Keb
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Kami, menyadari bahwa materi yang saya selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari bersifat
membangun guna kesempurnaan materi selanjutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan materi ini dari awal sampai akhir. Serta
kami berharap agar materi-materi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................39
PENUTUP.............................................................................................................39
A. Kesimpulan.................................................................................................39
B. Saran............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
PERTANYAAN.....................................................................................................iv
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban
umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan
dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat
mulia, memberi semangat, membesarkan hati,mendampingi, serta
menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan
baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan
prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut,
keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang
dimilikinya. (Chentia M. I., 2021)
1
yang sesuai, serta melaksanakan pertolongan pertama tindakn kegawat-
daruratan. (PUTRANTO, 2020)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui tentang atribut-atribut profesi bidan?
2. Bagaimana mengetahui Pentingnya IBI memiliki atribut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang atribut-atribut profesi bidan.
2. Untuk mengetahui Pentingnya IBI memiliki atribut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Atribut-Atribut Profesi Bidan.
Bidan merupakan salah satu profesi yang membutuhkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan khusus yang harus di kuasai
untuk melayani masyarakat. Profesi berasal dari bahas latin Proffesio,
yang mempunyai dua buah pengertian yaitu janji atau ikrar dan
pekerjaan. Lebih luas lagi, Proffesio berarti kegiatan "apa saja" untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu,
sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut pelaksanaannya
sesual norma norma sosial dengan baik.(Berliana Irianti, S.ST., 2018)
3
berlebihan oleh pasien saat menjalani konsultasi atau pengobatan
(induce deman).(Berliana Irianti, S.ST., 2018)
4
kesehatan bangsa Indonesia dan menggapai cita-cita uni versal OP
yaitu menjaga harkat dan martabat kehormatan profesinya.(Berliana
Irianti, S.ST., 2018)
5
yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan
bidan di Indonesia.
2) Pengurus besar IBI berkedudukan di Jakarta atau di
pusat pemerintahan berada.
3) Meniadakan bidan kelas satu maupun bidan kelas
dua, yang ada hanya bidan.
4) Membentuk pengurus di daerah-daerah. Dengan
demikian, organisasi atau perkumpulan yang ber
sifat lokal yang ada sebelum konferensi ini semu
anya membubarkan diri dan selanjutnya menjadi
anggota cabang yang dikoordinir oleh pengurus
daerah tingkat provinsi.
5) Bidan harus bekerja sesuai dengan profesi. Apa bila
bekerja dibidang perawatan harus mengikuti
pendidikan perawat selama dua tahun. Begitu pula
apabila perawat bekerja di kebidanan ha rus
mengikuti pendidikan bidan selama dua tahun.
(Berliana Irianti, S.ST., 2018)
6
f. Kata berkelas tertentu yang mempunyai fungsi
menerangkan nomina dalam frasa nominal, misalnya
sekarang dalam pemuda sekarang
g. Kategori variabel kualitatif (seperti laki-laki atau
perempuan menunjukkan jenis kelamin)
h. Ciri atau sifat yang terdapat pada setiap benda purbakala,
yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan kelompok
7
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. (Chentia M. I.,
2021)
8
3) Jurnal Ilmiah Bidan
4) Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5) Buku Petunjuk Pelaksana (Juklak)
6) Buku Rencana Strategis (Renstra)
7) Buku Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga
8) Buku WHO Wheel
9) Buku ABPK
10) PIN
11) Bunga Rampai
12) Proceeding Kongres - 2008
13) Proceeding Kongres - 2013
14) Proceeding Rakernas - 2011
15) Proceeding PIT Bidan 2014
16) Patograph
17) 60 Langkah APN
18) Vandel
19) KTA
20) Medali
21) Draft Revisi Standar Kompetensi Bidan
22) Draft Revisi Standar Pendidikan Bidan
23) Draft Revisi Standar Pelayanan Bidan
24) Buku Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(CPD) Bidan
25) Buku Log Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(CPD) Bidan
26) Buku Acuan Peserta Pelatihan Midwifery Update (MU)
27) Modul Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
Kesehatan Reproduksi
28) Jurnal Ilmiah Bidan (terakreditasi Dikti)
29) Modul E-Learning Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
dengan PEB
9
30) Modul Pelatihan Tim Penilai Kompetensi Kerja Bidan di
Fasilitas Pelayanan kesehatan
PASAL 26
KONGRES
1. Kongres :
10
a. Merupakan wadah/forum tertinggi dalam
organisasi IBI untuk menetapkan dasar dan
tujuan organisasi serta kebijaka secara nasional
b. Kongres dilaksanakan satu kali dalam masa
kepengurusan
c. Di antara dua Kongres diadakan Rapat Kerja
Nasional
2. Ketentuan Kongres :
a. Kongres dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai
dengan masa kepengurusan
b. Tempat pelaksanaan Kongres di Jakarta
c. Kongres di hadiri oleh Pengurus Pusat, Utusan
Pengurus Daerah dan utusan Pengurus Cabang.
