Anda di halaman 1dari 3

Qolallahu ta’ala fii kitabihil karim:

Hadirin Rohimakumulloh...

Mungkin dari kita banyak yang bertanya ‘padahal dia adalah seorang yang banyak dosa, kok
bisa kaya dan sukses ya?’ Jangan heran dulu, karena mungkin saja semua karunia yang ia
terima adalah ‘Istidraj’ dari Allah SWT. Secara bahasa Istidraj diambil dari
kata ‘daraja’ yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Secara bahasa
Istidraj artinya suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam keadaan
terus menerus bermaksiat pada Allah. Istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai
‘hukuman’ yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung. Allah SWT
biarkan orang ini dan tidak disegerakan azabnya.

Allah berfirman dalam Surat Al Qolam (68) ayat 44:

“Kel
ak akan Kami hukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang
tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44).

Menanggapai fenomena istidraj ini, Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ahmad:

“Apabi
la engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia
masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” (HR.
Ahmad)

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am (6) ayat 44

Artinya, “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-
tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa” (QS. Al-An’am: 44).
Hadirin yang berbahagia. Sederhananya, jika melihat orang yang secara agama ibadahnya
buruk, sementara maksiat kepada Allah dan manusia jalan terus, lalu rezekinya Allah berikan
melimpah, kesenangan hidup begitu mudah ia dapatkan, tidak pernah sakit dan celaka,
panjang umur, bahkan Allah berikan kekuatan pada fisiknya. Maka, waspadalah sebab bisa
jadi itu adalah istidraj baginya dan bukan kemuliaan.

Di antara tanda hamba yang mengalami istidraj itu antara lain;


1. Pertama, terus melakukan kemaksiatan tapi kesuksesan justru semakin melimpah. Ali
Bin Abi Thalib ra berkata, “Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat
Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-
menerus melakukan maksiat kepadaNya”

2. Kedua, semakin kikir justru hartanya semakin melimpah. Padahal dalam Al-Qur’an pun
sudah jelas ancaman yang diberikan oleh Allah kepada orang2 yang kikir dan merasa
bahwa harta yang ditumpuknya akan menjadi pengokoh posisi serta penyelamat baginya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Humazah (104) ayat 1 – 4:

Artinya: Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela  yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitungnya  dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya 
sekali-kali tidak! Kelak dia akan dilemparkan ke dalam neraka Hutamah (Qs.Al-
Humazah)

3. Ketiga, jarang sakit. Imam Syafi’i berkata, “Setiap orang pasti pernah mengalami
sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit, lihatlah ke
belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.” Bisa jadi ia tidak pernah sakit
karena berbuat syirik memuja dan bersekutu dengan jin atau setan. Kalaupun bukan
karena itu, jelas ada sesuatu yang menyimpang dalam dirinya.

Ibnu Athaillah berkata, “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah,
sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu
semata-mata istidraj oleh Allah.

Hadirin Rohimakumullah, demikian lah khotbah yang dapat saya sampaikan. Semoga kita
dapat terhindar dari fenomena Istidraj ini dan kita selalu dikuatkan oleh Allah dalam
menjalani kehidupan ini. Aamiin...

Anda mungkin juga menyukai