Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN

(CNIDARIA)

OLEH :

NAMA : NUR AZIZAH


NIM : 1903155502
KELAS : BIOLOGI B
KELOMPOK :5
ASISTEN : Syah Fitri Yani

LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
GAMBAR SPESIMEN 1 Acropora sp KETERANGAN:

1. Mulut
2. Tentakel
3. Polyps
4. Zooxanthellae
5. Nematocyst
6. Lempeng dasar
7. Konestrum

KLASIFIKASI:

Kingdom: Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora sp
Acropora sp memiliki bentuk morfologi spesimen 4 bercabang,
berwarna coklat muda, terdapat di kedalaman laut 3-5 m,
menempel pada batu karang, percabangan panjang. Acropora sp
dikenal sebagai meja karang dan bercabang. Dari morfologinya
merupakan koloni yang sangat umum dijumpai dalam bentuk
bercabang, meja dan bersemak-semak. Bentuk mengerak
(encrusting) dan submasif jarang ditemukan. Memiliki dua tipe
korait yaitu : axial koralit dan radial koralit. Tidak memiliki
kolumela. Dinding koralit terpisah dengan konestum (koralit
memilki dinding masing-masing). Polip hanya muncul di malam
hari. Acropora Kebanyakan coklat atau hijau tetapi beberapa
berwarna cerah dan mereka karang langka dihargai oleh
aquarists ( Suharsono, 2008). Acropora sp merupakan koloni
individu yang dikenal sebagai polip, yang sekitar 2 mm dan
berbagi jaringan dan bersih saraf . Polip dapat menarik kembali
ke karang dalam menanggapi gerakan atau gangguan oleh

predator mungkin, tapi ketika mereka tidak terganggu sedikit


Gambar 1. Acropora sp
menonjol. Polip biasanya memperpanjang lebih lanjut di malam
(Sumber gambar: Suharsono 2008)
hari saat mereka menangkap zooplankton dari air. Tingkat
pertumbuhan karang Acropora jauh lebih cepat dari pada sebagian besar karang lain. Untuk memaksimalkan tingkat pertumbuhan mereka, sangat penting untuk
mempertahankan pH tinggi, alkalinitas dan tingkat kalsium, dan untuk menjaga kadar fosfat dan nitrat mendekati nol mungkin. Jika kondisi ideal, juga dapat
dikultur dan tumbuh menjadi koloni baru dari hidup fragmen atau pecahan-pecahan. karang Acropora sp menerima sebagian besar kebutuhan gizi mereka dari
fotosintesis, tetapi akan mendapatkan keuntungan dari penambahan berbagai jenis nabati dan zooplankton ( Yusminah, 2007). Apabila dalam kondisi arus yang
lemah, Acropora sp menjadi sangat intoleran terhadap penutupan sedimen dan akan menderita kematian yang tidak dapat balik apabila sedimentasi mengubur
keseluruhan karang dan hal ini berbeda dengan karang jenis porites yang mampu melakukan recovery meskipun telah terkubur keseluruhan selama 3 hari
(Suharsono, 2008). Acropora sp paling umum di temukan di lingkungan terumbu dangkal dengan cahaya terang dan sedang hingga gerakan air yang tinggi.
Banyak ikan karang kecil tinggal di dekat koloni Acropora dan mundur ke dalam rumpun cabang jika terancam. Banyak Acropora tumbuh dengan cepat dan
koloni individu dapat melebihi 1 meter di seberang di alam liar. Karang ini memiliki zooxanthellae, simbiosis alga yang hidup di karang sel-sel dan menghasilkan
energi untuk hewan melalui fotosintesis. Peranan dari Acropora sp atau karang merupakan komponen utama pembentukan ekosistem terumbu karang. Ekosistem
terumbu karang merupakan tempat hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Karang dipantai juga sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah
pengikisan pantai (Yusminah, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Yusminah, Hala. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alaudin Press.