d. Kongres dapat dianggap sah apabila dihadiri
oleh separuh di tambah satu dari jumlah cabang
yang ada.
e. Kongres dilaksanakan oleh panitia kongres yang
di bentuk dan disahkan oleh Pengurus Pusat.
f. Pimpinan kongres dipilih oleh peserta kongres
g. Peserta Kongres berwenang menerima atau
menolak laporan pertanggung jawaban Pengurus
Pusat
h. Tujuan Kongres :
a) Menyempurnakan dan mengsahkan AD dan
ART
b) 2 Menyusun dang mengesahkan Renstra
c) 3 Mengesahkan laporan
pertanggungjawaban Pengurus Pusat
d) 4 Mengesahkan perangkat organisasi yang
disepakati
11
e) 5 Memilih dan mengesahkan Ketua Umum
dan Pengurus Harian Pengurus Pusat melalui
penerapan sisitem pemilihan yang telah baku
f) 6 Melantik Ketua Umum dan 4 Pengurus
harian terpilih
3. Kongres luar biasa :
Kongres luar biasa diadakan apabila :2/3 (du
per tiga) dari jumlah cabang yang ada di seluruh
Indonesia menyatakan tidak percaya atas pimpinan
Ketua Umum IBI
4. Tata cara penyelenggaraan Kongres di atur dalam
Petunjuk Pelaksanaan Organisasi
Pasal 27
MUSYAWARAH DAERAH
1. Musyawarah Daerah:
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah
dan menetapkan kebijakan pelaksanaan tugas di
daerah berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat
dan Keputusan Kongres IBI
b. Musda dilaksanakan satu kali dalam masa
kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah daerah diadakan
Rapat Kerja Dearah
2. Ketentuan Musyawarah Daerah :
a. Musyawarah Daerah dilaksanakan 5 tahun
sekali, sesuai masa kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6
(enam) bulan setelah Kongres
c. Dihadiri oleh pengurus daerah, wakil dari
pengurus pusat, dan utusan cabang/ ranting
12
d. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila
dihadiri oleh separuh + (ditambah)satu jumlah
cabang yang ada
e. Musda dilaksanakan oleh panitia Musda yang
dibentuk oleh Pengurus Daerah
f. Pimpinan Musda dipilih oleh peserta Musda
g. Peserta Musda berwenang menerima atau
menolak laporan pertanggungjawaban pengurus
daerah
h. Tujuan Musyawarah Daerah
a) Menyampaikan informasi tentang perubahan
AD dan ART sesuai keputusan Kongres
kepada peserta Musda
b) Menyusun dan mengesahkan program kerja
daerah, berdasarkan keputusan Kongres,
kebijakan pengurus pusat dan disesuaikan
dengan situasi serta kondisi daerah
c) Membahas dan mengesahkan laporan
pertanggungjawaban pengurus daerah
d) Memilih pengurus daerah melalui penerapan
system pemilihan yang telah baku
e) Melantik Ketua dan 4 Pengurus Daerah
terpilih
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa
13
Pasal 28
MUSYAWARAH CABANG
1. Musyawarah Cabang :
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah
dan menetapkan kebijakan organisasi dalam
wilayah cabang berdasarkan kebijakan
Pengurus Pusat melalui
b. Pengurus Daerah
c. Muscab dilaksanakan sekali dalam masa
kepengurusan
d. Di antara dua musyawarah cabang diadakan
Rapat Kerja Cabang
2. Ketentuan Musyawarah Cabang :
a. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5 tahun
