Anda di halaman 1dari 8

Naskah Ujian

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA


 UTS   UAS  Susulan UTS/UAS Semester Antara Ganjil / Genap TA. 2021/ 2022
Program Studi Ilmu Komunikasi / Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

KMK - Mata Kuliah : IK133010 / KOMUNIKASI MASSA NIM : 200900050

Nama Dosen : Sandra Olifia, M.Si Marfin Teguh Aprianda


Nama Mahasiswa :
Kelas : Pagi A / 08:00-10:30 WIB

Hari /Tanggal : Rabu / 5 Januari 2022 Paraf Tanggal


Waktu Ujian : 90 menit Validasi KaProdi/
Koord. OK 11/12/202
Sifat Ujian : Buka Buku
Matakuliah
1
Lembar Jawaban : Ya / Tidak* (MKU/MKB) :

*coret salah satu

PETUNJUK:
Jawaban dikirim ke email: sandraolifia@gmail.com dengan Format: Nama_Mata Kuliah_Kls
Pagi/Sore. Jawaban dikumpulkan paling telat hari Sabtu, 8 Januari 2022, Pk. 11.59 WIB

SOAL:

1. Jelaskan yang dimaksud dengan Hambatan Psikologis, dan uraikan apa saja yang
termasuk dalam Hambatan Psikologis, serta berikan contoh dari masing-masing jenis
hambatan tersebut. (Bobot 25%)
Jawaban:
Alasan mengapa disebut hambatan psikologis karena hambatan tersebut merupakan
unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia (Ardianto, 2014:89).
1. Kepentingan (Interest)
Maksudnya adalah individu hanya memperhatikan kepentingan yang
berhubungan atau yang ada hubungan dengan kepentingannya, cenderung
bersikap seletif terhadap berbagai informasi di media massa, karena setiap
individu mempunyai persepsi kepentingan yang berbeda-beda baik dari kegunaan
dan manfaatnya.
Contohnya adalah Marfin adalah pengguna skincare yang mengalisis kasus
skincare abal-abal yang ditayangkan di media massa, Marfin mencari informasi
dengan narasumber dan berkomunikasi yang ahli dibidangnya seperti dokter
spkk. Marfin dengan kepentingannya mencari informasi terkait kasus skincare
abal-abal yang karena menyangkut keamanan Marfin, karena Marfin juga
memakai skincare, jadi harus lebih hati-hati.
2. Prasangka (Prejudice)
Maksudnya adalah adanya kecurigaan, Kecurigaan ini bisa muncul dari banyak
faktor, misalnya gelagat seseorang, berbicara tidak sesuai fakta, berbicara seakan-
akan ditambah-tambahin, dan lain-lain. akibatnya efektifitas komunikasi
terganggu.
Contohnya misalnya polisi yang patroli di jalan di malam hari, menemukan
sekelompok anak muda yang diajak bicara namun pembicaraannya tersebut tidak
nyambung, polisi berprasangka atau curiga kalau sekelompok anak muda ini
sedang dalam pengaruh minuman keras, dilihat dari gelagatnya, baunya, dan
berkomunikasi tidak nyambung.

Contoh yang lain adalah Perbandingan sosial misalnya membandingkan status


sosial, status ekonomi, kecantikan dan karakter juga bisa memicu timbulnya
prasangka. Sebagai contoh, orang yang lebih kaya tetapi jarang bergabung dalam
kegiatan sosial mungkin akan dinilai sebagai orang yang kikir dan sombong.
Prasangka ini jelas saja bisa menimbulkan situasi yang lebih negatif lagi.

3. Stereotip (stereotype)
Maksudnya stereotip ini adalah anggapan yang ada namun belum pasti
kebenarannya, Stereotip sering terbentuk dari orang yang berprasangka meskipun
belum saling mengenal. Data-data pun kurang lengkap dan subjektif. biasanya
stereotip disini mengarah ke anggapan negatif dikarenakan ada hal-hal tertentu.
Sehingga efektifitas komunikasi terganggu.
Saya ambil contoh paling umum di masyarakat kalau “orang batak itu keras dan
galak” dan “orang Cina yang tinggal di Indonesia itu pelit-pelit”
4. Motivasi (motivation)
Maksudnya adalah ada dorongan-dorongan teretntu yang menyebabkan manusia
melakukan sesuatu. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi
seseorang, maka semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima
dengan baik oleh komunikan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu
pesan dalam komunikasi massa yang tidak sesuai dengan motivasinya (Ardianto,
2014: 94).
Jadi, semakin besar komunikasi dapat diterima dengan baik, kalau pesan
komunikasi sesuai dengan motivasinya.
Contohnya misalnya saya termotivasi dari Trader sukses Indra Kesuma, maka
dari itu saya ingin memperdalam ilmu tentang pasar modal, maka saya akan terus
belajar dan mencari mentor yang sudah duluan terjun di pasar modal.

Jadi, kesimpulannya hambatan psikologis adalah hambatan yang unsur-unsurnya dari


kegiatan-kegiatan psikis manusia yang menghambat atau memperlambat dalam pesan
komunikasi, dibagi menjadi empat, yakni kepentingan (Interest), prasangka (Prejudice),
stereotip (Stereotype), dan motivasi (motivation).

2. Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) mengemukakan lima karakteristik yang dimiliki
oleh Komunikator dalam komunikasi massa. Sebutkan dan jelaskan kelima karakteristik
tersebut. (Bobot 25%)
Jawaban:
Menurut Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) Ada beberapa karakteristik yang dimiliki
oleh komunikator dalam komunikasi massa, pernah mengemukakan setidak-tidaknya
lima karakteristik: 1) daya saing (competitiveness), 2) ukuran dan kompleksitas (size and
complexity), 3) industrialisasi (industrialization), 4) spesialisasi
(specialization), dan 5) perwakilan (representation). (Nurudin, 2019:97)
Yang pertama adalah Media massa harus mempunyai daya saing. Daya saing sebuah
koran akan sangat ditentukan oleh peran dari komunikatornya. Bagaimana kebijakan
dirumuskan, bagaimana mengelola manajemen perusahaan media, bagaimana mengikat
orang untuk berlangganan tetap, dan bagaimana memberikan kepuasan pelanggan, semua
itu bagian dari usaha menumbuhkan daya saing sebuah koran. Itu pulalah mengapa, tak
sedikit investasi yang dikeluarkan oleh media massa agar daya saing dengan media lain
lebih kuat.
Di media televisi, bagaimana usaha komunikator membangun perluasan jaringan
pemancar agar bisa dinikmai orang sebanyak mungkin. Bagaimana usaha RCTI sebagai
Stasiun televisi swasta nasional Indonesia menginvestasikan lebih dari Rp100 millar
untuk membeli hak siar World cup 2002 di Korea-Jepang. Bagaimana SCTV bernafsu
membeli sendiri hak siar World Cup 2006 Jerman, meskipun akhirya menerima beberapa
kecaman karena tidak menyiarkan acara pembukaan dan penutupan pesta sepak bola
empat tahunan tersebut. Lepas dari kekurangan yang ada, apa yang dilakukan media
elektronik tersebut bertujuan memperkuat daya saing stasiunnya agar loyalitas audience
terus terjaga.
Daya saing ditumbuhkan dari kebijakan yang dikeluarkan komunikator. Orientasi
utamanya adalah agar media massa itu "tidak bangkrut". Oleh karena itu, membangun
daya sing adalah bagian dari tugas komunikator untuk merumuskannya. Semua in
dilakukan karena tingkat kompetisi media massa semakin ketat dari hari ke hari.

Yang kedua adalah Ukuran dan kompleksitas juga menjadi sifat khusus yang melekat
pada komunikator dalam komunikasi massa. Ukuran berhubungan erat dengan jumlah
orang yang dipekerjakan dalam saluran komunikasi massa. Semakin besar media massa,
semakin besar pula jumlah orang yang terlibat di dalamnya. Dalam sebuah penerbitan
buku misalnya, dibutuhkan editor, penulis naskah, bagian setting, desain cover, dan
distributor. Semua itu menunjukkan jumlah orang yang terlibat tidak sedikit. Koran yang
relatif kecil pun membutuhkan banyak pekerja. Jika koran itu belum mapan secara
ekonomis, ia akan akan mempekerjakan reporter tidak tetap yang disebut stringer.
Apalagi media yang memang sudah mapan, jelas membutuhkan karyawan yang lebih
banyak. Dengan semakin banyak jumlah pekerja yang ada dalam media massa,
konsekuensinya pengelolaan media massa semakin kompleks atau semakin rumit serta
membutuhkan penanganan lebih profesional. Ada banyak hal yang harus diatur, misalnya
dana yang dialokasikan dan kebijakan yang didistribusikan. Tidak terkecuali dengan
santunan keluarga karyawan yang dibutuhkan semakin besar, dan aturan yang lebih jelas
pula. Hal ini sangat berbeda ketika sebuah penerbitan buku (misalnya) hanya dikelola
lima orang. Pengelolaan penerbitan yang mempekerjakan lima orang ini jelas tidak
begitu kompleks jika dibandingkan dengan mempekerjakan ratusan atau ribuan orang.
Kompleksitas dan ukuran in memang ada kaitannya dengan organisasi media massa.
Media massa membutuhkan divisi-divisi. Koran Jawa Pos yang terbit di Jawa Timur
perlu untuk mendistribusikan kekuasaan ke anak buah perusahaan. Misalnya, dengan
munculnya anak buah perusahaan merasa perlu untuk ada manajer anak perusahaan.
Ketika sejumlah koran lokal muncul dan menjadi suplemen Jawa Pos di daerah-daerah
(Radar), maka perlu untuk membentuk direktur Radar. Kasus ini membuktikan bahwa
komunikator dalam komunikasi massa itu begitu kompleks.

Yang ketiga adalah Industrialisasi merupakan salah satu konsekuensi media massa.
Media massa jelas mempekerjakan banyak orang dan banyak struktur yang kompleks.
Akibatnya, media ini perlu dikelola seperti halnya industri. Jadi, apa yang terjadi pada
Perusahaan koran atau televisi misalnya, sama seperti perusa haan pada umumnya. Jika
di perusahaan umum ada peraturan tentang karyawan, kebijakan pimpinan, membuat
produk, Koran pun tidak jauh berbeda. Intinya, media massa merupaka, industri yang
dikelola seperti industri secara umum.

Yang keempat adalah Spesialiasi itu adalah karakteristik dari komunikator, dalam
komunikasi massa yang merupakan konsekuens pembagian tugas dan wewenang
internal. Di dalam sebuan media cetak ada yang namanya penjaga rubrik (Jabrik). Jabrik
merupakan salah satu bentuk spesialisasi. Ada yang spesialisasi bagian percetakan,
editor, manajer, reporter editor bahasa, translator, account executive (AE), dan lain-lain.
Semua wilayah kerja ini membutuhkan keahlian yang terspesialisasi. Intinya adalah
spesialisasi merupakan tuntutan profesionalisme pengelolaan media massa. Tapa
spesialisasi, media massa tidak akan bisa mengikuti perkembangan zaman. Spesialisasi
sering mutlak dimilik komunikator dalam komunikasi massa.

Ciri yang lain adalah perwakilan. Media massa yang semakin tumbuh besar
membutuhkan perwakilan lain yang bisa menopang kehidupan media itu. Dibentuknya
biro-biro atau koresponden di luar kota menjadi salah satu bukti munculnya perwakilan
ini. Semakin bear media massa, fungsi perwakilan menjadi semakin penting
kehadirannya. Bukankah tidak mungkin mengelola media langsung dari kantor atau
stasiun pusatnya? Suplemen koran yang sedang marak di tanah air sangat membutuhkan
perwakilan untuk meng-cover berita-berita di daerah. Ciri yang melekat pada diri
komunikator yang dideskripsikan di atas menunjukkan bahwa komunikator dalam
komunikasi massa begitu kompleks dan tidak hanya dikelola oleh satu orang. Munculnya
spesialisasi, pewakilan, dan kompleksitas yang melekat pada diri komunikator menjadi
bukti bahwa komunikator dalam komunikasi massa adalah lembaga media yang
bersangkutan. (Nurudin, 2019:97-100)
Jadi bisa saya simpulkan bahwa menurut Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) pernah
mengemukakan setidak-tidaknya lima karakteristik dalam komunikasi massa yaitu daya
saing (competitiveness), ukuran dan kompleksitas (size and complexity), industrialisasi
(industrialization), spesialisasi (specialization), dan perwakilan (representation). Yang
masing-masing dari karakteristik ini sangat penting dimiliki oleh komunikator dalam
komunikasi massa.

3. Sebutkan dan jelaskan dua faktor utama yang memengaruhi efek pada komunikasi
massa. Berikan contoh kasus (kasus yang sedang hangat atau update) dari masing-
masing efek tersebut. (Bobot 25%)

Faktor yang mempengaruhi efek komunikasi massa


1. Faktor Individu
Faktor individu yang ikut berpengaruh pada proses penerimaan pesan lebih banyak
dipengaruhi oleh pemikiran psikologi. (Nurudin, 2019:228)
Ada banyak faktor pribadi yang mempengaruhi proses komunikasi, antara lain
selective attention, selective perception, dan selective retention, motivasi dan
pengetahuan, kepercayaan, pendapat, nilai dan kebutuhan, pembujukan, kepribadian
dan penyesuaian diri. Selective attention adalah individu yang cendurung
memerhatikan dan menerima terpaan pesan media massa yang sesuai dengan
pendapat dan minatnya. (Nurudin, 2019:229). Selective perception adalah seorang
individu secara sadar akan mencari media yang bisa mendorong kecenderungan
dirinya. Kecenderungan ini bisa berupa pendapat, sikap, atau keyakinan. (Nurudin,
2019:230-231). Selective retention adalah kecenderungan seseorang hanya untuk
mengingat pesan yang sesuai dengan pendapat dan kebutuhan dirinya. (Nurudin,
2019:231)
Contoh kasus yang sedang hangat yaitu pertandingan final piala AFF Suzuki cup
Indoensia melawan Thailand. Pertandingan ini ditayangkan beberapa chanel televisi
(RCTI, Inews, Indosiar) dan banyak juga yang streaming di youtube. Di leg pertama
tanggal 29 desember 2021, Indonesia kalah telak dengan Thailand yakni 4-0, pelatih
Indonesia yakni Shin Tae Yong mengatakan “Thailand adalah lawan yang kuat, di
leg pertama kita belum bisa menciptakan gol, namun kita tidak akan menyerah, di leg
kedua kita akan berjuang mati-matian”.

Di leg kedua yang tanggal 1 januari 2022, indonesia hanya mampu berhasil
meciptakan gol, namun itu hanya berimbang, dengan skor 2-2. Dan hasil akhirnya
Indonesia tetap kalah yakni 6-2 dari Thailand. Alhasil Thailand berhasil menjuarai
AFF Cup.
Jadi dapat saya simpulkan dalam kasus diatas bisa kita lihat bahwa faktor psikologis
diri yang menyukai sepakbola cenderung akan menonton sepabola, apalagi tim
favoritnya bermain, sedangkan yang tidak suka atau kurang suka dengan sepakbola
cenderung tidak menontonnya. Ada yang yakin mempercayai (optimis) kalau
Indonesia akan menang, namun ada juga yang kurang yakin (pesimis) Indonesia akan
memang, dan hasilnya Indonesia gagal menjuarai AFF Cup. Ini sesuai dengan faktor
individu.

2. Faktor Sosial
Seorang psikolog melihat faktor pribadi yang ikut memengaruhi efek media massa
yang terjadi pada diri audience berbeda dengan seorang sosiolog. Sosiolog (karena
memang basis dasar kajiannya adalah masyarakat) lebih melihat individu sebagai
gejala sosial. Artinya bagaimana individu tersebut berhubungan dengan ornag lain
(dalam kerangka yang lebih luas). Itu semua akan memengaruhi proses efek yang
terjadi. (Nurudin, 2019:234-235)
Dari pengertian diatas, menurut saya Faktor sosial dipengaruhi oleh orang-orang
disekitar kita. Mulai dari umur dan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan, agama, dan tempat tinggal.
Menurut Wilbur Schramm konteks kelompok ketika komunikan menjadi anggotanya
ikut memengaruhi proses penerimaan pesan media massa. Artinya organisasi tempat
individu bergabung akan ikut menentukan bagaimana pesan media massa itu
memengaruhi perilaku individu. (Nurudin, 2019:235)
contoh kasus yang sedang hangat yakni Kasus ustad Yusuf Mansyur yang viral karena
dituduh sedekah berkonsep penipuan dan penggelapan.
Berita ini lagi hangat dan viral di media sosial karena diposting oleh oknum yang
tidak bertanggung jawab, setelah ditelusuri lebih dalam berita ini hanya hoaks.
Dalam Organisasi keagamaan Ustad Yusuf Mansyur, individu atau yang masuk
organisasi akan lebih mudah menerima pesan-pesan media yang mendukung
keberadaan Ustad yusuf Mansyur dan menolak kritik-kritik, berita bohong atau hoaks
yang ditujukan kepada Ustad Yusuf Mansyur. Artinya organisasi tempat individu
bergabung akan ikut menentukan bagaimana pesan media massa itu memengaruhi
perilaku individu.

Jadi, kesimpulannya adalah faktor utama yang memengaruhi efek pada komunikasi
massa yakni faktor Individu dan faktor Sosial. Faktor Individu lebih ke faktor dari dalam
seperti piskis, kesenangan, minat, menyukai sesuatu, sedangkankan faktor sosial lebih ke
faktor dari luar misalnya maslah sosial, organisasi tempat kamu bergabung, pendidikan,
agama, pekerjaan, dan pendapatan.

4. Sebutkan dan jelaskan Etika dalam komunikasi massa seperti yang dikemukakan
Shoemaker dan Reese (1991). (Bobot 25%)
Jawaban:
Menurut Shoemaker dan Reese (1991) ada lima poin penting yang berkaitan dengan
etika yakni tanggung jawab, kebebasan pers, masalah etnis, ketepatan dan objetivitas,
serta tindakan adil untuk semua orang. (Nurudin, 2019:252)
1) Tanggung Jawab
Jurnalis atau orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa harus
mempunyai tanggung jawab dalam pemberitaan atau apa yang disiarkan.
Apa yang diberitakan. (Nurudin, 2019:252).
Jadi menurut saya apa yang diberitakan oleh jurnalis di media massa harus
bisa dipertanggung jawabkan.
2) Kebebasan Pers
Kebebasan pers ini mutlak harus dimiliki media massa. Dengan kata lain,
kebebasan dan tanggung jawab sama-sama penting. Oleh karena itu, kita
sering mendengar istilah kebebasan yang bertanggung jawab. Semua orang
termasuk jurnalis boleh bebas, tetapi bebas disini harus bisa dipertanggung
jawabkan dan bukan bebas sebebas-bebasnya. (Nurudin, 2019:253-254)
Jadi menurut saya kebebasan pers akan lebih bermakna jika disertai
tanggung jawab.
3) Masalah Etnis
Masalah etnis disini artinya adalah bahwa jurnalis tersebut harus bebas dari
kepentingan. Ia mengabdi pada kepentingan umum. Meskipun mengabdi
pada kepentingan umum, itu berarti kepentingan juga. Masalahnya, pers
sebenarnya memang tidak akan bisa lepas dari kepentingan. Yang bisa
dilakukan adalah menekannya, sebab tidak ada ukuran pasti seberapa jauh
kepentingan itu tidak boleh terlibat dalam pers. (Nurudin, 2019:256)
Terdapat ukuran normatif yang bisa dijadikan pegangan
a. Hadiah, perlakuan istimewa biaya perjalanan dapat memengaruhi
kerja jurnalis.
b. Keterlibatan dalam politik, melayani organisasi masyarakat tertentu,
menjadikan profesi wartawan sebagai pekerjaan sambilan perlu
dihindari.
c. Tidak menyiarkan simber individu jika tidak mempunyai sumber
berita (news value).
d. Wartawan akan mencari berita yang memang benar-benar melayani
kepentingan publik.
e. Wartawan melaksanakan kode etik wartawan untuk melindungi
rahasia sumber berita.
f. Plagiarisme harus dihindari karena merupakan aib bagi dunia
kewartawanan.
Berikut masalah etnis yang penting yakni kode etik wartawan Indonesia
(KEWI):
1)Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat
2)untuk memperoleh informasi yang benar. Wartawan Indonesia menempuh
tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi
sertamemberikan identitas kepada sumber berita.
3)Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dengan opini, berimbang, dan selalu meneliti
kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat.
4)Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,
fitnah sadis, dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan
susila.
5)Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan
profesi.
6)Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.
7)Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam
pemberitaan serta melayani hak jawab.
(Nurudin, 2019:260261)
4) Ketepatan dan Objektivitas
Ketepatan dan objektivitas disini berarti dalam menulis berita wartawan
harus akurat (accuary), cermat, dan diusahakan tidak ada kesalahan.
Sementara itu, objektivitas adalah pemberitaan yang didsarkan fakta-fakta di
lapangan, bukan opini wartawannya. Namun demikian, objektivitas saja
belum cukup, sebab bisa jadi seorang wartawan sudah menulis berdasarkan
fakta, tetapi nilai keadilan bagi yang diliput belum ada. Sekedar contoh
adalah seorang wartawan memberitakan kasus konflik, ia tidak hanya
berdasarkan fakta, tetapi meliput secara seimbang dua pihak yang berkonflik
disertai niat untuk mendamaikan keduanya. Masalahnya, bisa jadi wartawan
menulis berita sudah berdasarkan fakta, tetapi fakta yang diliput justru api
permusuhan kedua pihak yang bertikai tersebut. (Nurudin, 2019:261)
5) Tindakan Adil Untuk Semua Orang
Yang dimaksud disini adalah
a. Media berita harus melawan campur tangan individu dalam
medianya. Artinya, pihak media harus berani melawan keistimewaan
yang diinginkan seorang individu dalam medianya.
b. Media tidak boleh “kaki tangan” pihak tertentu yang akan
mempengaruhi proses pemberitaan. Dalam peliputan tentang
kejahatan, media harus mewakili kebenaran dan kepentingan publik
dan bukan salah satu pihak yang terlibat.
c. Media berita mempunyai kewajiban membuat koreksi lengkap dan
tepat jika terjadi ketidak sengajaan kesalahan yang dibuat.
d. Wartawan bertanggung jawab atas laporan beritanya kepada publik
dan publik sendiri harus berani menyampaikan keberatannya kepada
media.
e. Media tidak perlu melakukan tuduhan yang bertubi-tubi pada
seseorang atas suatu kesalahan tanpa memberi kesempatan tertuduh
untuk melakukan pembelaan dan tanggapan.

Jadi, kesimpulannya dari etika dalam komunikasi massa yang dikemukakan oleh Shoemaker
dan Reese (1991) yaitu tanggung jawab, kebebasan pers, masalah etnis, ketepatan dan
objetivitas, serta tindakan adil untuk semua orang.

Selamat Mengerjakan

Anda mungkin juga menyukai