Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia yang perkembangannya
semakin baik seiring dengan berjalannya perkembangan zaman. Perkembangan
pariwisata yang meningkat menyebabkan munculnya pembangunan fasilitas
akomodasi pariwisata seperti hotel, restoran dan fasilitas lainnya. Peningkatan
pembangunan fasilitas ini memberikan dampak positif seperti meningkatnya
lapangan pekerjaan serta meningkatnya kegiatan perekonomian pada daerah
tersebut. Akan tetapi, peningkatan pembangunan fasilitas ini juga memiliki
dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas
lingkungan ini dapat disebabkan oleh adanya pembangunan masif yang
menghabiskan banyak ruang terbuka, peningkatan volume limbah padat dan cair
yang berpotensi membuat lingkungan tercemar, serta permasalahan lingkungan
lainnya.

Permasalahan lingkungan akibat industri pariwisata ini telah menjadi


permasalahan yang menjadi pembicaraan genting di skala internasional. Dalam
berbagai kegiatan konferensi dunia telah dibahas mengenai bagaimana suatu
industri pariwisata dapat menciptakan sebuah pembangunan berkelanjutan yang
mengedepankan pembangunan aspek sosial dan lingkungan. Upaya industri
pariwisata mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan bentuk
pengelolaan/manajemen lingkungan akan distandarisasi dalam berbagai
penghargaan bergengsi, seperti Green Globe Award, Indonesia Sustainable
Tourism Award (ISTA), Tri Hita Karana Award dan berbagai penghargaan
lainnya. Hal ini difungsikan sebagai pendorong industri pariwisata untuk
meningkatkan upaya manajemen lingkungan dalam mewujudkan pembangunan
pariwisata berkelanjutan.

Hal ini dilakukan oleh suatu industri pariwisata yakni PT. Indonesia Tourism
Development Corporation yang menaungi berbagai kawasan pariwisata di
Indonesia, salah satunya adalah kawasan pariwisata The Nusa Dua. Kawasan
pariwisata yang berlokasi di Provinsi Bali, Nusa Dua ini merupakan pusat
kawasan pariwisata yang sudah berstandar internasional pada seluruh fasilitas
yang terdapat di dalamnya. Dengan sekitar 19 hotel berbintang yang memiliki
jumlah kamar sekitar 4.000 kamar, kawasan ini dikelola dengan konsep
berwawasan lingkungan. Konsep ini diterapkan salam seluruh aspek manajemen
lingkungan yang terdapat dalam kegiatan pariwisata seperti pengolahan limbah
cair dan padat, pelestarian alam dan makhluk hidup serta penghematan
pemanfaatan sumber daya alam.

Berdasarkan uraian di atas, kawasan pariwisata The Nusa Dua ITDC merupakan
kawasan pariwisata yang manajemen lingkungannya menarik untuk diteliti.
Bagaimana manajemen lingkungan yang dilakukan oleh kawasan industri ini
sehingga bisa memenangkan berbagai penghargaan seperti Tri Hita Karana
Awards dan Indonesia Sustainable Tourism Awards.

1.2. Tujuan Penulisan


Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui manajemen lingkungan pada
industri pariwisata yang dilakukan oleh kawasan pariwisata The Nusa Dua ITDC.
BAB II
PEMBAHASAN

The Nusa Dua ITDC merupakan salah satu bentuk pengembangan kawasan
pariwisata terbaik di Indonesia. Kawasan pariwisata ini sejak awal telah dibangun
dengan menerapkan berbagai prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan,
seperti desain zona tata ruang, batas garis pantai, serta desain pemanfaatan
lingkungan. Kawasan ini dibangun oleh ITDC setelah mengambil alih daerah
pesisir pantai yang pada awalnya tidak memiliki daya tarik wisata yang kemudian
diubah sehingga mampu menarik wisatawan lokal dan mancanegara serta mampu
untuk menjadi tuan rumah event-event bergengsi seperti pertemuan atau pameran
yang berskala nasional maupun internasional.

Berdasarkan studi literatur dari laman The Nusa Dua ITDC serta paper-paper
lainnya yang membahas mengenai manajemen lingkungan yang dilakukan oleh
kawasan pariwisata ini, didapat beberapa bentuk manajemen lingkungan yang
dilakukan oleh The Nusa Dua ITDC. Manajemen lingkungan tersebut meliputi
manajemen air limbah industri, manajemen pemanfaatan sumber daya serta
manajemen pemberdayaan lingkungan alam sekitar kawasan pariwisata.

