeteksi apa penyebabnya.
Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut, guru dapat memberikan bentuan yang diperlukan.
Tes diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan
dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.
b. Tes formatif
Dari kata frm yang merupakan dasar dari istilah formatif, maka evaluasi formatif dimaksudkan
mengetahui sejauh mana siwa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Dalam hali ini,
tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.
Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test
atau tes akhir proses.
Program
Pre-test post-test
Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.
(a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi program secara
menyeluruh.
(b) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang
dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai yang diharapkan, maka siswa merasa
mendapat “anggukan kepada” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah
dimiliki merupakan pengetahuan itu akan keberhasilan suatupelajaran akan memperbesar motivasi
siswa untuk belajar giat, agar dapat mempertahankan atau memperoleh nilai yang lebih baik lagi.
(c) Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes,
siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau
bagian mana yang belum dikuasainya. Dengan demikian, siswa akan termotivasi untuk meningkatkan
penguasaan materi pelajaran.
(d) Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian
pengetahuan, keterampilan, atau kosep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siwa dengan jelas
dapat mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang masih dirasakan sulit.
Contoh:
12
36x
72
36x
108
Dengan melihat tes yang salah ini, siswa akan diberitahu oleh guru bahwa kelemahannya tidak
terletak pada ketidakmampuan perkalian secara keseluruhan, tetapi pada pengertian nilai tempat.
Angka 3 pada 36 artinya 30 satuan. Jadi hasil perkalian yang diperoleh seharusnya digeser satu
tempat ke kiri. Setelah siswa mengetahui kelemahannya, maka ia dapat memperbaiki diri.
Dengan telah mengetahui hasil tes formatif yang diadakan, maka guru:
(a) Mengetahui sampai sejauh mana materi yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal
ini juga akan menentukan apakah guru perlu mengganti metode pengajaran (strategi) yang lama.
(b) Mengetahui bagian-bagian mana dari materi pelajaran yang belum dikuasai siswa. Apabila
bagaian yang belum dikuasai merupakan materi dasar bagi pelajaran yang lain, maka bagian itu
harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila
tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran pemberian nateri pelajaran selanjutnya, dan siwa
akan semakin tidak menguasainya.
Contoh:
Dari gambar ini dapat dilihat bahwa dari bahan III ada bagian yang belum dikuasai. Celah yang belum
dikuasai pada bagian III lebih besar dari pada bahan II dan bahan I karena bahan yang belum dikuasai
dib= bahan I akan terbawa terus dan merupakan hambatan yang membesar.
(c) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.
c. Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau
sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman disekolah, tes formatif dapat disamakan
dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang
biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester. Secara diagramis maka hungungan antara tes
formatif dengan tes sumatif ini tergambar sebagai berikut:
Pogram
Pogram
Pogram
Pogram
Pogram
F F F F F
Keterangan :
F = tes formatif
S = tes symatif
Apa bila dalm kaitannya dengn kurikulum tahun 1975 ( baik untuk SD, SMP, maupun SMA), maka tes
formatif adalah tes yang dilaksanakan sesudah berakhirnya proses belajar-mengajar tiap-tiap
subpokok bahasan, sedangkan tes sumatif diadakan pada:
Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah :
1) Untuk menetukan nilai. Apabila tes formatif digunakan terutama untuk memberikan informasi
demi perbaikan penyampaian, dan tidak untuk memberikan nilai atau penentuan kedudukan
seorang anak di antara teman-temannya (grading), maka nilai dari tes sumatif ini digunakan untuk
menentukan kedudukan anak. Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan anak-anak lain.
Asumsi yang mendasari pandangan ini adalah bahwa prestasi belajar siswa-siwa dalam sebuah kelas
akan tergambar dalam sebuah kurva normal.
Sebagai besar dari anak-anak dikelas itu akan terletak di tengah-tengah daerah kurva, yaitu
daerah :sedang”. Sebagian kecil terletak di daerah “atas” dan sebagaian lain akan terletak di daerah
“bawah”.
-3 SD -2 SD -1 SD 0 +1 SD +2 SD +3 SD
- Dari -3 SD samapi -1 SD adalah derah “bawah” atau siswa dengan prestasi rendah.
- Dari -1 SD samapi +1 SD adalah derah “bawah” atau siswa dengan prestasi cukup.
