(CNIDARIA)
OLEH :
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
GAMBAR SPESIMEN 1 Acropora sp KETERANGAN:
1. Mulut
2. Tentakel
3. Polyps
4. Zooxanthellae
5. Nematocyst
6. Lempeng dasar
7. Konestrum
KLASIFIKASI:
Kingdom: Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora sp
Acropora sp memiliki bentuk morfologi spesimen 4 bercabang,
berwarna coklat muda, terdapat di kedalaman laut 3-5 m,
menempel pada batu karang, percabangan panjang. Acropora sp
dikenal sebagai meja karang dan bercabang. Dari morfologinya
merupakan koloni yang sangat umum dijumpai dalam bentuk
bercabang, meja dan bersemak-semak. Bentuk mengerak
(encrusting) dan submasif jarang ditemukan. Memiliki dua tipe
korait yaitu : axial koralit dan radial koralit. Tidak memiliki
kolumela. Dinding koralit terpisah dengan konestum (koralit
memilki dinding masing-masing). Polip hanya muncul di malam
hari. Acropora Kebanyakan coklat atau hijau tetapi beberapa
berwarna cerah dan mereka karang langka dihargai oleh
aquarists ( Suharsono, 2008). Acropora sp merupakan koloni
individu yang dikenal sebagai polip, yang sekitar 2 mm dan
berbagi jaringan dan bersih saraf . Polip dapat menarik kembali
ke karang dalam menanggapi gerakan atau gangguan oleh
Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
1. mulut
2. tentakel
3. gonad
4. gastric filamen
5. mesensim
6. stomach
7. ektoderm
8. endoderm
9. subgenital pit
10. oval arm
KLASIFIKASI:
Kingdom: Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Fungiidae
Genus : Fungia
Spesies : Fungia sp
Dari segi morfologi Fungia sp merupakan karang yang
berbentuk seperti jamur. Tubuh Fungia sp terdapat skeleton
yang dibuat oleh epidermis atau ektoderm dari CaCO3 dan
bentuknya seperti mangkuk. Bagian oral agak melebar seperti
corong yang dihiasi dengan rangkaian tentakel tentakel yang
membentuk seperti daun bunga, panjang tubuh sekitar 7 sampai
10 cm, Tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1 meter.
Tubuh radial simetris dengan warna tubuh putih kekuningan.
Tubuh terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian cakram
pedal atau bagian kaki, bagian kolumna atau scapus atau bagian
batang tubuh dan bagian cakram oral atau capitulum titik antara
bagian cakram pedal dengan bagian kapus dihubungkan oleh
bagian yang disebut limbus. Sedang bagian cakram pedal
dengan bagian kapus dihubungkan oleh bagian yang disebut
limbus. sedangkan antar ascaphus dengan bagian cakram oral
dihubungkan oleh bagian yang disebut Coral. Mulut terletak di
dasar dan menghubungkan dengan rongga pencernaan oleh
bagian yang disebut stomedeum ( Oemardjati, 2000). Sedangkan
kalau dilihat dari segi anatomi Fungia sp memiliki
gastrovaseculer yang dimulai dengan mulut, mulut dihubungkan
dengan colenteron oleh suatu saluran yang berbentuk seperti
tabung yang disebut stomodeum. Saluran stomodeum itu
Gambar 2. Fungia sp disepanjang sisanya dilengkapi alur cincin yang bersilia disebut
(Sumber gambar: Oemardjati 2000) siphonoglyph. Dinding rongga anteron mengadakan pelipatan
secara konsentris yang biasa disebut septa. Rongga coelenteron dibagi menjadi bersekat-sekat oleh enam buah septa atau mesentris sehingga terbentuklah enam
ruang. Epitelium yang melapisi stomodeum berasal dari ektoderm. Infundibulum serta saluran-saluran lain dilapisi oleh gastrodermis. Batas antara ektoderm dan
endoderm ialah pada batas stomodeum dan infundibulum. Letak mulut pada Fungia sp tidak langsung berhubungan kerongkongan sebelah dalam. Gonadnya