sekali, sesuai masa kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6
(enam) bulan setelah Musda
c. Dihadiri oleh pengurus cabang, utusan
pengurus ranting dan wakil dari pengurus
daerah
d. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila
dihadiri oleh separuh + (ditambah) satu
jumlah ranting yang ada
e. Muscab dilaksanakan oleh panitia Muscab
yang dibentuk oleh Pengurus Cabang
f. Pimpinan Muscab dipilih oleh peserta
Muscab
g. Peserta Muscab berwenang menerima atau
mmenolak laporan pertanggungjawaban
pengurus cabang
14
h. Tujuan Musyawarah Cabang :
a) Menyampaikan informasi tentang
perubahan AD dan ART sesuai
keputusan Kongres kepada peserta
Muscab
b) Menyusun dan mengesahkan program
kerja cabang, berdasarkan keputusan
Kongres, kebijakan pengurus pusat/
daerah dan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi cabang
c) Memilih pengurus cabang melalui
penerapan system pemilihan yang telah
baku
d) Melantik Ketua dan 4 Pengurus Cabang
Terpilih
3. Musyawarah Cabang Luar Biasa
Musyawarah Cabang Luar Biasa
diadakan apabila 2/3 dari pengurus ranting
menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua
Cabang
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Cabang
diatur dalam Petunjuk Peleksanaan Organisasi
Pasal 29
MUSYAWARAH RANTING
1. Musyawarah Ranting
a. Musyawarah anggota di ranting merupakan
wadah/forum untuk menentukan kebijakan
organisasi ditingkat ranting berdasarkan
kebijakan PP melalui PD dan PC.
15
b. Musran dilakukan sekali dalam masa
kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah ranting diadakan
Rapat Kerja Ranting
2. Ketentuan Musyawarah Ranting
a. Musyawarah Ranting dilakukan 5 tahun
sekali, sesuai masa kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera (selamatnya 6 bulan)
setelah musyawarah cabang
c. Dihindari oleh pengurus dan anggota ranting
serta wakil pengurus cabang.
d. Musyawarah ranting dianggap sah apabila
dihadiri oleh ½ ditambah 1 (satu) orang dari
jumlah anggota.
e. Dilaksanakan oleh panitia Musran yang
dibentuk oleh Pengurus Ranting.
f. Tujuan Musyawarah ranting :
a) Menyampaikan informasi tentang
perubahan AD dan ART sesuai
dengan keputusan Kongres.
b) Menyusun rencana kegiatan
organisasi ditingkat ranting
berdasarkan Renstra IBI, Keputusan
Musda dan Muscab.
c) Membahas dan mengesahkan laporan
pertanggung jawaban pengurus
ranting.
d) Memilih pengurus ranting.
e) Melantik Ketua Pengurus Ranting
terpilih
3. Musyawarah Ranting Luar Biasa
16
Musyawarah Ranting Luar Biasa
diadakan apabila 2/3 dari anggota menyatakan
tidak percaya atas pimpinan Ketua Ranting.
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah
ranting diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
c. Majalah/Prossceeding
Majalah Bidan adalah majalah yang diterbitkan oleh
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang disebarkan ke seluruh
anggota IBI sebagai media komunikasi. Terbit setiap bulan
dengan jumlah halaman sebanyak 40 halaman full color.
Majalah Bidan dengan format dan tampilan baru. Paling tidak
sudah 4 Ketua Umum PP IBI silih berganti memegang
kepemimpinan, Majalah Bidan tetap konsisten tampil. Sebagai
satu-satunya majalah profesi kebidanan di Indonesia, majalah
Bidan tetap berupaya untuk memberikan masukan serta
memotivasi profesi bidan agar menjadi semakin baik dan baik
dalam kerja profesinya. (Maifianti, K. S., & Agustia, 2018)
d. Standar Pelayanan
Contoh :
17
1. Standar Pelayanan Antenatal
Contoh penerapan standar 3 pelayanan antenatal yaitu
identifikasi ibu hamil dalam pelayanan kebidanan
a. Standar 3 : mengidentifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan motivasi ibu , suami
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara
teratur. Adapun tujuan yang diharapkan dari
penerapan standar ini adalah mengenali dan
memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya.
Aadapun kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk
mengidentifikasi ibu hamil seperti :
1) Bidan melakukan kunjungan rumah dan
penyuluhan secara teratur.
2) Bersama kader bidan memotivasi ibu hamil.
3) Lakukan komunikasi dua arah dengan
masyarakat untuk membahas manfaat
pemeriksaan kehamilan.
4) Dan lain-lain
Adapun hasil yang diharapkan dari standar ini
adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala
kehamilan. Ibu, suami, anggota masyarakat
menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan
secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan
ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu.
e. Standar Pendidikan (PUTRANTO, 2020)
1) Standar 1 : Lembaga Pendidikan
18
Lembaga pendidikan kebidanan berada pada suatu
institusi pendidikan tinggi.
Defenisi Operasional :
Penyelenggaraan pendidikan kebidanan adalah
institusi pendidikan tinggi baik pemerintah maupun swasta
sesuai dengan kaidah-kaidah yang tercantum dalam sistim
pendidikan nasional.
2) Standar II : Filsafah
Lembaga pendidikan kebidanan mempunyai filsafah
yang mencerminkan visi misi dan institusi yang tercermin
pada kurikulum.
Definisi operasional.
19
4) Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sistem
pendidikan nasional Indonesia.
f. Etika Profesi
Sebagai salah satu profesi yang dalam aktivitasnya erat
berhubungan langsung dengan masyarakat yang dilayani, bidan
sudah selayaknya memiliki bekal sikap yang baik selain
pengetahuan dan keterampilan. Dalam pelayanan kebidanan,
salah satu isu mayornya adalah etika. Dengan penerapan etika
maka pelayanan kebidanan diharapkan akan menghasilkan
pelayanan yang berkualitas dan profesional Pelayanan
kebidanan bersifat holistik, yaitu pemenuhan kebutuhan klien
dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosio kultural dari
klien. (Sudra, R. I., Rani, D. M., Alim, N., Lakhmudien, L.,
Yanti, I., Nurdiana, A., ... & Marlina, 2021)
Dalam menjalankan profesinya, bidan harus bisa
memberikan pelayanan yang tepat sesuai kebahan, memberikan
rasa aman, nyaman, menjaga privasi, dengan memperhatikan
20
prinsip-prinsip kerja bidan sebagai berikut: (Sudra, R. I., Rani,
D. M., Alim, N., Lakhmudien, L., Yanti, I., Nurdiana, A., ... &
Marlina, 2021)
1) Kompeten dalam memberikan pelayanan kebidanan
2) Melaksanakan praktik kebidanan berdasarkan fakta/
evidence based
3) Mengambil keputusan secara bertanggung jawab
4) Menggunakan dan mendayagunakan teknologi secara etis
5) Menempatkan pemahaman yang benar antara budaya dan
etnik
6) Memberdayakan dan mengajarkan aspek promosi
kesehatan. informed choice, dan berperan serta dalam
pengambilan keputusan
7) Bersikap sabar dengan landasan rasional dan melakukan
advokasi
8) Bersikap bersahabat dengan perempuan keluarga dan
masyarakat
Fungsi penerapan etika dan moralitas dalam pelayanan
kebidanan meliputi (namun tidak terbatas pada): (Sudra, R. I.,
Rani, D. M., Alim, N., Lakhmudien, L., Yanti, I., Nurdiana, A.,
... & Marlina, 2021)
1) Menjamin terjaganya otonomi pihak terkait, terutama bidan
dan kliennya
2) Menjaga, untuk dilakukannya tindakan yang baik dan
mencegah agar tidak dilakukan tindakan yang berpotensi
merugikan atau membahayakan pihak lain
3) Menjaga privasi dari setiap individu
4) Mengatur dilakukannya perbuatan secara adil dan bijaksana
5) Menuntun penilaian terhadap dapat diterima atau tidaknya
suatu
21
6) Menuntun dan mengarahkan konsep pikir dalam bertindak
dan/atau menganalisis masalah
7) Membantu menggali informasi yang benar.
8) Menuntun pergaulan yang baik dalam masyarakat maupun
dalam organisasi profesi
9) Mengatur sikap dan perilaku dalam profesi (sebagai kode
etik profesi)
g. Serkom
Serkom yaitu Sertifikat kompetensi kerja ini merupakan
sebuah pengakuan terhadap seorang tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar kompetensi kerja yang dipersyaratkan. Serkom adalah
sertifikasi kompetensi, jadi bidan harus mengikuti yang
namanya ujian kompetensi untuk mendapatkan yang namanya
STR. (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
h. STR
22
kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/ atau pelatihan,
kegiatan ilmiah lainnya sesuai dengan profesinya, serta
kegiatan pengabdian masyarakat. (Chentia M. I., 2021)
i. Midwifery Update
Pelatihan Midwifery Update (MU) diadakan dalam rangka
menjaga mutu serta meningkatkan keterampilan dan
kompetensi bidan. Midwifery Update (MU) merupakan syarat
yang harus dipenuhi oleh seluruh bidan. Midwifery Update
(MU) tujuannya untuk mengupdate ilmu-ilmu kebidanan yang
terbaru, agar seluruh bidan tetap kompeten dan profesional
sehingga dapat memberikan pelayanan berkualitas terhadap
kesehatan ibu dan bayi ditempat tugas masing-masing.
Pelatihan Midwifery Update dimaksudkan untuk memenuhi
upaya IBI dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan serta
keterampilan bidan-bidan di seluruh nusantara. (Mertasari, L.,
& Sugandini, 2020)
1) Contoh Pelatihan Midwifery Update (MU)
Midwifery Update merupakan salah satu pelatihan
klinis wajib yang harus dipenuhi oleh setiap bidan dalam
pengurusan re-sertifikasi STR. Dalam pelatihan MU,
seluruh peserta akan dibekali dengan beberapa materi
kebidanan sebagai upaya menjaga mutu serta meningkatkan
keterampilan dan kompetensi para bidan, sehingga dapat
memberikan pelayanan berkualitas terhadap kesehatan ibu
dan bayi, balita, kesehatan reproduksi serta pelayanan
keluarga berencana. Kemudian akan dijelaskan secara
mendetail alur tata cara pengurusan STR selanjutnya.
Jumlah SKP (Satuan Kredit Profesi) yang harus dipenuhi
oleh seluruh anggota IBI untuk mendapatkan perpanjangan
STR adalah minimal 25 SKP dalam jangka waktu 5 tahun.
Pengajuan permohonan re-registrasi sebaiknya sudah
23
dilakukan paling lambat 6 bulan sebelum masa berlaku
STR habis.(Mertasari, L., & Sugandini, 2020)
2) Sasaran
Seluruh bidan yang akan melakukan re-sertifikasi
kompetensi dan re-registrasi. (Mertasari, L., & Sugandini,
2020)
3) Dasar Hukum
a) UU RI NO 36 thn 2014 tentang Tenaga Kesehatan
pasal 44 setiap tenaga kesehatan yang menjalankan
praktik wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR)
b) Permenkes no. 1464 tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan
c) Permenkes no. 551/menkes/per/VII/2009 tentang
Petunjuk tekhnis jabatan nasional bidan dan angka
kreditnya
d) Kepmenkes no. 369/menkes/SK/III/2007 tentang
standar profesi bidan
e) Standar pengembangan keprofesian berkelanjutan
bidan, IBI 2013
f) Standar pendidikan bidan IBI 2013
g) Standar kompetensi bidan 2014
j. KTA Online
1) Keanggotaan IBI
a) Keanggotaan Ikatan Bidan Indonesia adalah Bidan yang
memiliki Surat Tanda Registrasi dan Kartu Tanda
Anggota (KTA ) dan kartu tersebut masih berlaku.
b) Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atau
institusi tempat kerja.(IKATAN BIDAN INDONESIA,
2018)
2) Syarat Menjadi Anggota
24
1) Memiliki ijazah bidan/lulus bidan
2) Mengisi Formulir Pendaftaran dengan melampirkan:
a) Foto Copy Ijazah Bidan (2 lembar)
b) Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan
Bidan setelah 1 Agustus 2013) (2 lembar)
c) Foto Copy Surat Tanda Registrasi (STR) (2 lembar)
d) Foto Copy KTP (2 lembar)
e) Pas Foto 4x6 (2 lembar) (IKATAN BIDAN
INDONESIA, 2018)
3) Tata Cara Penerimaan Anggota
1) Pendaftaran dilakukan di Kantor Pengurus
Ranting/Cabang sesuai domisili atau institusi tempat
kerja
2) Formulir Pendaftaran dapat diperoleh di Pengurus
Cabang/Ranting
3) Formulir yang sudah diisi diteliti kebenarannya,
diputuskan dalam rapat pengurus Ranting/Cabang
4) Calon anggota yang memenuhi persyaratan diusulkan
oleh Pengurus Ranting/Cabang untuk diregister oleh
Pengurus Pusat dan diterbitkan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang berlaku selama 5 (lima) tahun (IKATAN
BIDAN INDONESIA, 2018)
4) Tata Cara Perpanjangan KTA
1) Tiga (3) bulan sebelum habis masa berlakunya
mengajukan perpanjangan
2) Mengisi Formulir Pendaftaran Perpanjangan
3) Melampirkan foto copy KTA yang akan habis masa
berlakunya. (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
5) Hak Anggota
1) Anggota berhak untuk mendapatkan pengayoman dari
organisasi secara berjenjang
25
2) Anggota berhak menghadiri rapat dan mengajukan usul,
baik tertulis maupun lisan.
3) Anggota aktif berhak memilih dan dipilih.
4) Anggota berhak memiliki :
a) Kartu Tanda Anggota IBI (KTA) yang dikeluarkan
oleh Pengurus Pusat dan di tanda tangani Ketua
Umum IBI.
b) Lencana Ikatan Bidan Indonesia.
c) Buku Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
d) Seragam IBI: Seragam Nasional dan Seragam
Lapangan. (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
6) Kewajiban Anggota
1) Tunduk pada AD ART.
2) Memahami, menghayati dan mengamalkan kode etik
bidan.
3) Membayar uang pangkal bagi anggota baru
4) Membayar iuran secara teratur.
5) Menjaga IBI tetap sebagai organisasi profesi yang tidak
berafiliasi dengan partai politik manapun. (IKATAN
BIDAN INDONESIA, 2018)
7) Sanksi Anggota
1) Sanksi dijatuhkan kepada anggota yang:
a) Sengaja mencemarkan nama baik organisasi.
b) Menggunakan nama organisasi untuk kepentingan
pribadi.
2) Jenis Sanksi
a) Teguran lisan 1 - 3 kali dibuktikan dengan surat
pernyataan /perjanjian dari yang bersangkutan dan
diketahui oleh ketua PR dan PC dan ditembuskan ke
PD.
26
b) Teguran tertulis 1 - 3 kali diberikan dalam waktu 3
bulan bila yang bersangkutan tidak mengindahkan
teguran tersebut maka akan diberikan sanksi
pencabutan surat rekomendasi dari OP untuk
melakukan praktik mandiri selama 6 bulan.
c) Bila selama kurun waktu yang bersangkutan tidak
mengindahkan teguran tersebut maka sanksi yang
berlaku adalah dikeluarkan dari anggota setelah
dikonsultasikan dan diputuskan oleh Pengurus
secara berjenjang dari Pengurus Cabang, dan
Pengurus Daerah. (IKATAN BIDAN INDONESIA,
2018)
8) Berhenti dari Keanggotaan
1) Mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
2) Meninggal dunia.
