Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN

(PORIFERA)

OLEH :

NAMA : Muhamad Fauzan


NIM : 2003110486
KELAS : Biologi A
KELOMPOK :3
ASISTEN : Finny Farahiyah

LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KETERANGAN:
Leucosolenia sp. 1. Oskulum
2. Ostium
3. Branch
4. Bud

KLASIFIKASI:

Kerajaan : Animalia
Divisi : Porifera
Kelas : Calcarea
Ordo : Leucosolenida
Famili : Leucosoleniidae
Genus : Leucosolenia
Spesies : Leucosolenia sp.
)

Gambar 1. Leucosolenia sp.


(Sumber gambar : Suharyanto 2008)

DESKRIPSI :
Tubuh Leucosolenia sp. terdiri dari 3 lapisan yaitu pinacocyte yang melindungi tubuh dalam, mesohyl yang mengandung bahan tulang dan sel amebocyte dan berfungsi sebagai pengangkut dan
cadangan makanan, choanocyte yang melapisi atrium dan spongocoel. Sistem kanalnya adalah asconoid yang bentuknya menyerupaki vas buga. Air masuk membawa oksigen dan makanan dan
keluar membuang sampah. Flagela pada tipe ini tidak mampu mendorong air dan spongocoel keluar dari osculum (Darmadi 2010).
Koloni terdiri dari individu yang berbentuk silinder sederhan aberbentuk vas dan sisatukan di dasarnya oleh tabung horizontal. Reproduksinya dilakukan dengan aseksual yaitu tunas dan seksual
dengan terjadinya pembentukan gamet. Leucosolenia sp. terbentuk dalam tubuh individu yang sama karena bersifat hermafrodit (Manuel 2006).
Leucosolenia sp. memiliki bentuk yang tidak beraturan dengan pola sederhana, yang berhubugan satu dengan yang lainnya. Hidupnya menempel pada batu karang dibawh batas air suruh
terendah di laut. Setiap individunya memiliki rongga yang disebut spongocoel atau atrium. Pada permukaan tubuh terdapat pori pori yang menjadi lubang masuknya air ke spongo coel dan
akhirnya keluar melalui osculum. Warna tubuhnya putih kekuningan hingga abu abu ketika hidup dan struktur rubuhnya rapuh karena tipis (Suwigyono 2005).
KETERANGAN:
Clathrina sp. 1. Sel pinakosit
2. Ostium
3. Oskulum

2
3
1

KLASIFIKASI:

Kerajaan : Animalia
Divisi : Porifera
Kelas : Calcarea
Ordo : Clathrinida
Famili : Clathrinidae
Genus : Clathrina
Spesies : Clathrina sp.
Gambar 2. Clathrina sp.
(Sumber gambar : Bella 2013)

DESKRIPSI :
Clathrina merupakan spons berkapur yang membuntuk jalinan tabung dan saling berhubungan. Oskula terletak di persimpangan tabung terbeasar dan berwarna bening dan kuning cerah. Spons
jaringan kuning menempel di bat dan celah celah pada dinding gua di perairan tenang (Sugiarti 2004).
Reproduksi kelas Calcarea terjadi secara aseksual yaitu dengan tunas dan secara seksual. Berkembangnya telur yang dibuahi terjadi di dalam spons. Stadium larva memiliki sel-sel flagel di
bagian luar, sering dengan spikula. Calcarea muda terbentuk dari mesotil indukan, dan menjadi larva yang berenang bebas, tetapi tidak lebih dari dua hari. Spons memiliki sel amoeboid yang
berbeda di mesotil. Acheocytes bersifat totipoten, yang berarti dapat berkembang menjadi tipe sel apa pun. Sclerocytes, juga terdapat di mesotil, mengumpulkan kalsium untuk menghasilkan
spikula. Tiga sclerocytes akan berfusi membentuk spikula di ruang interselular (Brusca 2003).
KETERANGAN:
Sycon sp. 1. Oskulum
2. Ostia
3. Buq

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Leucosolenida
Family : Sycettidae
Genus : Sycon
Spesies : Sycon sp.
Gambar 3. Sycon sp.

