DDTC Academy
AGENDA
Environmental Scanning
1 Sengketa Pajak
Jumlah Pegawai DJP (Data Biro SDM Realisasi SPT Tahunan per
Kemenkeu dan LT DJP 2019)
Jumlah per 1 Agustus 2021 = 46,612
1 2
30 April 2021 (SP 14/2021)
Badan = 872,995
Pemeriksa Pajak = 6,512 (Pulau Jawa =4,303) OP = 11,608,649
Penelaah Keberatan = 898 (Pulau Jawa = 685)
Penilai Pajak = 448 (Pulau Jawa = 191)
.
3
422,127
SPTLB di tahun 2020
(LAKIN DJP 2020)
102,06 Trilyun (Naik 19,29% YoY)
Environmental Scanning Sengketa Pajak
Tingkat Kemenangan vs Kekalahan DJP di PP tahun 2020
04 02 01
Lakukan Pastikan Tentukan factor Tentukan dan Tentukan teknik
permintaan kebenaran penyesuaian gunakan saldo- pengujian
data/keteranga matematis penambah dan saldo atau pos- ekualisasi /
n dari WP atas teknik pengujian pengurang pos yang akan kaitan
perbedaan (reconciling dicocokkan
yang terjadi.. items).
05 03
SE - 34/PJ/2020
Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Mekanisme pelaksanaan pemeriksaan pajak pada masa Pandemi.
Pemanggilan Pengujian Pemeriksaan
SP2 Pertemuan dengan WP Permintaan Dokumen Pengujian fisik di tempat WP harus memenuhi
prokes. Selain itu wawancara dan diskusi dapat
Saat ini SP2 dapat dikirim Dilakukan dengan video conference, Dokumen Hardcopy dikirimkan saja
dilakukan dengan video conference. Lebih lanjut,
melalui email kedinasan apabila WP tidak berkenan untuk ke kantor DJP. Pada sekarang ini
DJP harus mengutamakan data internal dan
resmi DJP tatap muka. diutamakan dokumen softcopy. eksternal yang ada pada sistem DJP lebih dulu.
*Sumber: https://news.ddtc.co.id/pmk-18-2021-terbit-tata-cara-pemeriksaan-pajak-diubah--28206?page_y=832
IREAC:MODEL ANALISIS PAJAK
I R E A C
Issues Regulations Evidences Analysis Conclusion
Permasalahan Peraturan yang Bukti-bukti yang Analisis dan Kesimpulan
terkait kebenaran digunakan untuk dibutuhkan dalam argumentasi yang mengenai apakah
materiil pengenaan menganalisis rangka dibangun untuk suatu pengenaan
pajak dan/atau permasalahan membuktikan menjawab pajak syaratnya
pembuktian yang kebenaran materiil permasalahan terpenuhi dan
digunakan cukup bukti
Beban Pembuktian A
Kebenaran Formal B
Kebenaran Materiil C B C
Prosedur dalam Memperoleh Bukti
(Pemeriksaan Pajak) D
D E
Kewajiban Pembukuan dan
Dokumentasi
E
Antisipatif, Kooperatif dan Suportif
Penjelasan Proses Bisnis
dan Pembukuan Suportif dalam Proses
Pemeriksaan
• Plant Tour Virtual ?
• Proses bisnis untuk tujuan perpajakan • Pemenuhan permintaan data dokumen
• Pembukuan terkait proses bisnis pemeriksaan pajak
• Penjelasan alur sistem ERP • Penjelasan tertulis dalam rangka
• Penjelasan SPI pemeriksaan (model IREAC)
• Struktur organisasi dan uraian kerja • Penjelasan kertas kerja ekualisasi dan
rekonsiliasi (tidak hanya kertas kerja) kaitkan
Penjelasan Analisis Rasio dengan cara kerja system ERP dan SPI
dan Risiko • Penyiapan dan Penyampaian Berita Acara
yang materinya sesuai dengan ketentuan
• Mengapa rugi? Strategi Baru
•
•
Mengapa omset turun?
Mengapa HPP naik?
dalam Menghadapi
• Mengapa ada bukpot tidak dilapor? Pemeriksaan
• Mengapa melakukan restrukturisasi
usaha Penghindaran Sengketa
PPKM: Prosedur Pengujian • APA - MAP
Kepatuhan Mandiri • Permohonan penegasan?
