i
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
oleh
SENJA, S.Pd, M.T.
SUMIRAN, S.ST, M.Pd.
ii
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Bahan Ajar ini tepat pada
waktunya, walaupun ada beberapa hambatan.
Bahan Ajar ini ditulis untuk digunakan oleh siswa SMK sesuai dengan
jurusannya agar dapat memahami dan lebih mendalami permasalahan-
permasalahan materi yang dibahas pada buku ini yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kompetensi siswa.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak baik secara
kelembagaan maupun perseorangan yang telah membantu dalam penyelesaian
penulisan Bahan Ajar ini, semoga semua bantuannya mendapat ganjaran yang
berlipat ganda. Harus diakui, dan kami menyadarinya bahwa Bahan Ajar ini jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami harapkan saran, kritik atau apapun untuk
perbaikan penulisan Bahan Ajar ini, terima kasih.
Penulis
iii
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
KATA PENGANTAR
Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK
adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis
penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project
based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang
mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan kemampuan mencipta .
Sebagaimana lazimnya buku teks pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis
kompetensi, buku ini memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas. Buku ini
memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan peserta didik. Buku ini mengarahkan hal-hal yang harus dilakukan peserta
didik bersama guru dan teman sekelasnya untuk mencapai kompetensi tertentu; bukan
buku yang materinya hanya dibaca, diisi, atau dihafal.
Buku ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013,
peserta didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan
terbentang luas di sekitarnya. Buku ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu buku ini
perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya
sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian buku ajar
ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya.
Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan
menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia
Merdeka (2045).
iv
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... viii
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Deskripsi ................................................................................................................. 1
B. Persyaratan ............................................................................................................. 1
C. Petunjuk Penggunaan.............................................................................................. 1
D. Tujuan Akhir............................................................................................................ 2
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ................................................................... 2
F. Cek Kemampuan Awal ............................................................................................. 6
BAB II .............................................................................................................................. 7
PEMBELAJARAN .............................................................................................................. 7
A. Deskripsi ................................................................................................................. 7
B. Kegiatan Belajar ...................................................................................................... 8
1. Kegiatan Belajar 1.................................................................................................... 8
a. Tujuan Pembelajaran ........................................................................................... 8
b. Uraian Materi ...................................................................................................... 8
1). Pengamatan ................................................................................................... 8
2). Resistor ........................................................................................................ 10
3). Kapasitor ...................................................................................................... 25
4). Induktor ....................................................................................................... 31
5). Transformator .............................................................................................. 35
6). Dioda ............................................................................................................ 37
7). Transistor ..................................................................................................... 47
8). Piranti Optik ................................................................................................. 53
9). Thyristor ....................................................................................................... 64
c. Rangkuman ....................................................................................................... 74
d. Tugas ................................................................................................................. 74
v
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
vi
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
vii
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
DAFTAR GAMBAR
viii
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
ix
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
x
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
xi
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Teknik Elektronika Dasar merupakan modul bahan ajar siswa berisi tentang
rangkaian elektronika sebagai dasar pada instrumen kontrol untuk pembangkit
listrik (PLTMh, PLTB, PLTS, dan energi alternatif lainnya) yang merupakan energi
baru terbarukan. Dengan menguasai modul ini diharapkan peserta didik mampu
menganalisis rangkaian elektronika untuk kontrol instrumentasi dan menyajikan
hasil praktik rangkaian tersebut.
B. Persyaratan
Untuk dapat mengikuti materi pembelajaran ini, peserta didik diharapkan sudah
memahami hukum Ohm, dan dapat mengaplikasikan operasi hitung aljabar dan
Aritmatika.
C. Petunjuk Penggunaan
1. Baca semua isi dan petunjuk pembelajaran modul mulai halaman judul
hingga akhir modul ini. Ikuti semua petunjuk pembelajaran yang harus diikuti
pada setiap Kegiatan Belajar.
1
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
2. Belajar dan bekerjalah dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati, baik
secara kelompok maupun individual sesuai dengan tugas yang diberikan.
3. Kerjakan semua tugas yang diberikan dan kumpulkan sebanyak mungkin
informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman Anda terhadap
modul ini.
4. Kompetensi yang dipelajari di dalam modul ini merupakan kompetensi
minimal. Oleh karena itu disarankan Anda mampu belajar lebih optimal.
5. Laporkan semua pengalaman belajar yang Anda peroleh baik tertulis maupun
lisan sesuai dengan tugas setiap modul.
D. Tujuan Akhir
Tujuan Akhir dari pembelajaran ini adalah peserta didik diharapkan mampu :
a. Menganalisis dasar-dasar elektronika untuk instrumen kontrol pembangkit
listrik.
b. Menyajikan hasil praktek dasar elektronika untuk instrumen kontrol
pembangkit listrik.
KI-1
2
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
KI-2
3
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
KI-3
3.1 Menganalisis dasar-dasar mesin perkakas
Memahami, menerapkan, dan
3.2 Menganalisis dasar-dasar mesin konstruksi
menganalisis pengetahuan
3.3 Menganalisis dasar-dasar survey dan
faktual, konseptual, dan
pemetaan
prosedural berdasarkan rasa
3.4 Menganalisis dasar-dasar konstruksi
ingin tahunya tentang ilmu
bangunan dan pemipaan
pengetahuan, teknologi, seni,
3.5 Menganalisis dasar-dasar kelistrikan untuk
budaya, dan humaniora dalam
instrumen kontrol pembangkit listrik
wawasan kemanusiaan,
3.6 Menganalisis dasar-dasar elektronika
kebangsaan, kenegaraan, dan
untuk instrumen kontrol pembangkit
peradaban terkait penyebab
listrik
fenomena dan kejadian dalam
bidangkerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.
KI-4
4
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
5
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
Sebelum mempelajari modul bahan ajar ini, Anda diharapkan mengisi audit
kompetensi dengan memberikan ceklist pada tabel di bawah ini.
Kompeten
No Indikator
Belum Sudah
6
Buku Siswa
Teknik Elektronika Dasar
BAB II
PEMBELAJARAN
A. Deskripsi
Teknik Elektronika Dasar merupakan modul bahan ajar siswa berisi tentang
identifikasi komponen elektronika baik komponen aktif maupun pasif serta
analisis rangkaian dasar dari komponen tersebut. Modul ini terdiri dari lima
kegiatan belajar. Kegiatan belajar 1 berisi tentang teori identifikasi komponen
elektronika. Kegiatan belajar 2 berisi tentang analisis rangkaian transistor.
Kegiatan belajar 3 berisi tentang rangkaian amplifier. Kegiatan belajar 4
mencakup rangkaian OP-AMP. Kegiatan belajar 5 merupakan rangkaian
multivibrator/osilator.
Dengan menguasai modul ini diharapkan peserta didik mampu mengidentifikasi
komponen dan menganalisis rangkaian elektronika untuk aplikasi kontrol
pembangkit listrik.
7
Teknik Elektronika Dasar
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 1
Komponen Elektronika
a. Tujuan Pembelajaran
b. Uraian Materi
1). Pengamatan
8
Teknik Elektronika Dasar
Apa yang Anda ketahui dengan gambar tersebut? Bagaimana simbol dari gambar
tersebut? Apa kegunaan dari komponen tersebut? Bagaimana membaca nilai
komponen tersebut? Diskusikan tentang komponen yang ada dalam komponen
tersebut. Diskusikan pula jenis-jenis komponen tersebut, bacalah buku bahan
ajar ini atau informasi dari sumber lain untuk mendapatkan informasi yang lebih
dalam baik dari internet atau buku sumber lainnya, presentasikan setelah diskusi
selesai.
9
Teknik Elektronika Dasar
2). Resistor
Definisi Resistor
Fungsi resistor adalah untuk menghambat arus listrik. Nilai resistansinya
dinyatakan dalam satuan yang disebut “Ohm”(Ω). Resistor 1000 Ohm biasanya
ditulis 1kΩ dan 1000kΩ ditulis sebagai 1Mohm. Resistor dibagi dalam dua kelas,
resistor tetap dan resistor variabel. Jika dibagi berdasarkan bahan yang
digunakan ada resistor karbon dan ada juga metal film. Ada juga jenis lainnya
yang jarang digunakan.
Nilai resistansi resistor tidak hanya sesuatu yang dipertimbangkan dalam memilih
resistor yang digunakan dalam rangkaian. Toleransi dan daya dari resistor juga
penting. Toleransi digunakan untuk menyatakan jangkauan dari nilai resistor.
Sebagai contoh toleransi 5% akan menyatakan nilai resistansinya pada jangkauan
5% dari nilai yang tertulis. Jangkauan daya menyatakan seberapa besar toleransi
daya yang aman.
10
Teknik Elektronika Dasar
berapa banyak nilai terdapat dalam satu decade. Dalam decade berikutnya
terdapat angka yang sama hanya dengan orde 10 kali lipat.
1.1
1.2 1.2
1.3
1.6
1.8 1.8
2.0
2.4
2.7 2.7
3.0
3.6
3.9 3.9
4.3
11
Teknik Elektronika Dasar
5.1
5.6 5.6
6.2
7.5
8.2 8.2
9.1
Jenis-jenis Resistor
Jika dibagi berdasarkan nilainya, resistor terdiri dari resistor tetap dan resistor
variabel.
1. Resistor Tetap
Resistor tetap adalah nilai resistansinya tertentu dan tidak dapat diubah/tidak
berubah. Resistor tetap terdiri dari : Resistor karbon dan Resistor metal film.
Resistor karbon adalah Resistor yang paling umum digunakan. Biasanya nilai
resistansinya memiliki toleransi 5%. Jangkauan daya 1/8W, 1/4W, dan 1/2W
sering digunakan. Resistor film karbon memiliki kerugian, mereka mengeluarkan
noise.
Resistor metal film digunakan ketika memerlukan toleransi yang lebih tinggi atau
lebih akurat. Resistor ini lebih akurat nilainya dibanding dengan resistor karbon.
Mereka memiliki toleransi kurang lebih 0,05%. Resistor yang memiliki toleransi
12
Teknik Elektronika Dasar
1% lebih dari cukup untuk digunakan. Nicrom biasanya digunakan untuk bahan
dari resistor ini.
