Anda di halaman 1dari 22

IDENTIFIKASI JENIS

TERUMBU KARANG PADA


PERAIRAN PULAU TIKUS
KOTA BENGKULU
OLEH KELOMPOK 3
KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA:
1. Cindy Hafshah_E1I022002
2. Renata Nofriliana_E1I022024
3. Titin Kartika_E1I022048
4. Meri Nursyah Pitri_E1I022032
5. Siti Salamah Nurlaila_E1I022028
6. Frisca Debora_E1I022012
7. M. Fahri Alfhaizh_E1I022030
8. Melani Kurnianti_E1I022038
9. I Made Aditya Putra_E1I022019
10. Hafidz Aflah Hibrizi_E1I022044
PENDAHULUAN
Terumbu karang adalah suatu habitat untuk berbagai interaksi antar organisme
dalam ekosistem yang ada diperairan.
Sadarun (2006) menyatakan bahwa sifat yang menonjol dari terumbu karang
adalah keanekaragaman, jumlah spesies, dan merupakan salah satu ekosistem
penyeimbang didalam suatu perairan. Indonesia merupakan pusat biodiversity
terumbu karang di dunia. Jenis- jenis karang yang ditemukan di Indonesia
diperkirakan sebanyak kurang lebih sebanyak 590 jenis yang termasuk dalam
marga karang (Veron, 2000).

Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain sebagai gudang
keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap,
tempat mencari makan , memijah, daerah asuhan dan tempat berlindung bagi
hewan laut lainnyaTerumbu karang mempunyai berbagai fungsi yang antara lain
sebagai gudang keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal
sementara atau tetap, tempat mencari makan , memijah, daerah asuhan dan
tempat berlindung bagi hewan laut lainnya
MANFAAT DAN TUJUAN
Monitoring terhadap terumbu karang harus senantiasa dilakukan secara benar dan tepat untuk
dapat mengambil kesimpulan yang diperlukan dalam kebijakan dan langkah?langkah strategis
dalam menjaga keutuhan ekosistem terumbu karang, terutama bagi pengelola dan pihak terkait
(stakeholder) lainnya. Untuk itu diperlukan kegiatan mengidentifikasi karang yang terdapat pada
suatu wilayah tertentu (Sauri dkk, 2019). Identifikasi karang merupakan tantangan yang cukup berat,
diantaranya adalah kunci identifikasi yang digunakan untuk mendeskripsikan spesies dari genus
satu dengan yang lain tidak bisa menggunakan standar yang sama.

Identifikasi jenis karang di kawasan Perairan Pulau Tikus, Kota Bengkulu belum pernah
dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan mengingat fungsi dan
manfaat terumbu karang, seperti yang diketahui salah satu fungsi terumbu karang secara fisik yaitu
sebagai salah satu ekosistem penyeimbang di laut dan sebagai peredam abrasi suatu perairan dan
secara ekologi juga berperan sebagai spawing ground, nursery ground dan feeding ground pada ikan
dan biota lainnya (Arini, 2013) serta pentingnya mengetahui jenis karang apa saja yang hidup di
kawasan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis karang yang ada di
perairan pulau Tikus, Kota Bengkulu, dan manfaat diharapkan mampu memberikan data dan
informasi terkait jenis?jenis karang yang ada di perairan Pulau Tikus, Kota Bengkulu untuk
melakukan pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang berkelanjutan bagi
masyarakat dan instansi terkait
JENIS TERUMBU KARANG DAN BIOTA
YANG DI JUMPAI DI PERAIRAN
PULAU TIKUS

Berdasarkan dengan hasil praktikum yang telah


dilakukan, ditemukan 8 genus dan 12 spesies
Terumbu Karang yaitu : genus Acropora (Acropora
intermedia, Acropora pulchra) genus Hydnopora
(Hydnopora pilosa) genus Pocillopora (Pocillopora
damicornis) genus Porites (Porites cylindrica,
Porites lobata, Porites synarea rus) genus Pavona
(Pavona clavus) genus Montipora (Montipora
foliosa, Montipora samarensis) genus Ctenactis
(Ctenactis echinata) genus Palauastrea
(Palauastrea ramosa).
ACROPORA
Acropora merupakan salah satu terumbu karang tipe bercabang yang termasuk kedalam famili Acroporidae. Acroporidae
mempunyai empat genus terdiri dari Acropora, Anacropora , Astreopora dan Montipora. Acropora memiliki jaringan tumbuh utama
pada axial koralit dan radial koralit, Bentuk percabangan sangat bervariasi dari korimbosa, arboresen, dan kapitosa. genus ini
mempunyai sekitar 113 jenis, tersebar di seluruh perairan Indonesia (Suharsono, 2008).

