ABSTRAK Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik di
Indonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola
bakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yang
berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah
RSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metode
observasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat Bedah
RSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien,
tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udara
ruangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitas
antibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisis
secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 64 spesimen yang diperoleh, 36 spesimen
(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28
spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteri
ditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogen
sebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagai
penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalah
Staphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli dan Acinetobacter
sp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensi
menyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikuti
dengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitif
terhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan
85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehingga
bakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanya
sensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasil
ESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongan
cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter sp
sudah resisten terhadap antibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan
meropenem namun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin.
159 ZINATUL HAYATI, AZWAR, IRA PUSPITA
Infeksi nosokomial atau dikenal juga nosokomial. Sementara itu Amerika Serikat
dengan infeksi dapatan rumah sakit (Hospital ada sekitar 2 juta kasus pertahun (Weinstain,
Acquired Infection/ HAIs) masih menjadi masa- 2001). Data kejadian infeksi nosokomial di
lah serius di rumah sakit baik di Indonesia Malaysia dan Taiwan dilaporkan masing-
maupun di dunia. Saat ini infeksi nosokomial masing sebanyak 12,7% dan 13,8% (Ginting,
merupakan komplikasi terbanyak yang di- 2006). Sumber penularan utama infeksi
alami pasien yang sedang dalam perawatan nosokomial adalah melalui tangan, jarum
di rumah sakit (Ginting, 2006). Infeksi suntik, kateter intravena, kateter urin, kain
nosokomial diperkirakan menyebabkan 2 juta kasa atau perban, cara keliru dalam mena-
infeksi, 90.000 kematian dan kerugian sebesar ngani luka, peralatan operasi yang ter-
4,5 sampai 5,7 miliar dolar per tahun (Burke, kontaminasi, dan lain-lain (Zulkarnain, 2006).
2009).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh
WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari
Correspondence:
55 rumah sakit di 14 negara yang berasal dari Dr. dr. Zinatul Hayati, M.Kes, SpMK(K), Faculty of Medicine,
Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan SYIAH KUALA UNIVERSITY, Banda Aceh, e-mail:
Pasifik menunjukkan adanya infeksi hayatikarmil@gmail.com
POLA DAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIK BAKTERI YANG BERPOTENSI SEBAGAI PENYEBAB INFEKSI 160
NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT BEDAH RSUDZA BANDA ACEH
Infeksi nosokomial kebanyakan di- hidung dan luka pasien, swab tangan dan
sebabkan oleh mikroorganisme yang umum- hidung tenaga kesehatan, swab peralatan
nya kuman komensal pada manusia yang yang digunakan, swab mobiler ruangan, dan
sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan udara di ruangan.
infeksi pada orang sehat. Kuman yang
tersering menyebabkan infeksi nosokomial Pengambilan Spesimen
antara lain adalah Staphylococcus aureus, Spesimen diambil dengan cara me-
Proteus, Escherichia coli, Klebsiella, dan mutar kapas lidi steril 360° pada daerah yang
Pseudomonas yang sering menyebabkan ke- akan dilakukan swab kemudian dimasukkan
kebalan terhadap obat (Sjamsuhidayat and ke dalam media transport steril yang telah
Jong, 2005; Kumar et.al, 2007). Dibanding diberi label lalu dibawa ke Laboratorium
dengan kuman yang sama yang ada di Mikrobiologi Klinik. Sedangkan pengambilan
masyarakat (community acquired), kuman spesimen yang berasal dari udara dilakukan
penyebab infeksi nosokomial lebih resisten dengan meletakkan cawan petri berisi media
terhadap antibiotik yang sama. Untuk Blood Agar (BA) dan Mac Conkey Agar (MCA)
penyembuhan infeksi nosokomial perlu dalam keadaan terbuka di ruangan dan di-
diberikan antibiotik yang lebih poten atau diamkan selama 30 menit, kemudian diinku-
kombinasi antibiotik (Zulkarnain, 2006). basi selama 18-24 jam dalam inkubator.