2. Resistor Variabel
13
Teknik Elektronika Dasar
3. LDR
Komponen ini dapat berubah nilai resistansinya jika pada permukaannya terkena
cahaya. Semakin besar cahaya mengenai permukaannya resistansinya menjadi
kecil berkisar 200 Ω, sedangkan jika tidak ada cahaya nilai resistansinya
membesar mencapai 2 MΩ
4. Resistor Wirewound
Resistor wirewound (lilitan kawat) dibuat dari resistansi kabel logam dan karena
itu mereka dapat dibuat untuk nilai yang presisi. Resistor berdaya tinggi dapat
dibuat menggunakan bahan kabel yang tebal. Resistor ini tidak dapat digunakan
pada frekuensi yang tinggi. Resistor ini dibuat dengan menggulung kabel dan
dibungkus dengan isolator keramik. Resistor wirewound akan berprilaku lain
sebagai induktor.
14
Teknik Elektronika Dasar
Gambar 1. 6 Thermistor
Ada tiga jenis Thermistor :
15
Teknik Elektronika Dasar
Jingga 3 3 0,05
Kuning 4 4
Hijau 5 5 0,5
Biru 6 6 0,25
Ungu 7 7 0,1
Abu-abu 8 8
Putih 9 9
Emas - -1 5
Perak - -2 10
Polos - - 20
Contoh 1
(Coklat=1),(Hitam=0),(Jingga=3)
10 x 103 = 10k ohm
Toleransi(Emas) = ±5%
Contoh 2
(Coklat=4),(Ungu=7),(Hitam=0),(Merah=2)
470 x 102 = 47k ohm
Toleransi(Coklat) = ±1%
Gambar 1. 7 Kode warna resistor
16
Teknik Elektronika Dasar
K = toleransi 10%
Rangkaian Seri
Yang dimaksud dengan rangkaian seri adalah apabila beberapa resistor
dihubungkan secara berturut-turut, yaitu ujung akhir dari resistor pertama
disambung dengan ujung awal dari resistor kedua, dan seterusnya. Jika ujung
awal dari resistor pertama dan ujung akhir resistor terakhir diberikan tegangan,
maka arus akan mengalir melalui semua resistor yang besarnya sama.
17
Teknik Elektronika Dasar
Pembahasan
a) Kuat arus rangkaian
Σ E + Σ I.R = 0
(-24) + I (1+2 +3 + 4) = 0
10.I= 24
24
Jadi I = = 2,4 A
10
18
Teknik Elektronika Dasar
19
Teknik Elektronika Dasar
20
Teknik Elektronika Dasar
Contoh Soal :
Perhatikan gambar di bawah ini! Dari gambar tersebut diketahui:
I = 9 A R1 = 5 Ω R2 = 2 Ω R3 = 3 Ω.
Tentukan beda potensial atau tegangan (V) yang dihubungkan pada rangkaian
tersebut dan hitung kuat arus yang mengalir pada masing-masing resistor!
21
Teknik Elektronika Dasar
RT =…….?
V = .......?
I1 = . . . ?
I2 = . . . ?
I3 = . . . ?
Jawab :
Untuk mengerjakan soal ini terlebih dahulu cari RT (hambatan total atau
pengganti), yaitu:
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
RT= 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 + 𝑹𝒏
RT = 12 9 Ω
Besarnya tegangan ditiap hambatan yang dirangkai pararel selalu sama, oleh
karena itu besarnya tegangan pada hambatan pengganti adalah:
V = I.Rs
V = 9 A. 12 9 Ω
V = 12 volt
Besarnya arus yang melewati tiap-tiap hambatan yang dirangkai pararel besarnya
berbeda-beda, tergantung besar hambatannya. Maka,
22
Teknik Elektronika Dasar
Setelah kita hitung tahanan seri R 2,3, gambar rangkaian di atas menjadi
seperti di bawah ini.
Jumlah besarnya arus listrik tiap cabang besarnya sama dengan arus total.
23
Teknik Elektronika Dasar
Dimana besarnya.
IT = I R2 + IR3
c. Besar tegangan listriknya adalah
ER1 = I . R1
ER 2 = ER3 = I . R Paralel 2,3
ER4 = I . R4
Dimana besar tegangan total adalah jumlah tegangan tiap-tiap tahanan.
E = ER1 + ER 2,3 + ER4
SOAL
Diketahui sebuah rangkaian listrik seperti gambar 1.14.
𝟐𝟎 . 𝟑𝟎 . 𝟔𝟎 𝟑𝟔𝟎𝟎𝟎 𝟑𝟔𝟎𝟎𝟎
= 𝟐𝟎+𝟑𝟎 . 𝟔𝟎 + (𝟑𝟎 . 𝟐𝟎)
= 𝟑𝟎𝟎𝟎+𝟔𝟎𝟎
= 𝟑𝟔𝟎𝟎
= 10 𝛀
24
Teknik Elektronika Dasar
R T = R 4 + R123
= 10 + 10 = 20 𝛀
b) Kuat arus rangkaian
𝑉 24
𝐼 = 𝑅𝑡𝑜𝑡 = 20 = 1.2𝐴
𝑡𝑜𝑡
VR 2 12
e) Kuat arus yang melalui R2 = = 0, 4 A
R2 30
VR 3 𝟏𝟐
f) Kuat arus yang melalui R3 = = 0, 2 A
R3 𝟔𝟎
3). Kapasitor
Definisi Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh
suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir
menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke
ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
25
Teknik Elektronika Dasar
kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya
muatan-muatan positif dan negatif di awan.
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah,
tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk
bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing
baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).
26
Teknik Elektronika Dasar
Jenis-jenis Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk
lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic,
electrolytic dan electrochemical.
1. Kondensator tetap
Kondensator tetap ialah suatu kondensator yang nilainya konstan dan tidak
berubah-ubah. Kondensator tetap ada tiga macam bentuk yaitu sebagai berikut :
Bentuknya ada yang bulat tipis, ada yang persegi empat berwarna merah, hijau,
coklat dan lain-lain. Dalam pemasangan di papan rangkaian (PCB), boleh dibolak-
balik karena tidak mempunyai kaki positif dan negatif. Mempunyai kapasitas
mulai dari beberapa piko Farad sampai dengan ratusan Kilopiko Farad (KpF).
Dengan tegangan kerja maksimal 25 volt sampai 100 volt, tetapi ada juga yang
sampai ribuan volt.
27
Teknik Elektronika Dasar
Pada dasarnya sama saja dengan kondensator keramik begitu juga cara
menghitung nilainya. Bentuknya persegi empat seperti permen. Biasanya
mempunyai warna merah, hijau, coklat dan sebagainya.
Kondensator kertas ini sering disebut juga kondensator padder. Misal pada radio
dipasang seri dari spul osilator ke variabel kondensator. Nilai kapasitas yang
dipakai pada sirkuit osilator.
Nilai kapasitasnya ada yang tertulis langsung ada pula yang memakai kode
warna.
28
Teknik Elektronika Dasar
Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya bertuliskan 2
(dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya adalah pF
(pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka
kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF.
29
Teknik Elektronika Dasar
Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan
angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka
nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000 dan seterusnya.
Misalnya pada kapasitor keramik tertulis 104, maka kapasitansinya adalah 10 x
10.000 = 100.000pF atau = 100nF. Contoh lain misalnya tertulis 222, artinya
kapasitansi kapasitor tersebut adalah 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.
Hitam 0 ×1 ±20%
Biru 6 630V
Ungu 7 630V
Abu-abu 8 630V
1 10 12,5 16 20 25 31,5 40 50 63 80
2 100 125 160 200 250 315 400 500 630 800
30
Teknik Elektronika Dasar
3 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000 5000 6300 8000
Toleransi (%) 1 2 3 5 10 20
Contoh Soal :
= 10000pF =10nF
J = toleransi 5%
4). Induktor
Definisi Induktor
Induktor adalah komponen yang dapat menyimpan energi magnetik. Energi ini
direpresentasikan dengan adanya tegangan emf (electromotive force) jika
induktor dialiri listrik. Secara matematis tegangan emf ditulis :
di
E L
dt
Jika dibandingkan dengan rumus hukum Ohm V=RI, maka kelihatan ada
kesamaan rumus. Jika R disebut resistansi dari resistor dan V adalah besar
tegangan jepit jika resistor dialiri listrik sebesar I. Maka L adalah induktansi dari
induktor dan E adalah tegangan yang timbul jika induktor dialiri listrik. Tegangan
emf di sini adalah respon terhadap perubahan arus fungsi dari waktu terlihat dari
rumus di/dt. Sedangkan bilangan negatif sesuai dengan hukum Lenz yang
mengatakan efek induksi cenderung melawan perubahan yang
menyebabkannya.
31
Teknik Elektronika Dasar
Hubungan antara emf dan arus inilah yang disebut dengan induktansi, dan
satuan yang digunakan adalah Henry (H). Induktor disebut self-inducted.
Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur pcb dalam suatu rangkain berpotensi
untuk menghasilkan medan induksi. Ini yang sering menjadi pertimbangan dalam
mendesain pcb supaya bebas dari efek induktansi terutama jika multilayer.
Tegangan emf akan menjadi penting saat perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf
menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan arus yang melewati
tiap lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-induced.
Secara matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak
N adalah akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya :
N
L
i
Jenis-jenis Induktor
1. solenoida
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan
fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc salah satunya
adalah untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban
arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk meredam
perubahan fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi dari
induktor yang bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya.
Gambar 1. 23 Solenoid
32
Teknik Elektronika Dasar
B . 0 .ni
N
n
l
Lalu i adalah besar arus melewati induktor tersebut. Ada simbol yang
dinamakan permeability dan 0 yang disebut permeability udara vakum. Besar
permeability m tergantung dari bahan inti (core) dari induktor. Untuk induktor
tanpa inti (air winding) m = 1.
. 0 .N 2 A
L
l
33
Teknik Elektronika Dasar
o = 4 x 10-7
Inilah rumus untuk menghitung nilai induktansi dari sebuah induktor. Tentu saja
rumus ini bisa dibolak-balik untuk menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai
induktansinya sudah ditentukan.