AXIAL RADIAL
RADIAL AXIAL
KORALIT KORALIT
KORALIT KORALIT

Klasifikasi : Klasifikasi :
Kingdom : Animalia Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae Family : Acroporidae
Genus : Acropora Genus : Acropora
Spescies :Acropora pulchra
Spescies :Acropora intermedia
MONTIPORA
Genus montipora mempunyai koloni berbentuk lembaran, merayap, bercabang dan submassive. Memiliki koralit kecil semuanya tenggelam
dan tidak mempunyai septa. Retikulum berbentuk bukit-bukit kecil, alur atau tonjolan- tonjolan. Sehingga permukaan koloni selalu terlihat
kasar dan porus. Genus Montipora telah di identifiasi sekitar 135 jenis Montipora, tetapi saat ini yang dikenal hanya ada sekitar 45 jenis.
Sebaran jenis karang ini dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia (Suharsono, 2017).

Klasifikasi : Klasifikasi :
Kingdom : Animalia Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae Family : Acroporidae
Genus : Montipora Genus H2
: Montipora
Spescies :Montipora samarensis. Spescies :Montipora foliosa.
POCILLOPORA
Pocillopora merupakan genus yang termasuk kedalam famili pocilloporidae. Pocilloporidae terdiri dari genus Pocillopora,
Seriatopora, Stylophora, Palauastrea dan Madracis semuanya dapat ditemukan di Indonesia. Koloni bercabang atau submassive,
ditutupi bintil-bintil (verrucose), koralit hampir tenggelam, kecil, diantara koralit dipenuhi duri?duri kecil. Sebaran karang ini hampir
ditemukan di seluruh perairan Indonesia (Veron, 2000).

Koloni Ramose H2 koralit tersebar tidak merata


PAVONA
Pavona merupakan salah satu dari famili agariciidae,
kolompok karang ini memiliki koloni massive, lembaran
atau berbentuk daun, koralit rata atau tenggelam
dengan dinding yang tidak berkembang. Septokosta
berkembang dan sering merupakan kelanjutan dari
koralit di sebelahnya. Bentuk koloni pavona memiliki
pertumbuhan massive atau lembaran yang tebal,
encrusting atau bentuk daun yang tipis. Koralit tidak
mempunyai dinding yang jelas. Septokosta, antara
koralit yang berdekatan saling bersatu dengan lainnya,
septokosta ini berkembang dengan baik sehingga
menjadi kenampakan yang dominan. Genus ini
mempunyai 12 jenis spesies karang, tersebar di seluruh
perairan Indonesia.

H2
Porites merupakan kelompok karang dari famili poritidae, kelompok karang ini memiliki bentuk koloni
massive dengan ukuran dari kecil sampai beberapa meter, ada beberapa yang berupa lembaran terutama
PORITES untuk jenis genus porites. koralit dengan ukuran yang bervariasi, tanpa konesteum. Septa mempunyai
karakteristik dengan adanya penggabungan dan masing-masing genera membentuk struktur yang khas.
Poritidae mempunyai tiga marga / genus :Porites, Alveopora dan Goniopora.