• Penyelesaian hasil pemeriksaan
• Uji Kepatuhan Formal Administratif: Faktur tanpa sengketa
Pajak, SSP JLN-BKP TB, PPh 26,
• Ekualisasi dan Rekonsiliasi
• IREAC untuk transaksi berisiko tinggi
• Data wajib pemeriksaan pajak
• Data ideal untuk transfer pricing audit
• Infografis/Videografis uji eksistensi IGS / Royalti
ERP System for Tax Audit and Defense
4 Komponen dalam “ERP System
for Tax Audit and Defense”:
Collecting: Mengumpulkan dan
1 mengarsipkan data dan informasi terkait
Using: Memanfaatkan/menggunakan
4 data dan informasi dari setiap kelompok
Faktor Pendukung:
1. Sistem IT (pemilihan teknologi dan
implementasi)
2. SDM (pelatihan dan pengawasan)
Manajemen Pemeriksaan Pajak
Studi Kasus:
Koreksi PPN Pemberian Cuma-Cuma Jasa Online Marketing yang
Ditemukan di dalam Pembahasan Akhir (Tidak Tertuang dalam SPHP)
Risalah Surat
Pembahasan
SPHP Pembahasan Ketetapan
Akhir
Akhir Pajak
1 2 3 4
Tidak ada koreksi Pemeriksa Pemeriksa melakukan Pemeriksa menerbitkan
pemberian cuma- menemukan fakta koreksi positif atas SKP dengan koreksi
cuma atas jasa adanya pemberian adanya pemberian sebagaimana tertuang
online marketing cuma-cuma atas jasa cuma-cuma jasa online dalam risalah namun
online marketing marketing tidak dalam SPHP
Keputusan
Proses Putusan Tidak
Keberatan Permohonan Pengadilan
Keberatan
Pajak
Diajukan
Banding
5 6 7 8 PK oleh
1. Argumen Formal Mengabulkan seluruhnya
DJP
1. Argumen Formal
Dalil-dalil Wajib Pajak
ditolak seluruhnya
2. Argumen Material 2. Argumen Material Pertimbangan Hukum Formal
DEF AG, Jerman OPQ, Finland DEF AG, Jerman OPQ, Finland
OPQ Finance
Intl BV
50% 50%
DFQ BV
DEF BV DEF BV
93.5 93.5
6.5% 5% 6.5% 5%
95% 95%
% %
DEF AG, Jerman OPQ, Finland DEF AG, Jerman OPQ, Finland
95%
DEF BV DEF BV
DFQ Oy
93.5 93.5
6.5% 95% PQR 6.5% PQR
% %
95%
5% 5%
PT ABC PT ABC
19,98%
PT DEF
19,98%
PT HIJ PT DEF PT HIJ
PT ABC PT ABC
99,99% Pengambilalihan aktiva
99,99%
PT XYZ
Koperasi 1%
Koperasi 1%
PT XYZ Karyawan
PT XYZ
Karyawan
PT ABC PT ABC
99,99% 99,98%
99,99% 99,98% Pengambilalihan aktiva
PT KLM
0,02%
PT XYZ
0,02%
PT KLM PT XYZ PT KLM
Studi Kasus PPh Badan
Pengambilalihan Aktiva Anak Perusahaan
Put. 105214.15/2010/PP/M.IIIA Tahun 2018 dan Put MA 2801/B/PK/PJK/2019
▪ Penilaian atas goodwill oleh Penilai DJP adalah kewenangan atribusi yang mengikat pada profesi dan kode etik
penilai yang berlandaskan hukum; dan
▪ Penilai memiliki kualifikasi dan kompetensi yang terakreditasi Lembaga independen
▪ Kewenangan menentukan kembali besarnya penghasilan sesuai prinsip ALP dengan metode perbandingan harga,
penjualan kembali, biaya plus, atau metode lainnya dapat dibenarkan sepanjang terukur dan mencerminkan
AAUPB.
▪ Tidak ada dalil hukum yang menyebutkan bahwa kewenangan DJP untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan harus mendapatkan persetujuan Dirjen Akuntansi dan Penilai yang memiliki lisensi dan terdaftar di
Kemenkeu, Bapepam/LK OJK.