2. Toroid
Ada satu jenis induktor yang kenal dengan nama toroid. Jika biasanya induktor
berbentuk silinder memanjang, maka toroid berbentuk lingkaran. Biasanya selalu
menggunakan inti besi (core) yang juga berbentuk lingkaran seperti kue donat.
Gambar 1. 24 Toroida
Jika jari-jari toroid adalah r, yaitu jari-jari lingkar luar dikurang jari-jari lingkar
dalam. Maka panjang induktor efektif adalah kira-kira :
34
Teknik Elektronika Dasar
l 2 .r
N 2 A
L
2r
5). Transformator
Definisi Transformator
Transformator berfungsi sebagai pengubah arus bolak balik (AC). Transformator
terdiri dari lilitan primer dan lilitan sekunder yang kedua lilitan tersebut secara
elektrik tidak berhubungan tetapi dikopel oleh medan listrik. Alat pengkopel bisa
berbentuk inti besi yang berlapis-lapis maupun menggunakan inti ferit. Inti besi
dibuat berlapis dimaksudkan untuk mengurangi arus edi. Lilitan primer adalah
lilitan yang terhubung ke tegangan input sedangkan lilitan sekunder terhubung
output. Jumlah lilitan berbanding lurus dengan tegangan sehingga Np : Ns = Vp :
Vs. Sebuah Transformator tidak bisa menaikkan daya. Bahkan dia berkurang
akibat adanya arus edi dan tahanan kawat sehingga efisiensinya tidak mencapai
100%. Jika kita mengganggap Transformator ideal maka daya primer = daya
sekunder, sehingga Vp.Ip = Vs.Is. Pada distribusi PLN dan industri umumnya
menggunakan transformator tiga fasa.
35
Teknik Elektronika Dasar
Jenis-jenis Transformator
Berdasar fungsinya ada dua jenis transformator :
2to1 CT
1to 2
36
Teknik Elektronika Dasar
Transformator ini hanya memiliki dua pin tegangan keluaran yaitu 0 dan Plus
(+).
3. Transformator 3 Fasa
Efisiensi Transformator
Transformator yang ada di pasaran tidak ideal yaitu tidak memiliki efisiensi 100%.
Efisiensi yang dimaksud adalah prosentase perbandingan daya sekunder
terhadap daya primer.
Pout
x100%
Pin
6). Dioda
Definisi Dioda
Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah
saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu
sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N.
Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi
N.
37
Teknik Elektronika Dasar
38
Teknik Elektronika Dasar
39
Teknik Elektronika Dasar
Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun
memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi
breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang
terbentuk di lapisan deplesi.
Pendekatan dioda
1. Dioda Ideal
Forwad Bias Reverse Bias
+ _
2. Pendekatan Kedua
Kita membutuhkan tegangan offset sekitar 0,7 V sebelum dioda silikon
konduk dengan baik. Bila tegangan sumber besar, 0,7 V ini tidak menjadi
persoalan. Tetapi bila tegangan sumber tidak besar, kita harus
memperhitungkan adanya tegangan lutut tersebut.
40
Teknik Elektronika Dasar
3. Pendekatan Ketiga
Pada pendekatan ketiga dari dioda, kita perhitungkan tahanan bulk RB. Seperti
yang lalu, dioda konduk pada 0,7V
VF = 0,7V + IFRB
Jika kalian menghitung perbandingan dari tegangan total dioda terhadap arus
total dioda, kalian akan memperoleh tahanan dc dioda tersebut. Dalam arah
forward tahanan dc ini diberi simbol RF ; dalam arah reverse diberi simbol RR .
Tahanan forward
Karena dioda adalah tahanan yang nonlinier, maka tahanan dc-nya bervariasi
dengan arus yang melaluinya. Sebagai contoh, ini adalah beberapa pasang arus
dan tegangan forward untuk tipe 1N914 : 10 mA pada 0,65 V, 30 mA pada 0,75 V,
dan 50 mA pada 0,85 V. Pada titik pertama tahanan dc-nya adalah 65, 25 dan 17
ohm. Perhatikan bahwa tahanan dc berkurang bila arus naik. Dalam setiap hal,
tahanan forward adalah kecil.
Tahanan Reverse
Secara sama, ini adalah dua pasang arus dan tegangan reverse untuk 1N914; 25
nA pada 20V ; 5 PA pada 75 V. Pada titik pertama, tahanan dc-nya adalah 800M
Ohm dan Pada titik kedua, 15 MegaOhm.
41
Teknik Elektronika Dasar
Jenis-jenis Dioda
1. Dioda penyearah
Dioda jenis ini berfungsi menyearahkan tegangan AC menjadi tegangan DC.
Gambar 1.32 memperlihatkan rangkaian dioda sebagai penyearah setengah
gelombang. Gambar 1.34 dan 1.35 secara berturut-turut memperlihatkan
rangkaian penyearah gelombang penuh dengan transformator Non CT dan CT.
Gambar 1.36 memperlihatkan rangkaian dioda penyearah sebagai pemotong
gelombang sinusoidal. Gambar 1.37 dan 1.38 memperlihatkan rangkaian dioda
penyearah sebagai pelipat ganda dan pengali tiga tegangan input. Gambar 1.39
merupakan dioda penyearah sebagai penggeser gelombang. Dan gambar 3.40
merupakan dioda penyearah sebagai pembatas tegangan.
T1 D1
10TO 1
+
Vs
100V R1
-
T1 D1 D3
10TO1
+
Vs
100V
- D2 D4 R1
42
Teknik Elektronika Dasar
D1
T1
+ 10TO 1CT
Vs
100V R1
-
D2
R1
1k
+
Vs1 D1 R3
10V DIOD E 1k
-
0,7V
+
+
Vs1 D1 D2
-
C2
43
Teknik Elektronika Dasar
C1 C3
1uF
+ +
+
D2 D3
Vs1 D1 DIOD E
-
C2
+
Vs1 D2 R2
-
R1
+
Vs1 D2 R2
-
44
Teknik Elektronika Dasar
vz V
Iz
Izm
I
Penyerapan daya pada dioda zener sama dengan hasil kali tegangan dan arusnya.
Pz = Vz Iz
Rs
+ D1
Vs
ZENE R RL
45
Teknik Elektronika Dasar
Vs 10
Is
RS
20 10
Iz min 12,2mA
820
40 10
Iz max 36,6mA
820
RL
Vth .Vs
RL RS
Vs Vs
Is
Rs
Is =Iz +IL
4. Dioda Varaktor
Varaktor disebut juga kapasitansi diatur tegangan, varicap, epicap dan dioda
tertala. Banyak digunakan pada pesawat televisi, penerima FM, dan peralatan
komunikasi lainnya.
46
Teknik Elektronika Dasar
7). Transistor
Definisi Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, pemotong
(switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi lainnya. Transistor
dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana diatur berdasarkan arus inputnya
Bipolar Junction Transistor (BJT) atau tegangan inputnya Field Effect Transistor
(FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya.
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar
transistor, Bipolar Junction Transistor (BJT atau transistor bipolar) dan Field-
Effect Transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda.
47
Teknik Elektronika Dasar
dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus
utama tersebut.
BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis transistor. Cara
kerja BJT dapat dibayangkan sebagai dua dioda yang terminal positif atau
negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut
adalah emiter (E), kolektor (C), dan basis (B).
Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat
menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal kolektor.
Prinsip inilah yang mendasari penggunaan transistor sebagai penguat elektronik.
Rasio antara arus pada kolektor dengan arus pada basis biasanya dilambangkan
dengan β atau hFE. β biasanya berkisar sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT.
48
Teknik Elektronika Dasar
49
Teknik Elektronika Dasar
Ada tiga konfigurasi yang umum untuk merangkai transistor, yaitu rangkaian
Common Emitter (CE), Common Collector (CC) dan Common Base (CB). Namun
saat ini akan lebih detail dijelaskan konfigurasi transistor rangkaian CE. Dengan
menganalisa rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter penting dan
50
Teknik Elektronika Dasar
berguna terutama untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu.
Tentu untuk aplikasi pengolahan sinyal frekuensi audio semestinya tidak
menggunakan transistor power, misalnya.
Arus Emiter
Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk ke satu titik akan
sama jumlahnya dengan arus yang keluar. Jika hukum tersebut diaplikasikan
pada transistor, maka hukum itu menjelaskan hubungan :
IE = IC + IB
IE = IC
Alpha ()
Pada tabel data transistor (databook) sering dijumpai spesifikasi dc (alpha dc)
yang tidak lain adalah :
dc = IC/IE
51
Teknik Elektronika Dasar
Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter
maka idealnya besara dc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada
memilikiadc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.
Beta ()
Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus
base.
= IC/IB
Misalnya jika suatu transistor diketahui besar =250 dan diinginkan arus kolektor
sebesar 10 mA, maka berapakah arus bias base yang diperlukan. Tentu
jawabannya sangat mudah yaitu :
IB = IC/b = 10mA/250 = 40 uA
Arus yang terjadi pada kolektor transistor yang memiliki = 200 jika diberi arus
bias base sebesar 0.1mA adalah :
Dari rumusan ini lebih terlihat defenisi penguatan arus transistor, yaitu sekali
lagi, arus base yang kecil menjadi arus kolektor yang lebih besar.
Jenis-jenis Transistor
Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori:
52
Teknik Elektronika Dasar
53
Teknik Elektronika Dasar
Photodioda dapat digunakan pada bias nol dan bias mundur. Pada bias nol
cahaya yang jatuh pada dioda menyebabkan adanya tegangan pada komponen
itu, yang didahului oleh arus pada arah maju. Ini disebut efek photovoltaic dan
sebagai dasar solar cell. Pada kenyataannya solar cell hanya memiliki photodioda
dalam jumlah yang besar dan lebar.
Ketika dibias mundur dioda biasanya memiliki tahanan yang sangat tinggi
Tahanan ini berkurang ketika cahaya jatuh pada pertemuan. Dioda yang dibias
mundur dapat digunakan sebagai detektor dengan melihat arus yang
melewatinya.