- Dari +1 SD samapi +3 SD adalah derah “bawah” atau siswa dengan prestasi tinggi.
Catatan :
Daerah kurva yang diperhitungkan hanya samapi batas -3 SD dan +3 SD walaupun masing masing
ekor dapat diperpanjang smapai tidak terhingga.
2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima
program berikutnya. Dalam hal ini, tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
Contoh:
Pada saat kenaikan kelas guru mempertimbangkan siapa saja yang kira-kira mampu mengikuti
program di kelas berikutnya. Sebagai bahan pertimbangan adalah nilai-nilai yang diperoleh,
terutama dari tes sumatif. Siswa yang sekiranya tidak mampu mengikuti program di kelas berikutnya
dipersilahkan tinggal kelas.
3) Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
(c) Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, melanjutkan sekolah, atau
memasuki lapangan kerja.
Catatan:
Kemajuan belajar ini dikenal dengan nama rapor dan ijazah (Surat Tanda Tamat Belajar, STTB).
Tentang bagaimana bentuk dan pengisiannya, akan dibicarakan di bab lain[10].
Agar evaluasi dapat berfungsi secara optimal, dapat memberikan manfaat untuk perbaikan program
dan kegiatan-kegiatan pembelajaran, maka evaluasi harus memenuhi beberapa persyaratan.
Sejumlah ahli evaluasi mengemukakan beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan evaluasi, yaitu;
Kesahihan menggantikan kata validitas (vilidity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Kesahihan juga dapat diartikan sebagai kelayakan
interprestasi terhadap hasil dari suatu instrumen evaluasi tas tes dan tidak terhadap instrumen itu
sendiri (grounlound, 1985;57 ). Nurkancana dan sumartana (1986) mengemukakan bahwa validitas
dapat ditnjau dari beberapa segi seperti dibawah ini.
Validitas ramalan dapat diartikan sebagai ketepatan dari suatu alat pengukur ditinjau dari
kemempuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapai kemudian. Sebagai contoh, tes
hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas ramalan yang tinggi, apabila hasil yang dicapai
oleh anak dalam tes tersebut betu-betul dapat memprediksikan sukses tidaknya anak dalam
perjalanan-perjalanan yang akan datang.
Validitas bandingan adalah ketepatan dari suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan
yang telah dimiliki saat ini secara nyata. Perbedaan dengan validitas ramalan adalah dilihat dari segi
waktunya.validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang akan datang, sedangkan
validitas bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang.
Cara yang dipergunakan untuk menilai validitas bandingan adalah dengan cara mengkorelasikan
hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasil-hasil yang dicapai dalam tes yang sejenis
yang telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes yang sudah distandarisasi). Tinggi
rendahnya koofisien korelasi yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya validitas tes yang akan
kita nilai kualitasnya.
Validittas isi diartikan sebagai ketetapan suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil belajar
dikatakan valid menurut validitas isi ini bilamana materi tes tersebut betul-betul dapat mewakili
secara menyeluruh (reresentatif) dari bahan-bahan pelajaran yang diberikan.
Untuk menilai apakah tes yang disusun memiliki validitas isi atau tidak, dapat dilakukan dengan
membandingkan materi tes tersebut dengan analisi rasional yang kita lakukan terhadap bahan-
bahan yang seharusnya dipergunakan dalam menyusun tes tersebut.
Validitas konstruk dapat diartikan sebagai ketepatan suatu tes ditinjau dari susunan (konstruksi) tes
tersebut. Untuk mengetahui apakah tes yang kita susun memenuhi syarat-syarat validitas konstruk
ini, maka kita harus membeandingkan susunan tes tersebut dengan syarat-syarat penyusunan tes
yang baik. Apabila tes yang dibuat telah mengacu kepada syarat-syarat penyusunan tes maka berarti
te tersebut memenuhi syarat validitas konstruk. Demikian pula sebaliknya, bilaman tes yang buat
tidak memenuhi syarat-syarat penyusunan tes, maka berarti tes tersebut tidak memenuhi validitas
konstruk ini.
Validitas ramalan (predictive validity), dan validitas bandingan (concurrent validity), disebut juga
validitas empirik (empirical validity), sebab pengujian validitas tersebut di dasarkan atas
perhitungan-perhitungan secara empiris. Sedangkan validitas isi (content validity) dan validitas
konstruk (construct validity) disebut pula validitas rasional (logical validity) sebab pengujian
terhadap validitas keduanya didasarkan atas analisis rasional (nurkancan dan sumartana (1986:130)
Kesahihan hasil evaluasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaity faktor instrumen evaluasi,
administrasi evaluasi dan penskoran, respon siswa.