H2
CTENACTIS
Suku Fungiidae terdiri dari 12 marga / genus
yaitu :Cylcoseris, Diaseris, Heliofungia, Fungia,
Herpolitha, Polyphyllia, Halomitra, Sandalolitha,
Lithophyllon, Podabacia, Ctenactis dan Zoopilus
semuanya ditemukan di perairan Indonesia. Suku /
genus Fungiidae mempunyai ciri khas yaitu hidup
soliter atau membentuk koloni, bebas atau melekat
pada substrat, semua mempunyai septa pada
permukaannya yang membentuk lajur secara radial
dari mulut yang terletak di tengah. Pada bagian
bawah menunjukkan hal yang sama dan disebut
sebagai costa

H2
HYDNOPHORA
Hydnopora merupakan genus yang termasuk dalam
kelompok famili merullinidae kelompok jenis karang
ini memiliki bentuk koloni Massive, merayap atau
lembaran. Adanya alur-alur saling bersatu, begitu
juga struktur koralit. famili ini terdiri dari 3 marga /
genus yaitu : Merulina, Scapophyllia dan
Hydnophora. Pada genus hydnopora memiliki tipe
koloni merayap, massive atau bercabang. genus ini
dicirikan dengan adanya struktur hydnopore yaitu
bentuk kerucut- kerucut kecil yang terbentuk dari
dinding antara koralit yang terpecah-pecah. genus ini
terdiri dari 5 jenis yang tersebar di seluruh perairan
Indonesia.
H2
PALAUASTREA
Palauastrea merupakan genus yang termasuk
kedalam famili Astrocoeniidae, terdiri dari marga
Seriatopora, Stylophora, dan Palauastrea semuanya
dapat ditemukan di Indonesia. Koloni bercabang
atau submassive, ditutupi bintil-bintil, koralit hampir
tenggelam, kecil, kolumela berkembang dengan baik,
serta dua tingkat dan sering bergabung dengan
kolumela, diantara koralit dipenuhi duri-duri kecil.

H2
KONDISI TERUMBU KARANG
DI PULAU TIKUS
Pulau Tikus mengalami degradasi kawasan yang sangat hebat dari
tahun 2007-2011. Terjadi abrasi yang sangat parah terutama pada
sisi pulau yang menghadap daratan Sumatera. Banyak kematian dan
kerusakan karang yang diduga terutama diakibatkan adanya aktivitas
bleaching. bleaching yang terjadi di kawasan Pulau Tikus diduga
akibat dari aktivitas lempeng tektonik pesisir barat Sumatera yang
cenderung terangkat ke permukaan. Selain bleaching, aktivitas
pencarian hasil laut yang dilakukan masyarakat seperti pencarian
gurita dengan kait besi dan pencarian ikan hias dengan aliran listrik
(setrum) juga diduga berperan dalam degradasi kawasan karang di
Pulau Tikus. Produktivitas karang juga diduga terhambat karena
adanya aktivitas bongkar muat kapal tongkang pengangkut batu
bara di sekitar Pulau Tikus. Tumpahan dan ceceran batubara yang
menutupi permukaan terumbu karang dapat bersifat racun yang
dapat mengakibatkan kematian organisme penyusun ekosistem
terumbu karang. (Singkam, 2012).
KONDISI PERAIRAN DAN SUBSRAT
YANG TERDAPAT TERUMBU KARANG

Terumbu karang merupakan struktur di dasar laut berupa deposit


kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang.
Terumbu karang hidup di beberapa tipe substrat seperti substrat pasir
(sand), patahan karang (rubble), dan lumpur (silt). suhu, salinitas, cahaya,
kedalaman, arus dan gelombang serta kecerahan. Kecerahan memiliki
pengaruh terhadap hewan karang yang bergantung pada intensitas
cahaya (Thamrin, 2003). Kecerahan sangat di butuhkan untuk kegiatan
fotosintesis. Pertumbuhan karang di tinjau dari penetrasi cahaya rendah
diakibatkan oleh banyaknya partikel – partikel tersuspensi yang masuk
ke laut (Rembet U. et.al., 2011).
Substrat dasar perairan berhubungan langsung terhadap bentuk
pertumbuhan karang. Substrat dasar patahan karang memperlihatkan
bentuk pertumbuhan yang lebih beragam (kelompok Acrophora dan
Non Acrophora). Coral Massive (CM) dan Coral Submassive (CS)
ditemukan di setiap jenis substrat (substrat pasir, substrat lumpur dan
substrat patahan karang).
JENIS BIOTA YANG DITEMUKAN DI
TERUMBU KARANG