Pasien pasca tindakan invasif me-
miliki kerentanan terhadap infeksi sekunder. Isolasi Bakteri
Hal ini menjadikan bangsal bedah sebagai Spesimen yang ada dalam media
salah satu tempat di rumah sakit yang transport ditanam dengan cara streak methode
berkontribusi atas timbulnya resistensi pada media BA dan MCA untuk menumbuh-
antibiotik dan penyebaran infeksi oleh bakteri kan bakteri. Media tersebut dimasukkan
yang telah resisten terhadap antibiotik dalam inkubator selama 24 jam pada suhu
(Harniza, 2009). 37°C. Koloni yang tumbuh dilakukan iden-
Sampai saat ini belum ada data me- tifikasi bakteri melalui uji biokimia dan uji
ngenai pola kuman penyebab infeksi noso- serologi.
komial maupun sumber-sumber penularan
yang berpotensi menyebabkan infeksi noso- Uji Sensitivitas Antibiotik
komial di RSUDZA Banda Aceh. Berdasarkan Uji sensitivitas antibiotik dilakukan
latar belakang tersebut, maka penelitian ini dengan metode difusi cakram Kirby Bauer
dilakukan untuk mengetahui pola bakteri sesuai dengan rekomendasi Clinical Laboratory
yang berpotensi sebagai penyebab infeksi Standards Institute (CLSI) tahun 2010. Caranya
nosokomial pada pasien yang dirawat di adalah 1 koloni bakteri disuspensikan ke
ruang bedah RSUDZA dan tingkat sensiti- dalam 5 ml NaCL 0.9% steril. Selanjutnya
vitas bakteri terhadap antibiotik. disetarakan dengan suspensi kuman dengan
Turbidity Standard McFarland 0,5. Suspensi
BAHAN DAN CARA KERJA bakteri ini diusapkan dengan perlahan pada
seluruh permukaan lempeng agar Mueller-
Jenis penelitian ini adalah penelitian Hilton sampai rata dengan menggunakan
survey (deskriptif) melalui metode obser- kapas lidi steril. Cakram antibiotik diletakkan
vasional laboratorium. Spesimen penelitian secara aseptik di atas permukaan lempeng
diambil dari Ruang Rawat Bedah Pria agar kemudian diinkubasi pada suhu 37C
RSUDZA yang terdiri dari swab tangan, selama 18-24 jam. Setelah diinkubasi daerah
161 ZINATUL HAYATI, AZWAR, IRA PUSPITA
di sekitar cakram yang tidak ditumbuhi Sebagian besar dari bakteri yang tumbuh
bakteri diukur dengan menggunakan adalah bakteri non patogen (Tabel 3).
penggaris. Pembacaan dan evaluasi kepekaan
mengikuti petunjuk CLSI. Tabel 1. Hasil pengumpulan spesimen
Tabel 4. Hasil identifikasi bakteri patogen dan non patogen dari berbagai sumber spesimen
Golongan Bakteri
Bakteri Positif Gram Bakteri Negatif Gram
Asal Total
Staph P. aeru Acineto
isolat S. aureus E. coli
sp ginosa bacter
n % n % n % n % n % n %
Pasien 3 23 9 69 1 8 0 0 0 0 13 100
Tenaga
1 20 5 80 0 0 0 0 0 0 6 100
Kesehatan
Mobiler
3 20 10 66 0 0 1 7 1 7 15 100
Ruangan
Udara 0 0 4 100 0 0 0 0 0 0 4 100
Total 7 18.42 28 73.68 1 2.63 1 2.63 1 2,63 38 100
Ket.: n = jumlah spesimen
163 ZINATUL HAYATI, AZWAR, IRA PUSPITA
Tabel 5. Hasil uji sensitivitas Staphylococcus Tabel 7. Hasil uji sensitivitas antibiotik E. coli
aureus E. coli
Staphylococcus aureus Antibiotik n S R
Antibiotik n S R Jml Isolat % Jml Isolat %
Jumlah Jumlah SXT 1 - - 1 100
% %
Isolat Isolat AMP 1 - - 1 100
CTX 7 3 42.85 4 57.14 CIP 1 1 100 - 100
CXM 7 3 42.85 4 57.14 TE 1 1 100 - 100
CRO 7 3 42.85 4 57.14 MEM 1 1 100 - 100
CAZ 7 2 28.57 5 71.42 CAZ 1 1 100 - 100
OX 7 - - 7 100 CRO 1 1 100 - 100