K I
D
A
54
Teknik Elektronika Dasar
2. Phototransistor
Phototransistor pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan transistor bipolar
biasa cuma dikemas dengan kemasan tembus pandang sehingga cahaya
menjangkau area dioda basis-kolektor. Phototransistor bekerja seperti
photodioda tetapi dengan penguatan yang lebih peka terhadap cahaya, karena
elektron-elektron yang diterima melalui basis-kolektor dikuatkan oleh fungsi
transistor.
55
Teknik Elektronika Dasar
(a) (b)
56
Teknik Elektronika Dasar
3. Photomultiplier
Photomultiplier adalah detektor yang sangat peka untuk semua cahaya baik
ultraviolet, cahaya tampak maupun infrared. Mereka sejenis hampa yang mana
photon-photon menghasilkan elektron dalam photokatoda. Konsekuensinya efek
photolistrik dan elektron-elektron ini berulang-ulang dikuatkan oleh multiplikasi
pada permukaan dynode. Sebuah sinyal dihasilkan pada komponen anoda.
Penguatan dapat mencapai 100 juta berarti dapat mengukur pulsa yang
diperoleh dari sebuah photon. Gabungan penguatan yang tinggi, noise yang
rendah, tanggapan frekuensi yang tinggi dan area yang luas berarti bahwa
peralatan ini masih banyak ditemui pada aplikasi dalam partikel, astronomi dan
medis.
57
Teknik Elektronika Dasar
3. Infrared
Radiasi Infrared (IR) adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
yang lebih besar dari cahaya tampak. Tetapi lebih pendek dari radiasi microwave.
Arti nama infrared adalah frekuensinya di bawah cahaya merah (cahaya tampak)
dan panjang gelombangnya lebih tinggi antara 700nm sampai 1nm.
15V
1k
VCC
10n BC548
Tx IR
Rx IR
BC548
10k
0 0 0
0
58
Teknik Elektronika Dasar
Dioda pemancar infrared bekerja sesuai dengan sinyal input yang diberikan dari
sumber sinyal. Dioda menyala pada saat pulsa high. Penerima dioda infrared
bekerja pada mode bias mundur. Pada saat ada sinyal atau transmitter Infrared
TxIR menyala maka tahanan dioda penerima berkurang dan konduksi. Pada
anoda penerima sinyalnya menjadi kebalikan. Sinyal tersebut di kopel oleh
kapasitor dan dikuatkan meggunakan transistor yang dibias sendiri atau bias
umpan balik. Transistor bekerja sebagai penguat inverting yang menghasilkan
outputnya berbeda fase 180o dengan demikian secara keseluruhan outputnya
sefasa dengan input pengirim.
4. Photoresistor
Photoresistor adalah komponen elektronik yang mana hambatannya menurun
dengan peningkatan intensitas cahaya yang datang. Photoresistor disebut juga
Light Dependent Resistor (LDR) artinya resistor yang nilai resistansinya
tergantung pada intensitas penerangan atau disebut juga photokonduktor yang
mana akan konduksi jika ada cahaya.
59
Teknik Elektronika Dasar
Pemasangan LDR hanya ada dua cara pada rangkaian pembagi tegangan, LDR
berada di atas atau di bawah:
Contoh Soal :
Misalkan untuk gambar yang kanan pada kondisi gelap LDR memiliki resitansi
1M dan pada kondisi terang 100 sedangkan R = 10k. Berapa tegangan output
pada dua kondisi tersebut?
Penyelesaian :
1M
Vo 15 15V
1k 1M
100
Vo 15 0,1 0V
10k 100
60
Teknik Elektronika Dasar
Kalian harus mengamati prilaku dari kedua rangkaian di atas. Kalian juga akan
menemukan keluaran bagaimana memilih nilai yang peka untuk resistor tetap
pada rangkaian pembagi tegangan. Ingat rumus perhitungan pembagi tegangan
pada Vout.
R atas
Vout Vin
R atas R bawah
Apa yang akan terjadi jika R atas >>R bawah dan apa pula yang akan terjadi jika R atas
<< R bawah
5. LASER
Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation (LASER) artinya radiasi
atau pancaran cahaya yang di kuatkan oleh rangsangan emisi. Ini adalah
komponen yang menggunakan efek mekanika kuantum. Rangsangan emisi untuk
mengasilkan berkas cahaya yang koheren dan monokrom.
Penggunaan LASER. LASER umumnya digunakan untuk optik CD, keperluan medis
dan militer.
61
Teknik Elektronika Dasar
elektroda dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia
jatuh ke level energi yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk
photon.
V1
10V
+V
R1
D1
LED1
Contoh Soal:
pada gambar d tentukan R1 agar lampu led menyala dengan aman dengan arus
10mA
10V 2V
R1 800
10mA
7. Photocell
Photocell merupakan komponen optoelektronik yang termasuk pada
photovoltaic. Dimana pada saat siang hari dapat menghasilkan tegangan sebesar
0,5 Volt.
62
Teknik Elektronika Dasar
Pada emisi termionik elektron dari logam, tenaga diperlukan oleh sebuah
elektron untuk lepas dari permukaan logam. Elektron dapat juga memperoleh
cukup tenaga untuk lepas dari logam walaupun pada suhu rendah, jika logam
disinari oleh cahaya yang panjang gelombangnya cukup pendek. Fenomena ini
disebut efek foto listrik. Jadi apabila foton bertumbukan dengan sebuah elektron
didalam permukaan logam ia dapat memindahkan tenaganya kepada elektron
itu. Elektron itu akan tereksitasi keluar menjadi arus listrik.
8. Optocoupler
Optocoupler terdiri dari sebuah LED sebagai input yang dibias maju agar dapat
memancarkan cahaya. Sebuah photodioda sebagai penerima sinyal input . Ada
juga photodioda dari phototransistotor, photodarlington dan photoSCR.
Keuntungan dari optocoupler adalah memiliki isolasi yang tinggi sehingga
inputnya terhindari dari kerusakan kelebihan beban. Dapat mengendalikan daya
63
Teknik Elektronika Dasar
yang besar dengan kontrol TTL atau mikrokontroler. Rangkaian opto coupler
dikemas dalam bentuk IC misalnya MOC1006 terdiri dari LED dan
Phototransistor.
U1 U2
MOC100 6 1 H11 AV3 5
4
Gambar 1. 59 Diagram optocoupler
9). Thyristor
Definisi Thyristor
Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu'. Dinamakan
demikian barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang
dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ada beberapa
komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT (programmable uni-junction
transistor), UJT (uni-junction transistor ), GTO (gate turn off switch), photo SCR
dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang akan kemukakan adalah
komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan SCR (silicon
controlled rectifier), TRIAC dan DIAC.
Struktur Thyristor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semikonduktor silikon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction
yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS.
64
Teknik Elektronika Dasar
65
Teknik Elektronika Dasar
Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor Q2, maka
akan ada arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan
arus basis Ib pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada pada
arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tdak lain adalah arus
base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama sambungan
PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang sehingga yang
tertinggal hanyalah lapisan P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian todak lain adalah struktur
dioda PN (anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut
bahwa thyristor dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda
menuju katoda seperti layaknya sebuah dioda.
66
Teknik Elektronika Dasar
terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikkan dari nol. Ya betul, tentu saja lampu
akan tetap padam karena lapisan N-P yang ada ditengah akan mendapatkan
reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini disebut thyristor dalam keadaan OFF
karena tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali. Arus tidak
dapat mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang
menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut
tegangan breakdown dan pada saat itu arus mulai dapat mengalir melewati
thyristor sebagaimana dioda umumnya. Pada thyristor tegangan ini disebut
tegangan breakover Vbo.
Jenis-jenis Thyristor
SCR
67
Teknik Elektronika Dasar
Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini di trigger menjadi
ON, yaitu dengan memberi arus gate. Ternyata dengan memberi arus gate Ig
yang semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover (Vbo) sebuah SCR.
Dimana tegangan ini adalah tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk
menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate tertentu, ternyata akan sangat
mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan tegangan forward yang kecil
sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau lebih kecil lagi. Kurva tegangan dan arus dari
sebuah SCR adalah seperti yang ada pada gambar 1.65 berikut ini.
68
Teknik Elektronika Dasar
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada
kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON,
walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk
membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda turun di
bawah arus Ih (holding current). Pada gambar-5 kurva I-V SCR, jika arus forward
berada di bawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF. Berapa besar arus
holding ini, umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan menurunkan
tegangan anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada
umumnya tidak cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak
digunakan untuk aplikasi-aplikasi tegangan AC, dimana SCR bisa OFF pada saat
gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah
tegangan trigger pada gate yang menyebabkab SCR ON. Kalau dilihat dari model
thyristor pada gambar 1.62, tegangan ini adalah tegangan Vbe pada transistor Q2.
VGT seperti halnya Vbe, besarnya kira-kira 0.7 volt. Seperti contoh rangkaian
gambar 1.66 berikut ini sebuah SCR diketahui memiliki I GT = 10 mA dan VGT = 0.7
volt. Maka dapat dihitung tegangan Vin yang diperlukan agar SCR ini ON adalah
sebesar :
Vin = Vr + VGT
69
Teknik Elektronika Dasar
TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat
melewatkan arus dua arah. Pada datasheet akan lebih detail diberikan
besar parameter-parameter seperti Vbo dan -Vbo, lalu IGT dan -IGT, Ih serta -
70
Teknik Elektronika Dasar
Ih dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini simetris antara yang plus
dan yang minus. Dalam perhitungan desain, bisa dianggap parameter ini
simetris sehingga lebih mudah di hitung.
DIAC
71
Teknik Elektronika Dasar
seperti TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan
breakdown-nya.
Simbol dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.69b. DIAC
umumnya dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input
tertentu yang relatif tinggi. Contohnya adalah aplikasi rangkaian dimmer
lampu yang ditunjukkan seperti pada gambar 1.69.