GAMBAR SPESIMEN 2 Fungia sp KETERANGAN:

1. mulut
2. tentakel
3. gonad
4. gastric filamen
5. mesensim
6. stomach
7. ektoderm
8. endoderm
9. subgenital pit
10. oval arm

KLASIFIKASI:

Kingdom: Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Fungiidae
Genus : Fungia
Spesies : Fungia sp
Dari segi morfologi Fungia sp merupakan karang yang
berbentuk seperti jamur. Tubuh Fungia sp terdapat skeleton
yang dibuat oleh epidermis atau ektoderm dari CaCO3 dan
bentuknya seperti mangkuk. Bagian oral agak melebar seperti
corong yang dihiasi dengan rangkaian tentakel tentakel yang
membentuk seperti daun bunga, panjang tubuh sekitar 7 sampai
10 cm, Tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1 meter.
Tubuh radial simetris dengan warna tubuh putih kekuningan.
Tubuh terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian cakram
pedal atau bagian kaki, bagian kolumna atau scapus atau bagian
batang tubuh dan bagian cakram oral atau capitulum titik antara
bagian cakram pedal dengan bagian kapus dihubungkan oleh
bagian yang disebut limbus. Sedang bagian cakram pedal
dengan bagian kapus dihubungkan oleh bagian yang disebut
limbus. sedangkan antar ascaphus dengan bagian cakram oral
dihubungkan oleh bagian yang disebut Coral. Mulut terletak di
dasar dan menghubungkan dengan rongga pencernaan oleh
bagian yang disebut stomedeum ( Oemardjati, 2000). Sedangkan
kalau dilihat dari segi anatomi Fungia sp memiliki
gastrovaseculer yang dimulai dengan mulut, mulut dihubungkan
dengan colenteron oleh suatu saluran yang berbentuk seperti
tabung yang disebut stomodeum. Saluran stomodeum itu
Gambar 2. Fungia sp disepanjang sisanya dilengkapi alur cincin yang bersilia disebut
(Sumber gambar: Oemardjati 2000) siphonoglyph. Dinding rongga anteron mengadakan pelipatan
secara konsentris yang biasa disebut septa. Rongga coelenteron dibagi menjadi bersekat-sekat oleh enam buah septa atau mesentris sehingga terbentuklah enam
ruang. Epitelium yang melapisi stomodeum berasal dari ektoderm. Infundibulum serta saluran-saluran lain dilapisi oleh gastrodermis. Batas antara ektoderm dan
endoderm ialah pada batas stomodeum dan infundibulum. Letak mulut pada Fungia sp tidak langsung berhubungan kerongkongan sebelah dalam. Gonadnya
berasal dari lapisan gastrodermal. Bentuk fisiologi yang dimiliki oleh Fungia sp yaitu terdiri dari sistem reproduksi dimana Spermatozoa pada jantan dipancarkan
masuk kedalam air lalu berenang – renang mencari tubuh betina. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan cara bertunas. Dalam hal pernapasan baik
pemasukan O2 maupun keluar Co2 berlangsumg secara difusi osmosis secara langsung melalui semua permukaan tubunya. Dalam proses pencernaan yaitu
dilakukan secara ekstraseluler dan intraseluler. Fungia sp tidak memilki alat eksresi khusus ( Suharsono, 2008). Habitat atau tempat hidup Fungia sp yaitu di air
laut hangat dan jernih dengan meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat pada dasar laut. Fungia sp memiliki peranan atau manfaat yang sangat penting
diantaranya yaitu sebagai tempat hidupnya ikan-ikan yang banyak dibutuhkan manusia untuk pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dan
lain-lain. Sebagai “benteng” pelindung pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang atau ombak laut, sehingga manusia dapat hidup di daerah dekat
pantai, sebagai tempat untuk wisata (Yusminah, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Oemardjati, S. 2000. Taksonomi Avertebrata. Jakarta: Universitas Indonesia.

Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Yusminah, Hala. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alaudin Press.


GAMBAR SPESIMEN 3 Heliopora sp KETERANGAN:

1. Koralit
2. Septa
3. Kolumela
4. Teka
5. Bentuk percabangan
lembaran

KLASIFIKASI:

Kingdom: Animalia
Filum : Cnidaria
Ordo : Helioporacea
Famil : Helioporidae
Genus : Heliopora
Spesies : Heliopora sp
Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3 – 15
meter,koloninya memperlihatkan kemiripan dengan koloni yang
berada di perairan dalam, bagian cabang memiliki polip
transparan, umumnya berwarna coklat tua, sepintas karang ini
mirip dengan Porites cylindrica. Tersebar dari perairan
indonesia dan australia. Karang ini umumnya banyak hidup di
perairan dangkal dan berarus deras (Yusminah, 2007).
Heliopora sp adalah salah satu jenis Karang kolonial ini adalah
salah satu hal yang diketahui menghasilkan kerangka masif
kerangka ini bentuk dari agragsit mirip dengan skeraktinin.
Heliopora sp hidup di dalam tabung di dalam kerangka dan
dihubungkan oleh lapisan tipis jaringan di luar kerangka.
Heliopora sp adalah satu-satunya okto Coral yang masih ada
dengan kerangka masif dari araknoid vibrokristalin atau kalsium
karbonat. Ini adalah spesies harmatopik dengan polip baru atau
abu-abu yang terletak di dalam kerangka yang masing-masing

mengandung 8 tentakel kolonialnya berbentuk kolom lempengan


Gambar 3. Heliopora sp
atau bercabang. Ini adalah spesies toleran dan digunakan di
(Sumber gambar: Yusminah, 2007)
akuarium base. Besi memberi warna unik pada kerangka
Heliopora sp yang memungkinkan pengenalan mudah pada fosil. Dengan demikian ini cukup melimpah dalam pantunologi dengan fosil yang menunjukkan
bahwa spesies tersebut telat tidak berubah sejak zaman kapur koloninya memperlihatkan bahwa dia berada di perairan dalam kemudian cangkang cabang
memiliki polip transparasi (Suharsono, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Yusminah, Hala. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alaudin Press.


GAMBAR SPESIMEN 4 Montipora sp KETERANGAN:

1. Koloni lembaran
2. Teka
3. Septa
4. kolumela

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Famili : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora sp
Bentuk morfologi Montipora sp ini yaitu seperti piring,
berwarna hijau kecoklatan, terdapat dikedalaman laut 3-5 m.
Koloni lembaran tipis dengan beberapa cenderung untuk
membentuk kolom. Verrucae merupakan tumpukan rendah yang
menyatu dengan tonjolan yang rapi. Koralit sejajar antara
pegunungan berwarna coklat pucat dengan pinggiran biru
pucat,polip sering kali berwarna putih.Bentuk morfologi
spesimen 8 karang seperti piring, berwarna hijau kecoklatan,
terdapat di kedalaman laut 3-5 m. Koloni lembaran tipis dengan
beberapa cenderung untuk membentuk kolom. Verrucae
merupakan tumpukan rendah yang menyatu dengan tonjolan
yang rapi. Koralit sejajar antara pegunungan berwarna coklat
pucat dengan pinggiran biru pucat. Polip seringkali berwarna
putih (Kasijan, 2009). Bentuk morfologi spesimen 7 karang
seperti piring, berwarna ungu dengan warna putih di pinggir,
terdapat di kedalaman laut 3-5 m. Koloni berbentuk lembaran,

