Anda di halaman 1dari 15

“TEORI NILAI AGAMA DAN MORAL DAN MENDESKRIPSIKAN SERTA

MENJELASKAN PERANNYA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK”

Mata Kuliah :
Psikologi Anak Usia 4-8 Tahun

Dosen Pengampu:
Dra. Syafda Ningsih, M.Pd
Rina Rahayu Siregar, M.Psi

Disusun Oleh: Kelompok 4


Indah Sari Kusmarini (06141382126086)
Lili Putriana (06141382126070)
Nurliza Anggraini (06141382126078)
Romit Tannil (06141382126068)
Serin Dietria Sari (06141382126071)
Dini Aprilia (06141382126079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta
hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun penyusunan makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi perkembangan anak usia 4-8 tahun
tentang teori agama an moral dan mendeskripsikan serta menjelaskan perannya terhadap
perkembangan anak. Selain itu, tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah
wawasan serta pengetahuan kami dan juga bagi para pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Syafdaningsih, M.Pd dan Ibu Rina
Rahayu Siregar, M.Pd selaku dosen psikologi perkembangan anak usia 4-8 tahun yang telah
membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

17 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 5
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. PENGERTIAN TEORI NILAI AGAMA DAN MORAL.............................................. 6
B. TEORI NILAI AGAMA DAN MORAL ........................................................................ 6
C. PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL PADA ANAK .......................... 7
D. PERAN GURU DALAM MENGAMBANGKAN NILAI AGAMA DAN MORAL
ANAK .................................................................................................................................... 9
E. CARA MENSTIMULASI PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL
ANAK....................................................................................................................................1
0
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PENUTUP.................................................................................................................................. 9
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 9
B. SARAN ........................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan dan pengembangan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun, dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang
menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak menggunakan prinsip
“Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar”. Berdasarkan prinsip pembelajaran pada
Taman Kanak-kanak diharapkan dapat membantu perkembangan secara optimal.
(Permendiknas, 2009 : 1).
Anak usia 4-6 tahun adalah usia emas (golden age) anak mulai peka dan sensitif
menerima stimulan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, agar
pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal, diperlukan stimulan yang
sesuai dengan perkembangan anak.
Pendidikan anak usia taman kanak-kanak difokuskan untuk mengembangkan seluruh
aspek potensi anak. Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yaitu aspek
pengembangan dan Pengembangan Nilai-nilai moral dan agama. Didalam peningkatan dan
pengembangannya mencakup moral, tingkah laku, dan karakter nilai-nilai agama, seperti
sidiq, amanah, fathonah,tabligh.Pada anak bayi, anak belum mengenal atau perilaku yang
sesuai dan tidak sesuai dengan kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Semakin bertambah hari
bertambah pula usia anak, bertambah pula pengetahuan terhadap lingkungan sekitar.
Orangtua dan orang dewasa lain yang terlibat dalam pendidikan anak harus mengajarkan
pada anak perilaku apa saja yang benar dan kurang sesuai dengan aturan/kebiasaan. Anak
juga harus diberi kesempatan untuk turut ambil bagian dalam kegiatan kelompok, sehingga
anak dapat belajar berbagai perilaku yang sesuai dengan harapan kelompok dan perilaku yang
tidak sesuai dengan harapan kelompok.
Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, perlu mendapat pendapat yang baik
sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, sehingga akan tumbuh
menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang tangguh dan memiliki berbagai
kemampuan dan ketrampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga,
lembaga-lembaga pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai
macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga tercipta generasi penerus yang tangguh.
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia sejak lahir hingga 8 tahun.
Batasan usia 0-8 tahun adalah batasan usia yang mengacu pada konsep DAP
(Delevelopmentally Appropriate Practices) yaitu acuan pendidikan anak usia dini
dikembangkan kurikulum, kegiatan pembelajaran dan assessment atau penilaian yang
disesuaikan dengan perkembangan anak berdasarkan usia dan kebutuhan individunya.
Berdasarkan karakter usia tersebut, anak usia dini dibagi menjadi:usia 0-1 tahun merupakan
masa bayi, usia 1-3 tahun merupakan masa toddler (balita), usia 6 tahun merupakan masa pra
sekolah,usia 6-8 tahun merupakan masa SD kelas awal.

B. RUMUSAN MASALAH
• Apa itu nilai agama dan moral?
• Apa Saja teori nilai agama dan moral?
• Bagaimana Perkembangan Nilai Agama Dan Moral Pada Aank?
• Apa peran nilai agama dan moral terhadap perkembangan anak?
• Bagaimana cara menstimulasi perkembangan nilai agama dan moral anak?

