Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP PERSIAPAN SOSIAL, PARTISIPASI DAN


KADERISASI DALAM PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
Mariah Ulfah
Universitas Harapan Bangsa, Purwokerto

A. Konsep persiapan sosial


Dalam pengembangan masyarakat diperlukan persiapan
social. Tujuan p ersiapan sosial adalah mengajak partisipasi
atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan, selanjutnya
sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga
pengembangan program kesehatan masyarakat.
Kegiatan–kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih
ditekankan kepada persiapan-persiapan yang harus
dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program-
program kesehatan yang akan dilakukan
1. Tahap Pengenalan Masyarakat
Tahap ini kita harus datang ke tengah-tengah masyarakat
untuk mengenali masyarakat dan menyampaikan maksud
dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tahap ini
dapat dilakukan baik melalui Jalur Formal yaitu dengan
melalui sistem pemerintahan setempat seperti Pamong Desa
atau Camat, dan dapat juga dilakukan melalui Jalur Informal
misalnya wawancara dengan tokoh masyarakat, seperti Guru,
Pemuka Agama, tokoh Pemuda, dan yang lain-lain.
2. Tahap Pengenalan Masalah
Tahap ini menuntut suatu kemampuan untuk dapat
mengenal masalah-masalah yang memang benar-benar
menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk dapat mengenal
masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh tersebut,
diperlukan interaksi yang mendalam kepada masyarakat.
Dalam tahap ini mungkin akan banyak ditemukan
masalah-masalah kesehatan masyarakat, oleh karena itu
harus disusun skala prioritas penanggulangan masalah.
Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk
menyusun prioritas masalah adalah
a. Beratnya masalah yang perlu dipertimbangkan di
dini adalah Seberapa jauh masalah tersebut
menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.
b. Mudahnya mengatasi yang diperhatikan
adalah kemudahannya dalam menanggulangi
masalah tersebut.
c. Pentingnya masalah bagi masyarakat yang
paling berperan di sini adalah subyektifitas
masyarakat sendiri dan sangat dipengaruhi oleh
kultur – budaya setempat
d. Banyaknya masyarakat yang merasakan masalah
misalnya perbaikan gizi, akan lebih mudah
dilaksanakan di wilayah yang banyak balitanya
3. Tahap Penyadaran Masyarakat
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat
agar mereka:
a. Menyadari masalah-masalah kesehatan yang
mereka hadapi
b. Secara sadar berpartisipasi dalam
kegiatan penanggulangan masalah kesehatan yang
dihadapi,
c. Tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya
pelayanan kesehatan sesuai dengan potensi dan
sumber daya yang ada
B. Partisipasi dalam pengembangan masyarakat
Partisipasi merupakan bagian penting dalam pemberdayaan
dan untuk menumbuhkan kesadaran. Partisipasi sebagai
suatu konsep dalam pengembangan masyarakat, digunakan
secara umum dan luas. Partisipasi adalah alat dan tujuan,
karena membentuk bagian dari dasar kultur
1. Definisi partisipasi (Endang, 2020)
a. Menurut theodorson (1969) mengartikan bahwa
partisipasi sebagai keikutsertaan sesorang di dalam
kelompok spsial untuk mengambil bagian dari
kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau
profesinya sendiri
b. Uphoff dan cohen (1979) partisipasi menekankan
pada rakyat memiliki peran dalam pengambil
keputusan
c. Perase dan stifel (1979, disitir oleh Kannan, 2002)
memfokuskan pada rakyat yang memiliki kendali
atas sumberdaya dan institusi.
d. Paul (1987, disitir Kannan 2002) berpendapat bahwa
partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat
untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian
rupa sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya.
e. Sumarto, 2004 berpendapat bahwa partisipasi adalah
proses anggota masyarakat sebagai individu maupun
kelompok social dan organisasi, mengambil peran
serta ikut mempengaruhi proses perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan
yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
Partisipasi tidak hanya terbatas pada kesediaan pada
kesediaan untuk berkorban, tetapi berpartisipasi dalam
keseluruhan proses pembangunan sejak pengambilan
keputusan tentang pantingnya pembangunan,
perencamaam pembangunan, pelaksanaan kegiatan dan
program, pemantauan dan evaluasis, serta pemanfaatan
hasil-hasil pembangunan. Untuk itu dirumuskan tiga
dimensi partisipasi yaitu;
a. Keikutsertaan dalam proses pengambilan keputusan
b. Keikutsertaan masyarakat sebagai pelaksana
program