AMC 7 3 42.85 4 57.14 CXM 1 1 100 - 100
CN 7 3 42.85 4 57.14 KF 1 1 100 - 100
CIP 7 3 42.85 4 57.14 CTX 1 1 100 - 100
MEM 7 3 42.85 4 57.14 CN 1 1 100 - 100
TE 7 2 28.57 5 71.42 Keterangan:
SXT : Trimethoprim sulfamethoxazole
DA 7 6 85.71 1 14.28 AMP : Amphycillin CRO : Ceftriaxone
VA 7 7 100 - - CIP : Ciproloxacin CXM : Cefuroxime
Keterangan: TE : Tetrasiklin KF : Choramphenicol
CTX : Cefotaxime CN : Gentamicin MEM : Meropenem CTX : Cefotaxime
CXM : Cefuroxime CIP : Ciprofloxacin CAZ : Ceftazidime CN : Gentamicin
CRO : Ceftriaxone MEM : Meropenem n: jumlah spesimen, S: sensitif, R: resisten
CAZ : Ceftadizime TE : Tetraxyclin
OX : Oxacillin DA : Clindamisin
AMC : Amoxycillin VA : Vankomisin
Tabel 8. Hasil uji sensitivitas antibiotik
n: jumlah spesimen, S: sensitif, R: resisten Acinetobacter sp
Acinetobacter
Tabel 6. Hasil uji sensitivitas P. aeruginosa
Antibiotik n S R
Pseudomonas aeruginosa Jumlah Jumlah
% %
Antibiotik n S R Isolat Isolat
Jumlah Jumlah TIM 1 - - 1 100
% %
Isolat Isolat CAZ 1 - - 1 100
TIC 1 - - 1 100 CTX 1 - - 1 100
TIM 1 - - 1 100 CRO 1 - - 1 100
CAZ 1 - - 1 100 MEM 1 - - 1 100
CTX 1 - - 1 100 CN 1 1 100 0 -
CRO 1 - - 1 100 TOB 1 1 100 0 -
MEM 1 1 100 - - CIP 1 - - 1 100
CN 1 - - 1 100 SXT 1 - - 1 100
TOB 1 - - 1 100 TE 1 - - 1 100
CIP 1 - - 1 100 Keterangan:
Keterangan: TIM : Ticarcillin-clavulanic acid
TIC : Ticarcillin MEM : Meropenem SXT : Trimethhoprim-sulfamethoxazole
CAZ : Ceftazidime CN : Gentamicin CAZ : Ceftazidim CN : Gentamicin
CTX : Cefotaxime TOB : Tobramicin CTX : Cefotaxim TOB : Tobramicin
CRO : Ceftriaxone CIP : Ciprofloxacin CRO : Ceftriaxon CIP : Ciproloxacin
TIM : Ticarcillin-clavulanic acid MEM : Meropenem TE : Tetracyclin
n: jumlah spesimen, S: sensitif, R: resisten n: jumlah spesimen, S: sensitif, R: resisten
POLA DAN SENSITIVITAS ANTIBIOTIK BAKTERI YANG BERPOTENSI SEBAGAI PENYEBAB INFEKSI 164
NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT BEDAH RSUDZA BANDA ACEH
Hasil uji senstivitas antibiotik pasien. Spesies bakteri ini biasanya terdapat
Acinetobacter sp ditemukan bakteri ini telah di lingkungan rumah sakit yang lembab.
resisten terhadap tetracyclin, trimethhoprim- Bakteri ini dapat membentuk koloni pada
sulfamethoxazole, ceftazidim, cefotaxim, manusia normal dan menyebabkan penyakit
ceftriaxon, ciproloxacin, ticarcillin-clavulanic bila daya tahan tubuh pejamu abnormal
acid, dan meropenem, namun demikian (Brooks et al., 2003). Tabel 6 menunjukkan
masih sensitif terhadap gentamicin dan bahwa P. aeruginosa yang diperoleh
tobramicin (Tabel 8). merupakan bakteri penghasil Extended
Spectrum Beta Lactamase (ESBL). Bakteri
PEMBAHASAN penghasil ESBL digolongkan ke dalam
bakteri multi-drug resistant, hal ini disebabkan
Hasil penelitian memperlihatkan karena bakteri tersebut telah resisten
banyak bakteri yang terisolasi, tetapi tidak terhadap antibiotik golongan sefalosporin
semua bakteri tersebut merupakan bakteri generasi-3 (ceftazidime, cefotaxime dan
patogen. Sebagian besar dari bakteri yang ceftriaxone) dan golongan fluoroquinolon
tumbuh adalah bakteri non patogen. Bakteri namun masih sensitif terhadap meropenem
dikatakan patogen bila tumbuh lebih dari ¼ (Jonathan, 2005).