Faktor yang terdapat di dalam instrumen evaluasi yang mempengaruhi instrumen evalusi di
antaranya, yaitu; ketidak jelasan petunjuk, tingkat kesulitan kosakata, dan struktur kalimat pada
instrumen evaluasi serta susunan item evaluasi yang kurang baik.
Faktor yang berkaitan dengan administrasi antara lain pengaturan waktu yang kurang tepat,
misalnya waktu yang disediakan tidak cukup, bantuan yang tidak wajar kepada peserta didik yang
minta pertolongan, menyontek saat ujian, dan penskoran jawaban essai yang tidak dapat dipercaya
karena cenderung ke arah kesahihan yang rendah.
Yaitu kecenderungan siswa untuk merespon secara cepat, atau kecenderungan merespon secara
tiba-tiba atau penggunaan gaya tertentu siswa dalam merespon item evaluasi.
2. Keterandalan (reliabilitas)
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, bahwa suatu instrumen evaluasi
mampu memberikan hasil yang tetap (arikunto, 1990). Keterandalan dapat diartikan sebagao tingkat
kepercayaan keajegan (konsistensi) hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu instrumen evaluasi.
Nrkanca dan smurtana (1986:131) menjelaskan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk
mencari taraf reliabilitas suatu tes.
a. Teknik ulangan
Teknik ulangan adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencari reabilitas suatu tes dengan cara
memberikan tes tersebut kepada sekelompok anak dalam dua kesempatan yang berlainan. Misalnya
suatu tes diberikan kepada sekelompok anak, sebut saja group A. Selang tiga hari atau seminggu
kemudian tes yang sama tersebut diberikan lagi kepada group A dengan syarat-syarat tertentu,
misalnya soal-soal dalam tes tidak dibicarakan selama waktu antara itu, situasi tempat dibuat sama
dan sebagainya. Selanjutnya skor yang diperoleh anak-anak pada kelompok pada periode pertama
dikorelasikan dengan skor yang mereka peroleh pada tes periode kedua. Besar kecilnya korelasi yang
diperoleh menunjukkan reliabilitas dari tes tersebut.
Pada teknik bentuk paralel digunakan dua bentuk tes yang ejenis (tetapi tidak indentik), baik
mengenai isinya, proses mental yang diukur, tingkat kesukaran maupun jumlah item. Kedua tes ini
diberikan kepada kelompok subyek yang sama tanpa adanya rentang waktu. Skor yang diperoleh
dari kedua tes tersebut selanjutnya dikorelasikan. Besar kecilnya koofisien korelassi yang diperoleh
menunjukkan reliabilitas dari tes tersebut.
Dalam teknik ini, tes yang telah diberikan kepada sekelompok subyek dibelah menjadi dua bagian.
Tiap-tipa bagian diberikan skor secara terpisah. Lazimnya ada dua prosedur yang dapat
dipergunakan untuk membelah dua suatu tes, yaitu;
1) Prosedur ganjil genap, artinya seluruh item yang bernomor ganjildikumpulkan menjadi satu
kelompok, dan seluruh item yang bernomor genap menjadi kelompok yang lain.
Korelasi yang diperoleh dari kedua belahan itu menunjukkan reliabilitas tes.
3. Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada kaitan dengan
instrumen evaluasi, baik dalam mempersiapkan, menggunkan mengolah hasil, menginterpretasi
hasil maupun kemudahan-kemudahan dalam penyimpanannya (diwyati dan mujiono, 1994:184)
v LATIHAN
5. Ada beberapa syarat evaluasi yang harus diterapkan. Coba anda jabarkan beberapa syarat
tersebut !
7. Diskusikan bersama rekan-rekan ana penerapan prosedur evalusi pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran yang anda kelola.
v RANGKUMAN
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting didalam seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi secara benar, guru dapat mengetahui tingkat
keberhasilan proses pembelajran yang dilakukannya, pada tiap kali pertemuan, setiap catur wulan,
setiap semester, setiap setahun. Bahkan selama berada pada satuan pendidikan tertentu.
