Mata Kuliah :
Psikologi Anak Usia 4-8 Tahun
Dosen Pengampu:
Dra. Syafda Ningsih, M.Pd
Rina Rahayu Siregar, M.Psi
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun penyusunan makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi perkembangan anak usia 4-8 tahun
tentang teori agama an moral dan mendeskripsikan serta menjelaskan perannya terhadap
perkembangan anak. Selain itu, tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah
wawasan serta pengetahuan kami dan juga bagi para pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Syafdaningsih, M.Pd dan Ibu Rina
Rahayu Siregar, M.Pd selaku dosen psikologi perkembangan anak usia 4-8 tahun yang telah
membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
17 Februari 2022
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan dan pengembangan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun, dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang
menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak menggunakan prinsip
“Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar”. Berdasarkan prinsip pembelajaran pada
Taman Kanak-kanak diharapkan dapat membantu perkembangan secara optimal.
(Permendiknas, 2009 : 1).
Anak usia 4-6 tahun adalah usia emas (golden age) anak mulai peka dan sensitif
menerima stimulan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, agar
pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal, diperlukan stimulan yang
sesuai dengan perkembangan anak.
Pendidikan anak usia taman kanak-kanak difokuskan untuk mengembangkan seluruh
aspek potensi anak. Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yaitu aspek
pengembangan dan Pengembangan Nilai-nilai moral dan agama. Didalam peningkatan dan
pengembangannya mencakup moral, tingkah laku, dan karakter nilai-nilai agama, seperti
sidiq, amanah, fathonah,tabligh.Pada anak bayi, anak belum mengenal atau perilaku yang
sesuai dan tidak sesuai dengan kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Semakin bertambah hari
bertambah pula usia anak, bertambah pula pengetahuan terhadap lingkungan sekitar.
Orangtua dan orang dewasa lain yang terlibat dalam pendidikan anak harus mengajarkan
pada anak perilaku apa saja yang benar dan kurang sesuai dengan aturan/kebiasaan. Anak
juga harus diberi kesempatan untuk turut ambil bagian dalam kegiatan kelompok, sehingga
anak dapat belajar berbagai perilaku yang sesuai dengan harapan kelompok dan perilaku yang
tidak sesuai dengan harapan kelompok.
Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, perlu mendapat pendapat yang baik
sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, sehingga akan tumbuh
menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang tangguh dan memiliki berbagai
kemampuan dan ketrampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga,
lembaga-lembaga pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai
macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga tercipta generasi penerus yang tangguh.
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia sejak lahir hingga 8 tahun.
Batasan usia 0-8 tahun adalah batasan usia yang mengacu pada konsep DAP
(Delevelopmentally Appropriate Practices) yaitu acuan pendidikan anak usia dini
dikembangkan kurikulum, kegiatan pembelajaran dan assessment atau penilaian yang
disesuaikan dengan perkembangan anak berdasarkan usia dan kebutuhan individunya.
Berdasarkan karakter usia tersebut, anak usia dini dibagi menjadi:usia 0-1 tahun merupakan
masa bayi, usia 1-3 tahun merupakan masa toddler (balita), usia 6 tahun merupakan masa pra
sekolah,usia 6-8 tahun merupakan masa SD kelas awal.
B. RUMUSAN MASALAH
• Apa itu nilai agama dan moral?
• Apa Saja teori nilai agama dan moral?
• Bagaimana Perkembangan Nilai Agama Dan Moral Pada Aank?
• Apa peran nilai agama dan moral terhadap perkembangan anak?
• Bagaimana cara menstimulasi perkembangan nilai agama dan moral anak?
C. TUJUAN
• Untuk mengetahui yang dimaksud dengan nilai agama dan moral
• Supaya mengetahui teori nilai agama dan moral
• Untuk memahami perkembangan nilai agama dan moral pada anak
• Untuk mengetahui peran nilai agama dan moral terhadap perkembangan anak
• Agar memahami cara menstimulasi perkembangan nilai agama dan moral anak
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Bahrun Rangkuti, agama berasal dari kata “a-gama”. Arti “a” panjang ialah cara
atau the way; sedangkan “gama” berasal dari kata Indojerman “gam” berarti sama dengan
kata Inggris to go, yaitu berjalan atau pergi. Jadi agama artinya adalah cara-cara berjalan atau
cara-cara untuk sampai pada keridlaan Tuhan. Menurut Kurnia, agama yaitu sebagai suatu
jalan yang harus diikuti agar orang sampai ke suatu tujuan yang suci dan mulia. Pengertian
agama adalah Sistem atau prinsip kepercayaan kepada adanya kekuasaan mengatur yang
bersifat luar biasa yang berisi norma-norma atau peraturan yang menata bagaimana cara
manusia berhubungan dengan Tuhan dan bagaimana manusia hidup yang berkelanjutan
sampai sesudah manusia itu mati.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Adams dan Gullota, agama memberikan sebuah
kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya,
agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk
apa seseorang berada di dunia ini, agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi
remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.
Menurut Suseno, moral adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah
pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral dan manusiawi. moral adalah suatu
tuntutan prilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas, yang tercermin dalam
pemikiran/konsep, sikap, dan tingkah laku. Dan pengembangan moral ini sangat penting
untuk dilakukan pada anak di Taman Kanak-Kanak. Moral merupakan aturan kesusilaan yang
menyangkut budi pekerti manusia yang beradab (berupa ajaran baik dan buruk, perbuatan,
dan kelakuan atau akhlaq).
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.
Jadi, teori nilai agama dan moral adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik pribadi
maupun warga masyarakat dan warga Negara sebagai moralitas yang tercermin dalam
pemikiran, konsep sikap dan tingkah laku yang harus diikuti agar sampai ke suatu tujuan
yang mulia.
4. Teori Kohlberg
Teori kohlberg tentang perkembangan moral merupakan perluas, modifikasi, dan
redefeni atas teori piaget. Teori ini didasarkan atas analisisnya terhadap hasil
wawancara dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan pada
suatu dilema moral, dimana mereka harus memilih antara tindakan mentaati peraturan
atau memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang bertentangan dengan peraturan.
c) The individual stage (tingkat individu) Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan
emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep ini
terbagi menjadi tiga :
1) Konsep ketuhanan yang konvesional dan konservatif dengan dipengaruhi
sebagian kecil fantasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar.
2) Konsep ke-Tuhanan yang murni yang dinyatakan dalam pandangan yang
bersifat personal (perorangan).
3) Konsep ke-Tuhanan yang humanistik. Agama telah menjadi etos humanistik
pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini dipengaruhi
oleh faktor intern yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern berupa pengaruh
luar yang dialaminya.
Guru berperan bukan hanya sebagai pelaku perubahan yang menggerakan roda
transformasi sosial, ekonomi, dalam masyarakat. Lebih dari itu guru bisa memiliki peranan
utama sebagai pendidik karakter. Guru bukan saja mengubah hidup anak, tetapi juga
memperkaya dan memperkokoh kepribadian siswa menjadi insan berkeutamaan karena
memiliki nilai-nilai yang ingin diperjuangkan dan diwujudkan dalam masyarakat. Guru
bukan hanya mengubah anak didik menjadi anak pandai, melainkan membekali mereka
dengan keutamaan dan nilai-nilai yang mempersiapkan mereka menjadi insan yang
bertanggung jawab terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat dan yang terpenting adalah
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ada beberapa peran yang harus dilaksanakan guru dalam mengembangkan dan
menguatkan moral dan nilai-nilai agama pada anak usia dini, yaitu sebagai model,
pembimbingan, pelatih, motivator, dan penilai.
a) Sebagai Model
Figur guru adalah manusia yang harus dapat dipercaya dan baik perilakunya. Dalam
proses belajar mengajar guru memiliki kapasitas sebagai pendidik, model, atau
teladan bagi peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan salah satu dari empat kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi personal. Kompetensi ini sangat
penting terutama pada tingkatan pendidikan anak usia dini. Jarang kita sadari bahwa
sesungguhnya anak usia dini mudah sekali meniru apapun yang dilihat dan
diperhatikan (masa imitative).
b) Sebagai Pembimbing
Pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan pada anak Taman Kanak-kanak /
Anak Usia Dini memerlukan program yang workable (dapat dilaksanakan) dan bukan
program yang muluk atau berlebihan. Sebaik apapun program, jika tidak mengakar
pada kebiasaan hidup yang sesuai ukuran dan norma kehidupan kita sendiri akan
mengalami banyak kendala dan sia-sia belaka. Fungsi peran dan pembimbing
memiliki makna sebagai orang yang memberikan arahan, memandu, dan
mendampingi anak dalam melaksanakan program pembiasaan. Mengapa anak-anak
membutuhkan pembimbing? Karena secara fisik mereka masih kecil, secara
psikologis mereka belum banyak mengenal dan mengalami bagaimana hakikat
kehidupan ini. Mereka masih berada pada proses scaffolding yaitu suatu kondisi
ketika anak dalam sikap, perilaku, dan aktivitas hidupnya masih tergantung pada pada
bimbingan dari orang yang lebih dewasa.
c) Sebagai Pelatih
Anak Usia Dini (kelompok bermain dan TK) adalah sosok manusia yang masih
sangat membutuhkan latihan, pengulangan, dan perbaikan berbagai macam perilaku
dan perbuatan. Pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan sangat membutuhkan
pembiasaan, latihan, dan pengulangan pada bentuk perilaku dan perbuatan positif
sehingga hal itu menjadi suatu kebiasaan (habit). Apapun yang diajarkan, dilakukan,
dan diucapkan oleh guru bernuansa mendidik dan mampu memberikan keyakinan
mendalam bagi kehidupan anak didik.
d) Sebagai Motivator
Perjalanan waktu kadang kala membuat kita lesu, lemah, dan motivasi diri menjadi
turun. Demikian juga dengan peserta didik, kita harus pahami bahwa peserta didik
juga manusia, bahkan mereka masih memiliki banyak perbedaan dengan kita sebagai
orang dewasa. Untuk memelihara kondisi psikologis seperti itu, pada posisi seperti ini
guru berperan sebagai pemberi semangat (motivator), stabilitas motivasi peserta didik
sangat perlu dijaga dengan baik dan konsisten. Naik turunya suasana kebatinan
peserta didik adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Pada posisinya
sebagai motivator, guru seharusnya mendorong anak didik agar memiliki semangat
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
e) Sebagai Penilai
Setiap perkembangan dan adanya perubahan dari suatu program pendidikan
memerlukan evaluasi. Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian
keberhasilan program sekaligus untuk menentukan langkah-langkah perbaikan.