2.1. Manajemen Air Limbah Industri


Sebagai suatu industri pariwisata, kebutuhan akan sumber daya air tentu menjadi
salah satu kebutuhan utama dalam menjalankan kegiatan pariwisata. Hal ini
menjadikan setiap industri pariwisata berkompetisi untuk memperebutkan sumber
daya air. Apabila ditinjau pada kawasan pariwisata The Nusa Dua, kawasan ini
memerlukan air bersih sekitar 3.434.818 m3 setiap tahunnya. Air bersih yang telah
digunakan tersebut, sebanyak 70%-nya akan berubah menjadi air limbah yang
berjumlah sekitar 2.404.373 m3 setiap tahunnya (Laporan Tahunan Lagoon
ITDC).

Air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pariwisata The Nusa Dua ITDC dibagi
menjadi dua tipe, yakni black water dan grey water. Black water merupakan air
limbah yang berasal dari toilet dan sudah tercemar oleh tinja. Sementara grey
water merupakan air limbah yang berasal dari aktivitas lainnya, seperti mandi,
mencuci dan memasak yang dilakukan dalam kawasan pariwisata.

Manajemen air limbah The Nusa Dua ITDC, dimulai pada pengaliran air limbah
dapur (grey water) ke dalam Grease Trap. Grease Trap atau perangkap lemak
bertujuan untuk memisahkan komponen minyak dan lemak yang ada pada air
limbah. Keberadaan minyak dan lemak pada air limbah dapat mengganggu proses
pengolahan selanjutnya, yakni proses aerasi menjadi tidak sempurna. Pada proses
Grease Trap ini juga dilakukan penyaringan pada air limbah untuk mencegah
sampah masuk ke dalam tempat penampungan limbah sementara. Sampah-sampah
yang terbawa oleh air limbah akan diambil dan diangkut secara manual oleh
petugas.

Setiap hotel dan restoran yang berada pada kawasan pariwisata The Nusa Dua
ITDC memiliki Collection Pit sebagai tempat penampungan limbah cair
sementara. Luas Collection Pit mampu menampung air limbah yang dihasilkan
selama 1 hari. Diketahui bahwa rerata air limbah yang dihasilkan per hari
berjumlah 7.601 m3. Air limbah kemudian dialirkan ke instalasi pipa ITDC dan
mengalir menuju Lift Pump Station (LPS).

Untuk mempercepat proses penguraian bakteri dalam air limbah, dilakukan


penambahan Effective Microorganism (EM) yang dibuat di masing-masing LPS.
EM yang digunakan merupakan campuran dari air, molase, mikroorganisme
fotosintesis, mikroorganisme gelap, EM campuran komersil serta bakteri
Lactobacillus. EM dituangkan ke dalam bak penampung limbah, semakin banyak
mikroorganisme pengurai dalam air limbah akan mempercepat proses fermentasi
mikroba pencemar dalam air limbah.

Air limbah yang berasal dari LPS akan masuk ke dalam kolam cell 1A dan cell
1B. Pada kolam cell ini terjadi proses pemisahan lapisan minyak dan padatan
terapung yang masih terbawa ke dalam sistem kolam stabilisasi (Stabilization
Pond). Kedua cell 1A dan 1B dipisahkan oleh lapisan fiberglass pada bagian atas,
untuk memudahkan proses pembersihan lemak, minyak dan padatan terapung.
Kegiatan pembersihan ini dilakukan secara manual oleh petugas dan dilakukan
secara berkala. Tujuan dilakukannya pembersihan ini agar memudahkan proses
oksidasi air limbah. Luas masing-masing kolam cell 1A dan 1B adalah 1,6 H.

Air limbah yang sudah dibersihkan kemudian mengalir ke kolam cell 2A dengan
luas 2,22 H dan menuju cell 2B yang memiliki luas 6,34 H. Pada cell ini terjadi
proses oksidasi dan padatan tersuspensi akibat aktivitas alga dan bakteri
heterotrof. Proses secara alami ini berlangsung dengan bantuan EM, yang
mempercepat pengendapan materi organik dan pelepasan gas di udara. Pada
kolam cell 2B dibiakkan Ikan Nila dan Ikan Mujair. Pembiakan ini dilakukan
sebagai indikator biologis air yang terdapat dalam kolam. Tingkat pencemaran
dalam air kolam dapat diketahui dengan kesehatan dan populasi ikan. Proses
selanjutnya adalah mengalirnya air limbah ke kolam cell 3 dengan luas 1,5 H.

Proses kolam stabilisasi (Stabilization Pond) ini memiliki kedalaman kolam yang
dangkal (sekitar 1-2 meter). Hal ini dimaksudkan agar sinar matahari dapat
dengan mudah masuk ke dalam air limbah. Karena sebagian besar bakteri dalam
air limbah memerlukan sinar matahari sebagai sumber energi dalam fotosintesis
untuk menghasilkan oksigen.