c. Anggota masyarakat secara bersama-sama
menikmati hasil dari program yang dilaksanakan.
Dengan demikian ada beberapa syarat terbentuknya
partisipasi yaitu:
a. Adanya saling percaya antar warga masyarakat
maupun antara warga masyarakat dan pihak petugas.
b. Adanya ajakan dan kesempatan bagi semua warga
masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan atau
program.
c. Adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
Tujuan utama pemberdayaan adalah memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
d. Adanya contoh dan keteladanan dari para pemimpin
dan tokoh masyarakat, terutama pada masyarakat
yang bercorak paternalistic. Keteladanan akan
menjadi penguat motivasi bagi masyarakat.
2. Faktor Mendorong dan factor penghambat
partisipasi.
Proses partisipasi dapat di dorong dan didukung.
Mendorong partisipasi merupakan bagian kritis dari
proses pengembangan masyarakat dan mendorong Hak
asasi manusia (HAM). Kondisi-kondisi yang mendorong
partisipasi adalah sebagai berikut:
a. Orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa
bahwa isu atau aktivitas tersebut penting
b. Orang merasa bahwa aksi (pergerakan) mereka akan
membuat perubahan
c. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan
dihargai.
d. Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam
partisipasinya.
e. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.
Dalam proses partisipasi selain factor yang mendorong,
juga terdapat factor yang menghambat partisipasi yaitu
sebagai berikut
a. Faktor intrinsic; faktor ini mrliputi Ciri-ciri birokrasi
Profesionalisme. Hal ini mencakup beberapa aturan
dan peraturan dari suatu organisasi, strukturnya
memiliki sifat seperti labirin dan ketegangan-
ketegangan antara tujuan birokrasi dan tujuan
masyarakat. Organisasi mungkin tidak mendapat
dukungan dari para pemimpin politik atau sumber
dana, atau mungkin dibingungkan tentang posisi
perwakilan dari masyarakat atau kewalahan karena
terlalu beragamnya berbagai kelompok dalam
masyarakat. Satu hambatan kunci dari factor
intrinsic adalah asumsi bahwa pengetahuan
professional pakar lebih hebat dibandingkan dengan
yang diketahui oleh rakyat local.
b. Factor ekstrinsik; hambatan dari factor ekstrinsik
yaitu konteks-konteks social, ekonomi, politik dan
kebudayaan. Menurut kweit dan kweit (1981) bahwa
orang-orang dengan status social ekonomi yang
lebih tinggi cenderung lebih berpartisipasi. Orang-
orang muda umumnya kurang berpartisipasi
dibandingkan orang-orang tua.
3. Kemitraan sebagai partisipasi.
Kemitraan dan kolaborasi seringkali merupakan syarat
bagi pendanaan dan banyak kebijakan dan restrukturisasi
departemen-departemen pemerintah akgir-akhir ini
mencerminkan suatu dorongan yang positif dari konsep
kemitraan. Jika bekerja dengan kelompok-kelompok dan
kemitraan, akan merupakan kesalahan bagi pekerja
masyarakat untuk mengandalkan model-model kerja
kelompok dan kemitraan, akan merupkan kesalahan bagi
pekerja masyarakat untuk mengandalkan model-model
kerja kelompok tradisional yang berasumsi bahwa
proses-proses kelompok adalah linier dan bergerak maju
secara rapi melalui pembentukan (forming), gejolak
(storming), pembentukan norma (norming).
Partisipasi dapat tumbuh jika terpenuhi 3 kondisi berikut
(carry 1970);
a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi
memungkinkan warga masyarakat untuk
berpartisipasi
b. Mampu untuk berpartisipasi, yaitu adanya kapasistas
dan kompetensi warga masyarakat, sehingga mampu
untuk memberikan pemikiran, saran dan sarana
untuk keberhasilan program
c. Mau berpartisipasi yaitu adanya kemauan atau
kesediaan warga masyarakat untuk berpartisipasi
Terdapat 5 strategi untuk menumbuhkan partisipasi
menurut Krianto (2005) yaitu;
a. Terapi Pendidikan, yaitu suatu proses yang
dirancang untuk mengembangkan rasa percaya diri
dan keyakinan bahwa yang bisa menolong adalah
dirinya sendiri.
b. Perubahan perilaku; bertujuan untuk menjadikan
perubahan perilaku sebagai perubahan system atau
subsistem.
c. Penambahan kemampuan staf; hal ini bertujuan
untuk menggali kemampuan, ketersediaan waktu,
dan keahlian individu guna mencapai tujuan. Hal ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu;
1) Menggali potensi yang ebrasal dari dalam
masyarakat
2) Mengidentifikasi dan memanfaatkan
kemampuan pihak luar
d. Kooptasi; upaya menanamkan sesuatu yang baru
terhadap kepemimpinan atau penentu kebijakan
sehingga dianggap sangat penting untuk mendorong
peran serta seluruh warga masyarakat.
e. Kekuatan masyarakat; kekuatan disini sebagai
kemampuan untuk melawan pihak lain, karena untuk
membangkitkan partisipasi masyarakat dengan cara
mengangkat tema-tema yang langsung menyentuh
kepentingan dan kebutuhan masyarakat.
4. Mengukur partisipasi
Partisipasi perlu diukur untuk melihat sampai sejauh
mana partisipasi efektif, dan hal ini juga perlu
mengetahui untuk merefleksikan secara sistematis atau
memonitor proses-proses partisipasi, untuk
menyesuaikan praktik mereka dalam merespons
pembelajaran tengah berlangsung. Evaluasi dan
pengukuran partisipasi akan sangat berbeda dari banyak
dominasi evaluasi, dan mereka harus secara jelas
mengenali partisipasi sebagai suatu proses yang dinamik
dan selalu berubah dari saling keberhubungan yang
kompleks.
Program pembangunan perserikatan bangsa-bangsa
(UNDP) mengidentifikasikan empat prinsip untuk
memandu evaluasi dari partisipasi yaitu
a. Harus kualitatif dan kuantitatif
b. Harus dinamis, bukan statis untuk membuat seluruh
proses di seluruh waktu dapat dievaluasi
c. Memerlukan pemantauan yang berkesinambungan
untuk menangkap sifat dinamis dari proses melalui
uraian kualitatif
d. Harus melibatkan suara rakyat, yang memegang
peranan aktif dalam evaluasi.
Penelitian kualitatif sebagai suatu cara yang lebih
memadai daripada penelitian kuantitatif untuk
mengevauasi partisipasi untuk berbagai alasan
a. Riset kualitatif menyediakan yang naturalistis yang
mempelajari proses-proses sebagaimana terjadinya
b. Ia bersifat heuristis dan interatif yaitu ia berkembang
sambal menemukan pemahaman-pemahaman yang
kemudian mengubah dan membentuk Kembali
pertanyaan-pertanyaan yang akan ditemukan
c. Ia bersifat holistis dan menganut banyak perspektif
dan menghindari mereduksi sebuah fenomena untuk
memutuskan kategori-kategori
d. Ia bersifat induktif, memulai dengan apa yang
diamati dan mencermati pola-pola dari apa yang
diamati, ketimbang memiliki konsep-konsep yang
sudah ditetapkan sebelumnya dalam pikiran.
Indicator-indikator kuantitatif dari partisipasi
mencakup
a. Perubahan-perubahan positif dalam layanan-layanan
local
b. Jumlah pertemuan dan jumlah peserta
c. Proporsi berbagai bagian dari kehadiran masyarakat
d. Jumlah orang yang dipengaruhi oleh isu yang diurus
e. Jumlah pemimpin local yang memegang peranan
f. Jumlah warga local yang memegang peranan dalam
proyek.
g. Jumlah warga local dalam berbagai aspek proyek
dan pada waktu yang berbeda-beda
Indikator-indikator kualitatif dari partsisipasi
mencakup
a. Suatu kapasitas masyarakat yang tumbuh untuk
mengorganisasi aksi
b. Dukungan yang tumbuh dalam masayarakat dan
jaringan yang bertambah kuat
c. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal
seperti keuangan dan manajemen proyek
d. Keinginan masyarakat untuk terlibat dalam
pembuatan keputusan
e. Peningkatan kemampuan dari mereka yang
berpartisipasi dalam mengubah keputudsn menjadi
aksi
f. Meningkatnya jangkauan partisipasi melebihi proyek
unyuk mewakilinya dalam organisasi-organisasi lain
g. Pemimpin-pemimpin yang muncul dari masyarakat
h. Meningkatnya jaringan dengan proyek-proyek,
masyarakat dan organisasi lainnya
i. Mulai memengaruhi kebijakan.
C. Kaderisasi dalam Pengembangan masyarakat (Tarigan,
2020)
Dalam pengembangan masyarakat, memerlukan
adanya kaderisasi. Menurut Kartakusumah (2006) bahwa
kader diartikan sebagai sekelompok orang yang terorganisir
secara terus menerus dan menjadi tulang punggung bagi
suatu kesatuan yang lebih besar. Karena itu, maka sedikitnya
ada tiga ciri utama yang terintegrasi dalam setiap orang
kader, yaitu meliputi: (1) Seorang kader bergerak dan
terbentuk di dalam organisasi, mengetahui dan
melaksanakan aturan-aturan organisasi, (2) memiliki
komitmen yang permanen dan utuh dalam memperjuangkan
dan melaksanakan kebenaran, dan (3) Setiap kader mimiliki
kualitas standar yang ditentukan dan telah ditetapkan oleh
organisasi (Muliana, 2021)
Kader suatu organisasi perlu dilatih dan dipersiapkan
dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga
dia memiliki kemampuan di atas rata-rata orang pada
umumnya. Karena Kepemimpinan yang baik adalah
kepemimpinan yang bisa menyiapkan dan menghasilkan
calon-calon pemimpin pengganti yang baik atau bahkan
lebih baik dari pemimpin yang sudah ada.
Kaderisasi memiliki fungsi mempersiapkan calon-
calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet
perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah
orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai
keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki
kemampuan yang di atas rata-rata orang umum.
Berikut beberapa peran kaderisasi yaitu:

1. Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik


Proses transfer nilai adalah suatu proses untuk
memindahkan sesuatu (nilai) dari satu orang keorang lain
(definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia).
2. Penjamin keberlangsungan organisasi
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mengalir,
yang berarti dalam setiap keberjalanan waktu ada
generasi yang pergi dan ada generasi yang datang (ga
itu-itu aja, ga ngandelin figuritas). Nah,
keberlangsungan organisasi dapat dijamin dengan
adanya sumber daya manusia yang menggerakan, jika
sumber daya manusia tersebut hilang maka dapat
dipastikan bahwa organisasinya pun akan mati.
3. Sarana belajar bagi anggota
Tempat di mana anggota mendapat pendidikan yang
tidak didapat di bangku pendidikan formal.Pendidikan
itu sendiri berarti proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau sekelompok orang dalam
proses mendewasakan manusia melalui proses
pengajaran dan pelatihan.
Fungsi kaderisasi:
1. Melakukan rekrutmen anggota baru
Hal ini diperlukan sebagai penanaman awal nilai
organisasi agar anggota baru bisa paham dan bergerak
menuju tujuan organisasi.
2. Menjalankan proses pembinaan, penjagaan, dan
pengembangan anggota
Membina anggota dalam setiap pergerakkannya.
Menjaga anggota dalam nilai -nilai organisasi dan
memastikan anggota tersebut masih sepaham dan
setujuan. Mengembangkan skill dan knowledge anggota
agar semakin kontributif.
3. Menyediakan sarana untuk pemberdayaan potensi
anggota sekaligus sebagai pembinaan dan
pengembangan aktif
Kaderisasi akan gagal ketika potensi anggota mati dan
anggota tidak terberdayakan.
4. Mengevaluasi dan melakukan mekanisme kontrol
organisasi
Kaderisasi bisa menjadi evaluator organisasi terhadap
anggota. Sejauh mana nilai -nilai itu terterima
anggota, bagaimana dampaknya, dan sebagainya.
(untuk itu semua, diperlukan perencanaan sumber
daya anggota sebelumnya)
Aspek kaderisasi
Kaderisasi haruslah holistik. Banyak aspek yang harus
tersentuh oleh kaderisasi untuk menghasilkan kader
yang ideal. Aspek tersebut adalah
a. Fisikal (kesehatan)
b. Spiritual (keyakinan, agama, nilai)
c. Mental (moral dan etika, softskill, kepedulian)
d. Intelektual (wawasan, keilmuan, keprofesian)
e. Manajerial (keorganisasian, kepemimpinan)
Dalam kaderisasi terdapat 2 proses kaderisasi yaitu;
1. Kaderisasi Informal
Dalam kaderisasi informal terdapat beberapa
indicator atau kriteria kelebihan calon pemimpin yang
berkripeadian positif dalam merebut kepemimpinan yang
dilakukannya secara gigih berdasarkan prestasi, loyalitas
dan dedikasi yang tinggi terhadap kelompok/organisasi,
memilki sifat dan sikap pasrah kepada Tuhan Yang
Maha Esa sebagai penentu yang mutlak atas segalanya.
2. Kaderisasi Formal
Perkataan formal menunjukkan bahwa usaha untuk
mempersiapkan seseorang sebagai calon pemimpin
dilakukan secara berencana, teratur dan tertib, sistematis,
terarah, dan disengaja.
Untuk berlangsungnya kaderisasi maka perlu
melakukan sebagai berikut:

1. Beri Kepercayaan
Beri kepercayaan dan biarkan mereka melakukan
apa yang mereka anggap benar, namun arahan
strategis/konsep yang matang telah Anda berikan.
Setelah itu lakukan evaluasi terkait kerja yang telah dia
kerjakan tetapi, sifatnya bukan menggurui, namun
pembahasan bersama menuju arah yang terbaik bagi
perusahaan.
2. Beri Semangat Dan Motivasi
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam
organisasi Apabila terdapat beberapa hal yang tidak
sejalan dengan pakem-pakem yang telah ditetapkan,
berilah feedback (umpan balik / evaluasi).
3. Menjalin kedekatan
Menjalin kedekatan dengan kader sangat penting.
secara terbuka dan rileks membahas situasi yang terjadi,
sesekali mintai pendapatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Endang, S. (2020). Buku pemberdayaan.


Muliana, I. K. A. (2021). Prosiding Webinar Nasional IAHN-TP
Palangka Raya, No. 1 Tahun 2021 40. Prosiding Webinar
Nasional IAHN-TP Palangka Raya, 1, 40–50.
Tarigan, F. L. (2020). Pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat Penyusun : Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Masyarakat 2019 / 2020
Jalan Kapten Muslim No 79 Medan (Issue 79). Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 79.
Jim Ife. 2016. Community Development. Jogjakarta. Pustaka Pelajar
BIOGRAFI PENULIS

Mariah Ulfah, S.Si.T, Skep ,Ns,


M.Kes, lahir di Banyumas, 21
Nopember 1981. Dari ayah
bernama H. Sa’id Imamuddin dan
Ibu bernama Hj. Mahmudah. Ia
memiliki Suami bernama Very
Meiranto, SH. Penulis bertempat
tinggal di Perum Pasir Luhur, Purwokerto Barat,
Kab. Banyumas. Telah menyelesaikan studi D-4
Kebidanan Tahun
2006 di STIKes Ngudi Walyuyo Ungaran, dan
strata satu Keperawatan yang dilanjutkan profesi
Ners di Program Studi Keperawatan Universitas
Harapan Bangsa (2017-2019).
Karirnya dimulai sebagai dosen tetap di AKBID Pemda
Cilacap (2006-2015), kemudian pindah ke Universitas Harapan
Bangsa Purwokerto (2015-sekarang).
Buku yang telah dihasilkan antara lain: Konsep asuhan
neonates (2011) penerbit UMP Press, Latihan Pelvic tilt untuk
mengurangi nyeri punggung ibu hamil (2017) penerbit UNY Press.
Selain menulis buku, penulis juga aktif dalam aktivitas penelitian
dan pengadbdian kepada masyarakat serta menjadi pemakalah dalam
seminar nasional/internasional.

Anda mungkin juga menyukai