Untuk menstimulasi perkembangan nilai agama dan moral anak, kita perlu
mengetahui beberapa level perkembangan moral. Ada tiga level perkembangan moral
menurut Lawrence Kohlberg, berikut penjelasannya :
1. Level Prakonvensional
Level ini umumnya terjadi saat usia anak-anak. Moralitas dipahami sebagai baik atau
buruk yang berdasarkan pada konsekuensi dan penghargaan. Pemahaman dan
pembiasaan pada anak di level ini, diwujudkan dalam kegiatan atau rutinitas anak
sehari-hari dan masih didampingi oleh orang dewasa disekitar anak. Contoh : anak
dipuji karena membantu membereskan mainannya setelah selesai bermain. Pujian
yang diberikan akan memahamkan anak bahwa tindakannya adalah tindakan yang
benar dan merupakan tindakan yang mendapat dukungan dari orang sekitar.
2. Level Konvensional
Level konvensional sudah lebih kompleks dari level sebelumnya dan cenderung ada
pada diri remaja hingga orang dewasa. Pada level ini seseorang sudah
mempertimbangkan penilaian masyarakat saat melakukan tindakan. Contoh : jika ada
kerja bakti di kampung, seseorang merasa perlu membantu karena merasa itu bagian
dari tanggung jawab sosial.
3. Level Pascakonvensional
Level ini juga disebut sebagai level prinsip. Artinya selain mempertimbangkan
penilaian masyarakat, seseorang juga memiliki prinsip pribadi yang tak terpengaruh
oleh pihak luar. Level ini umumnya ada pada orang dewasa, yang sudah memiliki
pendirian dan menghargai perbedaan pendapat.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menstimulasi perkembangan nilai
agama dan moral anak di satuan PAUD :
1. Memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan.
Perkembangan moral anak akan terbiasa dan berkembang dengan baik saat
diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan dalam situasi dan kondisi yang
melibatkan nilai-nilai moral Contoh : jika ada salah satu anak yang lupa membawa
bekal makanan, guru mengajak diskusi tindakan apa yang harus dilakukan anak-
anak.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut para ahli, dapat disimpulkan banwa pengertian nilai agama dan moral
adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik pribadi maupun warga masyarakat dan warga
Negara sebagai moralitas yang tercermin dalam pemikiran, konsep sikap dan tingkah laku
yang harus diikuti agar sampai ke suatu tujuan yang mulia.
Teori perkembangan moral pada anak dibagi menjadi 4, yaitu;
1) Teori Psikoanalisa
2) Teori Belajar Sosial
3) Teori Kognitif Piajet
4) Teori Kohlberg
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan anak-anak mengalami bebrapa fase,
di dalam bukunya The Thevelopment Of Religious On Children yang mengatakan bahwa
perkembangan agama anak-anak melalui tiga tingkatan ;
1) The fairy stage (tingkat dongeng)
2) The realistic stage (tingkat kenyataan)
3) The individual stage (tingkat individu)
Ada beberapa peran yang harus dilaksanakan guru dalam mengembangkan dan
menguatkan nilai agama dan moral pada anak usia dini, yaitu sebagai model, pembimbingan,
pelatih, motivator, dan penilai.
Ada tiga level perkembangan moral menurut Lawrence Kohlberg yaitu ;
1) Level prakonvensional
2) Level konvensional
3) Level pascakonvensional
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menstimulasi perkembangan moral pada
anak ;
1) Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil keputusan.
2) Gunakan media cerita.
3) Berinteraksi dengan anak dari berbagai usia dan budaya.
4) Berikan contoh melalui tindakan.
B. SARAN
Adapun makalah ini kami selesaikan dari hasil pemikiran yang didasari dari
referensireferensi yang kami dapatkan baik dari buku maupun pengetahuan dari online.
Dengan adanya teori perkembangan anak diatas orangtua diharapkan dapat menerapkan
teoriteori perkembangan yang sudah ada. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Kami tahu bahwa di dalam penyusunan makalah ini mungkin jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca agar
maklah ini lebih baik lagi dalam penyusunannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rizki. "Implementasi nilai-nilai moral dan agama pada anak usia dini." Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1.1 (2017): 19-31.
Crapps, R. W. (1994). Perkembangan kepribadian dan keagamaan. yogyakarta: kanisius
Jalaluddin. (1996). Psikologi agama. jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Kohlberg, L., & Hersh, R. H. (1977). Moral development:A review of the theory. Theory Into
Practice, 16(2), 53-59. Doi:10.1080/004005847709542675