KLASIFIKASI TERIPANG ATAU TIMUN LAUT


Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuroidea
Order : Dendrochirotida
Family : Cucumariidae
Genus : Cucumaria
Species : Cucumaria frondosa
Nama Lokal : Teripang atau Timun Laut
CARA MENJAGA
TERUMBU KARANG
DAN
PELESTARIAANNYA
Menurut Chair (2003) beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam melindungi ekosistem
terumbu karang yaitu dengan adanya konservasi dalam pengolaan perikanan tropis terutama di daerah-
daerah pantai. Dan konservasi biasanya dilakukan ketika stok atau sampel tidak runtuh atau habis, akan
lebih baik jika konservasi dilakukan dengan mengkombinasikan dengan tindakan-tindakan pengolaan
lainnya, seperti:

1. Menjaga kebersihan sungai dan pesisir pantai dari sampah


Keberadaan aliran sungai yang bermuara ke laut sangat mempengaruhi kondisi perairan yang menjadi
habitat karang. Sampah yang berceceran di sungai, seperti sampah plastik, akhirnya akan tersapu
ombak dan merusak terumbu karang. Dampak sampah plastik pada terumbu karang utamanya menjadi
penghalang cahaya matahari. Terumbu karang membutuhkan cahaya dengan intensitas tertentu agar
dapat berkembang optimal. Cahaya matahari dibutuhkan untuk melangsungkan proses fotosintesis
yang dilakukan oleh zooxantellae yang ada di jaringan karang. Sampah yang dibuang ke laut akan
menghambat proses ini. Sampah plastik misalnya, dapat menutupi karang sehingga zooxantellae tidak
mendapat intensitas optimal untuk melakukan fotosintesis. Apabila keadaan ini terus menerus terjadi,
maka karang akan mati.

2. Mencegah terjadinya erosi


Erosi merupakan proses pengikisan pada lapisan tanah atas. Pada jumlah tertentu erosi merupakan hal
yang wajar, namun kegiatan manusia memperburuk keadaan ini. Penggundulan hutan untuk dijadikan
ladang atau perumahan misalnya, dapat memperkecil daya serap tanah terhadap air hujan. Akibatnya
lapisan tanah atas terbawa dan akhirnya terjadi sedimentasi. Sedimentasi dapat berakhir di laut dan
menghambat pertumbuhan terumbu karang. Sedimentasi menghambat pertumbuhan karang dengan
cara menutup pori-pori tubuh dan membuat zooxanthellae kekurangan cahaya karena air yang keruh.
Akibat kekurangan cahaya terus menerus dapat membuat siklus hidup karang terhenti.
3. Menangkap ikan tanpa merusak karang
Terumbu karang berfungsi sebagai habitat yang baik untuk perkembangbiakan ikan. Tidak heran
banyak nelayan yang menangkap ikan di daerah yang memiliki banyak karang. Beberapa
nelayan yang tidak bertanggungjawab biasanya menggunakan bom ikan atau alat yang tidak
ramah lingkungan untuk mendapatkan ikan dengan mudah. Cara ini sangat merusak ekosistem
terumbu karang. Bukan hanya ikan besar, tetapi terumbu karang beserta biota laut di dalamnya
ikut mati. Oleh karena itu penggunaan alat tangkap ytang tidak ramah lingkungan dan destruktif
seharusnya dilarang. Selain merusak terumbu karang, nelayan juga dirugikan apabila jumlah
ikan terus menerus menurun karena habitatnya rusak.

4. Tidak mengambil karang dan terumbu karang


Karang memang menjadi daya tarik utama saat bagi orang-orang yang memiliki hobi scuba
diving. Beberapa mungkin tertarik untuk mengambilnya. Namun perlu diingat bahwa karang
memiliki beberapa faktor pembatas yang meghalangi tumbuh kembangnya. Salah satunya
adalah suhu dan salinitas. Saat karang diambil dari habitatnya dan dipindahkan ketempat yang
tidak sesuai maka karang akan mati. Oleh karena itu perlu diberikan sosialisasi mendalam agar
terumbu karang tetap dibiarkan sesuai habitatnya.

