Secara harfiah, budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki arti : pikiran, akal budi, atau sejumlah pola sikap, keykinan, dan perasaan tertentu yang mendasari, mengarahkan dan memberi arti pada tingkah laku seseorang dalam suatu masyrakat. Sedangkan perusahaanadalah kegiatan (pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu,mengolah atau membuat barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dan sebagainya). Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa, budaya perusahaan (corporate culture) adalah keyakinan, nilai, kepercayaan, dan norma bersama yang menjadi ciri perusahaan dan diikuti oleh anggota perusahaan. Budaya memberikan kerangka acuan umum bagi anggota perusahaan yang dapat digunakan untuk menafsirkan peristiwa dan fakta di lingkungan perusahaan. Budaya mengirim pesan kepada orang-orang didalam perusahaan tentang bagaimana bisnis dilakukan.
Faktor yang membedakan budaya perusahaan yang satu dengan yang lain.
Budaya perusahaan bervariasi karena perbedaan nilai-nilai bersama dari
organisasi, tingkat heirarki, latar belakang budaya karyawan, dan orientasi perusahaan. Faktor-faktor ini membentuk karakteristik budaya masing-masing perusahaan. Misalnya, terkait dengan orientasi, beberapa perusahaan lebih berorientasi pada orang, sementara yang lain berorientasi pada tugas. Dalam orientasi orang, budaya cenderung memprioritaskan orang ketika membuat keputusan dan percaya bahwa orang mendorong kinerja dan produktivitas. Sementara itu, dalam orientasi tugas, budaya menekankan efisiensi dan kualitas untuk mendorong kinerja dan produktivitas. Interaksi antara anggota organisasi lebih kaku dan birokratis.
Jenis-jenis Budaya Perusahaan.
Berdasarkan dimensi keramahan dalam hubungan antara orang-orang dalam
suatu organisasi dan dimensi soliditas (solidaritas tinggi berarti bahwa orang dapat bekerja sama dengan baik menuju tujuan bersama, bahkan ketika mereka memiliki perselisihan atau konflik pribadi), ada empat jenis budaya perusahaan: Budaya komunal (communal culture): memberi anggotanya rasa memiliki dan juga didorong tugas. Pemimpin budaya ini biasanya sangat inspirasional dan karismatik. Sisi negatifnya adalah mereka sering memiliki pengaruh terlalu besar dan anggota jarang vokal. Budaya jaringan (networked culture): anggota adalah sebagai teman dan keluarga yang memiliki kontak dekat dan peduli satu sama lain. Mereka bersedia saling membantu dan berbagi informasi. Sisi negatifnya adalah mereka begitu dekat dan ramah satu sama lain sehingga mereka enggan mengkritik kinerja yang buruk. Mercenary culture: berfokus pada tujuan yang ketat. Tujuan harus dipenuhi dan pekerjaan dilakukan dengan cepat. Semua orang fokus pada tujuan dan objektivitas. Sisi negatifnya adalah mereka yang kinerjanya buruk mungkin diperlakukan tidak manusiawi. Budaya terfragmentasi (fragmented culture): rasa memiliki dan identifikasi dengan organisasi biasanya sangat lemah. Para individualis merupakan organisasi, dan komitmen mereka diberikan pertama kepada anggota individu dan pekerjaan tugas. Sisi negatifnya adalah kurangnya kerjasama.
Dimungkinkan untuk mengkategorikan budaya organisasi sebagai:
Budaya integratif: menekankan konsensus dan konsistensi, prediktabilitas,
dan kejelasan. Integrasi ini membawa kesatuan, kepastian, dan kejelasan untuk pengalaman kerja. Budaya yang dibedakan (differentiated culture): mentolerir subkultur dengan beberapa variasi dalam nilai dan perilaku. Subkultur berkembang yang memiliki konsensus internal tentang nilai dan asumsi dasar tetapi sangat berbeda antara masing-masing subkultur. Ini seringkali menghasilkan inkonsistensi di seluruh organisasi. Budaya terfragmentasi: memungkinkan keragaman menjadi aturan daripada pengecualian. Ada banyak interpretasi nilai dan asumsi, yang menghasilkan ambiguitas besar. Ketidakjelasan ini dapat muncul dari perubahan cepat di dalam organisasi, keragaman pertumbuhan angkatan kerja, dan lingkungan global yang semakin meningkat. Pentingnya Budaya Perusahaan.
Jika strategi menawarkan logika formal untuk mengarahkan orang ke arah
tujuan perusahaan, maka budaya mengekspresikan tujuan melalui nilai-nilai dan kepercayaan. Budaya memandu kegiatan melalui asumsi bersama dan norma kelompok. Karena membentuk sikap dan perilaku, budaya dapat menjadi energi menuju tujuan bersama. Itu tidak hanya mendorong karyawan untuk bekerja keras untuk mencapai target, tetapi merasa senang melakukannya. Oleh karena itu, budaya mempengaruhi produktivitas dan kinerja mereka (dan juga perusahaan). Citra perusahaan di mata para pemangku kepentingan juga tergantung pada norma dan standar perusahaan dalam menciptakan nilai. Ketika sebuah perusahaan menuntut karyawannya untuk menghormati pelanggan, itu memberi kesan positif. Memberikan layanan pelanggan yang luar biasa membutuhkan budaya dan pola pikir yang menekankan layanan yang sempurna dan pemecahan masalah pelanggan. Demikian juga, ketika perusahaan mengedepankan masalah lingkungan, publik akan melihatnya sebagai perilaku positif. Pada akhirnya, kombinasi budaya yang selaras dengan strategi dan kepemimpinan mendorong hasil positif. Sebaliknya, budaya yang tidak efektif dapat mengurangi kinerja organisasi. Tingkat absensi tinggi, turnover tinggi, dan hubungan pelanggan yang buruk adalah contoh dampak budaya buruk. Itu semua merugikan perusahaan. Kegagalan merger dan akuisisi seringkali berasal dari masalah budaya. Konflik budaya muncul karena masing-masing perusahaan membawa budaya yang berbeda. Tidak mudah untuk mendamaikan perbedaan di antara mereka dan membangun fondasi bersama untuk masa depan.