C. TUJUAN
• Untuk mengetahui yang dimaksud dengan nilai agama dan moral
• Supaya mengetahui teori nilai agama dan moral
• Untuk memahami perkembangan nilai agama dan moral pada anak
• Untuk mengetahui peran nilai agama dan moral terhadap perkembangan anak
• Agar memahami cara menstimulasi perkembangan nilai agama dan moral anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI NILAI AGAMA DAN MORAL

Menurut Bahrun Rangkuti, agama berasal dari kata “a-gama”. Arti “a” panjang ialah cara
atau the way; sedangkan “gama” berasal dari kata Indojerman “gam” berarti sama dengan
kata Inggris to go, yaitu berjalan atau pergi. Jadi agama artinya adalah cara-cara berjalan atau
cara-cara untuk sampai pada keridlaan Tuhan. Menurut Kurnia, agama yaitu sebagai suatu
jalan yang harus diikuti agar orang sampai ke suatu tujuan yang suci dan mulia. Pengertian
agama adalah Sistem atau prinsip kepercayaan kepada adanya kekuasaan mengatur yang
bersifat luar biasa yang berisi norma-norma atau peraturan yang menata bagaimana cara
manusia berhubungan dengan Tuhan dan bagaimana manusia hidup yang berkelanjutan
sampai sesudah manusia itu mati.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Adams dan Gullota, agama memberikan sebuah
kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya,
agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk
apa seseorang berada di dunia ini, agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi
remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.
Menurut Suseno, moral adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah
pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral dan manusiawi. moral adalah suatu
tuntutan prilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas, yang tercermin dalam
pemikiran/konsep, sikap, dan tingkah laku. Dan pengembangan moral ini sangat penting
untuk dilakukan pada anak di Taman Kanak-Kanak. Moral merupakan aturan kesusilaan yang
menyangkut budi pekerti manusia yang beradab (berupa ajaran baik dan buruk, perbuatan,
dan kelakuan atau akhlaq).
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.
Jadi, teori nilai agama dan moral adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik pribadi
maupun warga masyarakat dan warga Negara sebagai moralitas yang tercermin dalam
pemikiran, konsep sikap dan tingkah laku yang harus diikuti agar sampai ke suatu tujuan
yang mulia.

B. TEORI NILAI AGAMA DAN MORAL

Di dalam perkembangan moral pada anak, terdapat beragai teori seperti :


1. Teori Psikoanalisa
Dalam menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian
struktur kepribadian manusia ada tiga, yaitu id, ego dan superego. Menurut
psikolanalisa klasik freud, semua orang mengalami konflik oedipus. Konflik ini akan
menghasilkan pembentukan struktur kepribadian yang dinamakan freud sebagai
superego. Ketika anak mengatasi konflik oedipus ini, maka perkembangan moral
dimulai. Salah satu alasan mengapa anak mengatasi konflik oedipus adalah perasaan
khawatir akan kehilangan kasih sayang orang tua dan ketakutan akan dihukum karena
keinginan seksual mereka yang tidak dapat diterima terhadap orang tua yang berbeda
jenis kelamin.

2. Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus. Dalam
hal ini, proses-proses penguatan, penghukuman, peniruan digunakan untuk
menjelaskan perilaku moral anak-anak.

3. Teori Kognitif Piaget


Teori piaget mengenai perkembangan moral melibatkan prinsip prinsip dan proses
proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif yang ditemui dalam teorinya tentang
perkembangan intelektual. Bagi piaget, perkembangan moral digambarkan melalui
aturan permainan. Karena itu, hakikat moralitas adalah kecenderungan untuk
menerima dan menaati sistem peraturan.

4. Teori Kohlberg
Teori kohlberg tentang perkembangan moral merupakan perluas, modifikasi, dan
redefeni atas teori piaget. Teori ini didasarkan atas analisisnya terhadap hasil
wawancara dengan anak laki-laki usia 10 hingga 16 tahun yang dihadapkan pada
suatu dilema moral, dimana mereka harus memilih antara tindakan mentaati peraturan
atau memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang bertentangan dengan peraturan.

C. PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL PADA ANAK

1. Perkembangan Agama Pada Anak


Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan anak-anak itu mengalami beberapa
fase (tingkatan). Didalam bukunya The Thevelopment of religious on children ia
mengatakan bahwa perkembangan pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan :

a) The fairy stage (tingkat dongeng)


Tingkatan ini dimulai anak yang berusia 3-6 tahun, pada tingkatan ini konsep
mengenai tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat
perkembangan ini anak menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat
intelektualnya.

b) The realistic stage (tingkat kenyataan)


Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar sampai ke usia (masa usia)
adolensense. Pada masa ini ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep
yang berdasarkan pada kenyataan (realis). Konsep ini melalui Lembaga-lembaga
keagamaan dan pengajarn agama dari orang dewasa lainnya.

c) The individual stage (tingkat individu) Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan
emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep ini
terbagi menjadi tiga :
1) Konsep ketuhanan yang konvesional dan konservatif dengan dipengaruhi
sebagian kecil fantasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar.
2) Konsep ke-Tuhanan yang murni yang dinyatakan dalam pandangan yang
bersifat personal (perorangan).
3) Konsep ke-Tuhanan yang humanistik. Agama telah menjadi etos humanistik
pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini dipengaruhi
oleh faktor intern yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern berupa pengaruh
luar yang dialaminya.

2. Perkembangan Moral Pada Anak

Perkembangan moral pada dasarnya merupakan interaksi, suatu hubungan


timbal balik antara anak dengan anak, antara anak dengan orang tua, antara peserta
peserta didik dengan pendidik, dan seterusnya. Unsur hubungan timbal balik ini
sedemikian penting karena hanya dengan adanya interaksi berbagai aspek dalam diri
seseorang (kognitif, afektif, psikomotorik) dengan sesamanya atau dengan
lingkungannya, maka seseorang dapat berkembang menjadi semakin dewasa baik
secara fisik, spiritual dan moral (Sjakarwi). Dengan interaksi maka kesejajaran
perkembanagan moral, kognitif dan inteligensi akan terjadi secara harmonis. Hal itu
sejalan dengan dengan pandangan Piaget bahwa intelegensi berkembang sebagai
akibat hubungan timbal balik antara unsur keturunan dan lingkungan, hubungan itu
begitu menentukan sama halnya dlam perkembangan moral seseorang.

Perkembangan merupakan proses dinamis yang umum dalam setiap budaya.


Moral berkembang menurut serangkaian tahap perkembangan psikologis. Kohlberg
telah menunjukkan dengan penelitiannya bahwa tahap-tahap perkembangan moral
berlaku sama bagi setiap orang, tidak memandang lingkup budaya, tempat, kelas
dalam masyarakat, kasta dan agama. Tahap-tahap perkembangan moral menurut
Kohlberg menunjukkan suatu tingkatan sistematis , urutan bertahap, dari tingkat
prakonvensional sampai pascakonvensional. Itu berarti bahwa perkembangan
pengertian dan pertimbangan moral dibatasi oleh perkembangan umur dan tahapan.
Isi pertimbangan moralnya dapat berbeda-beda, namun kerangka berpikir
pertimbangannya sama, begitu juga urutan tahap perkembangannya sama. Memang
jarang ada orang yang perkembangan moralnya mencapai tahap lima atau enam,
karena perkembangan pendewasaan moral itu tidak terjadi dengan sendirinya secara
otomatis. Orang harus mengembangkannya sendiri. Partisipasi dalam peran-peran
sosial serta hubungan antarpribadi yang dialami seseorang amat menentukan proses 7
perkembangan kedewasaan moralnya. Pengalaman itulah yang akan mengajar mereka
untuk berkembang mencapai tahap terakhir.
Perkembangan moral itu bertahap, artinya kedewasaan moral seseorang hanya
dapat meningkat satu tahap lebih tinggi keatasnya. Kedewasaan moral tahap kedua
hanya dapat memahami pertimbangan moral tahap keempat. Tiap tahap yang lebih
tinggi selalu lebih umum dan kurang berpusat pada diri sendiri serta menghendaki
sedikit saja rasionalisasi. Oleh sebab itu, pendidikan moral tidak banyak artinya jika
materi tentang tahap-tahap tentang kedewasaan moral disampaikan hanya dengan
ceramah, tanpa mengajak peserta didik mengalami sendiri tingkat kedewasaan tiap
tahap dan bagaimana dapat berkembang ke satu tingkat diatasnya (Cheppy, 1988).

D. PERAN GURU DALAM MENGAMBANGKAN NILAI AGAMA DAN MORAL


ANAK

Guru berperan bukan hanya sebagai pelaku perubahan yang menggerakan roda
transformasi sosial, ekonomi, dalam masyarakat. Lebih dari itu guru bisa memiliki peranan
utama sebagai pendidik karakter. Guru bukan saja mengubah hidup anak, tetapi juga
memperkaya dan memperkokoh kepribadian siswa menjadi insan berkeutamaan karena
memiliki nilai-nilai yang ingin diperjuangkan dan diwujudkan dalam masyarakat. Guru
bukan hanya mengubah anak didik menjadi anak pandai, melainkan membekali mereka
dengan keutamaan dan nilai-nilai yang mempersiapkan mereka menjadi insan yang
bertanggung jawab terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat dan yang terpenting adalah
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ada beberapa peran yang harus dilaksanakan guru dalam mengembangkan dan
menguatkan moral dan nilai-nilai agama pada anak usia dini, yaitu sebagai model,
pembimbingan, pelatih, motivator, dan penilai.
a) Sebagai Model
Figur guru adalah manusia yang harus dapat dipercaya dan baik perilakunya. Dalam
proses belajar mengajar guru memiliki kapasitas sebagai pendidik, model, atau
teladan bagi peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan salah satu dari empat kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi personal. Kompetensi ini sangat
penting terutama pada tingkatan pendidikan anak usia dini. Jarang kita sadari bahwa
sesungguhnya anak usia dini mudah sekali meniru apapun yang dilihat dan
diperhatikan (masa imitative).

b) Sebagai Pembimbing
Pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan pada anak Taman Kanak-kanak /
Anak Usia Dini memerlukan program yang workable (dapat dilaksanakan) dan bukan
program yang muluk atau berlebihan. Sebaik apapun program, jika tidak mengakar
pada kebiasaan hidup yang sesuai ukuran dan norma kehidupan kita sendiri akan
mengalami banyak kendala dan sia-sia belaka. Fungsi peran dan pembimbing
memiliki makna sebagai orang yang memberikan arahan, memandu, dan
mendampingi anak dalam melaksanakan program pembiasaan. Mengapa anak-anak
membutuhkan pembimbing? Karena secara fisik mereka masih kecil, secara
psikologis mereka belum banyak mengenal dan mengalami bagaimana hakikat
kehidupan ini. Mereka masih berada pada proses scaffolding yaitu suatu kondisi
ketika anak dalam sikap, perilaku, dan aktivitas hidupnya masih tergantung pada pada
bimbingan dari orang yang lebih dewasa.
c) Sebagai Pelatih
Anak Usia Dini (kelompok bermain dan TK) adalah sosok manusia yang masih
sangat membutuhkan latihan, pengulangan, dan perbaikan berbagai macam perilaku
dan perbuatan. Pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan sangat membutuhkan
pembiasaan, latihan, dan pengulangan pada bentuk perilaku dan perbuatan positif
sehingga hal itu menjadi suatu kebiasaan (habit). Apapun yang diajarkan, dilakukan,
dan diucapkan oleh guru bernuansa mendidik dan mampu memberikan keyakinan
mendalam bagi kehidupan anak didik.

d) Sebagai Motivator
Perjalanan waktu kadang kala membuat kita lesu, lemah, dan motivasi diri menjadi
turun. Demikian juga dengan peserta didik, kita harus pahami bahwa peserta didik
juga manusia, bahkan mereka masih memiliki banyak perbedaan dengan kita sebagai
orang dewasa. Untuk memelihara kondisi psikologis seperti itu, pada posisi seperti ini
guru berperan sebagai pemberi semangat (motivator), stabilitas motivasi peserta didik
sangat perlu dijaga dengan baik dan konsisten. Naik turunya suasana kebatinan
peserta didik adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Pada posisinya
sebagai motivator, guru seharusnya mendorong anak didik agar memiliki semangat
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.

e) Sebagai Penilai
Setiap perkembangan dan adanya perubahan dari suatu program pendidikan
memerlukan evaluasi. Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian
keberhasilan program sekaligus untuk menentukan langkah-langkah perbaikan.

E. CARA MENSTIMULASI PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL


ANAK

Untuk menstimulasi perkembangan nilai agama dan moral anak, kita perlu
mengetahui beberapa level perkembangan moral. Ada tiga level perkembangan moral
menurut Lawrence Kohlberg, berikut penjelasannya :
1. Level Prakonvensional
Level ini umumnya terjadi saat usia anak-anak. Moralitas dipahami sebagai baik atau
buruk yang berdasarkan pada konsekuensi dan penghargaan. Pemahaman dan
pembiasaan pada anak di level ini, diwujudkan dalam kegiatan atau rutinitas anak
sehari-hari dan masih didampingi oleh orang dewasa disekitar anak. Contoh : anak
dipuji karena membantu membereskan mainannya setelah selesai bermain. Pujian
yang diberikan akan memahamkan anak bahwa tindakannya adalah tindakan yang
benar dan merupakan tindakan yang mendapat dukungan dari orang sekitar.
2. Level Konvensional
Level konvensional sudah lebih kompleks dari level sebelumnya dan cenderung ada
pada diri remaja hingga orang dewasa. Pada level ini seseorang sudah
mempertimbangkan penilaian masyarakat saat melakukan tindakan. Contoh : jika ada
kerja bakti di kampung, seseorang merasa perlu membantu karena merasa itu bagian
dari tanggung jawab sosial.