Air limbah kemudian masuk ke kolam aerasi (Aeration Pond) untuk


menambahkan oksigen ke dalam air limbah. Kolam ini bertujuan untuk
melepaskan zat pencemar yang masih terbawa dari proses sebelumnya. Kolam
aerasi ini memiliki 6 Surface Aerator yang berkapasitas 14,74 kg O2/jam dan 10
Turbo Jet Aerator dengan kapasitas 1,82 kg O2/jam. Masing-masing aerator ini
bekerja secara bergantian selama 24 jam untuk memasukkan oksigen terlarut di
dalam air limbah.

Setelah melalui proses aerasi, air limbah masuk ke dalam kolam sedimentasi
(Sedimentation Pond) untuk proses pengendapan. Kolam sedimentasi akan
mengendapkan gumpalan-gumpalan yang tersisa dan mengubahnya dalam bentuk
lumpur yang secara berkala diambil dan digunakan sebagai pupuk. Sementara
gumpalan-gumpalan kecil yang terapung akan diproses pada filter pasir yang
terdapat pada kolam. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kekeruhan air yang
dihasilkan.

Hasil proses manajemen air limbah kemudian ditampung ke dalam Reservoir


sebagai air irigasi yang didistribusikan ke konsumen melalui instalasi irigasi
menuju kawasan pariwisata The Nusa Dua ITDC. Air irigasi hasil manajemen air
limbah ini dimanfaatkan hotel, lapangan golf atau fasilitas pariwisata lainnya
sebagai air penyiram kebun.

2.2. Manajemen Pemanfaatan Sumber Daya


Dalam kegiatan operasionalnya, The Nusa Dua ITDC menerapkan manajemen
pemanfaatan sumber daya yang sangat ketat. Pemanfaatan sumber daya ini berupa
pemanfaatan penggunaan material dan energi dalam kegiatan operasional.

Pemanfaatan sumber daya yang krusial bagi kegiatan operasional kawasan


pariwisata adalah pemanfaatan kertas. Kertas diperlukan kawasan pariwisata
untuk keperluan administrasi. Pada tahun 2018, The Nusa Dua ITDC mengurangi
konsumsi kertas dengan menerapkan beberapa langkah, seperti pemakaian kertas
bolak-balik, peningkatan efektivitas surat elektronik (e-mail) dalam dokumen
pembukaan tender dan hanya mencetak halaman yang penting apabila diperlukan.
Industri pariwisata ini juga menggunakan kertas bekas dalam proses pencetakan
khususnya pada dokumen yang sifatnya draft.

Penghematan penggunaan kertas ini diupayakan lebih lanjut dengan dukungan


teknologi. Kertas-kertas yang sudah tidak bisa dipakai, kemudian diserahkan
kepada pihak ketiga untuk dilakukan proses daur ulang (recycle).

Manajemen sumber daya selanjutnya adalah manajemen penggunaan energi di


kawasan pariwisata. Penggunaan energi di kawasan The Nusa Dua ITDC berasal
dari dua sumber, yakni listrik dan BBM. Manajemen penggunaan energi
dilakukan dengan pendekatan perhitungan jumlah konsumsi energi listrik dan
jenis bahan bakar gasoline dengan mengkonversi total biaya penggunaan menjadi
rata-rata jumlah penggunaan.

Adanya manjemen penggunaan energi dapat mencegah terjadinya pemborosan


energi, khsusunya pada energi listrik. Dengan menekan terjadinya pemborosan
akan menjadikan anggaran pembiayaan manajemen kawasan pariwisata menjadi
lebih hemat dan anggaran dapat dipindahkan untuk keperluan lainnya. Sementara
manajemen penggunaan energi BBM akan menekan terjadinya polusi udara
karena semakin sedikit kegiatan operasional menggunakan BBM maka akan
semakin sedikit residu yang dikeluarkan ke udara. Menjadikan udara di sekitar
kawasan pariwisata lebih bersih dan sejuk.

2.3. Manajemen Pemberdayaan Lingkungan Alam


Sebagai suatu destinasi wisata, lingkungan alam di sekitar kawasan pariwisata The
Nusa Dua sangat penting untuk diberdayakan. Lingkungan alam ini akan menjadi
suatu daya tarik tersendiri bagi wisatawan, dimana wisatawan tidak hanya
menikmati fasilitas buatan yang dibangun manusia, tetapi dapat juga menikmati
lingkungan alam beserta keanekaragaman flora dan fauna di dalamnya saat
berwisata. Adanya lingkungan alam juga menjadi nilai tambah bagi suatu kawasan
pariwisata, karena untuk menyandingkan kawasan alami dengan kawasan buatan
diperlukan manajemen yang sanagat baik.