Studi Kasus:
Jasa vs. Royalti
PPh 23 dan PPh 26
Dokumen Pembuktian
▪ Perjanjian Kerjasama,
▪ korespondensi email,
▪ adanya slide presentasi,
▪ agenda meeting
X Ltd
Isu Royalti
▪ Definisi Royalti dalam P3B adalah payment of
any kind received as a consideration for
information concerning industrial, scientific,
Singapore Jasa and commercial experience
Manajemen ▪ Definisi Royalti dalam Penjelasan Pasal 4(1)(h)
Indonesia Fee Dianggap sebagai UU PPh adalah termasuk imbalan atas
pembayaran royalti pemberian pengetahuan atau informasi di
atas know-how
bidang teknikal, industrial dan komersial
Lainnya:
▪ Tidak ada report dari pekerjaan jasa;
▪ Tagihan jasa tidak disertai dengan dasar
perhitungan tagihan;
Wajib Pajak
▪ Tidak diketahui apakah informasi yang
diberikan dalam pemberian jasa ini bersifat
informasi umum atau khusus
Studi Kasus PPh Pasal 26
Beneficial Ownership
Put.59881/PP/M.IIB/13/2015 tertanggal 26 Februari 2015 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 133/B/PK/PJK/2017
DJP:
• DEF B.V dan ABC B.V hanyalah pass-through company, conduit company atau paper-box
company.
Menerbitkan • DEF B.V dan ABC B.V diduga tidak memiliki pegawai.
Bond • Penandatangan management report DEF B.V dan ABC B.V adalah karyawan Pemohon
ABC B.V Investor Banding juga.
Bunga • DEF B.V dan ABC B.V memiliki alamat yang sama.
• Wajib Pajak tidak dapat menunjukkan SKD atas nama pemegang bond
Kepemilikan Wajib Pajak
Dividen
Saham
• DEF B.V telah menyerahkan asli SKD;
• DEF B.V merupakan badan Hukum yang terpisah dari Wajib Pajak
• Memiliki kegiatan usaha aktif.
Modal DEF B.V • Jangka waktu pinjaman lebih dari 2 tahun.
100% • Definisi beneficial owner adalah international tax language, otoritas pajak Belanda yang
Belanda berkompentensi untuk menentukan status BO.
Pinjaman Indonesia
>2tahun Bunga Majelis Hakim PP
• Menolak permohonan banding.
• Definisi beneficial owner tidak ditemukan dalam P3B Indonesia – Belanda.
• Berdasarkan pertimbangan sumber hukum internasional, beneficial owner tidak hanya
berlandaskan pada hukum formal, tetapi juga mengandung makna ekonomis.
Majelis Hakim Agung MA
• DEF B.V merupakan beneficial owner dari bunga pinjaman.
• Terdapat SKD dan EOI X B.V merupakan penduduk Belanda.
PT X • Jangka waktu pinjaman lebih dari 2 tahun.
• Putusan PK membatalkan koreksi.dan Putusan PP
Studi Kasus PPh 26
Beneficial Ownership
Put MA 2131/B/PK/PJK/2017
dalam Euro
Koreksi PPh Pasal 26 terkait BO karena ABC BV dianggap tidak Data dari EOI per 28 November 2011, ABC BV
memiliki kemampuan ekonomis untuk memberikan pinjaman Deed of incorporation 21/04/2004 Tidak terdapat
Authorised capital 90.000 perubahan sejak
didirikan
Issued capital 18.000
Belanda Malaysia Mauritius
Paid-up capital EUR 18.000
Jumlah pinjaman untuk PT X 45.000.000
100 100
ABC BV % DEF Ltd % OPQ Ltd Laporan Keuangan per 31 Dec 2015 (dalam US$)
Asset
Interest Loan 100% Financial fix asset
(loan untuk PT X) 163.720.000
Indonesia Other 3.271.598
Total asset 166.991.598
PT X PT Y Liabiliaty (berasal dari facilities from
92
% Loans from affiliated company group companies
161.715.994
Equity
Paid up shares EUR 18.000 23.706
Informasi tambahan:
• ABC BV hanya memiliki 6 Directors dan tidak memiliki karyawan. Nilai interest receivable hampir sama dengan nilai interest
• Dianggap tidak memenuhi kriteria entitas yang bonafide karena tidak payable
melakukan operasional usaha aktif.
Update: GAAR dalam RUU KUP
Pasal 18 ayat (1a)
Pinjaman yang
DJP berwenang menentukan kembali besarnya pajak yang diberikan kepada PT A
seharusnya terutang, dalam hal Wajib Pajak melakukan satu X Co
merupakan pinjaman
atau gabungan transaksi yang bertujuan: dari X Co, yang
a. mengurangi; Non- Treaty dirancang sedemikian
b. menghindari; dan/atau Partner rupa, sehingga diatur
c. menunda, Pinjaman secara formal menjadi
pinjaman dari A Ltd
pembayaran pajak yang bertentangan dengan maksud dan
tujuan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan. A Ltd tidak memiliki
kemampuan
A Ltd ekonomis untuk
memberikan
pinjaman
Menentukan kembali besarnya pajak Membatalkan manfaat
yang seharusnya terutang pajak, JIKA
Treaty Partner Pemerintah
Pinjaman berwenang untuk
Menentukan kembali perolehan manfaat pajak menentukan bahwa
kebenaran suatu transaksi tidak sejalan dengan maksud Indonesia transaksi yang
dan tujuan dari pembetukan sebenarnya terjadi
suatu kebijakan adalah transaksi
antara PT A dan X Co
Menentukan karakteristik
suatu transaksi sesuai
Bunga
keadaan sebenarnya Konsekuensinya, DJP
R Co
(Bank) • Apabila terdapat bukti bahwa keputusan Bank R Co untuk memberikan pinjaman
Negara R kepada S Co adalah bergantung pada collateral deposit yang disediakan oleh T Co
di Bank R, sehingga Bank R Co tidak akan memberikan pinjaman dengan terms
Pinjaman Negara S yang sama tanpa ada deposit tersebut, maka hal itu mengindikasikan T Co secara
Bunga
tidak langsung memberikan pinjaman kepada S Co dengan memutarkan (routing)
pinjaman melalui Bank R Co sehingga reasonably to conclude merupakan conduit
arrangement;
• Tanpa ada bukti bahwa bunga dari S Co flow-through kepada T Co, dan mengingat
T Co telah lama menyimpan dananya di Bank R Co (tidak terkait dengan keperluan
dana pinjaman kepada S Co saja), maka struktur transaksi ini bukan merupakan
conduit arrangement;
S Co
Studi Kasus:
Prevention of Treaty Abuse
• Negara T dan Negara S tidak memiliki P3B;
• Negara T dan Negara R memiliki P3B,;
• Negara R dan Negara S memiliki P3B;
• T Co memiliki mayoritas saham di S Co;
• S Co menerbitkan surat utang kepada T CO yang memberikan
pinjaman kepada S Co dengan tingkat suku bunga sebesar 7%
• Kemudian setelah mempertimbangkan Negara R memiliki P3B
dengan Negara S dengan tarif WHT atas bunga yang sangat kecil,
T Co
maka T Co mengalihkan surat utang S Co kepada R Co;
T Co • Untuk itu, R Co menerbitkan surat utang kepada T Co dengan
Pinjaman
Pinjaman
Bunga Negara T interest rate 6%;
• Ketentuan P3B Negara T dan Negara R melarang pengenaan WHT
atas bunga di negara sumber pembayaran;
R Co
Negara R
• Terdapat indikasi bahwa transaksi R Co mengakuisisi surat utang S Co
Negara S merupakan conduit arrangement dengan struktur transaksi yang
Pinjaman
Bunga bertujuan untuk mendapatkan keringanan pajak berganda yang
S Co seharusnya dibayar oleh T Co di Negara S;
S Co
Studi Kasus:
Prevention of Treaty Abuse
• Negara T dan Negara S tidak memiliki P3B;
• Negara T dan Negara R memiliki P3B,; • R Co adalah induk dari grup perusahaan multinasional, termasuk T Co dan S Co
• Negara R dan Negara S memiliki P3B; • S Co menjalankan usaha aktif di Negara S
• R Co menjalankan business treasury dan bertanggung jawab atas kegiatan financing
kepada seluruh subsidiaries dari T Co;
• R Co mengelola centralized cash management system kepada T Co dan subsidiaries nya
dan mencatat intercompany payables and receivables;
• R Co berperan sebagai pusat penerimaan dan pengeluaran untuk setiap transaksi
diantara pihak afiliasi dengan pihak independent;
T Co • R Co melakukan kontrak forward secara rutin (harian/mingguan/bulanan) untuk
Negara T mengelola currency risk dan interest rate (arus kas);
Pinjaman Bunga
S Co
Terima kasih
Follow us:
DDT
ddtc.co.id DDTC Indonesia @DDTCIndonesia
C