Melakukan evaluasi ini pula guru dapat mengetahui efektifitas penggunaan metode pembelajaran,
kemampuan mengelola proses pembelajaran, kemampuan memotivasi siswa serta kemampuan
mendayagunakan sumber-sumber belajar yang tersedia.
Karena evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam proses pembelajaran, maka setiap
guru dituntut memiliki kapasitas kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil
yang diperoleh memalui kegiatan evaluasi tersebut mampu memberikan gambaran yang benar dari
tingkat kemampuan siswa. Pemahaman guru yang baik tentang hakikat, prosedur, jenis derta
prinsip-prinsip evaluasi merupakan kerangka mendasar untuk membangun kemampuan
melaksanakan evaluasi secara tepat. Pada gilirannya evaluasi yang tepat adalah evaluasi yang
dilaksanakan sesuai dengan prinsi-prinsip tertentu dan tidak terlepas dari kehususan atau
karakteristik serta tujuan pembelajaran. Ketidaktepatan didalam pelaksanaan evaluasi tidak hannya
menyebabkan kurang serasinya pelaksanaan proses pembelajaran, akan tetapi juga berakibat
rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance belajar siswa.
Evaluasi yang tepat dapat menjadi wahana untuk mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa,
menentukan tujuan pebelajaran mana yang belum dioptimaliasi pencapaiannya, merumuskan
rangking siwa, memberikan informasi kepada guru tentang ketepatan strategi pembelajaran yang
digunakan dan untuk merencanakan prosedur perbaikan perencanaan pelajaran. Masih banyak
manfaat-manfaat lainnya jika evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara tepat. Untuk mencapai
ketepatan tersebut, maka perlu diperhatikan syarat-syarat evaluasi, terutama berkaitan dengan
validitas dan reliablilitas. Disamping dua syarat mendasar tersebut juga perlu diperhatikan syarat
kepraktisan sevaluasi tanpa mengabaikan kedua syarat utama sebelumnya.
v TES FORMATIF
1. Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat di perlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan
maka yang akan didapat dalam evaluasi pembelajaran adalah …
2. Setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan
untuk memperoleh informasi atau data, kegunaan dari evaluasi pembelajaran itu sendiri adalah...
d. membantu peserta didik dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik terhadap teman-
teman sekelas.
a. evaluasi formatif
b. evaluasi sumatif
d. evaluasi diagnostik
4. Indokator utama keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi formatif ini adalah
penguasaan kemampuan yang telah dirumukan dalam rumusan tujuan instruksional khusus (TIK)
yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan
peserta didik artinya TIK harus memperhatikan …
b. Kuesioner (questionair).
c. Diagnostik
d. Wawancara (interview).
7. Observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah
diatur menurut kategorinya merupakan pengertian dari….
a. observasi partisipan
b. observasi sistematik
c. observasi ekperimental
d. observasi evaluasi
kecuali…
b. Keterandalan (reliabilitas)
c. Kepraktisan
d. Kerumitan
9. Perbedaan yang terlihat dalam Validitas bandingan (concurrent validity) dengan validitas
ramalan adalah yaitu…
a. Validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang akan datang, sedangkanvaliditas
bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang.
b. Validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang sekarang, sedangkan validitas
bandingan melihat hubungannya dengan masa yang akan dating
d. Validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang telah lampau, sedangkan validitas
bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang
10. Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada kaitan
dengan instrumen evaluasi, baik dalam mempersiapkan, menggunkan mengolah hasil,
menginterpretasi hasil maupun kemudahan-kemudahan dalam penyimpanannya yang meliputi
kecuali…
a. Kemudahan administrasi.
c. Kemudahan interprestasi
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat dibagian akhir.
Hitunglah jawaban yang benar kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan terhadap materi kegiatan belajar.
70%-79%= cukup
<70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih anda dapat meneruskan dengan kegiatan
belajarar berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80 anda harus mengulangi materi kegiatan belajar
lagi. Terutama bagian yang belum dikuasai.
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. C
4. C
5. D
6. C
7. B
8. D
9. C
10. D
GLOSARIUM
Korelasi :Hubungan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mehrens & Lehmam, 1978:5 dalam kutipan Ngalim purwanto, Prinsip-Prinsip Evaluasi
Pengajaran, (Bandung: PT remaja rosdakarya, 2002), Hal 3
[3] Suhasimin Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Penidikan (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2012), hal 1-3