3. Level Pascakonvensional
Level ini juga disebut sebagai level prinsip. Artinya selain mempertimbangkan
penilaian masyarakat, seseorang juga memiliki prinsip pribadi yang tak terpengaruh
oleh pihak luar. Level ini umumnya ada pada orang dewasa, yang sudah memiliki
pendirian dan menghargai perbedaan pendapat.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menstimulasi perkembangan nilai
agama dan moral anak di satuan PAUD :
1. Memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan.
Perkembangan moral anak akan terbiasa dan berkembang dengan baik saat
diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan dalam situasi dan kondisi yang
melibatkan nilai-nilai moral Contoh : jika ada salah satu anak yang lupa membawa
bekal makanan, guru mengajak diskusi tindakan apa yang harus dilakukan anak-
anak.

2. Gunakan media cerita.


Membacakan cerita dapat membantu anak untuk memahami nilai dan
pengetahuan agama dan moral. Di dalam cerita terdapat karakter-karakter yang
melakukan tindakan dengan pertimbangan moral atau sebaliknya. Hal itu bisa
dijadikan bahan diskusi dengan anak. Misal, Sobat PAUD bisa mendiskusikan
pada anak perilaku tokoh dalam cerita yang baik dan kurang baik.

3. Berinteraksi dengan anak dari berbagai usia dan budaya.


Memberikan kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan anak lain dari
berbagai latar belakang dan budaya. Interaksi ini dapat membuat anak terbiasa
menyikapi dan menerima perbedaan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menurut para ahli, dapat disimpulkan banwa pengertian nilai agama dan moral
adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik pribadi maupun warga masyarakat dan warga
Negara sebagai moralitas yang tercermin dalam pemikiran, konsep sikap dan tingkah laku
yang harus diikuti agar sampai ke suatu tujuan yang mulia.
Teori perkembangan moral pada anak dibagi menjadi 4, yaitu;
1) Teori Psikoanalisa
2) Teori Belajar Sosial
3) Teori Kognitif Piajet
4) Teori Kohlberg
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan anak-anak mengalami bebrapa fase,
di dalam bukunya The Thevelopment Of Religious On Children yang mengatakan bahwa
perkembangan agama anak-anak melalui tiga tingkatan ;
1) The fairy stage (tingkat dongeng)
2) The realistic stage (tingkat kenyataan)
3) The individual stage (tingkat individu)
Ada beberapa peran yang harus dilaksanakan guru dalam mengembangkan dan
menguatkan nilai agama dan moral pada anak usia dini, yaitu sebagai model, pembimbingan,
pelatih, motivator, dan penilai.
Ada tiga level perkembangan moral menurut Lawrence Kohlberg yaitu ;
1) Level prakonvensional
2) Level konvensional
3) Level pascakonvensional
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menstimulasi perkembangan moral pada
anak ;
1) Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil keputusan.
2) Gunakan media cerita.
3) Berinteraksi dengan anak dari berbagai usia dan budaya.
4) Berikan contoh melalui tindakan.

B. SARAN

Adapun makalah ini kami selesaikan dari hasil pemikiran yang didasari dari
referensireferensi yang kami dapatkan baik dari buku maupun pengetahuan dari online.
Dengan adanya teori perkembangan anak diatas orangtua diharapkan dapat menerapkan
teoriteori perkembangan yang sudah ada. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Kami tahu bahwa di dalam penyusunan makalah ini mungkin jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca agar
maklah ini lebih baik lagi dalam penyusunannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rizki. "Implementasi nilai-nilai moral dan agama pada anak usia dini." Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1.1 (2017): 19-31.
Crapps, R. W. (1994). Perkembangan kepribadian dan keagamaan. yogyakarta: kanisius
Jalaluddin. (1996). Psikologi agama. jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Kohlberg, L., & Hersh, R. H. (1977). Moral development:A review of the theory. Theory Into
Practice, 16(2), 53-59. Doi:10.1080/004005847709542675

Anda mungkin juga menyukai