berasal dari lapisan gastrodermal. Bentuk fisiologi yang dimiliki oleh Fungia sp yaitu terdiri dari sistem reproduksi dimana Spermatozoa pada jantan dipancarkan
masuk kedalam air lalu berenang – renang mencari tubuh betina. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan cara bertunas. Dalam hal pernapasan baik
pemasukan O2 maupun keluar Co2 berlangsumg secara difusi osmosis secara langsung melalui semua permukaan tubunya. Dalam proses pencernaan yaitu
dilakukan secara ekstraseluler dan intraseluler. Fungia sp tidak memilki alat eksresi khusus ( Suharsono, 2008). Habitat atau tempat hidup Fungia sp yaitu di air
laut hangat dan jernih dengan meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat pada dasar laut. Fungia sp memiliki peranan atau manfaat yang sangat penting
diantaranya yaitu sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dan
lain-lain. Sebagai “benteng” pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut, sehingga manusia dapat hidup di daerah dekat
pantai, sebagai tempat untuk wisata (Yusminah, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
1. Koralit
2. Septa
3. Kolumela
4. Teka
5. Bentuk percabangan
lembaran
KLASIFIKASI:
Kingdom: Animalia
Filum : Cnidaria
Ordo : Helioporacea
Famil : Helioporidae
Genus : Heliopora
Spesies : Heliopora sp
Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3 – 15
meter,koloninya memperlihatkan kemiripan dengan koloni yang
berada di perairan dalam, bagian cabang memiliki polip
transparan, umumnya berwarna coklat tua, sepintas karang ini
mirip dengan Porites cylindrica. Tersebar dari perairan
indonesia dan australia. Karang ini umumnya banyak hidup di
perairan dangkal dan berarus deras (Yusminah, 2007).
Heliopora sp adalah salah satu jenis Karang kolonial ini adalah
salah satu hal yang diketahui menghasilkan kerangka masif
kerangka ini bentuk dari agragsit mirip dengan skeraktinin.
Heliopora sp hidup di dalam tabung di dalam kerangka dan
dihubungkan oleh lapisan tipis jaringan di luar kerangka.
Heliopora sp adalah satu-satunya okto Coral yang masih ada
dengan kerangka masif dari araknoid vibrokristalin atau kalsium
karbonat. Ini adalah spesies harmatopik dengan polip baru atau
abu-abu yang terletak di dalam kerangka yang masing-masing
Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
1. Koloni lembaran
2. Teka
3. Septa
4. kolumela
KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Famili : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora sp
Bentuk morfologi Montipora sp ini yaitu seperti piring,
berwarna hijau kecoklatan, terdapat dikedalaman laut 3-5 m.
Koloni lembaran tipis dengan beberapa cenderung untuk
membentuk kolom. Verrucae merupakan tumpukan rendah yang
menyatu dengan tonjolan yang rapi. Koralit sejajar antara
pegunungan berwarna coklat pucat dengan pinggiran biru
pucat,polip sering kali berwarna putih.Bentuk morfologi
spesimen 8 karang seperti piring, berwarna hijau kecoklatan,
terdapat di kedalaman laut 3-5 m. Koloni lembaran tipis dengan
beberapa cenderung untuk membentuk kolom. Verrucae
merupakan tumpukan rendah yang menyatu dengan tonjolan
yang rapi. Koralit sejajar antara pegunungan berwarna coklat
pucat dengan pinggiran biru pucat. Polip seringkali berwarna
putih (Kasijan, 2009). Bentuk morfologi spesimen 7 karang
seperti piring, berwarna ungu dengan warna putih di pinggir,
terdapat di kedalaman laut 3-5 m. Koloni berbentuk lembaran,
Nyabakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT. Gramedia.
Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
GAMBAR SPESIMEN 5 Porites sp KETERANGAN:
1. koralit
2. koralum
3. teka
4. kolumela
5. septa
KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Sub Ordo : Fungiina
Famili : Poritidae
Genus : Porites
Spesies : Porites sp
Bentuk morfologi Porites sp, berwarna coklat kekuningan,
terdapat di kedalaman laut 3-5 m, terdapat rongga-rongga kecil,
bentuk permukaan lebih halus daripada favites. Karang massive
berbentuk kubah yang besar atau kecil, permukaan terkesan
halus dengan polip karang seragam, banyak dijumpai di rataan
terumbu dan tersebar hamper di seluruh perairan Indonesia
(Suharsono, 2008). Bentuk pertumbuhan karang porites ada 4
yaitu bertahtakan, sub besar, masif dan percabangan. Karang
porites berukuran besar biasanya ditemukan pada jenis masif
porites ukuran diameter dapat berkisar 1-10 m. porites memiliki
kerangka yang sangat padat sehingga karang ini memiliki masa
pertumbuhan yang sangat lambat, keberadaan karang ini dilaut
sering dikaitkan dengan perlindungan pantai dari abras. Karang
masif juga dapat dijadikan sebagai pemberi informasi kondisi
lingkungan perairan dimasa lalu karena skeletonnya merupakan
perekam yang baik terhadap perubahan suhu, hara dan
Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Wiyanto, D. 2006. Studi laju pertumbuhan karang massive panca warna (porites lutea) diperairan
prancak sepuluh kabupaten bangkalan. Jurnal Ilmu Kelautan. 2(4): 120-122.
Yamazato. 1986. Klasifikasi Karang Soliter. Jurnal Fungia Scutaria.13 (57): 122-125.
GAMBAR SPESIMEN 6 Pacillopora sp KETERANGAN:
1. polip
2. calce
3. coralite
4. septum
5. kosta
6. kolumella
7. coralite wall
8. coenostum
9. vesikular exotheca
10. tubular endotheca
KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Famili : Pocilloporidae
Genus : Pocillopora
Spesies : Pocillopora sp
Castro menemukan Pocillopora sp Berasosiasi dengan
trapeziidae yang membatasi distribusi dari biota biota dekapoda
dibawah tekanan predasi yang tinggi dan menunjukkan bahwa
ikan ikan predator berperan dalam mengurangi biota dekapoda
yang terdapat pada karang mati tersebut. Genus pocillopora
merupakan satu satunya genus pada karang yang memiliki
verrucae. Hal tersebut menjadi ciri khas yang membedakan
dengannya dengan genus genus karang lain (Kastawi, 2003).
Genus dari spesies ini memiliki 5 spesies, beberapa diantaranya
umum secara lokal. Di lokasi yang terbuka, bentuk pertumbuhan
cenderung relatif kerdil sedangkan yang berasal dari perairan
yang lebih dalam dan terlindungi, cabangnya mungkin lebih
tipis dan bentuk pertumbuhannya lebih terbuka. Mereka kuat
dan tersebar luas, warna dapat bervariasi dari krem sampai
coklat, merah muda, hijauatau biru. Catatan ekologisnya lereng
terumbu bagian atas yang sering terlihat, perairan dan laguna
Nyabakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT. Gramedia.
GAMBAR SPESIMEN 7 Plesiastrea sp KETERANGAN:
1. substrat
2. mulut
3. pori
KLASIFIKASI:
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : faviidae
Genus : Plesiastrea
Spesies : Plesiastrea sp
Koloni Plesiastrea sp ada dapat berumur panjang, sehingga
analisis komposisi internalnya memungkinkan untuk
menyimpulkan catatan iklim selama beberapa dekade dan abad
terakhir, di lokasi tempat karang tumbuh. Menjadi satu-satunya
genus karang di perairan beriklim sedang yang mampu tumbuh
secara masif (dengan ketebalan hingga satu meter), indikator
berharga dari catatan iklim laut beriklim sedang. Plesiastrea sp
juga merupakan model komunikasi antara karang dan
zooxanthellae-nya. Zat yang berkomunikasi dengan simbion
adalah senyawa larut yang dihasilkan inang yang dapat
menandakan pelepasan produk fotosintesis (terutama gliserol)
oleh zooxanthellae,atau dapat menghambat fotosintesis.
Fenomena ini berpotensi digeneralisasikan ke genera karang
lain, karena strain Symbiodinium identik sering terjadi pada
beberapa genera inang karang. Plesiastrea sp adalah jenis inang
untuk simbion minor yang baru dideskripsikan Chromera velia,
yang terdapat dalam jumlah kecil pada koloni karang inang
Plesiastrea sp dibandingkan dengan Symbiodinium dominan
yang hadir dalam jumlah besar, sampai pada titik di mana Sel C.
velia mungkin hampir tidak terdeteksi di inang kecuali dengan
kultur (Suharsono, 2008). Inang Plesiastrea sp bereproduksi
secara seksual, dengan larva memperoleh alga simbiosis dari
Gambar 7. Plesiastrea sp lingkungan, meskipun bukti anekdotal menunjukkan beberapa
(Sumber gambar: Suharsono 2008) simbion juga dapat ditularkan melalui telur, menunjukkan
penularan dapat dicampur dalam spesies inang ini. Spesies ini mengadopsi berbagai warna, menjadi pigmen inang yang melindungi karang dari radiasi
ultraviolet. Koloni sering terjadi berdekatan satu sama lain, dan berhubungan satu sama lain. Kisaran morph warna P. versipora sangat luas sehingga sangat
sering terlihat jelas dari warnanya di mana satu koloni dimulai dan yang lainnya berakhir. Hidup di sebagian besar lingkungan terumbu, termasuk lingkungan
yang teduh seperti di bawah overhang. Subtidal. Juga terjadi di tepi pantai berbatu yang terlindung dari paparan gelombang kuat, di bagian belakang dan lereng
depan terumbu, di laguna dan saluran terumbu luar. Anggota kelas Anthozoa adalah gonochoric atau hermaphroditic. Gamet dewasa ditumpahkan ke dalam
coelenteron dan bertelur melalui mulut. Siklus hidup: Zigot berkembang menjadi larva planula planktonik. Metamorfosis dimulai dengan morfogenesis awal
tentakel, septa dan faring sebelum penyelesaian larva di ujung aboral. Gamet dewasa ditumpahkan ke dalam coelenteron dan bertelur melalui mulut. Siklus
hidup: Zigot berkembang menjadi larva planula planktonik. Metamorfosis dimulai dengan morfogenesis awal tentakel, septa dan faring sebelum menetap larva di
ujung aboral (Wiyanto, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Wiyanto, D. 2006. Studi laju pertumbuhan karang massive panca warna (porites lutea) diperairan
prancak sepuluh kabupaten bangkalan. Jurnal Ilmu Kelautan. 2(4): 120-122.
GAMBAR SPESIMEN 8 Pavona sp KETERANGAN:
1. Tentakel
2. Mulut
3. Stomach
4. Gastrodermis
5. Coenosarc
6. Digestive filamen
7. Septum
8. Theca
9. Basal plate
10. Mesoglea
11. Nematosit
12. Endoderm
13. Zooxanthellae
14. ektoderm
KLASIFIKASI:
Kingdom: Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Famili : Agariciidae
Genus: Pavona
Spesies : Pavona sp
Pavona sp memiliki berbagai bentuk yang berbeda termasuk
yang masif, berkelok-kelok, berbentuk kolom, seperti daun, dan
seperti piring. spesies dapat bervariasi dalam bentuk sesuai
dengan arus, gelombang, kondisi pencahayaan, dan kedalaman
lokasinya. dibedakan dari karang lain karena tidak memiliki
dinding ke koralit , tetapi memiliki septokosta yang berbatas
jelas yang menghubungkan setiap koralit dengan tetangganya,
memberikan pola seperti bunga pada permukaan karang.
Corallites sendiri merupakan cekungan dangkal dengan
columella sentral dan dapat dipisahkan oleh pegunungan. Jika
mereka tidak mendapatkan cukup nutrisi atau “makanan” dari
fotosintesis, mereka beralih ke mode autotrofik, dan
mendapatkan sebagian nutrisi dari alga simbiosisnya. Mereka
juga dapat menyerap nutrisi dari mengambil bahan organik
terlarut dari air dan bahkan menggunakan karbon dioksida untuk
mengubahnya menjadi sumber karbon organik yang dapat
Nyabakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT. Gramedia.