koralit kecil tenggelam dan tidak mempunyai septa. Konesteum


Gambar 4. Montipora sp
(Sumber gambar: Nyabakken, 1992) berbentuk bukit-bukit kecil sehingga permukaan koloni selalu
terlihat kasar dan porus. Sebaran dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia (Suharsono, 2008). Bentuk koloni bervariasi, ada yang submasif, laminar,
menempel ataupun bercabang. Ukuran koralit umumnya kecil. Septa umumnya memiliki dua lingkaran dengan bagian ujung muncul keluar. Apabila disentuh
maka akan terasa tajam. Tidak memiliki columella. Dinding koralit dan coenosteum keropos. Coenosteum memiliki beberapa tipe: Papillae bila coenosteum lebih
kecil dibandingkan dengan ukuran koralit, dan tuberculae jika sebaliknya. Apabila berkelompok mengelilingi koralit disebut thecal papillae dan juga ada thecal
tuberculae. Tentakel umumnya keluar pada malam hari. Genus Montipora sering ditemukan mendominasi suatu daerah. Sangat tergantung pada kejernihan suatu
perairan. Biasanya berada pada perairan dangkal berkaitan dengan intensitas cahaya yang diperolehnya dengan bentuk koloni berupa lembaran. Dijumpai pada
kedalaman 2 - 6 meter. Peran dalam habitat yaitu, Montipora sp merupakan salah satu blok bangunan penting dari karang. Bersama dengan anggota lain dari
keluarga Acroporidae, Montipora merupakan spesies pembentuk karang. Dengan percabangan bentuk memberikan perlindungan bagi semua jenis hewan
termasuk kuda laut, kerang kecil dan semua jenis kepiting. Manfaatnya meliputi, Montipora karang diambil dari alam liar untuk perdagangan akuarium hidup dan
koloni liar sering diambil dari terumbu karang alami untuk memasok permintaan ini. Ada upaya untuk membudidayakan beberapa keras, cepat-tumbuh spesies
Montipora untuk perdagangan akuarium hidup sehingga mengurangi tekanan koleksi dari alam. Meskipun dibesarkan captive karang sehat dan lebih mudah
untuk merawat spesimen yang dikumpulkan dari alam liar, Coral beef harganya lebih mahal (Nyabakken, 1992).
DAFTAR PUSTAKA

Kasijan, Sri. 2009. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.

Nyabakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT. Gramedia.

Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
GAMBAR SPESIMEN 5 Porites sp KETERANGAN:

1. koralit
2. koralum
3. teka
4. kolumela
5. septa

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Sub Ordo : Fungiina
Famili : Poritidae
Genus : Porites
Spesies : Porites sp
Bentuk morfologi Porites sp, berwarna coklat kekuningan,
terdapat di kedalaman laut 3-5 m, terdapat rongga-rongga kecil,
bentuk permukaan lebih halus daripada favites. Karang massive
berbentuk kubah yang besar atau kecil, permukaan terkesan
halus dengan polip karang seragam, banyak dijumpai di rataan
terumbu dan tersebar hamper di seluruh perairan Indonesia
(Suharsono, 2008). Bentuk pertumbuhan karang porites ada 4
yaitu bertahtakan, sub besar, masif dan percabangan. Karang
porites berukuran besar biasanya ditemukan pada jenis masif
porites ukuran diameter dapat berkisar 1-10 m. porites memiliki
kerangka yang sangat padat sehingga karang ini memiliki masa
pertumbuhan yang sangat lambat, keberadaan karang ini dilaut
sering dikaitkan dengan perlindungan pantai dari abras. Karang
masif juga dapat dijadikan sebagai pemberi informasi kondisi
lingkungan perairan dimasa lalu karena skeletonnya merupakan
perekam yang baik terhadap perubahan suhu, hara dan

pencemar. Porites dapat hidup pada berbagai macam habitat


Gambar 5. Porites sp
seperti pada daerah yang berbatu, berpasir dan pada pecahan
(Sumber gambar: Suharsono 2008)
karang (Yamazato, 1986). Karakteristik Porites sp yaitu bentuk
hidupnya berupa polip, bentuknya seperti batu koral karena mengandung CaCO3. Koloni mempunyai bentuk perubahan massive, encrusting, bercabang dan
lembaran kecil cereoid. Septa saling bersatu dan membentuk struktur yang khas yang dipakai untuk Identifikasi jenis. Ciri khas ini antara lain adalah adanya tiga
Septa yang bergabung jadi satu disebut triplet dengan satu pali. Porites mempunyai jenis sekitar 25 jenis, tersebar di seluruh perairan Indonesia (Suharsono,
2008). Porites merupakan karang yang mampu hidup pada berbagai kondisi Iingkungan seperti pada daerah yang memiliki ragam variasi dalam sedimentasi
tinggi, daerah yang mempunyai fluktuasi salinitas yang tinggi (Wiyanto 2006). Sebagai ekosistem yang sangat produktif pengelolaan terumbu karang secara
lestari dan berkesinambungan sangatlah penting artinya. Usaha konservasi terumbu karang membutuhkan suatu pengetahuan tentang pertumbuhan karang
khususnya laju pertumbuhannya. Koloni massive Porites sp menjelaskan koloni massive porites lobata berukuran besar dengan permukaan relatif kasar dengan
koralit relatif besar, koralit mempunyai kolumela dengan septa mempunyai dua tentakel, Seperti triplet tidak bersatu, warna coklat keabu-abuan dan tersebar di
seluruh perairan Indonesia serta sangat umum dijumpai di rataan terumbu sampai daerah tubirsangat umum dijumpai di rataan terumbu sampai daerah tubir.
Sedangkan koloni massive porites lutea. berbentuk kubah yang besar atau mikroatol, permukaan koloni terkesan halus dengan bentuk koralit yang seragam,
coklat tua atau muda dan Sangat umum dijumpai di rataan terumbu. Tersebar di seluruh perairan Indonesia. Substrat merupakan parameter lingkungan yang
mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan karang. Lebih lanjut Subtrat adalah tempat hewan karang dapat tumbuh, hewan karang membutuhkan subtrat
yang kompak dan keras untuk menempel, Substrat yang baik untuk pertumbuhan terumbu karang yaitu substrat yang keras dan bersih dari lumpur (Suharsono,
2008).
DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Wiyanto, D. 2006. Studi laju pertumbuhan karang massive panca warna (porites lutea) diperairan
prancak sepuluh kabupaten bangkalan. Jurnal Ilmu Kelautan. 2(4): 120-122.

Yamazato. 1986. Klasifikasi Karang Soliter. Jurnal Fungia Scutaria.13 (57): 122-125.
GAMBAR SPESIMEN 6 Pacillopora sp KETERANGAN:

1. polip
2. calce
3. coralite
4. septum
5. kosta
6. kolumella
7. coralite wall
8. coenostum
9. vesikular exotheca
10. tubular endotheca

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Famili : Pocilloporidae
Genus : Pocillopora
Spesies : Pocillopora sp
Castro menemukan Pocillopora sp Berasosiasi dengan
trapeziidae yang membatasi distribusi dari biota biota dekapoda
dibawah tekanan predasi yang tinggi dan menunjukkan bahwa
ikan ikan predator berperan dalam mengurangi biota dekapoda
yang terdapat pada karang mati tersebut. Genus pocillopora
merupakan satu satunya genus pada karang yang memiliki
verrucae. Hal tersebut menjadi ciri khas yang membedakan
dengannya dengan genus genus karang lain (Kastawi, 2003).
Genus dari spesies ini memiliki 5 spesies, beberapa diantaranya
umum secara lokal. Di lokasi yang terbuka, bentuk pertumbuhan
cenderung relatif kerdil sedangkan yang berasal dari perairan
yang lebih dalam dan terlindungi, cabangnya mungkin lebih
tipis dan bentuk pertumbuhannya lebih terbuka. Mereka kuat
dan tersebar luas, warna dapat bervariasi dari krem sampai
coklat, merah muda, hijauatau biru. Catatan ekologisnya lereng
terumbu bagian atas yang sering terlihat, perairan dan laguna

Gambar 6. Pocillopora sp (Nyabakken, 1992). Pacillopora sp tersebar luas dan dapat


(Sumber gambar: Kastawi 2003) diidentifikasikan dengan adanya pertumbuhan seperti kutil
dipermukaan koloninya dapat berbentuk kubah atau bercabang dan sangat bervariasi dalam warna dan bentuk tergantung pada kondisi lingkungannya. Spesies ini
terletak di terumbu karang yang tumbuh di laut cenderung kecil spesies yang berada di pedalaman seringkali keras dan terbuka. Setiap politik Individu memiliki
tentakel dan biasanya diperpanjang hanya pada malam hari. Polip adalah hermafrodit memiliki 4 set gamet jantan dari 4 set gamet betina. Pocillopora sp dapat
bereproduksi secara aseksual melalui fragnotasi. Mereka juga berproduksi secara seksual dan Larva berkembang di dalam daripada mengembang bebas di air
ketika sudah dewasa Larva dilepaskan dapat tetap berenang bebas selama beberapa minggu sebelum menetap di substrat. Karangpaci lo pora SP mengandung
alga simbiotik mikroskopis yang hidup di dalamnya melalui fotosintesis Alga Ini menghasilkan molekul kaya energi yang dapat diasimilasi oleh polip Karang
sebagai gantinya Karang memberikan akses ke sinar matahari bagi alga. Polip juga makan dengan menangkap Partikel kecil menggunakan tentakelnya. Sekarang
ini tersebar luas yang kadang menempel pada benda mengembang dan dapat dibawa oleh angin yang jauh (Kastawi, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Kastawi, Yusuf. 2003. Zoologi Avertebrata. Jakarta : JICA.

Nyabakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT. Gramedia.
GAMBAR SPESIMEN 7 Plesiastrea sp KETERANGAN:

1. substrat
2. mulut
3. pori

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : faviidae
Genus : Plesiastrea
Spesies : Plesiastrea sp
Koloni Plesiastrea sp ada dapat berumur panjang, sehingga
analisis komposisi internalnya memungkinkan untuk
menyimpulkan catatan iklim selama beberapa dekade dan abad
terakhir, di lokasi tempat karang tumbuh. Menjadi satu-satunya
genus karang di perairan beriklim sedang yang mampu tumbuh
secara masif (dengan ketebalan hingga satu meter), indikator
berharga dari catatan iklim laut beriklim sedang. Plesiastrea sp
juga merupakan model komunikasi antara karang dan
zooxanthellae-nya. Zat yang berkomunikasi dengan simbion
adalah senyawa larut yang dihasilkan inang yang dapat
menandakan pelepasan produk fotosintesis (terutama gliserol)
oleh zooxanthellae,atau dapat menghambat fotosintesis.
Fenomena ini berpotensi digeneralisasikan ke genera karang
lain, karena strain Symbiodinium identik sering terjadi pada
beberapa genera inang karang. Plesiastrea sp adalah jenis inang
untuk simbion minor yang baru dideskripsikan Chromera velia,
yang terdapat dalam jumlah kecil pada koloni karang inang
Plesiastrea sp dibandingkan dengan Symbiodinium dominan
yang hadir dalam jumlah besar, sampai pada titik di mana Sel C.
velia mungkin hampir tidak terdeteksi di inang kecuali dengan
kultur (Suharsono, 2008). Inang Plesiastrea sp bereproduksi
secara seksual, dengan larva memperoleh alga simbiosis dari
Gambar 7. Plesiastrea sp lingkungan, meskipun bukti anekdotal menunjukkan beberapa
(Sumber gambar: Suharsono 2008) simbion juga dapat ditularkan melalui telur, menunjukkan
penularan dapat dicampur dalam spesies inang ini. Spesies ini mengadopsi berbagai warna, menjadi pigmen inang yang melindungi karang dari radiasi
ultraviolet. Koloni sering terjadi berdekatan satu sama lain, dan berhubungan satu sama lain. Kisaran morph warna P. versipora sangat luas sehingga sangat
sering terlihat jelas dari warnanya di mana satu koloni dimulai dan yang lainnya berakhir. Hidup di sebagian besar lingkungan terumbu, termasuk lingkungan
yang teduh seperti di bawah overhang. Subtidal. Juga terjadi di tepi pantai berbatu yang terlindung dari paparan gelombang kuat, di bagian belakang dan lereng
depan terumbu, di laguna dan saluran terumbu luar. Anggota kelas Anthozoa adalah gonochoric atau hermaphroditic. Gamet dewasa ditumpahkan ke dalam
coelenteron dan bertelur melalui mulut. Siklus hidup: Zigot berkembang menjadi larva planula planktonik. Metamorfosis dimulai dengan morfogenesis awal
tentakel, septa dan faring sebelum penyelesaian larva di ujung aboral. Gamet dewasa ditumpahkan ke dalam coelenteron dan bertelur melalui mulut. Siklus
hidup: Zigot berkembang menjadi larva planula planktonik. Metamorfosis dimulai dengan morfogenesis awal tentakel, septa dan faring sebelum menetap larva di
ujung aboral (Wiyanto, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.

Wiyanto, D. 2006. Studi laju pertumbuhan karang massive panca warna (porites lutea) diperairan
prancak sepuluh kabupaten bangkalan. Jurnal Ilmu Kelautan. 2(4): 120-122.
GAMBAR SPESIMEN 8 Pavona sp KETERANGAN:

1. Tentakel
2. Mulut
3. Stomach
4. Gastrodermis
5. Coenosarc
6. Digestive filamen
7. Septum
8. Theca
9. Basal plate
10. Mesoglea
11. Nematosit
12. Endoderm
13. Zooxanthellae
14. ektoderm

KLASIFIKASI:

Kingdom: Animalia
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Famili : Agariciidae
Genus: Pavona
Spesies : Pavona sp
Pavona sp memiliki berbagai bentuk yang berbeda termasuk
yang masif, berkelok-kelok, berbentuk kolom, seperti daun, dan
seperti piring. spesies dapat bervariasi dalam bentuk sesuai
dengan arus, gelombang, kondisi pencahayaan, dan kedalaman
lokasinya. dibedakan dari karang lain karena tidak memiliki
dinding ke koralit , tetapi memiliki septokosta yang berbatas
jelas yang menghubungkan setiap koralit dengan tetangganya,
memberikan pola seperti bunga pada permukaan karang.
Corallites sendiri merupakan cekungan dangkal dengan
columella sentral dan dapat dipisahkan oleh pegunungan. Jika
mereka tidak mendapatkan cukup nutrisi atau “makanan” dari
fotosintesis, mereka beralih ke mode autotrofik, dan
mendapatkan sebagian nutrisi dari alga simbiosisnya. Mereka
juga dapat menyerap nutrisi dari mengambil bahan organik
terlarut dari air dan bahkan menggunakan karbon dioksida untuk
mengubahnya menjadi sumber karbon organik yang dapat

mereka makan (Nyabakken, 1992 ). Kedalaman Karang ini


Gambar 8. Pavona sp
banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter. Dan
(Sumber gambar: Nyabakken, 1992)
memiliki ciri-ciri koralit berbentuk tipis. Lempengan karangnya
saling berhubungan satu dengan yang lain. Koralit paralel dengan lempeng karang. Umumnya berwarna coklat muda dan coklat tua. Sepintas karang ini mirip
dengan P. danai dan P. cactus. Distribusi Pavona sp tersebar dari Perairan Indonesia, dan Australia. Dan karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal
(Kastawi, 2003).
DAFTAR PUSTAKA

Kastawi, Yusuf. 2003. Zoologi Avertebrata. Jakarta : JICA.

Nyabakken, James W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Jakarta: PT. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai