Anda di halaman 1dari 41

Dosen Pengampuh : Ani T Prianti, S.ST.,M.

Keb

Mata Kuliah : Praktik Profesionalisme Bidan

“ATRIBUT BIDAN PROFESIONALISME”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. NANA FEBRIYANTI (A1A219034)


2. SILVIA YANYAAN (A1A219033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehinggah penulis
berhasil menyelesaikan makalah yang berisi “Atribut Bidan Profesionalisme”.

Kami, menyadari bahwa materi yang saya selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari bersifat
membangun guna kesempurnaan materi selanjutnya.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan materi ini dari awal sampai akhir. Serta
kami berharap agar materi-materi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Makassar, 10 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Atribut-Atribut Profesi Bidan.......................................................................3

1. Ikatan Bidan Indonesia (IBI).....................................................................5

2. Pengertian Atribut bidan...........................................................................6

3. Pengertian Bidan Profesionalisme.............................................................7

4. Atribut Bidan Profesionalisme..................................................................8

B. Pentingnya IBI Memiliki Atribut................................................................29

BAB III..................................................................................................................39

PENUTUP.............................................................................................................39

A. Kesimpulan.................................................................................................39

B. Saran............................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

PERTANYAAN.....................................................................................................iv

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban
umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan
dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat
mulia, memberi semangat, membesarkan hati,mendampingi, serta
menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan
baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan
prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut,
keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang
dimilikinya. (Chentia M. I., 2021)

Bidan merupakan salah satu profesi yang membutuhkan pengetahuan,


sikap, dan keterampilan khusus yang harus di kuasai untuk melayani
masyarakat. Profesi berasal dari bahas latin Proffesio, yang mempunyai
dua buah pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan Lebih luas lagi,
Proffesio berarti kegiatan "apa saja" untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu, sedangkan dalam arti sempit
profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut pelaksanaannya sesuai norma norma sosial dengan baik.
(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

Bidan adalah tenaga professional yang bertanggungjawab dan


akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas tanggung jawab
sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan
ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain

1
yang sesuai, serta melaksanakan pertolongan pertama tindakn kegawat-
daruratan. (PUTRANTO, 2020)

Atribut bidan professional meliputi atribut IBI, organisasi, Konggres


(KONAS, MUSDA, MUSCAB, MUSRAN), majalah/prosceeding, standar
pelayanan, standar pendidikan, etika profesi, Serkom, STR, Midwefery
update, KTA online, CPD online. (Nababan, 2021)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui tentang atribut-atribut profesi bidan?
2. Bagaimana mengetahui Pentingnya IBI memiliki atribut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang atribut-atribut profesi bidan.
2. Untuk mengetahui Pentingnya IBI memiliki atribut.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Atribut-Atribut Profesi Bidan.
Bidan merupakan salah satu profesi yang membutuhkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan khusus yang harus di kuasai
untuk melayani masyarakat. Profesi berasal dari bahas latin Proffesio,
yang mempunyai dua buah pengertian yaitu janji atau ikrar dan
pekerjaan. Lebih luas lagi, Proffesio berarti kegiatan "apa saja" untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu,
sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut pelaksanaannya
sesual norma norma sosial dengan baik.(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of


knowledge yang diperoleh melalui Latihan terarah secara
berkesinambungan, memiliki kode etik dan orientasinya yang terfokus
pada proses pelayanan. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung
jawabanya, Organisasi Profesi (OP) harus berpegang teguh pada
misinya, yaitu merumuskan etika, kompetensi, dan kebebasan profesi.
OP juga berperan untuk menetapkan standar pelayanan, pendidikan,
dan latihan Warga Profesi (WP). OP akan memperjuangkan kebijakan
dan politik profesi Semua yang dilakukan OP bertujuan untuk
mencipta kan mutu pelayanan profesi dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

Peningkatan anggota profesi praktik merupakan indikator


penting bagi organisasi, profesionalisme, dan otonomi profesi yang
bertujuan untuk membina dan membela anggotanya. Praktik
kedokteran (termasuk bidan) pada dasarnya terbagi menjadi dua
kondisi Kondisi pertama yakni ketidaktahuan pasien (patient igno
rence) sedangkan kondisi kedua yakni timbulnya keinginan yang

3
berlebihan oleh pasien saat menjalani konsultasi atau pengobatan
(induce deman).(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

Anggota profesi yang baik harus dibela manakala praktik


profesinya terganggu Dengan adanya sikap yang demikian, kewajiban
organisasi profesi sangat jelas dalam membina tiap anggotanya apabila
mendapatkan masalah dalam praktik profesinya. Jika seorang anggota
berulang kali dibina tetapi tidak menjadi lebih baik, dan pada saat yang
bersamaan anggota tersebut mendapat masalah dalam praktik
profesinya, maka organisasi profesi tidak berkewajiban untuk
membelanya.(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

Anggota profesi yang kompeten diharapkan dapat menjalan kan


praktiknya secara profesional dan otonom. Hal ini akan membutuhkan
berbagai input lain yang berpengaruh terhadap upaya terciptanya
suasana kondusif bagi AP Beberapa input lain tersebut meliputi
pembiayaan, pedoman standar yang harus diikuti, manajemen yang
menjamin profesionalisme dan otonomi profesi. (Berliana Irianti,
S.ST., 2018)

Sistem praktik kesehatan yang baik dapat menjamin harkat dan


kehormatan profesi kepada diri praktisi secara individual. Meng
harapkan praktisi kesehatan untuk sepenuhnya mematuhi sumpah dan
kode etik profesi akan berat apabila terjadi pergeseran nilai dan sosial
yang tidak lagi menunjang. OP dapat membantu mencegah timbulnya
sebuah sistem yang berdampak buruk bagi lingkungan sekitar Output
yang baik terjadi jika AP melayani masyarakat melalui praktik
kesehatan bermutu yang sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

Manajemen OP yang baik akan melahirkan prinsip "kesama an


Dengan semangat kerja sama antara IBI IDI dan OP kesehatan yang
lain, sistem kesehatan praktik yang baik akan meningkatkan derajat

