sendiri. Harus ada pemberdayaan pada masyarakat sehingga mereka terlibat langsung dalam
rangka mewujudkan kesehatan Indonesia yang lebih baik. Keterlibatan masyarakat ini dapat
dengan mudah menular dari satu warga ke warga yang lain karena telah tercipta hubungan yang
kental sela ma bertahun-tahun. Berbeda dengan upaya yang hanya dari pihak pemerintah,
kemungkinan besar warga hanya akan merasa seba gai objek. Padahal apabila diberdayakan
dengan baik dan tepat sasaran, masyarakat dapat diposisikan sebagai subjek, sehingga
masyarakat akan lebih terbuka dan berperan aktif menyukseskan program kesehatan yang ada.
Kunci dalam melibatkan peran masyarakat adalah dengan me lihat potensi masing-masing
warga. Potensi yang berbeda-beda tersebut harus digalang bersama dalam satu wadah yang
biasanya dibuat dalam bentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Meski pun sering disebut
non-governmental organization (NGO), kebera daan I.SM sebenarnya sangat membantu
pemerintah dalam mewu judkan beberapa tujuan berskala nasional, bahkan internasional.
Dalam bidang kesehatan, peran masyarakat diartikan sebagai berikut (Departemen Keshetaan RI,
1991)
a) Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah suatu proses individu, keluarga,
dan lembaga masyarakat termasuk swasta ikut mengambil tanggung jawab atas kesehatan
diri, keluarga, dan masya rakatnya.
b) Peran masyarakat adalah keadaan individu, keluarga, ataupun masyarakat umum ikut
serta bertanggung ja wab terhadap kesehatan diri, keluarga, dan kesehatan masyarakat di
lingkungannya.
c) Peran masyarakat adalah ikut bertanya seluruh ang gota masyarakat dalam memecahkan
permasalahan yang terjadi di dalamnya.
Menurut Notoatmojo (2007), pengertian peran masya rakat di bidang kesehatan mengandung tiga
poin utama, yakni mengutamakan masyarakat, berbasis pengetahuan masyarakat, dan melibatkan
seluruh anggota masyarakat dalam mewujudkan beberapa indikator di bawah ini, yaitu:
a) Mendorong terjadinya perubahan.
b) Memobilisasi diri sendiri
c) Memberikan dukungan bagi masyarakat lain.
d) Memberikan informasi demi pengetahuan bersama.
e) Saling mengingatkan tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Potensi yang dimiliki setiap warga tentu berbeda satu sama lain Perbedaan itu akan mengarahkan
pada beragam kontribusi yang bisa diberikan Selain dari aspek finansial kontribusi warga juga
dapat dilihat dari aspek 4M, yaitu:
Ada tiga dasar filosofis yang mendukung pengadaan program yang melibatkan peran
masyarakat, yaitu:
a) Enforcement (Paksaan)
Meskipun terkesan negatif, cara ini sebenarnya sudah biasa hadir dalam kehidupan
sehari-hari. Mewajibkan partisipasi dalam kegiatan kesehatan di ma syarakat bukanlah
hal yang berlebihan.
Dengan adanya aturan, anggota masyarakat akan merasa memiliki tanggung jawab yang
sama antara satu dengan yang lain. Meskipun dalam pelaksanaan nya ada yang
bersungguh-sungguh dan ada yang setengah hati, jika dibiasakan, hal yang baru dalam
aturan akan menjadi hal yang sudah rutin menjadi agenda.
b) Education (Penyuluhan)
Tentu tidak bijak jika menerapkan aturan yang berlaku bagi semua orang tanpa dibarengi
dengan penjelasan mengapa aturan tersebut diterapkan. De ngan memiliki pemahaman
yang sama dengan pem buat aturan, tentu masyarakat akan memiliki kesadar an yang
lebih baik dibanding hanya mengikuti aturan tanpa tahu seluk beluk atau maksud dan
tujuannya.
Pengetahuan yang didapatkan oleh masyarakat juga akan mudah tersebar ke orang-orang
di sekitar nya. Dengan begitu, penyuluhan pertama bisa diwakil kan oleh beberapa orang
untuk kemudian disebarlu askan ke orang lain.
4. Elemen Peran
Masyarakat Ada 4 elemen yang akan memengaruhi perkembangan peran masyarakat dalam
pembangunan kesehatan, yaitu:
a) Motivasi
Motivasi adalah persyaratan masyarakat untuk berpartisipasi Tanpa motivasi masyarakat
akan sulit untuk berpartisipasi di semua program. Timbulnya motivasi masyarakat harus
dari masyarakat itu sen diri dan pihak luar hanya memberikan dukungan dan motivasi
saja. Untuk itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan
tumbuhnya motivasi masyarakat (Notoatmojo, 2007)
b) Komunikasi
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang siste matis untuk memengaruhi perilaku
kesehatan ma syarakat secara positif Upaya itu dilakukan dengan menggunakan berbagai
prinsip dan metode komuni kasi, baik komunikasi interpersonal maupun komu nikasi
massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan
masyarakat yang selanjutnya perilaku tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat (Notoatmojo, 2007)
c) Koordinasi
Koordinasi adalah kerja sama dengan instansi di luar kesehatan masyarakat yang mutlak
diperlukan Adanya kerja sama dengan berbagai instansi akan membantu menumbuhkan
partisipasi Koordinasi juga merupakan suatu usaha yang sinkron atau tera tur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat untuk menghasilkan suatu tindakan yang
seragam dan harmonis demi mencapai sasaran yang telah di tentukan (Nasir, 2009)
d) Mobilisasi
Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan ha nya terbatas pada tahap pelaksanaan
program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai dari identifikasi masalah, penentuan
prioritas, perencanaan program, pelaksanaan program, hingga monitoring dan evaluasi
(Notoatmoje, 2007)
5. Metode Peran
Masyarakat Menurut Notoatmojo (2007), metode peran masyara kat yang digunakan antara lain:
a) Pendekatan Masyarakat
Metode pendekatan masyarakat secara langsung dapat dianggap wajib karena merupakan
cara yang paling efektif dalam memperoleh simpati warga. Jalan yang ditempuh dapat
dengan menemui pimpinan di masyarakat, atau langsung mendatangi warga, baik dengan
konteks formal maupun informal
b) Pengorganisasian Masyarakat
Masyarakat diikutsertakan dalam berbagai pro gram yang telah ditetapkan. Jika belum
mengetahui potensi masing-masing warga, maka pembagiannya dilakukan oleh kepala
desa, ketua RT, atau yang ber wenang sama di antara masyarakat.
c) Survei
Survei dilakukan sebagai persiapan dari perenca naan program yang akan dijalankan.
Tidak hanya infor masi tentang warga, tetapi juga terkait lokasi, budaya dan lain-lain
terkait rencana program Dengan melibat kan warga, tim kesehatan akan lebih mudah
dalam me metakan kebutuhan sesuai bentuk wilayah tinggal.
d) Perencanaan Program
Setelah survei, program yang akan dijalankan pun direncakan terlebih dahulu. Semua
yang terlibat akan paham arah pembahasan program karena telah me ngetahui topik sejak
awal. Dari sini dapat direncana kan pula untuk membentuk kader kesehatan dan dana
sehat.
e) Pelatihan
Sembari persiapan untuk melaksanakan beragam rencana yang dibuat, kader kesehatan
yang telah di pilih pun diberi pelatihan oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Program
pelatihan ini bersifat sukarela bagi mereka yang dipilih dan memang bersedia dipi lih
Pelatihan tidak hanya berkaitan dengan bidang medis dan berbagai teknis terkait, tetapi
juga men cakup manajemen program kesehatan tingkat desa meskipun masih dengan
kasus yang tergolong kecil, misalnya melakukan sistem pencatatan, pendataan,
pelaporan, dan membuat rujukan.
f) Rencana Evaluasi
Setelah semua program terlaksana, harus ada evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui
kendala apa saja yang muncul beserta solusinya. Membuat rencana evaluasi, meskipun
sederhana, juga akan penting sebagai arsip bahwa program telah terlaksana ba
gaimanapun hasilnya.