DESKRIPSI :
Sycon sp. merupakan porifera yang lebih komples karena tempat masuknya air berhubungan dahuludengan cabang rongga yang disebut saluran inkuren dan menuju saluran radier kemudian masuk ke
spongosol dan keluar dari osculum Pori pori berfungsi sebagai tempat masuknya air. Sel yang terbentuk tabung kecil menghubungkan ostium dengan spongosel diantara ostium dan spongosoel (Sugiarti 2004).
Sycon sp. tersusun oleh spikula dari kalsium karbonat yang tidak mengandung sponging. Sponsnya berukuran kecil, berwarna putih keabu abuan dan ada beberapa jenis berwarna kuning, merah muda, hijau.
Kerangkanya berbentuk spikula triakson (Amir 1996).
KETERANGAN:
Euplectella sp. 1. Oskulum
2. Ostium
3. Spikula

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Phyllum : Porifera
Classis : Hexactinellidae
Ordo : Hexasterophora
Familia : Euplectellidae
Genus : Euplectella
Species : Euplectella sp.
Gambar 4. Euplectella sp.

DESKRIPSI :
Euplectella sp merupakan metazoan bersel banyak yang sederhana.. Tubuh Euplectella sp. dari luar terlihat seperti radial simetris, atau biasanya silinder, tetapi bisa juga berbentuk cangkir, guci atau keranjang,
bercabang, melengkung dan berdiri tegak dengan topangan spikula.. Terdapat pori-pori dalam tubuh Euplectella sp. sebagai jalan masuknya air yang membawa makanan dan oksigen diambil langsung dari air
oleh sel-sel koanosit secara absorbsi (Amir 1996).
Euplectella sp. berbentuk silindris dan bertangkai tinggi. Hidup di laut pada kedalaman 100-4500 m. Euplectella adalah spons hexactinellid dalam filum Porifera yang hidup di laut dalam. Spons kaca relatif
jarang dan sebagian besar ditemukan di kedalaman 100-4500 meter. Spons ini ditemukan di semua samudra dunia, meskipun mereka sangat umum di perairan Antartika. Euplectella dapat digunakan sebagai
alat pembersih karena tubuhnya berstruktur spons dan mengandung silica (Hegner 1968).
KETERANGAN:
Hyalonema sp. 1. Disk
2. Groove
3. Makronucleus
4. Mikronukleus
5. Food balls
6. Kutikula
7. Aksis kontraktil
8. Stalk
9. Ektodermis
10. Endodermis
11. Vakuola kontraktil
12. Gullet
13. Silia
14. Vestibule

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Hexactinelida
Ordo : Amphidiscophora
Famili : Hyalonematidae
Genus : Hyalonema
Spesies : Hyalonema sp.
Gambar 5. Hyalonema sp.

DESKRIPSI :
Hyalonema sp bereproduksi dengan cara hermafrodit, artinya bahwa setiap individu berfungsi sebagai jantan dan betina sekaligus di dalam reproduksi seksual dengan menghasilkan sperma dan telur. Gamet
spons muncul dari koanosit atau amoebosit. Telur menetap didalam mesohil, namun sperma diangkut keluar dari spons oleh aliran air. Fertilisasi silang dihasilkan dari beberapa sperma yang ditarik ke dalam
individuindividu di sekitarnya. Fertilisasi terjadi di dalam mesohil, tempat zigot berkembang dari spons induk. Setelah menetap di substrat yang cocok, larva berkembang menjadi dewasa yang sesil (Campbell
2008).
Hyalonema sp. memiliki tubuh bulat dengan berkas akar berputar spiral. Spikula berkas akar berlanjut melalu bada spons sebagai sumbu dan menonjol sebagai gastral. Spikula akar seperti tangkai dan bengkok
seperti tali. Bagian tengah memiliki polip simbiosis. Kerangka teriri dai spikula kecil bersifat sika membentang dari seluruh permukaan bercabang lima. Tubuhnya terdiri dari 3 lapisan yaitu pinacocyte yang
dapat berkontrasi atau berkerut, mesohyl , dan chanocyte yang melapisi spongocoel (Suwignyo 2005).
KETERANGAN:
Spongilla sp. 1. Oskulum
2. Ostium

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Classis : Demospongiae
Ordo : Haplosderida
Familia : Spongillidae
Genus : Spongilla
Species : Spongilla sp.
Gambar 6. Spongilla sp.