V = IGT(R)+Vbo+VGT = 120.7 V
72
Teknik Elektronika Dasar
B1
R2
E
Q1
PNP
p R1
Q2
NPN
n
B2
(a) (b)
UJT
20V
50k 330
A
A
2N26 46
B
B
.1uF
47
73
Teknik Elektronika Dasar
c. Rangkuman
Komponen elektronika terdiri dari komponen pasif dan aktif. Komponen pasif
ditandai dengan tidak memerlukan tegangan catu daya tetapi alat tersebut
sudah dapat bekerja. Komponen aktif sebaliknya yaitu hanya bekerja jika diberi
tegangan atau catu daya. Komponen elektronika yang termasuk komponen pasif
adalah diantaranya resistor, induktor, kapasitor dan dioda. Sedangkan komponen
aktif contohnya adalah transistor, thyristor dan IC.
d. Tugas
74
Teknik Elektronika Dasar
e. Tes Formatif
75
Teknik Elektronika Dasar
11. Resistor lilitan kawat memiliki nilai 5W2, 2RJ, apa arti dari kode tersebut?
12. Potensiometer memiliki kode huruf B50K apa arti dari huruf tersebut?
1. Diberikan komponen resistor sebanyak 10 yaitu R1-R10, Isilah tabel berikut ini :
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
76
Teknik Elektronika Dasar
77
Teknik Elektronika Dasar
5 10
5 20
5 30
5 40
78
Teknik Elektronika Dasar
2. Kegiatan Belajar 2
b. Uraian Materi
1). Pengamatan
+15V
18k
B .01uF
2N2222AC2
1uF
6kHz
18k 200
R1
10k
79
Teknik Elektronika Dasar
yang lebih dalam, baik dari internet atau buku sumber lainnya, presentasikan
setelah diskusi selesai.
80
Teknik Elektronika Dasar
Ri = RB // rπ
Ri ≈ rπ
RO ≈ RC
( RC // RL // ro )
Av
r RS
Ri = RB//rπ(1 + gmRe)
RO ≈ RC
RC // RL
Av
re Re
81
Teknik Elektronika Dasar
Konfigurasi ini memiliki resistansi input yang kecil dan menghasilkan arus
kolektor yang hampir sama dengan arus input dengan impedansi yang besar.
Konfigurasi ini biasanya digunakan sebagai buffer. Konfigurasi common base
ditunjukkan oleh gambar 2.4.
Ri
Faktor penguatan keseluruhan adalah : Av Gm( RC // RL)
Ri Rs
transkonduktansi.
Konfigurasi ini memiliki resistansi output yang kecil sehingga baik untuk
digunakan pada beban dengan resistansi yang kecil. Oleh karena itu, konfigurasi
82
Teknik Elektronika Dasar
ini biasanya digunakan pada tingkat akhir pada penguat bertingkat. Konfigurasi
common collector ditunjukkkan oleh gambar berikut ini.
Resistansi input: Ri r ( 1) RL
( Rs // RB)
Resistansi output: Ro re
1
RL
Faktor penguatan: Av
RL Ro
c. Rangkuman
Ada tiga konfigurasi yang dapat dilakukan pada penguat tunggal transistor.
Ketiga konfigurasi tersebut yaitu Emitor bersama (CE), kolektor bersama(CC) dan
basis bersama (CB). Ketiga konfigurasi tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan. Masing-masing konfigurasi dapat ditinjau dari penguatan dan
impedansi output dan input.
83
Teknik Elektronika Dasar
d. Tugas
18k 675
.01uF A
A
B .01uF
B
2N2222A 10K
6kHz
C1 C2
1uF Q1 1uF
+ 2N3904 +
B
A
V1 R2 R1
4.7K 4.7K
R3
10K
1kHz
+ V3
V2 12V
5V
+
+15V
18k
B .01uF
2N2222AC2
1uF
6kHz
18k 200
R1
10k
84
Teknik Elektronika Dasar
e. Tes Formatif
Peralatan :
1. Function generator
2. Catu daya
3. Osciloskop + probe
Bahan :
1. Project board
2. Resistor 18K, 3,3K, 200, 10K, 680,1K5
3. Kapasitor 0.1uF 3X
4. Transistor 2N2222
5. Kabel jamper.
85
Teknik Elektronika Dasar
belajar !
Langkah Kerja:
50mV 1KHz
100mV 1KHz
150mV 1KHz
200mV 1KHz
300mV 1KHz
3500mV 1KHz
500mV 1KHz
86
Teknik Elektronika Dasar
50mV 1KHz
100mV 1KHz
150mV 1KHz
200mV 1KHz
300mV 1KHz
3500mV 1KHz
500mV 1KHz
Lembar Latihan :
+15V
18k 675
.01uF A
A
B .01uF
B
2N2222A 10K
6kHz
87
Teknik Elektronika Dasar
3. Kegiatan Belajar 3
Amplifier
a. Tujuan Pembelajaran
b. Uraian Materi
1). Pengamatan
Gambar 3. 1 Amplifier
Apa yang terpikirkan pada benak Anda jika melihat sebuah box amplifier,
Mengapa rangkaian didalamnya dapat menguatkan sinyal berukuran mikrowatt
menjadi ratusan watt bahkan ribuan watt sehingga dapat menggerakan speaker
88
Teknik Elektronika Dasar
Amplifier atau power amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal masukan yang
masih lemah/ kecil menjadi kuat dan sesuai kebutuhan. Hal utama dari sebuah
penguat selain dari kesetabilan adalah fidelity dan efisiensi
89
Teknik Elektronika Dasar
penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi High Fidelity (HiFi), jika sistem
tersebut mampu menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama
dengan sinyal input. Hanya level tegangan atau amplitudo saja yang telah
diperbesar dan dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga mesti diperhatikan. Efisiensi
yang dimaksud adalah efisiensi dari penguat g dinyatakan dengan besaran
persentasi dari power output dibandingkan dengan power input. Sistem penguat
dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada kehilangan daya /
loss pada proses penguatannya yang terbuang menjadi panas.
Amplifier adalah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam
suatu sistim pengukuran dan instrumenasi. Amplifier digunakan pada hampir
seluruh sistim untuk meningkatkan sinyal dengan level rendah (kecil) yang
dihasilkan dari suatu transduser agar dapat mencapai suatu level yang sesuai
untuk dimanfaatkan oleh instrumen perekam. Dalam suatu skema sistem
instrumentasi, amplifier dilambangkan dengan simbol segitiga seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.3.
90
Teknik Elektronika Dasar
Daerah linier dari amplifier memiliki batas karena besarnya tegangan output
tepergantung pula pada besarnya tegangan catu daya dan karakteristik dari
komponen-komponen pembentuk amplifier. Jika amplifier dipaksa untuk bekerja
pada daerah non-linier atau pada di luar kemampuan operasi amplifier
(overdriven) maka dan besaran G dibuat konstan, maka hal ini menyebabkan
terjadinya kesalahan atau error yang serius.
Jika gain dari amplifier tunggal tidak mencukupi kebutuhan penguatan untuk
mencapai suatu besaran sinyal tertentu maka dapat dilakukan penggabungan
secara seri/bertingkat (cascaded) dari beberapa amplifier untuk mendapatkan
penguatan yang besar. Untuk kondisi ini besarnya E0 dinyatakan oleh persamaan
Keterangan :
Zi adalah impedansi input amplifier.
Z0 adalah impedansi output amplifier.
Z1 adalah impedansi internal dari sumber.
Z2 adalah impedansi input dari alat perekam (recorder).
Pada rangkaian amplifier yang dirancang dengan baik Zi >> Z1 dan Zi >> Z0 ;
persamaan 14 akan diubah menjadi:
91
Teknik Elektronika Dasar
Dengan melakukan pemilihan yang teliti untuk Z0, Zi, Z1 dan Z2 gain keseluruhan
dari amplifier bertingkat (cascaded) akan setara dengan seluruh hasil penguatan
dari masing -masing amplifier.
Tanggapan frekuensi dari suatu unit amplifier yang di rancang untuk digunakan
pada sistim instrumenasi harus mendapat perhatian khusus. Gain dari suatu
amplifier adalah merupakan fungsi dari frekuensi tegangan input. Hal ini dapat
menyebabkan suatu amplifier akan memiliki gain yang lebih kecil pada frekuensi
tinggi sebaliknya akan memiliki gain yang lebih besar pada daerah frekuensi
rendah.
92
Teknik Elektronika Dasar
Operasi kelas A berarti bahwa transistor (100%) selalu beroperasi di daerah aktif.
ini berarti arus kolektor mengalir sepanjang siklus (3600) dari siklus input AC.
Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di titik
tertentu yang ada pada garis bebannya. Sedemikian rupa sehingga titik Q ini
berada tepat di tengah garis beban kurva VCE-IC dari rangkaian penguat tersebut
dan sebut saja titik ini titik A. Gambar berikut adalah contoh rangkaian common
emittor dengan transistor NPN Q1.
93
Teknik Elektronika Dasar
Garis beban pada penguat ini ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari rumus
94
Teknik Elektronika Dasar
Dengan adanya kapasitor Ce, nilai Re pada analisa sinyal AC menjadi tidak
berarti. Kalian dapat mencari lebih lanjut literatur yang membahas penguatan
transistor untuk mengetahui bagaimana perhitungan nilai penguatan transistor
secara detail. Penguatan didefenisikan dengan Vout/Vin = rc / re`, dimana rc
adalah resistansi Rc paralel dengan beban RL (pada penguat akhir, RL adalah
speaker 8 Ohm) dan r’e adalah resistansi penguatan transitor. Nilai r’e dapat
dihitung dari rumus r’e = hfe/hie yang datanya juga ada di data sheet transistor.
Gambar 2.4 menunjukkan ilustrasi penguatan sinyal input serta proyeksinya
menjadi sinyal output terhadap garis kurva X-Y rumus penguatan vout = (Rc/Re)
Vin.
95
Teknik Elektronika Dasar
Ciri khas dari penguat kelas A adalah seluruh sinyal keluarannya bekerja pada
daerah aktif. Penguat tipe kelas A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat
fidelitas yang tinggi. Selama sinyal masih bekerja di daerah aktif, bentuk sinyal
keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun penguat kelas A ini
memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% - 50%. Ini tidak lain karena
titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input (atau
ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan
arus bias konstan. Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari
sumber catu daya terbuang menjadi panas. Karena ini transistor penguat kelas A
perlu ditambah dengan pendingin ekstra seperti heatsink yang lebih besar.
Titik B adalah satu titik pada garis beban dimana titik ini berpotongan dengan
garis arus Ib = 0. Karena letak titik yang demikian, maka transistor hanya bekerja
aktif pada satu bagian fasa gelombang saja. Kelas B hanya bekerja 50% dari sinyal
96
Teknik Elektronika Dasar
input. Oleh sebab itu penguat kelas B selalu dibuat dengan 2 buah transistor Q1
(NPN) dan Q2 (PNP).
Karena kedua transistor ini bekerja bergantian, maka penguat kelas B sering
dinamakan sebagai penguat push-pull. Rangkaian dasar Power Amplifier kelas B
adalah seperti pada gambar 3.11. Jika sinyalnya berupa gelombang sinus, maka
transistor Q1 aktif pada 50 % siklus pertama (fasa positif 0o-180o) dan
selanjutnya giliran transistor Q2 aktif pada siklus 50 % berikutnya (fasa negatif
180o – 360o). Penguat kelas B lebih efisien dibanding dengan kelas A, sebab jika
tidak ada sinyal input ( vin = 0 volt) maka arus bias Ib juga = 0 dan praktis
membuat kedua trasistor dalam keadaan OFF.
97
Teknik Elektronika Dasar
Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan berarti masalah
sudah selesai, sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an. Pada kenyataanya ada
tegangan jepit Vbe kira-kira sebesar 0.7 volt yang menyebabkan transistor masih
dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah lebih besar beberapa mA dari 0. Ini
yang menyebabkan masalah cross-over pada saat transisi dari transistor Q1
menjadi transistor Q2 yang bergantian menjadi aktif. Gambar 3.12 menunjukkan
masalah cross-over ini yang penyebabnya adalah adanya daerah mati /dead zone
transistor Q1 dan Q2 pada saat transisi. Pada penguat akhir, salah satu cara
mengatasi masalah cross-over adalah dengan menambah filter cross-over (filter
pasif L dan C) pada masukan speaker.
98
Teknik Elektronika Dasar
Cara lain untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit titik Q
pada garis beban dari titik B ke titik AB (gambar 3.13). Ini tujuannya tidak lain
adalah agar pada saat transisi sinyal dari fasa positif ke fasa negatif dan
sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1 dan Q2. Pada saat itu,
transistor Q1 masih aktif sementara transistor Q2 mulai aktif dan demikian juga
pada fasa sebaliknya. Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efesiensi
(sekitar 51% - 99%) dengan mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.
Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser titik Q sedikit di atas
daerah cut-off. Daerah cut-off adalah daerah dimana transistor tidak bekerja.
99
Teknik Elektronika Dasar
Salah satu contohnya adalah seperti gambar 3.14 berikut ini. Resistor R2 di sini
berfungsi untuk memberi tegangan jepit antara base transistor Q1 dan Q2. Kalian
dapat menentukan berapa nilai R2 ini untuk memberikan arus bias tertentu bagi
kedua transistor. Tegangan jepit pada R2 dihitung dari pembagi tegangan R1, R2
dan R3 dengan rumus VR2 = (2VCC) R2/(R1+R2+R3). Lalu tentukan arus base dan
lihat relasinya dengan arus Ic dan Ie sehingga dapat dihitung relasinya dengan
tegangan jepit R2 dari rumus VR2 = 2x0.7 + Ie.(Re1 + Re2). Penguat kelas AB
ternyata punya masalah dengan teknik ini, sebab akan terjadi penggemukan
sinyal pada kedua transistornya yang aktif ketika saat transisi. Masalah ini
disebut dengan gumming.
Oleh karena itu dibuatlah teknik yang hanya mengaktifkan salah satu transistor
saja pada saat transisi. Caranya adalah dengan membuat salah satu transistornya
bekerja pada kelas AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B. Teknik ini dapat
dilakukan dengan memberi bias konstan pada salah satu transistornya yang
bekerja pada kelas AB (biasanya selalu yang PNP). Caranya dengan memasang
basis transistor tersebut menggunakan deretan dioda atau susunan satu
transistor aktif. Penguat seperti ini disebut juga dengan penguat kelas AB plus B
atau bisa saja diklaim sebagai kelas AB saja atau kelas B karena dasarnya adalah
PA kelas B. Penyebutan ini tergantung dari bagaimana produk amplifier anda
10
0
Teknik Elektronika Dasar
mau diiklankan, karena penguat kelas AB terlanjur memiliki konotasi lebih baik
dari kelas A dan B. Namun yang penting adalah dengan teknik-teknik ini tujuan
untuk mendapatkan efisiensi dan fidelitas yang lebih baik dapat terpenuhi .
Penguat Kelas C digunakan jika hanya dibutuhkan sebagian kecil dari setengah
gelombang sinyal input saja. Setiap penguat yang beroperasi kurang dari 50%
sinyal input adalah operasi kelas C. Kalau penguat kelas B perlu 2 transistor untuk
bekerja dengan baik, maka ada penguat yang disebut kelas C yang hanya perlu 1
transistor. Ada beberapa aplikasi yang memang hanya memerlukan 1 fasa
positif. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot, rangkaian
penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya
pada fasa positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-
puncaknya saja yang dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian
resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C adalah seperti pada
rangkaian berikut ini.
Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja
dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan
10
1
Teknik Elektronika Dasar
beresonansi dan ikut berperan penting dalam mereplika kembali sinyal input
menjadi sinyal output dengan frekuensi yang sama. Rangkaian ini jika diberi
umpan balik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan pada
pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 100%,
namun tingkat fidelitasnya lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi
bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini.
c. Rangkuman
Kelas operasi dari sebuah penguat ditentukan oleh jumlah waktu ( dalam
hubungannya dengan input) terhadap aliran arus output rangkaian. Ini
merupakan fungsi dari titik kerja penguat. Titik operasi penguat ditentukan oleh
bias yang diberikan pada transistor. Ada 4 Kelas operasi pada amplifier. Operasi
Kelas A, B, C, dan AB. Tiap Kelas operasi memiliki karakteristik dan kegunaan
tertentu.
Tabel 3. 1 Perbandingan kelas penguat
Klasifikasi penguat Perbandingan Waktu Sinyal Titik Kerja Transistor (Q)
output/ sinyal input
A 100% Ditengah garis beban
B 50% Pada posisi cut off
AB 51-99% Sedikit di atas cutoff
C < 50% Di bawah cutoff
d. Tugas
Pada rangkaian lengkap gambar 3.16 merupakan rangkaian utuh dari penguat
Audio. Beroperasi pada kelas apakah masing-masing transistor (Q1 s/d Q16)
tersebut jelaskan apa alasannya?
10
2
Teknik Elektronika Dasar
e. Tes Formatif
Peralatan :
1. Function Generator
2. Catu daya terbagi (+12V, 0, -12V)
3. Osciloskop + probe
Bahan :
1. Project board
2. Kabel jamper
3. Ra =4K7
4. Rb =10K
10
3
Teknik Elektronika Dasar
5. Rc =1K
6. Re =200
7. RL= 10k
8. Cin =0.1uF
9. Cout =1uF
10. Ce=0.1uF
11. Q1=2N2222
Keselamatan Kerja :
Langkah Kerja:
50mV 1KHz
100mV 1KHz
150mV 1KHz
200mV 1KHz
10
4
Teknik Elektronika Dasar
300mV 1KHz
3500mV 1KHz
500mV 1KHz
100mV 50Hz
100mV 100Hz
100mV 500Hz
100mV 1KHz
100mV 2KHz
100mV 3KHz
100mV 4KHz
100mV 5KHz
100mV 10KHz
100mV 20KHz
100mV 50KHz
100mV 100KHz
10
5
Teknik Elektronika Dasar
Lembar Latihan :
10
6
Teknik Elektronika Dasar
4. Kegiatan Belajar 4
OP-AMP
a. Tujuan Pembelajaran
b. Uraian Materi
1). Pengamatan
Coba Anda perhatikan gambar 4.1. Apa yang Anda ketahui dengan simbol
tersebut, Jelaskan maksud dari V1, V2 dan Vout pada gambar 4.1, Bagaimana
rangkaian tersebut dapat bekerja? Diskusikan tentang karakteristik OP-AMP
Ideal, Berikan contoh aplikasi OP-AMP pada rangkaian kontrol. Apa Fungsi OP-
AMP, bacalah buku bahan ajar ini atau informasi dari sumber lain untuk
mendapatkan informasi yang lebih dalam, baik dari internet atau buku sumber
lainnya, presentasikan setelah diskusi selesai.
10
7
Teknik Elektronika Dasar
10
8
Teknik Elektronika Dasar
10
9
Teknik Elektronika Dasar
bagian dari suatu rangkaian yang besar. Beberapa penerapan penggunaan OP-
AMP, diantaranya sebagai: penguat penjumlah, pengikut tegangan, penguat
terintegrasi, dan diferensial amplifier.
Gambar 4. 4 Pembalikan fasa sinyal output (b); terhadap sinyal input (c)
11
0
Teknik Elektronika Dasar
Contoh Soal :
Jika Rf = 100 K dan Ri = 10 K maka,
𝑅𝑓 100
𝐺=− =− = −10
𝑅𝑖 10
Jika pada terminal input diberikan tegangan masukan sebesar 0.02 V maka level
tegangan ini akan diperkuat sebesar -10 X 0.02 V = -0.2 V. (tegangan input
diperbesar 10X dengan tanda minus menyatakan terjadinya pembalikan fasa
sinyal).
11
1
Teknik Elektronika Dasar
Dengan
11
2
Teknik Elektronika Dasar
+VCC
7
1
LM741
2
-
6
3
+
4
5
VR
-VCC
11
3
Teknik Elektronika Dasar
Penguat Inverting
Inverting amplifier memiliki besar penguatan yang Negatif. Jika masukan
sinyalnya positif maka keluaran sinyalnya negatif begitu juga sebaliknya jika
sinyal masukan negatif akan menghasilkan sinyal keluaran positif. Antara
o
masukan dan keluaran berbeda fase 180 atau berlawanan polaritas. pada
rumus penguatannya. Penguatan inverting amplifier adalah bisa lebih kecil nilai
besaran dari 1.
Rumus-nya :
𝑅
𝑉𝑜 = − 𝑅𝑖𝐹 . 𝑉𝑖……….(4.4)
RF
-Vee U1
4
RI 2
Vin
6
Vout
3
7
AD8047
+Vcc
……….(4.5)
sehingga persamaan menjadi
……….(4.6)
Hasil tegangan output noninverting ini akan lebih dari satu dan selalu positif.
Rangkaian penguat noninverting adalah seperti pada gambar 4.9.
11
4
Teknik Elektronika Dasar
+Vcc
U1
7
3
Vi
6
Vo
2
4
AD8047
-Vcc
RF
RI
……….(4.7)
Sehingga
……….(4.8)
11
5
Teknik Elektronika Dasar
sebagai berikut : dan selama nilai Ic =If dan Ib =0 selisih dari input
inverting dan input noninverting (v1 dan v2) adalah nol
dan penguatan tegangannya sangat besar, maka didapat persamaan pengisian
kapasitor sebagai berikut :
….(4.9)
sedangkan nilai frekuensi yang diakibatkan oleh R F dan C1 adalah sebagai berikut
:
11
6
Teknik Elektronika Dasar
1 1
𝑓𝑏 = 2𝜋 𝑅 = 2𝜋 𝑅 ……….(4.11)
𝐹 𝐶𝐹 1 𝐶1
Bila sinyal input melebihi frekuensi fa maka hasil output akan sama dengan hasil
input, alias fungsi rangkaian tersebut tidak diferensiator lagi tapi sebagai pelewat
biasa.
……….(4.12)
yang sama dengan If , sehingga
……….(4.13)
karena v1 = v2 = 0, karena penguatan A terlalu besar, sehingga
………….(4.14)
……….(4.15)
Batas frekuensi yang dilalui oleh kapasitor dalam rangkaian integrator adalah
1
𝑓𝑎 = 2𝜋 𝑅 ……….(4.16)
1 𝐶𝐹
11
7
Teknik Elektronika Dasar
RF
-Vcc
U1
4
R1
2
Vi
6
Vo
3
7
AD8047
RMOM
+Vcc
11
8
Teknik Elektronika Dasar
-
R
+
Vin
IC = IN = ..........(4.18)
R
Vout = -VBE..........(4.19)
V IN
Vout 0,06 log ..........(4.20)
Is.R
Dengan Is adalah arus jenuh balik dari dioda basis emitor dan logaritma
menggunakan bilangan pokok 10. Tanda negatif menunjukkan inversi fasa.
Tiap kali tegangan input bertambah dengan faktor 10 (satu dekade) tegangan
output bertambah dengan 60mV berarti tegangan input telah bertambah 20
dB.
11
9
Teknik Elektronika Dasar
Satu penggunaan dari ini adalah konversi desibel . Kegunaan lain adalah
konversi jangkauan sinyal dengan jangkauan dinamik yang sangat lebar akan
menjenuhkan penguat linear tetapi penguat logaritmik tidak seperti itu.
Jangkauan semula dapat dipulihkan dengan sebuah penguat anti logaritmik.
Jangkauan semula dapat dipulihkan dengan sebuah penguat anti logaritmik.
Soal:
Penguat log dalam gambar 6 mempunyai harga Is.R sebesar 1mV. Hitung
tegangan output untuk tegangan input berikut. 10mV, 100mV, 1V, 10V, dan
100V.
Penyelesaian:
10mV
Vout 0,06 log 0,06V
1mV
100mV
Vout 0,06 log 0,12V
1mV
Tiap penambahan tegangan input satu decade membuat output lebih negatif
60mV, oleh karena itu output sisa adalah –0.18 , -0.24 dan –0.30V.
12
0
Teknik Elektronika Dasar
..........(4.21)
Sedangkan untuk R1 = R2 dan Rf = Rg maka bati diferensial adalah:
..........(4.22)
Contoh soal :
Hitunglah Vout dari penguat diferensial jika rangkaiannya seperti pada gambar
4.15 dengan R1 = 2kΩ, R2=5kΩ, Rg= 5kΩ , Rf= 10KΩ dan V1 = 2mV, V2 =1mV
Penyelesaian :
Rg Rf R1 Rf
Vo .v1 . .V2 ..........(4.23)
Rg R3 R1 R1
12
1
Teknik Elektronika Dasar
5k 10k 2k 10k
Vo .2mV. .1mV
5k 5k 2k 2k
5k 10k 2k 10k
Vo .2mV. .1mV
5k 5k 2k 2k
Vo 6V 5V 1V
..........(4.24)
Saat R1 = R2 = R….= Rn , dan Rf saling bebas maka:
..........(4.25)
Saat Saat R1 = R2 = R….= Rn = Rf, maka:
..........(4.26)
Keluaran adalah terbalik (berbeda fasa 180o).
Impedansi masukan dari masukan ke-n adalah Zn =Rn
12
2
Teknik Elektronika Dasar
12
3
Teknik Elektronika Dasar
……….(4.27).
12
4
Teknik Elektronika Dasar
Pemakaian OP-AMP biasanya memakai catu daya simetris (+, GND, -) akan tetapi
tidak tertutup kemungkinan menggunakan OP-AMP dengan catu daya tunggal (+,
0). Prinsip penggunaan OP-AMP dengan menggunakan catu daya tunggal tidak
jauh berbeda dengan catu daya simetris. Tetapi ada sedikit yang harus
diperhatikan dalam pemakaian OP-AMP dengan catu daya tunggal yaitu adanya
tegangan penumbu yang berfungsi mengatu keadaan output pada kondisi tanpa
sinyal.
Pada keadaan catu daya tunggal output dalam keadaan nol, jika diberi input
inverting maka output tidak bisa lebih kecil dari nol. Oleh sebab itu perlu
penentuan titik kerja stasioner berada pada titik tengahnya seperti kelas A. Agar
keluarannya bisa mengayun ke atas maupun ke bawah. Untuk mengatur level Vo
pada kondisi tersebut kita membutuhkan V penumbu pada salah satu inputnya.
Misalkan V1 dijadikan V penumbu yang dihubungkan ke Vcc.Agar ayunan
outputnya maksimal maka kita setel Vout ½ Vcc.
Contoh Soal :
Hitunglah R dari OP-AMP catu daya tunggal jika rangkaian seperti pada gambar .
2k
+12
VIN 1k
7
1
+12
2
-
6
3
+
1k
4
5
V1
R VR
12
5
Teknik Elektronika Dasar
Penyelesaian :
Karena VIN = 0 maka V2 = V3 Jika VIN tidak ada sinyal maka tidak ada arus yang
mengalir melalui R 2K sehingga Vo = V di 2 dan V di 3
V3 = 6 Volt sehingga:
6 R
12 R 1k
R 1k
c. Rangkuman
v v
Vo 1 2 RL
R1 R2
12
6
Teknik Elektronika Dasar
d. Tugas
10k
10k
V1
-
+
V2 10k
+12
VIN 1k
7
1
+12
2
-
6
3
+
1k
4
5
V1
R VR
e. Tes Formatif
12
7
Teknik Elektronika Dasar
+VCC
7
1
LM741
2
-
1K 6
3
+
1K 10K
4
5
-VCC
-
1k
+
12
8
Teknik Elektronika Dasar
Langkah Kerja :
1. Ambil modul 17 aplikasi OP-AMP beri tegangan +/- 15 Volt
2. Kedua input dihubungkan ke ground.
3. Ukurlah tegangan keluaran dengan voltmeter dan yakinkan keluarannya 0V
jika tidak, Aturlah VR sehingga diperoleh keluaran 0 volt
4. Hubungkan rangkaian seperti yang diperlihatkan di bawah (gambar 4.26).
12
9
Teknik Elektronika Dasar
RL
R1
-
+
R2
13
0
Teknik Elektronika Dasar
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………..
9. Masih rangkaian yang di atas. Tegangan (-Vcc) pin 4 diganti dengan 0V.
10k
+VCC
7
1
LM741
2
-
5k 6
3
+
1k R
4
5
VR
13
1
Teknik Elektronika Dasar
11. Tegangan yang diinginkan adalah kira –kira ½ Vcc Jika tegangannya masih 0 V
hubungkan input noninverting ke Vcc melalui pembagi tegangan.
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
14. Masukan juga tegangan yang sama ke R2 dari frekuensi generator. Gambar
kembali kedua bentuk gelombang keluarannya!
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
13
2
Teknik Elektronika Dasar
RL
C i2
-
input i1
+
13
3
Teknik Elektronika Dasar
18. Jika terjadi osilasi inputnya diseri dengan R1 yaitu inputnya dihubungkan ke A
atau C. Hubungkan inputnya ke function generator gelombang persegi pada
frekuensi 1KHz, dan 0,5Vpp ukurlah keluarannya dengan osiloskop. Aturlah
time/div agar diperoleh gambar yang lebih baik. Gambarkan bentuk
gelombangnya.
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………..
-
5k
+
Gambar 4. 29 Integrator
13
4
Teknik Elektronika Dasar
13
5
Teknik Elektronika Dasar
25. Hubungkan inputnya ke tegangan DC yang bervariasi dari 10mV, 100mV, 1V,
dan 10V, ukur tegangan tersebut menggunakan voltmeter. Ukurlah
keluarannya dengan osiloskop atau voltmeter. Aturlah volt/div agar
diperoleh gambar yang lebih baik.
Q
-
1k
+
………………………………………………………………………………………………………………………..
+VCC
7
1
LM741
2
-
5k 6
3
+
1k R
4
5
VR
- VCC
13
6
Teknik Elektronika Dasar
29. Hubungkan input negatifnya pada frekuensi dan tegangan yang sama ke
function generator gelombang sinus pada frekuensi 1KHz, 1V dan ukurlah
keluarannya dengan osiloskop. Aturlah time/div agar diperoleh gambar yang
lebih baik. Gambarkan bentuk gelombangnya!
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………..
13
7
Teknik Elektronika Dasar
13
8
Teknik Elektronika Dasar
5. Kegiatan Belajar 5
b. Uraian Materi
1). Pengamatan
13
9
Teknik Elektronika Dasar
2). Multivibrator
Mutivibrator adalah suatu rangkaian regeneratif dengan dua buah piranti aktif,
yang dirancang sedemikian sehingga salah satu piranti bersifat menghantar pada
saat piranti yang lain terpancung. Multivibrator dapat menyimpan bilangan
biner, mencacah pulsa, menyerempakan operasi aritmetika serta melaksanakan
fungsi pokok lainnya dalam sistem digital.