5. Melibatkan masyarakat dalam upaya pelestarian terumbu karang


Kegiatan pelestarian ekosistem terumbu karang tidak akan optimal jika dilakukan oleh salah
satu komponen saja. Masyarakat sebagai penerima manfaat secara langsung harus turut terlibat
dalam upaya menjaga ekosistem terumbu karang. Pelibatan ini dapat dilakukan mulai dari usia
dini. Apabila sejak dini anak anak sudah dikenalkan dengan manfaat ekologi, khususnya
terumbu karang, maka saat dia besar akan ada rasa kepemilikan untuk menjaga kelestarian
terumbu karang.
Selanjutnya, bagi penduduk pesisir dan penduduk yang dekat dengan aliran sungai perlu
disosialisasikan pentingnya menjaga ekosistem laut dengan tidak membuang limbah rumah
tangga atau pabrik ke laut, untuk nelayan perlu disosialisasikan bahaya penggunaan bom ikan
dan alat tangkap ramah lingkungan, dan informasi manfaat ekosistem terumbu karang yang
sehat.
6. Meningkatkan kompetensi SDM dalam pengelolaan ekosistem
terumbu karang
Menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang memerlukan data ilmiah
sebagai referensi utama langkah yang harus diambil berkaitan dengan
kondisi Kesehatan dan linngkungan habitat karang. Keberadaan data
time series kondisi terumbu karang dapat diperoleh dengan monitoring
secara kontinu oleh SDM yang kompeten menilai kondisi terumbu
karang. Untuk itu, peningkatan kompetensi khususnya bagi pelaku
konservasi dan rehabilitasi karang di instansi sangat diperlukan guna
menguatkan uapaya pelestarian ekosistem terumbu karang.
7. Rehabilitasi terumbu karang yang rusak
Kerusakan terumbu karang akibat kondisi alam dan kegiatan manusia
dapat ditanggulangi salah satunya melalui kegiatan rehabilitasi karang.
Rehabilitasi terumbu karang dapat dilakukan dengan metode terumbu
karang buatan sebagai tempat melekatnya polip karang dan
transplantasi bibit karang. Kegiatan rehabilitasi karang meskipun
membutuhkan waktu yang cukup lama, diharapkan dapat mengimbangi
laju kerusakan terumbu karang yang semakin luas.
Tujuh kiat yang disampaikan di atas tentunya tidak serta merta dapat
memulihkan kondisi ekosistem terumbu karang seperti semula.
Diperlukan upaya bersama secara berkelanjutan agar ekosistem
terumbu karang khususnya di wilayah kerja Cabang Dinas Kelautan dan
Perikanan dapat terus lestari.
KESIMPULA
N
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Pulau Tikus Kota Bengkulu pada
kedalaman 1-5 meter. Dimana pada praktikum kelompok 3 di lakukan pada kedalaman 1-1,5 meter di
karenakan pada hari praktikum air laut mengalami kesurutan. Dengan mengidentifikasi karang pada
empat sisi Pulau Tikus ditemukan 8 genus dan 12 spesies karang yaitu : genus Acropora (Acropora
intermedia, Acropora pulchra) genus Hydnopora (Hydnopora pilosa) genus Pocillopora (Pocillopora
damicornis) genus Porites (Porites cylindrica, Porites lobata dan Porites synarea rus) genus Pavona
(Pavona clavus) genus Montipora (Montipora foliosa, Montipora samarensis) genus Ctenactis (Ctenactis
echinata) genus Palauastrea (Palauastrea ramosa).
DAFTAR PUSTAKA
Lorem ipsum dPurnama, D., Kusuma, A. B., Negara, B. F. S., Renta, P. P., & Pakpahan, B. L. (2020).
Keanekaragaman Jenis Karang Pada Kedalaman 1-5 Meter di Perairan Pulau Tikus, Kota Bengkulu. Jurnal Enggano,
5(3), 529–547.

Winanto, Tjahjo, dan Suparno, and Jurusan Perikanan dan Kelautan. “Kajian Kondisi Terumbu Karang Dan Strategi
Pengelolaannya Di Suaka Pesisir Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat Study the Condition
of Coral Reef and Its Management Strategies in Coastal Reserve of Batang Gasan, Padang Pariaman District.” Sains
Akuatik 13, no. 2 (n.d.): 17–30.

Anda mungkin juga menyukai