DESKRIPSI :
Warna tubuh dari porifera tergantung pada substrat yang ia tempati. Spesies ini memiliki tipe saluran leukon yaitu tipe saluran air yang paling rumit. Air masuk melalui pori kemudian memasuki saluran radial
yang bercabang-cabang dan saling berhubungan. Sel-sel koanosit terdapat pada rongga yang berbentuk bulat. Air kemudian keluar melalui oskulum (Hari 2008).
Pada ujung rongga tubuh terdapat lubang besar yang disebut oskulum. Air akan mengalir dari ostium masuk ke spongocoel dan akhirnya akan mengalir ke luar melalui oskulum. Setelah itu untuk pengamatan
anatomi, spons dibelah dan terlihat rongga besar dalam tubuhnya yang disebut Spongocoel, rongga ini bukan merupakan ronggatubuh sebenarnya. Kemudian diamati adanya pori-pori (ostium) yang terlihat
jelas dari dalam tubuh, Setiap ostium memiliki saluran yang menghubungkan ke spongosol (Rusyan, 2013).
Spongilla sp. berbentuk tabung sederhana dengan dinding tipis. Bentukya tidak teratur. Spons terdiri dari segumpal jaringan yang bentuknya tidak teratur menempel pada tonggak, membuat kerak pada batu,
tumbuhan, cangkang (Romimohtarto 2001).
KETERANGAN:
Euspongia sp. 1. Oskulum
2. Ostium
3. Substiatum

KLASIFIKASI:

Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Dictyoceratida
Famili : Spongiidae
Genus : Spongia
Spesies : Euspongia sp.
Gambar 7. Euspongia sp.

DESKRIPSI :
Euspongia sp. bertubuh lunak, tidak memiliki rangka, terdiri dari serabut spongin dari zat kersik dan berwarna hitam atau coklat dan berbentuk besar. Jenis in itidak memiliki bentuk yangtetap dan oskulanya
menyebar pada setiap permukaan tubuhnya. TIpe saluran airnya adlah leucon (Jasin 1992).
Euspongia merupakan organisme multiseluler yang bentuk tubuhnya seperti tabung dan permukaan tubuhnya berpori. Pori tersebut dinamakan ostium, mempunyai saluran yang menghubungkannya dengan
rongga tubuh (spongocoel). Ujung tubuhnya terdapat lubang yang disebut oskulum. Fungsi saluran ostia-spongocoal-oskulum adalah sebagai saluran air yang membawa bahan makanan untuk porifera.
Reproduksi vegetatif dilakukan dengan pembentukan kuncup/ tunas, reproduksi generatif dilakukan dengan fertilisasi 2 macam gamet. Porifera bersifat hermafrodit. Tubuh porifera memiliki daya regenerasi
yang tinggi. Habitatnya di air laut dan melekat di dasar laut (polip) (Romimohtarto 2001).
Habitat Euspongia sp. di laut pada kedalaman tertentu yang masih dapat ditembus cahaya. Hidupnya melekat dikarang dan berkoloni. Manfaat Spon ini biasanya digunakan untuk mandi, dan penggosok
membersihkan benda (Nilandita 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Amir, I, dan Budiyanto. 1996. Mengenal Spons Laut (Demospongiae) Secara Umum. Jurnal Oseana, 21(2):15-31.
Aswan. 2007. Pengaruh Substrat yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Spon Metode Transplantasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Kendari : Unhalu.
Bella, I. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih, Situbondo. Jurnal Sains dan Seni, Vol. 2, No.2 (159-165).
Brusca, R. 2003. Invertebrates Sunderland. Massachusetts: Sinauer Associates, Inc..
Campbell, N.A .2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Darmadi. 2010. Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia. Surabaya: Pustaka Media.
Gibson, L. 2010. Cellular Materials in Nature and Medicine. United Kingdom: Cambridge University Press. Hari, H. 2008. Materi Avertebrata Air. Kendari : UNHALU.
Hegner, R. 1968. Invertebrates Zoologi. London: The Macmillan Company.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Manuel, M. 2006. Phylogeny and Evolution of Calcareous Sponges. Canadian Journal of Zoology 84 (2): 225–241.
Nilandita, W. 2009. Studi Literatur Teknologi Fitoremediasi untuk Pemulihan Ekosistem Laut Terkontaminasi Logam Berat. Jurnal Teknik Lingkungan, 1 (1): 60-67.
Romimohtarto, K. 2001. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan.
Rusyan, A. Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta.
Sugiarti, S. 2004. Invertebrata Air. Bogor : Lembaga Sumberdaya Informasi IPB . Suharyanto Distribusi dan Persentase Tutupan Sponge (Porifera) pada Kondisi Terumbu Karang dan
Kedalaman yang Berbeda di Perairan Pulau Barranglompo,
Sulawesi Selatan. Jurnal Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Vol. 9, No. 3 (209-212).
Suwignyo, S. 2005. Avertebrata Air Jilid II. Jakarta: Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai