Anda di halaman 1dari 6

Sebelum kita merencanakan pondasi tiang pancang kita harus mengetahui type-type

alat pancang, berat penumbuknya (hammernya) maupun kemampuan alat pancang


tersebut.

Sebab belum tentu tiap-tiap type alat pancang tersebut sesuai dengan tiang pancang
yang akan kita pancangkan, kondisi tanah setempat dan waktu yang kita perlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan pemancangan tersebut :

1) Pada pekerjaan pemancangan tiang pancang beton precast yang berat ke dalam
lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka
akan sesuai bila kita pilih alat pancang yang mempunyai :
 Berat penumbuk (hammer) yang besar.
 Tinggi jatuh pendek.
 Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang.
Dengan keadaan alat pancang seperti di atas akan diperoleh lebih banyak energi yang
disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada
kepala tiang pancang akibat pemancangan. ype alat pancang yang sesuai dengan
pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer.
2) Bila pada pemancangan tiang pancang yang ringan atau tiang pipa pada tanah padat
akan sesuai bila dipergunakan “double – Acting Hammer”. Dengan alat ini maka
kecepatan penumbukan tiang pancang akan lebih cepat bila dibandingkan dengan alat
pancang lain. Dengan demikian akan mempercepat waktu pemancangan.

Pada pemancangan tiang-tiang pancang dan baja yang berbentuk pipa tipis sering
terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan, hal ini
dapat dihindari dengan :

 Menggunakan hammer yang lebih ringan


 Memperpanjang waktu penumbukan
 Memperlebar jarak tiang (Spacing)

Waktu yang diperlukan untuk pemancangan adalah merupakan faktor yang penting
dalam pekerjaan pemancangan tiang pancang. Misalnya saja waktu pemancangan
yang diperlukan untuk pemancangan tiang dengan alat pancang drop – hammer relatif
lebih lama jika dibandingkan dengan alat-alat pancang type lain. Jadi jelaslah bahwa
pemilihan type alat pancang sangat besar pengaruhnya pada perencanaan dan
pelaksanaan pekerjaan pemancangan tiang pancang. PEmilihan berat penumbuk
(hammer) tergantung pada berat tiang pancang yang akan dipancang.

Hubungan antara berat penumbuk (hammer) dengan berat tiang pancang :

B = 0,5 P + 600 kg *)
Diaman :

B = Berat palu penumbuk (hammer) (kg)

P = Berat tiang pancang (kg)


Jadi misalnya pada pemancangan tiang pancang beton precast dengan ukuran 35 x 35
panjang 15 m maka penumbuk (hammer) yang diperlukan beratnya setidak-tidaknya :

B = 0,5 x 0,35 x 0,35 x 15 x 2400 + 600 = 2805 kg = 2,8 ton

dikutip :

Pondasi tiang pancang jilid 1 , Ir .Sardjono HS.


Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak
beton. Disamping itu dengan menggunakan metode ini akan diperoleh
cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya
murah.
Metode pengujian ini dilakukan dengan menggunakan memberikan
beban intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan
suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya
tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut padaa saat
terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan
indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi. Alat ini sangat berguna untuk
mengetahui keseragaman material beton pada struktur, karena
kesederhanaanya, pengujian menggunakan alat ini sangat cepat
sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang
singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan
beton misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu
dekat permukaan. Oleh karena itu diperlukan pengambilan beberapa
kali pengukuran disekitar lokasi pengukuran yang kemudian hasilnya
dirata-ratakan. British standards (BS) mensyaratkan pengambilan
antara 9 sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian
seluas maksimum 300 mm persegi.
Secara umum alat ini dapat digunakan untuk :

1. Memeriksa keseragaman kualitas beton pada struktur


2. Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton

SPESIFIKASI
Spesifikasi tentang alat ini dapat dilihat pada BS4408 pt.4 atau ASTM
G80S-89
1. Kelebihan dan Kekurangan “Hammer Test”
Kelebihan :
 Murah
 Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat
 Praktis (mudah digunakan)
 Tidak merusak

Kekurangan :

 Hasil pengujian dipengaruhi kerataan permukaan, kelembaban beton,


sifat-sifat dan jenis agregat, derajat karbonisasi dan umur beton. Oleh
karena itu perlu diingat bahwa beton yang akan diuji harus dari jenis
dan kondisi yang sama.
 Sulit mengkalibrasi hasil pengujian
 Tingkat keandalannya rendah
 Hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton pada
permukaan

2. Kalibrasi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak sekali variabel yang
berpengaruh terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan peralatan
hammer. Oleh karena itu sangat sulit untuk mendapatkan diagram
kalibrasi yang bersifat umum yang dapat menghubungkan parameter
tegangan beton sebagai fungsi dari pada jumlah skala pemantulan
hammer dan dapat diaplikasikan untuk sembarang beton
Jadi diagram kalibrasi sebaiknya berbeda untuk setiap jenis campuran
beton yang berbeda. Oleh karena itu setiap jenis beton yang berbeda
perlu diturunkan diagram kalibrasi dan perlu dilakukan pengujian tekan
sample hasil coring untuk setiap jenis beton yang berbeda dari struktur
yang sedang ditinjau. Hasil uji coring tersebut kemudian dijadikan
sebagai konstanta untuk mengkalibrasikan bacaan yang didapat dari
peralatan hammer tersebut.
Jadi penggunaan diagram kalibrasi yang dibuat oleh produsen alat uji
hammer sebagainya dihindarkan, karena diagram kalibrasi tersebut
diturunkan atas dasar pengujian beton dengan jenis dan
ukuran agregat tertentu, bentuk benda uji yang tertentu dan kondisi test
yang tertentu.
PERSIAPAN DAN TATA CARA PENGUJIAN
1. Persiapan
 Menyusun rencana jadwal pengujian, mempersiapkan peralatan-
peralatan serta perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan
 Mencari data dan informasi termasuk diantaranya data tentang letak
detail konstruksi, tata ruang dan mutu bahan konstruksi selama
pelaksanaan bangunan berlangsung
 Menentukan titik test
 Titik test untuk kolom diambil sebanyak 5 (lima) titik, masing-masing
titik test terdiri dari 8 (delapan) titik tembak, untuk balok diambil
sebanyak 3 (tiga) titik test masing-masing titik terdiri dari 5 (lima)
titik tembak sedangkan pelat lantai diambil sebanyak 5 (lima) titik test
masing-masing terdiri dari 5 (lima) titik tembak

2. Tata Cara Pengujian

 Sentuhkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test


pada titik-titik yang akan ditembak dengan memegang hammer
sedemikian rupa dengan arah tegak lurus atau miring bidang
permukaan beton yang akan ditest
 Plunger ditekan secara perlahan-lahan pada titik tembak dengan tetap
menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger
akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger
terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal
hammer
 Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang
telah ditetapkan semula dengan cara yang sama
 Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu
hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang
terdapat pada alat hammer sehingga memotong kurva yang sesuai
dengan sudut tembak hammer
 Besar kekuatan tekan beton yang di test dapat dibaca pada sumbu
vertikal yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu
vertikal

Oleh karena itu mutu beton yang dinyatakan dengan kekuatan


karakteristik α bk didasarkan atas kekuatan tekan beton yang diperoleh
pada saat pengetesan yang dilaksanakan perlu dikonversi menjadi
kekuatan tekan beton umur 28 hari.
Hubungan Antara
Nilai Pantul Dengan Kekuatan Tekan Beton

Anda mungkin juga menyukai