Istidraj adalah pemberian nikmat Allah kepada manusia yang mana pemberian itu
tidak diridhaiNya dan kejadian luar biasa yang diberikan kepada orang fasik yang
mengaku sebagai wakil Tuhan dengan mengemukakan berbagai dalil untuk
menguatkan kebohongannya.
Hal itu seperti yang disebutkan dalam firman Allah: “Nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak
mereka ketahui”. (Al-Qalam: 44)
2. Makar.
Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Maka tidak ada yang terhindar dari tipu daya
Allah kecuali orang yang rugi”. (Al-‘Araf: 99) Allah berfirman: “Dan mereka
berbuat tipu daya, maka Allah membalas mereka dengan tipu daya yang serupa
dan Dia sebaik-baik yang membuat balasan” (Ali ‘Imran: 54)
Dalam firman Allah disebutkan: “Mereka berusaha menipu Allah, padahal Allah
yang menipu mereka” (An-Nisaa’:142) Allah berfirman: “Mereka akan menipu
Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri,
tetapi mereka tidak merasakannya”. (Al-Baqarah: 9)
Firman Allah: “Dan janganlah orang-orang kafir itu mengira bahwa pemberian
tangguh bagi mereka itu memberi kebaikan bagi mereka, tetapi hal itu terjadi agar
mereka makin bertambah dosa-dosanya” (Ali ‘Imran: 178)
Allah berfirman:
“Sampai ketika mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka,
maka Kami siksa mereka dengan cara yang mendadak” (Al-‘Anaam: 44) Allah
berfirman: “Fir’aun dan bala tentaranya menyombongkan diri di permukaan bumi
tanpa alasan yang dibenarkan, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan
kembali kepada Kami, maka Kami menyiksanya dan bala tentaranya, kemudian
Kami menenggelamkan mereka di dalam laut” (Al-Qisas: 33)
Tetapi bagaimana dengan ada orang yang sembahyang 5 waktu sehari semalam,
bangun tengah malam bertahajjud, melakukan puasa sunnah, namun hidup mereka
biasa saja bahkan yang hidupnya dalam kefakiran. Lalu bagaimana dengan orang
yang seumur hidup tidak pernah melakukan ibadah shalat, puasa, dan ibadah
lainnya namun memiliki harta yang banyak, rumah mewah dan lain-lain. Bila kita
tanya pada mereka, apa kamu takut mati? Lalu ia berkata, “Alaah, orang lain pun
mati juga, kalau masuk neraka kan ramai-ramai”.
Manusia istidraj - Manusia yang lupa daratan. Walaupun berbuat maksiat, dia
merasa Allah menyayanginya. Mereka memandang hina kepada orang yang
beramal. "Dia itu siang malam ke masjid berjalan kaki, sepeda pun tak mampu
beli, sedangkan aku ke night club pun dengan mobil mewah. Tanpa perlu
bersusah-payah beribadah pun rezeki datang belimpah-ruah. Jika mereka sedikit
beribadah sepertiku pasti mereka akan kaya, katanya sombong." Padahal
sebenarnya, kadang-kadang Allah memberikan nikmat yang banyak dengan
tujuan untuk menghancurkannya.
Fir’aun diberi kenikmatan yang tak terkira, tidak pernah sakit, bersin pun tidak
pernah karena Allah memberinya kesehatan. Jika orang lain selalu sakit, maka
Fir’aun pada saat itu tidak pernah sakit, jika orang lain mati, maka dia balsam
mayat-mayat mereka menjadi mumi agar hidup kekal, hingga mereka angkuh dan
lupa diri hingga mengaku dirinya Tuhan. Tapi dengan nikmat itulah Allah
binasakan dia.
Namrud, yang mencoba membakar Nabi Ibrahim. Betapa besar pangkat Namrud?
Dia begitu sombong dengan Allah, akhirnya menemui ajalnya hanya disebabkan
seekor nyamuk masuk ke dalam lubang hidungnya.
Tidak ada manusia hari ini sekaya Qarun. Anak kunci gudang hartanya saja
dibawa oleh 40 ekor unta. Akhirnya dia ditenggelamkan bersama hartanya akibat
takabur. Jadi kalau kita kaya, jangan sangka Allah menyayangi kita, Qarun pun
kaya, namun akhirnya binasa juga. Jadi, jika kita berfikir betul-betul, maka
terjawablah segala keraguan yang mengganggu fikiran kita.
Mengapa orang kafir kaya, dan orang yang berbuat maksiat hidup senang dan
mewah. Pemberian yang diberikan oleh Allah pada mereka bukanlah yang
diridhaiNya. Ternyata semua itu bertujuan untuk menghancurkan mereka semua.
Untuk apa hidup ini tanpa keridhaanNya? Tetapi janganlah menganggap orang
kaya raya yang rajin beribadah dan memakmurkan masjid kita katakan istidraj.
Orang berpangkat dan orang-orang besar, istidraj. Jangan! Orang yang
menggunakan nikmatnya untuk kebajikan untuk mengabdi kepada Allah bukanlah
istidraj. Dan jangan pula kita tidak menginginkan kekayaan. Kalau hendak
selamat, hidup kita mesti ada pegangan yang diridhai oleh Allah subhanahu
wata'ala. Bukan kaya yang kita cari, juga bukan miskin yang kita cari.
Tujuan hidup kita adalah mencari keridhaan Allah. Bagaimana cara untuk
mendapatkan nikmat yang diridhai oleh Allah? Yaitu seseorang harus menyadari
hakikat yang sebenarnya tentang nikmat yang diterimanya yaitu apabila dia
mendapat kenikmatan maka dia bersyukur. Dia menggunakan rijkinya di jalan
kebaikan dan senantiasa ridha dan ikhlas mengabdikan diri kepada Allah. Maka
segala limpahan karunia yang diperolehnya itu adalah nikmat pemberian yang
diridhai Allah. Bila tujuan hidup kita untuk mencari keridhaan Allah, niscaya
selamatlah kita di dunia dan akhirat.
Wallahu’alam.