Salah satu bentuk manajemen pemberdayaan lingkungan alam yang dimiliki oleh
The Nusa Dua ITDC adalah organisasi Nusa Dua Reef Foundation. Organisasi ini
merupakan sebuah organisasi non-profit yang berfokus pada penelitian,
pendidikan dan konservasi terumbu karang. Visi yang dimiliki oleh organisasi ini
adalah menciptakan kepedulian seluruh stakeholder untuk melestarikan terumbu
karang di dunia, khsususnya di Bali.
Nusa Dua Reef Foundation telah menempatkan 62 patung terumbu karang buatan
dan 117 struktur terumbu karang di 6 lokasi bawah laut sepanjang pantai Nusa
Dua hingga Tanjung Benoa. Terumbu karang yang sudah dipasang dirawat
melalui pemantauan secara rutin yang dibantu oleh sukarelawan yang dapat
berasal dari wisatawan. Kegiatan ini termasuk ke dalam salah satu bentuk
rehabilitasi terumbu karang.

Selain sebagai daya tarik wisata, terumbu karang ini akan dikembangkan sebagai
suatu Kawasan Konservasi Laut di Badung yang bekerja sama dengan pemangku
kepentingan lainnya. Organisasi ini juga aktif dalam menyadarkan wisatawan dan
masyarakat sekitar melalui program Adopt Coral yang merupakan kegiatan
penggalangan dana untuk rehabilitasi terumbu karang serta kegiatan lainnya yang
melibatkan wisatawan seperti pembersihan pantai dan karang serta penyebaran
informasi melalui media sosial.

Selain pemberdayaan pada kawasan bawah laut, The Nusa Dua ITDC juga
memiliki pemberdayaan lingkungan dalam bentuk Bird Sanctuary. Kawasan ini
merupakan bagian dari Lagoon yang terdapat pada manajemen air limbah
pariwisata. Terdapat 77 jenis burung yang menjadikan Lagoon manajemen air
limbah sebagai tempat persinggahan sementara. Spesies burung disini didominasi
oleh spesies bangau. Hal ini dikarenakan lokasi Lagoon yang mendukung
kehidupan burung tersebut serta ketersediaan ikan pada beberapa kolam yang
menjadikan Lagoon ini sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi mereka.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Industri pariwisata The Nusa Dua ITDC merupakan salah satu kawasan pariwisata
yang memiliki manejemen lingkungan terbaik di Indonesia. Manajemen yang
ditekankan merupakan manajemen air limbah dimana air limbah akan diproses
untuk dapat digunakan kembali dalam beberapa aktivitas. Sehingga, menciptakan
suatu siklus dimana air yang sudah digunakan pada akhirnya kembali ke
lingkungan dalam bentuk yang tidak mencemari lingkungan. Selain itu, adanya
manajemen pada pemanfaatan sumber daya seperti kertas dan penggunaan energi
dapat menjadi contoh untuk diterapkan oleh industri pariwisata lain ataupun
industri lainnya yang memanfaatkan kertas dan energi. Manajemen pemberdayaan
lingkungan alam di The Nusa Dua ITDC menjadikan bahwa industri pariwisata
ini tidak hanya mengandalkan fasilitas buatan untuk menjadi daya tarik wisata,
tetapi tetap mempertahankan esensi lingkungan alami untuk dijadikan destinasi
wisata. Sehingga, tidak mengherankan apabila industri pariwisata The Nusa Dua
ITDC telah menerima banyak penghargaan dalam manajemen lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, S. A., dan Arida, I. N. S. 2019. Pengelolaan Air Limbah Hotel dan
Pemanfaatannya dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan : Studi Kasus
pada Pengelolaan Air Limbah Lagoon, ITDC, Nusa Dua. Jurnal Destinasi
Pariwisata. 7(2): 339-343.
ITDC. 2017. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) The Nusa Dua. ITDC
Creating Destination. Diambil dari kanal YouTube :
https://www.youtube.com/watch?v=t9RnnwzQopA&t=1088s
ITDC. 2018. Delivering Solid Progress. 2018 Annual Report Indonesia Tourism
Development Corporation (ITDC).
ITDC. 2020. Nusa Dua Reef Foundation. ITDC Creating Destination. Diambil
dari laman web https://www.itdc.co.id/portofolio-detail/nusa-dua-reef-
foundation-20200212115547
Pertiwi, P. R. 2017. Motivasi Industri Perhotelan dalam Menerapkan Konsep
Ecopreneurship : Studi Kasus pada Hotel-hotel Kawasan ITDC Nusa Dua
Bali. Jurnal Ilmiah Hospitality Management. 7(2): 173-180.

Anda mungkin juga menyukai