4
kesehatan bangsa Indonesia dan menggapai cita-cita uni versal OP
yaitu menjaga harkat dan martabat kehormatan profesinya.(Berliana
Irianti, S.ST., 2018)

1. Ikatan Bidan Indonesia (IBI)


Menurut sejarah Bidan Indonesia, tanggal 24 Juni 1951
adalah hari lahir IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI didasarkan atas
hasil konferensi bidan yang diselenggara kan di Jakarta 24 Juni
1951 Konferensi bidan pertama ter sebut telah berhasil meletakkan
landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan
selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah organisasi profesi bernama
Ikatan Bi dan Indonesia (IBI) berbentuk kesatuan, bersifat
nasional, berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
IBI beranggotakan para wanita yang telah diterima menjadi
anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951.
(Berliana Irianti, S.ST., 2018)
a. Tujuan IBI
1) Menggalang persatuan dan persaudaraan an
tarsesama bidan serta kaum wanita pada umumnya
dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2) Membina pengetahuan dan keterampilan anggota
dalam profesi kebidanan khususnya dalam pela
yanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3) Membantu pemerintah dalam pembangunan
nasional, terutama dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
4) Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam
masyarakat.(Berliana Irianti, S.ST., 2018)
b. Visi dan Misi IBI
1) Membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia yang
bersifat nasional, sebagai satu-satunya organisasi

5
yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan
bidan di Indonesia.
2) Pengurus besar IBI berkedudukan di Jakarta atau di
pusat pemerintahan berada.
3) Meniadakan bidan kelas satu maupun bidan kelas
dua, yang ada hanya bidan.
4) Membentuk pengurus di daerah-daerah. Dengan
demikian, organisasi atau perkumpulan yang ber
sifat lokal yang ada sebelum konferensi ini semu
anya membubarkan diri dan selanjutnya menjadi
anggota cabang yang dikoordinir oleh pengurus
daerah tingkat provinsi.
5) Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi. Apa bila
bekerja dibidang perawatan harus mengikuti
pendidikan perawat selama dua tahun. Begitu pula
apabila perawat bekerja di kebidanan ha rus
mengikuti pendidikan bidan selama dua tahun.
(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

2. Pengertian Atribut bidan


Atribut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
beberapa makna/arti,yaitu: (Nababan, 2021)
a. Tanda kelengkapan (berupa barot, lencana dan sebagainya).
Contoh: setiap angkatan di lingkungan ini memiliki atribut
sendiri
b. Lambang
Contoh: atribut keadilan ialah pedang dan timbangan
c. Sifal yang menjadi ciri khas (suatu benda atau orang).
Contoh: berani dan jujur adalah atribut seorang kesatria
d. Penjelas
e. Adjektiva yang menerangkan nomina dalam frasa nominal

6
f. Kata berkelas tertentu yang mempunyai fungsi
menerangkan nomina dalam frasa nominal, misalnya
sekarang dalam pemuda sekarang
g. Kategori variabel kualitatif (seperti laki-laki atau
perempuan menunjukkan jenis kelamin)
h. Ciri atau sifat yang terdapat pada setiap benda purbakala,
yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan kelompok

3. Pengertian Bidan Profesionalisme


Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dan pendidikan
Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah
Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister sertifikasi dan atau secara sah mendapat
lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. (Chentia M. I., 2021)

Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan


akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil,
masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan
tindakan kegawat-daruratan. (Chentia M. I., 2021)

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan


pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga
kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik
diberbagai tatanan pelayanan: termasuk di rumah, masyarakat,

7
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. (Chentia M. I.,
2021)

4. Atribut Bidan Profesionalisme


Atribut bidan professional meliputi atribut IBI, organisasi,
Konggres (KONAS, MUSDA, MUSCAB, MUSRAN),
majalah/prosceeding, standar pelayanan, standar pendidikan, etika
profesi, Serkom, STR, Midwefery update, KTA online, CPD
online.
a. Atribut IBI
Dari tahun ke tahun IBI berupaya untuk meningkatkan
mutu dan melengkapi atribut-atribut organisasi, sebagai syarat
sebuah organisasi profesi, dan sebagai organisasi masyarakat
LSM yaitu : (Nababan, 2021)
1) AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan
dengan perkembangan.
2) Kode Etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan
disesuaikan dengan perkembangan.
3) Satuan Kredit Perolehan: alat ukur memantau peningkatan
pengetahuan dan keterampilan.
4) Buku Prosedur Tetap pelaksanaan tugas-tugas Bidan.
5) Buku Pedoman Organisasi.
6) Buku Pedoman Bagi Bidan di desa.
7) Buku Pedoman Klinik IBI.
8) Buku 50 tahun IBI, yang mencatat tentang sejarah dan
kiprah IBI, diterbitkan dalam rangka menyambut HUT ke
50 IBI pada tahun 2001.
Khusus melalui kepengurusan tahun 2013-2018 atribut-
atribut/kelengkapan tersebut bertambah lagi dengan disusunnya:
(Nababan, 2021)
1) Majalah Bidan
2) Majalah 1 Bundel

8
3) Jurnal Ilmiah Bidan
4) Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5) Buku Petunjuk Pelaksana (Juklak)
6) Buku Rencana Strategis (Renstra)
7) Buku Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga
8) Buku WHO Wheel
9) Buku ABPK
10) PIN
11) Bunga Rampai
12) Proceeding Kongres - 2008
13) Proceeding Kongres - 2013
14) Proceeding Rakernas - 2011
15) Proceeding PIT Bidan 2014
16) Patograph
17) 60 Langkah APN
18) Vandel
19) KTA
20) Medali
21) Draft Revisi Standar Kompetensi Bidan
22) Draft Revisi Standar Pendidikan Bidan
23) Draft Revisi Standar Pelayanan Bidan
24) Buku Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(CPD) Bidan
25) Buku Log Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(CPD) Bidan
26) Buku Acuan Peserta Pelatihan Midwifery Update (MU)
27) Modul Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
Kesehatan Reproduksi
28) Jurnal Ilmiah Bidan (terakreditasi Dikti)
29) Modul E-Learning Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
dengan PEB

9
30) Modul Pelatihan Tim Penilai Kompetensi Kerja Bidan di
Fasilitas Pelayanan kesehatan

Di samping itu melalui Lokakarya Strategik Planning yang


diselenggarakan dalam kurun waktu September 1996 s/d Oktober
1998 telah menghasilkan Rencana Strategi (Renstra) dan
diperbaharui pada Kongres XVI IBI 2018. (Nababan, 2021)

b. KONGGRES (KONAS, MUSDA, MUSCAB, MUSRAN)


Di Dalam Ad/Art Telah Menjelaskan Pada Bab V
Tentang Kongres, Musyawarah Dan Rapat, sebagai berikut:
(IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
1) Pasal 12 tentang Kongres
1. Kongres merupakan wadah/forim tertinggi dalam
organisasi Ikatan Bidan Indonesia untuk menetapkan
dasar dan tujuan organosasi serta kebijakan secara
Nasional.
2. Kongres diadakan setiap lima tahun sekali.
3. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Kongres Luar
Biasa.
4. Ketentuan tentang Kongres. Musyawarah Daerah,
Musyawarah Cabang dan Musyawarah Ranting diatur
dalam Anggaran Rumah tangga.

Pada kongres IBI XVI dijelaskan pada Bab VI


Kongres, Musyawarah Dan Rapat-Rapat, sebagai berikut:
(IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)

PASAL 26

KONGRES

1. Kongres :

10
a. Merupakan wadah/forum tertinggi dalam
organisasi IBI untuk menetapkan dasar dan
tujuan organisasi serta kebijaka secara nasional
b. Kongres dilaksanakan satu kali dalam masa
kepengurusan
c. Di antara dua Kongres diadakan Rapat Kerja
Nasional
2. Ketentuan Kongres :
a. Kongres dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai
dengan masa kepengurusan
b. Tempat pelaksanaan Kongres di Jakarta
c. Kongres di hadiri oleh Pengurus Pusat, Utusan
Pengurus Daerah dan utusan Pengurus Cabang.
d. Kongres dapat dianggap sah apabila dihadiri
oleh separuh di tambah satu dari jumlah cabang
yang ada.
e. Kongres dilaksanakan oleh panitia kongres yang
di bentuk dan disahkan oleh Pengurus Pusat.
f. Pimpinan kongres dipilih oleh peserta kongres
g. Peserta Kongres berwenang menerima atau
menolak laporan pertanggung jawaban Pengurus
Pusat
h. Tujuan Kongres :
a) Menyempurnakan dan mengsahkan AD dan
ART
b) 2 Menyusun dang mengesahkan Renstra
c) 3 Mengesahkan laporan
pertanggungjawaban Pengurus Pusat
d) 4 Mengesahkan perangkat organisasi yang
disepakati

11
e) 5 Memilih dan mengesahkan Ketua Umum
dan Pengurus Harian Pengurus Pusat melalui
penerapan sisitem pemilihan yang telah baku
f) 6 Melantik Ketua Umum dan 4 Pengurus
harian terpilih
3. Kongres luar biasa :
Kongres luar biasa diadakan apabila :2/3 (du
per tiga) dari jumlah cabang yang ada di seluruh
Indonesia menyatakan tidak percaya atas pimpinan
Ketua Umum IBI
4. Tata cara penyelenggaraan Kongres di atur dalam
Petunjuk Pelaksanaan Organisasi

Pasal 27

MUSYAWARAH DAERAH

1. Musyawarah Daerah:
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah
dan menetapkan kebijakan pelaksanaan tugas di
daerah berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat
dan Keputusan Kongres IBI
b. Musda dilaksanakan satu kali dalam masa
kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah daerah diadakan
Rapat Kerja Dearah
2. Ketentuan Musyawarah Daerah :
a. Musyawarah Daerah dilaksanakan 5 tahun
sekali, sesuai masa kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6
(enam) bulan setelah Kongres
c. Dihadiri oleh pengurus daerah, wakil dari
pengurus pusat, dan utusan cabang/ ranting

12
d. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila
dihadiri oleh separuh + (ditambah)satu jumlah
cabang yang ada
e. Musda dilaksanakan oleh panitia Musda yang
dibentuk oleh Pengurus Daerah
f. Pimpinan Musda dipilih oleh peserta Musda
g. Peserta Musda berwenang menerima atau
menolak laporan pertanggungjawaban pengurus
daerah
h. Tujuan Musyawarah Daerah
a) Menyampaikan informasi tentang perubahan
AD dan ART sesuai keputusan Kongres
kepada peserta Musda
b) Menyusun dan mengesahkan program kerja
daerah, berdasarkan keputusan Kongres,
kebijakan pengurus pusat dan disesuaikan
dengan situasi serta kondisi daerah
c) Membahas dan mengesahkan laporan
pertanggungjawaban pengurus daerah
d) Memilih pengurus daerah melalui penerapan
system pemilihan yang telah baku
e) Melantik Ketua dan 4 Pengurus Daerah
terpilih
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa

Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan


apabila 2/3 (dua per tiga) dari jumlah cabang dalam
satu wilayah propinsi menyatakan tidak percaya atas
pemimpin Ketua Pengurus Daerah. Tata cara
penyelenggaraan Musyawarah Daerah diatur dalam
Petunjuk Pelaksanaan Organisasi

13
Pasal 28

MUSYAWARAH CABANG

1. Musyawarah Cabang :
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah
dan menetapkan kebijakan organisasi dalam
wilayah cabang berdasarkan kebijakan
Pengurus Pusat melalui
b. Pengurus Daerah
c. Muscab dilaksanakan sekali dalam masa
kepengurusan
d. Di antara dua musyawarah cabang diadakan
Rapat Kerja Cabang
2. Ketentuan Musyawarah Cabang :
a. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5 tahun
sekali, sesuai masa kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6
(enam) bulan setelah Musda
c. Dihadiri oleh pengurus cabang, utusan
pengurus ranting dan wakil dari pengurus
daerah
d. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila
dihadiri oleh separuh + (ditambah) satu
jumlah ranting yang ada
e. Muscab dilaksanakan oleh panitia Muscab
yang dibentuk oleh Pengurus Cabang
f. Pimpinan Muscab dipilih oleh peserta
Muscab
g. Peserta Muscab berwenang menerima atau
mmenolak laporan pertanggungjawaban
pengurus cabang

14
h. Tujuan Musyawarah Cabang :
a) Menyampaikan informasi tentang
perubahan AD dan ART sesuai
keputusan Kongres kepada peserta
Muscab
b) Menyusun dan mengesahkan program
kerja cabang, berdasarkan keputusan
Kongres, kebijakan pengurus pusat/
daerah dan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi cabang
c) Memilih pengurus cabang melalui
penerapan system pemilihan yang telah
baku
d) Melantik Ketua dan 4 Pengurus Cabang
Terpilih
3. Musyawarah Cabang Luar Biasa
Musyawarah Cabang Luar Biasa
diadakan apabila 2/3 dari pengurus ranting
menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua
Cabang
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Cabang
diatur dalam Petunjuk Peleksanaan Organisasi

Pasal 29

MUSYAWARAH RANTING

1. Musyawarah Ranting
a. Musyawarah anggota di ranting merupakan
wadah/forum untuk menentukan kebijakan
organisasi ditingkat ranting berdasarkan
kebijakan PP melalui PD dan PC.

15
b. Musran dilakukan sekali dalam masa
kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah ranting diadakan
Rapat Kerja Ranting
2. Ketentuan Musyawarah Ranting
a. Musyawarah Ranting dilakukan 5 tahun
sekali, sesuai masa kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera (selamatnya 6 bulan)
setelah musyawarah cabang
c. Dihindari oleh pengurus dan anggota ranting
serta wakil pengurus cabang.
d. Musyawarah ranting dianggap sah apabila
dihadiri oleh ½ ditambah 1 (satu) orang dari
jumlah anggota.
e. Dilaksanakan oleh panitia Musran yang
dibentuk oleh Pengurus Ranting.
f. Tujuan Musyawarah ranting :
a) Menyampaikan informasi tentang
perubahan AD dan ART sesuai
dengan keputusan Kongres.
b) Menyusun rencana kegiatan
organisasi ditingkat ranting
berdasarkan Renstra IBI, Keputusan
Musda dan Muscab.
c) Membahas dan mengesahkan laporan
pertanggung jawaban pengurus
ranting.
d) Memilih pengurus ranting.
e) Melantik Ketua Pengurus Ranting
terpilih
3. Musyawarah Ranting Luar Biasa

16
Musyawarah Ranting Luar Biasa
diadakan apabila 2/3 dari anggota menyatakan
tidak percaya atas pimpinan Ketua Ranting.
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah
ranting diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
c. Majalah/Prossceeding
Majalah Bidan adalah majalah yang diterbitkan oleh
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang disebarkan ke seluruh
anggota IBI sebagai media komunikasi. Terbit setiap bulan
dengan jumlah halaman sebanyak 40 halaman full color.
Majalah Bidan dengan format dan tampilan baru. Paling tidak
sudah 4 Ketua Umum PP IBI silih berganti memegang
kepemimpinan, Majalah Bidan tetap konsisten tampil. Sebagai
satu-satunya majalah profesi kebidanan di Indonesia, majalah
Bidan tetap berupaya untuk memberikan masukan serta
memotivasi profesi bidan agar menjadi semakin baik dan baik
dalam kerja profesinya. (Maifianti, K. S., & Agustia, 2018)
d. Standar Pelayanan

Standar Pelayanan Kebidanan merupakan salah satu dari


atribut bidan professional. Standar Pelayanan Kebidanan terdiri
dari 24 standar dan dikelompokkan menjadi 5 bagian besar
yaitu ; (PUTRANTO, 2020)

a. Standar pelayanan umum


b. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
c. Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)
d. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
e. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-
neonatal (9 standar)

Contoh :

17
1. Standar Pelayanan Antenatal
Contoh penerapan standar 3 pelayanan antenatal yaitu
identifikasi ibu hamil dalam pelayanan kebidanan
a. Standar 3 : mengidentifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan motivasi ibu , suami
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara
teratur. Adapun tujuan yang diharapkan dari
penerapan standar ini adalah mengenali dan
memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya.
Aadapun kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk
mengidentifikasi ibu hamil seperti :
1) Bidan melakukan kunjungan rumah dan
penyuluhan secara teratur.
2) Bersama kader bidan memotivasi ibu hamil.
3) Lakukan komunikasi dua arah dengan
masyarakat untuk membahas manfaat
pemeriksaan kehamilan.
4) Dan lain-lain
Adapun hasil yang diharapkan dari standar ini
adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala
kehamilan. Ibu, suami, anggota masyarakat
menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan
secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan
ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu.
e. Standar Pendidikan (PUTRANTO, 2020)
1) Standar 1 : Lembaga Pendidikan

18
Lembaga pendidikan kebidanan berada pada suatu
institusi pendidikan tinggi.
Defenisi Operasional :
Penyelenggaraan pendidikan kebidanan adalah
institusi pendidikan tinggi baik pemerintah maupun swasta
sesuai dengan kaidah-kaidah yang tercantum dalam sistim
pendidikan nasional.
2) Standar II : Filsafah
Lembaga pendidikan kebidanan mempunyai filsafah
yang mencerminkan visi misi dan institusi yang tercermin
pada kurikulum.
Definisi operasional.

1) Filsafah mecakup kerangka keyakinan dan nilai-nilai


mengenai pendidikan kebidanan dan pelayanan
kebidanan.
2) Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sistem
pendidikan nasional indonesia.

3) Standar III : Organisasi


Organisasi lembaga pendidikan kebidanan konsisten
dengan struktur administrasi dari pendidikan tinggi secara
jelas mengembangkan jalur-jalur hubungan keorganisasian,
tanggung jawab dan garis kerja sama.
Definisi operasional :

1) Struktur organisasi pendidikan kebidanan mengacu


pada sistem pendidikan nasional.
2) Ada kejelasan tentang tata hubungan kerja.
3) Ada uraian tugas untuk masing-masing komponen pada
organisasi.

19
4) Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sistem
pendidikan nasional Indonesia.

4) Standar IV : Sumber daya Pendidikan


Sumber daya manusia, finansial dan material dari
lembaga pendidikan kebidanan memenuhi persyaratan
dalam kualitas maupun kuantitas untuk memperlancar
proses pendidikan.
Definisi operasional :

1) Dukungan administtrasi tercermin pada anggaran dan


sumber-sumber untuk program.
2) Sumber daya teknologi dan lahan praktik cukup dan
memenuhi persyaratan untuk mencapai tujuan program.
3) Persiapan tenaga pendidik dan kependidikan mengacu
pada undang-undang dan peraturan yang berlaku.

f. Etika Profesi
Sebagai salah satu profesi yang dalam aktivitasnya erat
berhubungan langsung dengan masyarakat yang dilayani, bidan
sudah selayaknya memiliki bekal sikap yang baik selain
pengetahuan dan keterampilan. Dalam pelayanan kebidanan,
salah satu isu mayornya adalah etika. Dengan penerapan etika
maka pelayanan kebidanan diharapkan akan menghasilkan
pelayanan yang berkualitas dan profesional Pelayanan
kebidanan bersifat holistik, yaitu pemenuhan kebutuhan klien
dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosio kultural dari
klien. (Sudra, R. I., Rani, D. M., Alim, N., Lakhmudien, L.,
Yanti, I., Nurdiana, A., ... & Marlina, 2021)
Dalam menjalankan profesinya, bidan harus bisa
memberikan pelayanan yang tepat sesuai kebahan, memberikan
rasa aman, nyaman, menjaga privasi, dengan memperhatikan

20
prinsip-prinsip kerja bidan sebagai berikut: (Sudra, R. I., Rani,
D. M., Alim, N., Lakhmudien, L., Yanti, I., Nurdiana, A., ... &
Marlina, 2021)
1) Kompeten dalam memberikan pelayanan kebidanan
2) Melaksanakan praktik kebidanan berdasarkan fakta/
evidence based
3) Mengambil keputusan secara bertanggung jawab
4) Menggunakan dan mendayagunakan teknologi secara etis
5) Menempatkan pemahaman yang benar antara budaya dan
etnik
6) Memberdayakan dan mengajarkan aspek promosi
kesehatan. informed choice, dan berperan serta dalam
pengambilan keputusan
7) Bersikap sabar dengan landasan rasional dan melakukan
advokasi
8) Bersikap bersahabat dengan perempuan keluarga dan
masyarakat
Fungsi penerapan etika dan moralitas dalam pelayanan
kebidanan meliputi (namun tidak terbatas pada): (Sudra, R. I.,
Rani, D. M., Alim, N., Lakhmudien, L., Yanti, I., Nurdiana, A.,
... & Marlina, 2021)
1) Menjamin terjaganya otonomi pihak terkait, terutama bidan
dan kliennya
2) Menjaga, untuk dilakukannya tindakan yang baik dan
mencegah agar tidak dilakukan tindakan yang berpotensi
merugikan atau membahayakan pihak lain
3) Menjaga privasi dari setiap individu
4) Mengatur dilakukannya perbuatan secara adil dan bijaksana
5) Menuntun penilaian terhadap dapat diterima atau tidaknya
suatu

21
6) Menuntun dan mengarahkan konsep pikir dalam bertindak
dan/atau menganalisis masalah
7) Membantu menggali informasi yang benar.
8) Menuntun pergaulan yang baik dalam masyarakat maupun
dalam organisasi profesi
9) Mengatur sikap dan perilaku dalam profesi (sebagai kode
etik profesi)
g. Serkom
Serkom yaitu Sertifikat kompetensi kerja ini merupakan
sebuah pengakuan terhadap seorang tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar kompetensi kerja yang dipersyaratkan. Serkom adalah
sertifikasi kompetensi, jadi bidan harus mengikuti yang
namanya ujian kompetensi untuk mendapatkan yang namanya
STR. (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
h. STR

Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan bukti tertulis


yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang
telah memiliki sertifikat kompetensi. Tenaga kesehatan yang
telah memiliki STR dapat melakukan aktivitas pelayanan
kesehatan. STR dapat diperoleh jika setiap tenaga kesehatan
telah memiliki ijazah dan sertifikat uji kompetensi yang
diberikan kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian
program pendidikan dan uji kompetensi. Ijazah diterbitkan oleh
perguruan tinggi peserta didik dan sertifikat uji kompetensi
yang diterbitkan oleh DIKTI. (Chentia M. I., 2021)

Surat Tanda Registrasi (STR) berlaku selama lima


tahun dan dapat diperpanjang setiap lima tahun. Sesuai dengan
Permenkes 1796 tahun 2011, STR yang telah habis masa
berlakunya dapat diperpanjang melalui partisipasi tenaga

22
kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/ atau pelatihan,
kegiatan ilmiah lainnya sesuai dengan profesinya, serta
kegiatan pengabdian masyarakat. (Chentia M. I., 2021)

i. Midwifery Update
Pelatihan Midwifery Update (MU) diadakan dalam rangka
menjaga mutu serta meningkatkan keterampilan dan
kompetensi bidan. Midwifery Update (MU) merupakan syarat
yang harus dipenuhi oleh seluruh bidan. Midwifery Update
(MU) tujuannya untuk mengupdate ilmu-ilmu kebidanan yang
terbaru, agar seluruh bidan tetap kompeten dan profesional
sehingga dapat memberikan pelayanan berkualitas terhadap
kesehatan ibu dan bayi ditempat tugas masing-masing.
Pelatihan Midwifery Update dimaksudkan untuk memenuhi
upaya IBI dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan serta
keterampilan bidan-bidan di seluruh nusantara. (Mertasari, L.,
& Sugandini, 2020)
1) Contoh Pelatihan Midwifery Update (MU)
Midwifery Update merupakan salah satu pelatihan
klinis wajib yang harus dipenuhi oleh setiap bidan dalam
pengurusan re-sertifikasi STR. Dalam pelatihan MU,
seluruh peserta akan dibekali dengan beberapa materi
kebidanan sebagai upaya menjaga mutu serta meningkatkan
keterampilan dan kompetensi para bidan, sehingga dapat
memberikan pelayanan berkualitas terhadap kesehatan ibu
dan bayi, balita, kesehatan reproduksi serta pelayanan
keluarga berencana. Kemudian akan dijelaskan secara
mendetail alur tata cara pengurusan STR selanjutnya.
Jumlah SKP (Satuan Kredit Profesi) yang harus dipenuhi
oleh seluruh anggota IBI untuk mendapatkan perpanjangan
STR adalah minimal 25 SKP dalam jangka waktu 5 tahun.
Pengajuan permohonan re-registrasi sebaiknya sudah

23
dilakukan paling lambat 6 bulan sebelum masa berlaku
STR habis.(Mertasari, L., & Sugandini, 2020)
2) Sasaran
Seluruh bidan yang akan melakukan re-sertifikasi
kompetensi dan re-registrasi. (Mertasari, L., & Sugandini,
2020)
3) Dasar Hukum
a) UU RI NO 36 thn 2014 tentang Tenaga Kesehatan
pasal 44 setiap tenaga kesehatan yang menjalankan
praktik wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR)
b) Permenkes no. 1464 tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan
c) Permenkes no. 551/menkes/per/VII/2009 tentang
Petunjuk tekhnis jabatan nasional bidan dan angka
kreditnya
d) Kepmenkes no. 369/menkes/SK/III/2007 tentang
standar profesi bidan
e) Standar pengembangan keprofesian berkelanjutan
bidan, IBI 2013
f) Standar pendidikan bidan IBI 2013
g) Standar kompetensi bidan 2014
j. KTA Online
1) Keanggotaan IBI
a) Keanggotaan Ikatan Bidan Indonesia adalah Bidan yang
memiliki Surat Tanda Registrasi dan Kartu Tanda
Anggota (KTA ) dan kartu tersebut masih berlaku.
b) Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atau
institusi tempat kerja.(IKATAN BIDAN INDONESIA,
2018)
2) Syarat Menjadi Anggota

24
1) Memiliki ijazah bidan/lulus bidan
2) Mengisi Formulir Pendaftaran dengan melampirkan:
a) Foto Copy Ijazah Bidan (2 lembar)
b) Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan
Bidan setelah 1 Agustus 2013) (2 lembar)
c) Foto Copy Surat Tanda Registrasi (STR) (2 lembar)
d) Foto Copy KTP (2 lembar)
e) Pas Foto 4x6 (2 lembar) (IKATAN BIDAN
INDONESIA, 2018)
3) Tata Cara Penerimaan Anggota
1) Pendaftaran dilakukan di Kantor Pengurus
Ranting/Cabang sesuai domisili atau institusi tempat
kerja
2) Formulir Pendaftaran dapat diperoleh di Pengurus
Cabang/Ranting 
3) Formulir yang sudah diisi diteliti kebenarannya,
diputuskan dalam rapat pengurus Ranting/Cabang
4) Calon anggota yang memenuhi persyaratan diusulkan
oleh Pengurus Ranting/Cabang untuk diregister oleh
Pengurus Pusat dan diterbitkan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang berlaku selama 5 (lima) tahun (IKATAN
BIDAN INDONESIA, 2018)
4) Tata Cara Perpanjangan KTA
1) Tiga (3) bulan sebelum habis masa berlakunya
mengajukan perpanjangan
2) Mengisi Formulir Pendaftaran Perpanjangan
3) Melampirkan foto copy KTA yang akan habis masa
berlakunya. (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
5) Hak Anggota
1) Anggota berhak untuk mendapatkan pengayoman dari
organisasi secara berjenjang

25
2) Anggota berhak menghadiri rapat dan mengajukan usul,
baik tertulis maupun lisan.
3) Anggota aktif berhak memilih dan dipilih.
4) Anggota berhak memiliki :
a) Kartu Tanda Anggota IBI (KTA) yang dikeluarkan
oleh Pengurus Pusat dan di tanda tangani   Ketua
Umum IBI.
b) Lencana Ikatan Bidan Indonesia.
c) Buku Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
d) Seragam IBI: Seragam Nasional dan Seragam
Lapangan. (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
6) Kewajiban Anggota
1) Tunduk pada AD ART.
2) Memahami, menghayati dan mengamalkan kode etik
bidan.
3) Membayar uang pangkal bagi anggota baru
4) Membayar iuran secara teratur.
5) Menjaga IBI tetap sebagai organisasi profesi yang tidak
berafiliasi dengan partai politik manapun. (IKATAN
BIDAN INDONESIA, 2018)
7) Sanksi Anggota
1) Sanksi dijatuhkan kepada anggota yang:
a) Sengaja mencemarkan nama baik organisasi.
b) Menggunakan nama organisasi untuk kepentingan
pribadi.
2) Jenis Sanksi
a) Teguran lisan 1 - 3 kali dibuktikan dengan surat
pernyataan /perjanjian dari yang bersangkutan dan
diketahui oleh ketua PR dan PC dan ditembuskan ke
PD.

26
b) Teguran tertulis 1 - 3 kali diberikan dalam waktu 3
bulan bila yang bersangkutan tidak mengindahkan
teguran tersebut maka akan diberikan sanksi
pencabutan surat rekomendasi dari OP untuk
melakukan praktik mandiri selama 6 bulan.
c) Bila selama kurun waktu yang bersangkutan tidak
mengindahkan teguran tersebut maka sanksi yang
berlaku adalah dikeluarkan dari anggota setelah
dikonsultasikan dan diputuskan oleh Pengurus
secara berjenjang dari Pengurus Cabang, dan
Pengurus Daerah. (IKATAN BIDAN INDONESIA,
2018)
8) Berhenti dari Keanggotaan
1) Mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
2) Meninggal dunia.
3) Diberhentikan karena sesuatu hal yang merugikan IBI.
(IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
9) Uang Pangkal dan Iuran Anggota
Uang pangkal dan iuran anggota ditentukan sebagai
berikut : (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
1) Uang pangkal sebesar Rp 25.000 (Dua Puluh Lima
Ribu Rupiah) tiap anggota yang dibayarkan satu kali
saat pendaftaran
2) Iuran bulanan anggota sebesar Rp.10.000 (Sepuluh
Ribu Rupiah) tiap anggota per bulan.
3) Iuran dibayar di Ranting/Cabang dimana bidan terdaftar
sebagai anggota
4) Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota cabang
yang diatur, sebagai berikut:
a) 10% untuk Pengurus Pusat
b) 15% untuk Pengurus Daerah

27
c) 75% untuk Pengurus Cabang (yang tidak
mempunyai ranting)
5) Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ranting
diatur, sebagai berikut:
a) 10% untuk Pengurus Pusat
b) 15% untuk Pengurus Daerah
c) 25% untuk Pengurus Cabang
d) 50% untuk Pengurus Ranting
6) Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya diatur
dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi
k. CPD Online

CPD (Continuing Professional Development) atau


sering disebut P2KB (Program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan) merupakan proses pengembangan keprofesian
yang meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan seseorang
dalam kapasitasnya sebagai Bidan, guna mempertahankan dan
meningkatkan profesionalismenya sesuai standar kompetensi
yang ditetapkan. (PUTRANTO, 2020)

Oleh sebab itu, atas tuntutan era globalisasi yang


semakin berkembang, saat ini telah diresmikan situs CPD
Online bagi Bidan, sebuah sistem Perangkat lunak yang
memproses dan mengintegrasikan seluruh pencatatan dan
pengelolaan kegiatan pengembangan pendidikan Tenaga
kesehatan dalam bentuk elektronik secara online, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan Efektifitas monitoring maupun
evaluasi kegiatan CPD oleh semua pemangku kepentingan.
(PUTRANTO, 2020)

28
B. Pentingnya IBI Memiliki Atribut.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi
bidan di Indonesia. Wadah Para bidan dalam mencapai tujuan melalui
kebijakan peningkatan profesionalisme anggota guna menjamin
masyarakat mendapatkan pelayanan berkualitas. Misi IBI adalah
meningkatkan kekuatan organisasi,  meningkatkan peran IBI dalam
meningkatkan mutu pendidikan bidan serta pelayanan,  meningkatkan
kesejahteraan anggota dan mewujudkan kerjasama dengan jejaring
kerja. Nilai – nilai yang mendasari IBI adalah mengutamakan
kebersamaan, mempersatukan diri dalam satu wadah, pengayoman
terhadap anggota,  pengembangan diri, peran serta dalam komunitas,
mempertahankan citra Bidan dan  pelayanan berkualitas kepada Ibu
dan Anak, Ibu Sehat -  Anak Sehat - Bangsa Sehat, dalam hal ini peran
anggota IBI di himbau menyelipkan tentang perlunya akta kelahiran
serta pentingnya dokumen kependudukan untuk bayi dan balita.
(Mertasari, L., & Sugandini, 2020)

Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan


akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan
dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan
dan masa nifas, memfasilitasi persalinan atas tanggung jawab sendiri
dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan
lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Begitu strategisnya peran bidan maka perlu di rangkul dalam
mensukseskan administrasi kependudukan, maka pemerintah
diharapkan mampu menyelenggarakan pelayanan administrasi
kependudukan secara berkualitas serta menggandeng berbagai
pemangku kepentingan guna mensukseskan berbagai kebijakan,
program dan kegiatan selama ini telah ditempuh oleh pemerintah guna
meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan tersebut.

29
Dalam hal ini peranan bidan sangatlah setrategis untuk memberi
arahan kepada masyarakat yang baru melahirkan untuk melakukan
pengurusan administrasi kependudukan sehingga pemahaman yang
negatif tentang adminduk dapat dieliminasi (Mertasari, L., &
Sugandini, 2020)

Dari tahun ke tahun IBI berupaya untuk meningkatkan mutu dan


melengkapi atribut-atribut organisasi, sebagai syarat sebuah organisasi
profesi, dan sebagai organisasi masyarakat LSM yaitu : (Nababan,
2021)

1. AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan


perkembangan.
Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD-ART)
adalah suatu pedoman yang di dalamnya berisi peraturan untuk
semua anggota dalam menjalankan suatu kegiatan. Seperti yang
sudah dijelaskan di atas, di dalam AD ART pun sudah dijelaskan
terkait usaha dan cara pengelolaan finansial atau keuangan
organisasi. AD-ART IBI ialah pedoman bagi setiap bidan yang
berisi setiap peraturan untuk semua anggota organisasi dalam
menjalankan suatu kegiatan dimulai dari Nama organisasi, logo,
tempat, keanggotaan, sanksi-sanksi yang berlaku, serta peraturan-
peraturan lainnya yang diubah berdasarkan Kongres IBI setiap 5
tahun sekali. (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
2. Kode Etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan
dengan perkembangan.
Kode etik bidan indonesia pertama kali di susun tahun 1986
dan juga disahkan oleh Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia
X tahun 1988, kemudian disempurnakan dan di sahkan pada tahun
1998 oleh Kongres Nasional IBI ke XII. Kode etik bidan indonesia
mengandung kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah
dan tujuan bab. (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)

30
Kode etik yang berisi 7 bab yaitu:

a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat  (6 butir)


b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainya
(2 butir)
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsadan tanah air ( 2
butir)
g. Penutup (1 butir)

3. Satuan Kredit Perolehan: alat ukur memantau peningkatan


pengetahuan dan keterampilan.
Jumlah SKP yang harus dipenuhi oleh setiap bidan untuk
mendapatkan Perpanjangan STR adalah minimal 25 SKP dalam 5
tahun. Pengajuan permohonan re-registrasi harus sudah dilakukan
paling lambat 6 bulan sebelum masa berlaku STR habis. Kegiatan
re-registrasi bidan dilakukan melalui proses pengumpulan bukti
dokumen/sertifikat kompetensi (portofolio) dari perolehan SKP
yang telah dikumpulkan selama 5 tahun. Adapun rincian perolehan
nilai SKP yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: (Mertasari, L.,
& Sugandini, 2020)
Tabel Perolehan Satuan Kredit Profesi untuk Re-Registrasi Bidan
(Perpanjangan STR Bidan)

Nilai kredit yang diperlukan : 25 SKP per 5 Tahun


Kategori Kegiatan Nilai kredit total (5
tahun)
Kegiatan praktik profesi/ Tanpa Maksimal
A
pelayanan kebidanan minimal 15 SKP
B Kegiatan Pendidikan Minima Maksimal

31
berkelanjutan l 6 SKP 12 SKP
1. Kognitif: Minimal 4 SKP
Seminar/ Workshop/ 2 SKP
Simposium
2. Pelatihan Wajib: Minimal 2 SKP
Midwifery Update 2 SKP
3. Pelatihan Klinis (pilihan): Minimal 4 SKP
a. APN 2 SKP
b. PONED
c. PPGDON
d. CTU
e. Imunisasi
f. Resusitasi
g. Manajemen Laktasi
h. Pencegahan Infeksi
i. Dll
4. Pelatihan Non klinis, Tanpa 2 SKP
Kepemimpinan/manajerial, minimal
ABPK dll
Kegiatan pengabdian Tanpa Minimal
C kepada minimal 10
Masyarakat
Kegiatan pengembangan Tanpa Minimal
D
profesi minimal 10
Kegiatan penelitian dan Tanpa Minimal
E
publikasi ilmiah minimal 5

Catatan:
a. SKP yang dihargai adalah SKP yang diterbitkan oleh
PP/PD IBI

32
b. Besaran SKP yang diberikan pada pelatihan yang
diselenggarakan oleh JNPK/P2KT/P2KP/P2KS tergantung
lamanya kegiatan pelatihan dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku.

Keterangan:

a. Nilai SKP yang harus diperoleh selama 5 tahun adalah 25


SKP
b. Nilai tanpa minimal yang dimaksud adalah komponen
tersebut dapat kosong atau tidak diisi.
c. Nilai minimal yang dimaksud pada tabel di atas adalah
perolehan nilai SKP yang harus dicapai oleh bidan.
d. Nilai maksimal yang dimaksud pada tabel di atas adalah
perolehan nilai SKP maksimal yang akan diperhitungkan.
Kelebihan perolehan nilai SKP tidak dapat diakumulasikan
untuk usulan periode berikutnya.
1. Buku Prosedur Tetap pelaksanaan tugas-tugas Bidan.
2. Buku Pedoman Organisasi.
3. Buku Pedoman Bagi Bidan di desa.
4. Buku Pedoman Klinik IBI.
5. Buku 50 tahun IBI, yang mencatat tentang sejarah dan kiprah IBI,
diterbitkan dalam rangka menyambut HUT ke 50 IBI pada tahun
2001.

33
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan merupakan salah satu profesi yang membutuhkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan khusus yang harus di kuasai untuk
melayani masyarakat. Profesi berasal dari bahas latin Proffesio, yang
mempunyai dua buah pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan Lebih
luas lagi, Proffesio berarti kegiatan "apa saja" untuk memperoleh nafkah
yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu, sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut pelaksanaannya sesuai norma norma sosial
dengan baik.(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

Menurut sejarah Bidan Indonesia, tanggal 24 Juni 1951 adalah hari


lahir IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI didasarkan atas hasil konferensi
bidan yang diselenggara kan di Jakarta 24 Juni 1951 Konferensi bidan
pertama ter sebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah
yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah
organisasi profesi bernama Ikatan Bi dan Indonesia (IBI) berbentuk
kesatuan, bersifat nasional, berasaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. IBI beranggotakan para wanita yang telah diterima menjadi
anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951.
(Berliana Irianti, S.ST., 2018)

Atribut bidan professional meliputi atribut IBI, organisasi,


Konggres (KONAS, MUSDA, MUSCAB, MUSRAN),
majalah/prosceeding, standar pelayanan, standar pendidikan, etika profesi,
Serkom, STR, Midwefery update, KTA online, CPD online. (Nababan,
Kes and Pengantar, 2021).

34
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang atribut bidan
profesionalisme serta dapat mengaplikasikan ataupun mengedukasikan
asuhan yang diberikan. Dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan oleh karena itu Kami mohon saran yang
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

35
DAFTAR PUSTAKA
Berliana Irianti, S.ST., M.K. (2018) Konsep Kebidanan (memahami dasar-dasar
konsep kebidanan). Pekanbaru: Pustaka Baru Pres.

Chentia M. I. (2021) Modul Praktik Profesional Bidan. Yogyakarta: Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa.

IKATAN BIDAN INDONESIA (2018) AD-ART IBI. Edited by P.K.X. IBI.


Jakarta, Desember 2018.

Maifianti, K. S., & Agustia, D. (2018) ‘Majalah Dinding Sebagai Media


Komunikasi Bidan Desa Terpencil. Proceeding of The URECOL’,
Kebidanan, pp. 254-261.

Mertasari, L., & Sugandini, W. (2020) ‘Evaluasi Pendokumentasian Pelayanan


Kebidanan pada Praktek Mandiri Bidan (PMB) Bidan Delima Kabupaten
Buleleng Tahun 2020.’, Kebidanan, p. 6.

Nababan, L. (2021) Modul Ajar Kebidanan Profesionalisme. Bengkulu: Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti.

PUTRANTO, T.A. (2020) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Sudra, R. I., Rani, D. M., Alim, N., Lakhmudien, L., Yanti, I., Nurdiana, A., ... &
Marlina, R. (2021) ‘Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Praktik
Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.’, Kebidanan.

iii
PERTANYAAN
1. Bagaimana dasar hukum yang terkait dengan atribut bidan?
2. Kenapa bidan harus memiliki atribut?
3. Jelaskan tentang apa itu serkom dan dimana didapatkan?
4. Kenapa organisasi harus punya AD/ART?
5. Kenapa seorang bidan disebut sebagai bidan yang profesional?

iv

Anda mungkin juga menyukai