Flip-flop adalah nama lain dari multivibrator bistabil, yakni multivibrator yang
keluarannya adalah suatu tegangan rendah atau tinggi (0 atau 1). Keluaran itu
tetap rendah atau tetap tinggi; untuk mengubahnya rangkaian yang
bersangkutan harus dikenadalikan oleh suatu masukan yang disebut pemicu/
trigger. Sampai datangnya pemicu, tegangan keluaran tetap rendah atau tinggi
untuk selang waktu yang tak terbatas.
Rangkaian dasar
Perhatikanlah gandeng silang pada gambar 5.2 dari masing-masing kolektor ke
basis yang berlawanan. Gandeng silang ini menghasilkan umpan balik positif,
oleh karena itu jika Q1 jenuh, tegangan kolektor Q1 yang rendah akan
mendorong Q2 ke keadaan terpancung. Demikian juga , jika pada suatu saat kita
dapat menjenuhkan Q2, maka transistor tersebut akan mendorong Q1 ke
keadaan terpancung. Maka terdapat dua keadaan kerja yang stabil yaitu : Q1
jenuh Q2 terpancung atau sebaliknya Q2 jenuh Q1 terpancung.
14
0
Teknik Elektronika Dasar
5V
2K 2K
100K 100K
y
Q1 Q2
5V
2K 2K
100K 100K
y
Q1 Q2
Gambar 5. 3 Flip-flop RS
14
1
Teknik Elektronika Dasar
Jika kita tambahkan rangkaian umpan balik tersebut dengan sebuat kapasitor
seperti pada gambar 5.4 akan menghasilkan osilasi atau menjadi multivibrator
astabil. Rangkaian osilator ini dapat digunakan pada pembangkit listrik tenaga
surya untuk rangkaian inverter.
Telah dimaklumi bahwa umpan balik positif dapat menimbulkan osilasi pada
keluaran sistem loop tertutup. Pada tulisan berikut ini dipaparkan tipe osilator
yang paling sederhana yang dinamakan osilator relaksasi (relaxation oscillator).
Osilator pembangkit gelombang ini dibuat dengan OP-AMP komparator,
misalnya LM393.
14
2
Teknik Elektronika Dasar
Jika tegangan keluaran OP-AMP ada pada titik tertinggi (+Vsat) maka tegangan
referensi OP-AMP pada saat ini adalah +Vref = +BVsat. B diketahui adalah porsi
tegangan umpan balik yaitu B = (R1/R2+R1). Kita sebut tegangan ini titik UTP
(upper trip point). Sebaliknya jika tegangan keluaran komparator ada pada titik
terendah (-Vsat), maka tegangan referensi positif pada saat ini adalah +vref = -
BVsat dan kita namakan tegangan tersebut titik LTP (lower trip point). Ini dikenal
dengan histeresis.
14
3
Teknik Elektronika Dasar
Demikian juga sebaliknya ketika tegangan keluaran OP-AMP relaks pada titik
saturasi terendah -Vsat, kapasitor C kembali kosong secara eksponensial. Tentu
saja pengosongan kapasitor C tidak akan sampai menyebabkan tegangan -Vref
mencapai -Vsat. Ingat jika tegangan keluaran OP-AMP pada titik saturasi
terendah (-Vsat), tegangan referensi positif berubah menjadi titik LTP, sehingga
ketika -Vref < LTP tegangan keluaran OP-AMP kembali relaks ke titik saturasi
14
4
Teknik Elektronika Dasar
Frekuensi osilator
Demikian prinsip kerja osilator ini dan dinamakan osilator relaksasi sebab
tegangan keluarannya relaks pada titik saturasi tertinggi dan terendah. Berapa
frekuensi osilator yang dapat dibuat, dapat dihitung dari kecepatan pengisian
dan pengosongan kapasitor C melalui resistasi R. Pada gambar diagram waktu
gambar 5.6, hendak ditentukan berapa perioda T dari osilator. Karena T = 2t
maka dihitung saja berapa nilai t. Pada contoh ini t = t2-t1.
dan
14
5
Teknik Elektronika Dasar
dan
Tentu frekuensi osilator dapat dihitung dengan f = 1/T. Sebagai contoh pada
rangkaian gambar 5.5, jika dihitung maka akan didapat T = 589 us atau f = 1.7
kHz.
Pembangkit gelombang sinus merupakan instrumen utama yang perlu ada dalam
tiap bengkel desain elektronika. Misalnya diperlukan untuk pengujian rangkaian
audio Hi-Fi yang memerlukan sinyal sinusoidal sebagai input. Ada banyak tipe-
tipe osilator yang dikenal sesuai dengan nama penemunya antara lain Amstrong,
Colpitts, Hartley dan lain sebagainya. Osilator Wien-bridge yang dapat
direalisasikan dengan satu OP-AMP dan beberapa komponen pasif.
14
6
Teknik Elektronika Dasar
sistem menjadi tidak stabil. Secara matematis sistem ini dimodelkan dengan
rumus 1.
……….(5.5)
Pada persamaan 5.5, sistem menjadi tidak stabil jika 1+AB = 0 atau AB= -1.
Sehingga Vout/Vin pada rumus tersebut nilainya menjadi infinite. Keadaan ini
dikenal dengan sebutan kriteria Barkhausen. AB = -1 dapat juga ditulis dengan :
AB = 1 (- 180o)
Inilah syarat terjadinya osilasi, jika dan hanya jika penguatan sistem keseluruhan
= 1 dan phasa sinyal tergeser (fasa shift) sebesar 180o. Seperti yang sudah
diketahui pada rangkain filter pasif, satu tingkat (single pole) rangkaian RL atau
RC dapat menggeser phasa sinyal sebesar 90o. Setidak-tidaknya diperlukan
rangkaian penggeser fasa 2 tingkat agar phasa sinyal tergeser 180 o. Sebenarnya
rangkaian LC adalah penggeser fasa 2 tingkat, namun untuk aplikasi frekuensi
rendah (< 1 MHz) akan diperlukan nilai induktansi L yang relatif besar dengan
ukuran fisik yang besar juga. Sehingga pada kali ini dihindari pemakaian induktor
L tetapi menggunakan rangkaian penggeser phasa RC 2 tingkat.
14
7
Teknik Elektronika Dasar
14
8
Teknik Elektronika Dasar
Dari teori diketahui penguatan A adalah penguatan OP-AMP yang dibentuk oleh
rangkaian resistor Rf dan Rg yang dirangkai ke input negatif OP-AMP. Rumus
penguatannya adalah :
𝑅𝑓
𝐴= + 1……….(5.6)
𝑅𝑔
Pada rangkain gambar 5.9 diketahui Rf = 2Rg, sehingga dengan demikian besar
pengguat A = 3. Dengan hasil ini, untuk memenuhi syarat terjadinya osilasi
dimana AB = 1 maka B penguatannya harus 1/3. Karena keterbatasan ruang,
kalian dapat menganalisa sendiri rangkaian penggeser phasa pada gambar 5.8
dengan pesyaratan osilasi yaitu Vout/Vin = 1/3. Kalian akan menemukan bahwa
rangkaian penggeser phasa tersebut akan mencapai nilai maksimum pada satu
frekuensi tertentu. Nilai maksimun ini akan tercapai jika C = R dan diketahui =
2πf. Selanjutnya jika diuraikan dapat diketahui besar frekuensi ini adalah :
1
𝑓 = 2𝜋𝑅𝐶 ……….(5.7)
Dimana Jembatannya?
Mengapa rangkaian ini diberi embel-embel jembatan (bridge)? Dimana
jembatannya? Pertanyaan ini mungkin sedikit mengganggu pikiran anda yang
tidak melihat ada jembatan pada rangkaian gambar 5.9. Bagaimana kalau
gambar 5.9 di buat kembali menjadi gambar 5.10 berikut ini.
14
9
Teknik Elektronika Dasar
15
0
Teknik Elektronika Dasar
c. Rangkuman
Mutivibrator adalah suatu rangkaian regeneratif dengan dua buah piranti aktif,
yang dirancang sedemikian sehingga salah satu piranti bersifat menghantar pada
saat piranti yang lain terpancung.
d. Tugas
e. Tes Formatif
15
1
Teknik Elektronika Dasar
1. Catu daya polaritas ganda yang dapat diatur sampai +/- 18 volt.
2. Osiloskop.
3. Frekuency counter.
3. Resistor 10 k 3 buah
4. Resistor 22 k 3 buah
Langkah Kerja :
1. Hubungkan rangkaian seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.11,
menggunakan nilai resistansi yang sesuai untuk Rf yang telah anda
tentukan dalam persiapan praktik. Jika rangkaian anda tidak berosilasi
gunakan nilai Rf berikut yang lebih tinggi.
15
2
Teknik Elektronika Dasar
15
3
Teknik Elektronika Dasar
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
15
4
Teknik Elektronika Dasar
1. Catu daya polaritas ganda yang dapat diatur sampai +/- 18 volt.
2. Osiloskop.
3. Frekuency counter.
Komponen yang Diperlukan :
1. IC LM393 1 buah
4. Resistor 1 k 1 buah
15
5
Teknik Elektronika Dasar
Langkah Kerja :
1. Hubungkan rangkaian seperti yang diperlihatkan pada gambar 5.12,
menggunakan nilai resistansi yang sesuai untuk Rf yang telah anda
tentukan dalam persiapan praktik. Jika rangkaian anda tidak berosilasi
gunakan nilai Rf berikut yang lebih tinggi.
15
6
Teknik Elektronika Dasar
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
15
7
Teknik Elektronika Dasar
15
8
Teknik Elektronika Dasar
BAB III
EVALUASI
15
9
Teknik Elektronika Dasar
BAB IV
PENUTUP
16
0
Teknik Elektronika Dasar
DAFTAR PUSTAKA
National Semiconductor, LM393 low power low offset voltage dual comparators
http://www.elektroniclab.com
16
1