luas media tanam sedangkan bakteri non Infeksi yang diakibatkan oleh bakteri
patogen akan tumbuh kurang dari ¼ luas penghasil ESBL dalam beberapa dekade
media (Baron et al., 1994). terakhir dilaporkan semakin meningkat. Di
Tabel 4 menunjukkan bahwa spesies Indonesia sendiri, terutama di RSUP Dr.
bakteri yang paling banyak ditemukan dari Kariadi Semarang, selama kurun waktu 2004-
berbagai sumber adalah Staphylococcus aureus 2005 didapatkan proporsi bakteri penghasil
yaitu sebanyak 7 isolat. Staphylococcus aureus ESBL sebesar 50,6%. Infeksi oleh bakteri ini
adalah patogen rumah sakit yang paling memberikan akibat yang signifikan bagi
penting dan paling banyak ditemukan. pasien rawat inap dikarenakan pilihan terapi
Bakteri ini merupakan patogen utama pada infeksi untuk bakteri penghasil ESBL sangat
manusia (Madigan et al., 2003 dan Brooks et terbatas sehingga infeksi oleh bakteri ini
al., 2007). Bakteri MRSA merupakan salah menyebabkan angka mortalitas yang lebih
satu bakteri utama yang mengalami resistensi tinggi pada pasien rawat inap (Pajariu, 2010).
terhadap antibiotik di rumah sakit yang Pseudomonas aeruginosa yang diisolasi dari
mengancam keberhasilan pengobatan. infeksi nosokomial memang sering resisten
Bakteri ini sebenarnya tidak lebih berbahaya terhadap berbagai antibiotik sehingga
atau virulen dibandingkan S. aureus yang menyulitkan pengobatan (Madigan, John,
sensitif metisilin, namun bila terjadi infeksi and Jack, 2003).
maka penanganannya akan sulit dilakukan. Bakteri E. coli ditemukan 1 isolat yang
Mekanisme resistensi dapat terjadi dengan berasal dari mobiler ruangan. Penelitian yang
adanya mutasi dari gen resisten atau didapat dilakukan oleh Harniza di bangsal bedah
dari gen baru. Gen baru yang menjadi RSCM menunjukkan bahwa persentase
perantara timbulnya resistensi umumnya bakteri E. coli menempati urutan kedua
dibawa dari sel ke sel melalui elemen genetik terbanyak setelah S. aureus. Hasil uji
seperti plasmid, transposon dan bakteriofaga sensitivitas antibiotik bakteri E. coli yang
(Yuliati, 2002). ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan
Bakteri Pseudomonas aeruginosa di- bahwa bakteri ini masih sensitif terhadap
temukan sebanyak 1 isolat yang berasal dari cefuroxime, ceftazidime, ceftriaxone,
165 ZINATUL HAYATI, AZWAR, IRA PUSPITA
Madigan MT, John MM, and Jack P 2003. Brock biology of Umum Daerah dr. Zainoel Abidin. Skripsi. FK
Microorganisms. 10th ed. New Jersey: Pearson UNSYIAH. Banda Aceh.
Education International. Yuliati 2005. Deteksi Gen MecA Pada Methycillin
Pajariu A 2010. Infeksi Oleh Bakteri Penghasil Extended- Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Dengan
Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Di RSUP Dr. Kariadi Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Tesis. FK UI.
Semarang: Faktor Risiko Terkait Penggunaan Jakarta.
Antibiotik. Skripsi. FK UNDIP. Semarang. Weinstain RA 2001. Controlling Antimicrobial
Sjamsuhidajat R, and Jong WD 2005. Infeksi p:64. Resistance in Hospitals: Infection Control and Used
Dalam: Buku-Ajar Ilmu Bedah. Balai Penerbit FKUI. of Antibiotics. Emerging Infectious Diseases. 7 (2): 188-
Jakarta. 192
Syahputra A 2011. Pola Kuman Dan Sensitivitas Bakteri Zulkarnain I 2006. Infeksi Nosokomial p:1749-1751.
Yang Berpotensi Sebangai Penyebab Infeksi Dalam: Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Nosokomial Di Intensive Care Unit Rumah Sakit Dalam III. Edisi ke-4. FKUI. Jakarta.