3) Diberhentikan karena sesuatu hal yang merugikan IBI.
(IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
9) Uang Pangkal dan Iuran Anggota
Uang pangkal dan iuran anggota ditentukan sebagai
berikut : (IKATAN BIDAN INDONESIA, 2018)
1) Uang pangkal sebesar Rp 25.000 (Dua Puluh Lima
Ribu Rupiah) tiap anggota yang dibayarkan satu kali
saat pendaftaran
2) Iuran bulanan anggota sebesar Rp.10.000 (Sepuluh
Ribu Rupiah) tiap anggota per bulan.
3) Iuran dibayar di Ranting/Cabang dimana bidan terdaftar
sebagai anggota
4) Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota cabang
yang diatur, sebagai berikut:
a) 10% untuk Pengurus Pusat
b) 15% untuk Pengurus Daerah
27
c) 75% untuk Pengurus Cabang (yang tidak
mempunyai ranting)
5) Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ranting
diatur, sebagai berikut:
a) 10% untuk Pengurus Pusat
b) 15% untuk Pengurus Daerah
c) 25% untuk Pengurus Cabang
d) 50% untuk Pengurus Ranting
6) Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya diatur
dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi
k. CPD Online
28
B. Pentingnya IBI Memiliki Atribut.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan organisasi profesi
bidan di Indonesia. Wadah Para bidan dalam mencapai tujuan melalui
kebijakan peningkatan profesionalisme anggota guna menjamin
masyarakat mendapatkan pelayanan berkualitas. Misi IBI adalah
meningkatkan kekuatan organisasi, meningkatkan peran IBI dalam
meningkatkan mutu pendidikan bidan serta pelayanan, meningkatkan
kesejahteraan anggota dan mewujudkan kerjasama dengan jejaring
kerja. Nilai – nilai yang mendasari IBI adalah mengutamakan
kebersamaan, mempersatukan diri dalam satu wadah, pengayoman
terhadap anggota, pengembangan diri, peran serta dalam komunitas,
mempertahankan citra Bidan dan pelayanan berkualitas kepada Ibu
dan Anak, Ibu Sehat - Anak Sehat - Bangsa Sehat, dalam hal ini peran
anggota IBI di himbau menyelipkan tentang perlunya akta kelahiran
serta pentingnya dokumen kependudukan untuk bayi dan balita.
(Mertasari, L., & Sugandini, 2020)
29
Dalam hal ini peranan bidan sangatlah setrategis untuk memberi
arahan kepada masyarakat yang baru melahirkan untuk melakukan
pengurusan administrasi kependudukan sehingga pemahaman yang
negatif tentang adminduk dapat dieliminasi (Mertasari, L., &
Sugandini, 2020)
30
Kode etik yang berisi 7 bab yaitu:
31
berkelanjutan l 6 SKP 12 SKP
1. Kognitif: Minimal 4 SKP
Seminar/ Workshop/ 2 SKP
Simposium
2. Pelatihan Wajib: Minimal 2 SKP
Midwifery Update 2 SKP
3. Pelatihan Klinis (pilihan): Minimal 4 SKP
a. APN 2 SKP
b. PONED
c. PPGDON
d. CTU
e. Imunisasi
f. Resusitasi
g. Manajemen Laktasi
h. Pencegahan Infeksi
i. Dll
4. Pelatihan Non klinis, Tanpa 2 SKP
Kepemimpinan/manajerial, minimal
ABPK dll
Kegiatan pengabdian Tanpa Minimal
C kepada minimal 10
Masyarakat
Kegiatan pengembangan Tanpa Minimal
D
profesi minimal 10
Kegiatan penelitian dan Tanpa Minimal
E
publikasi ilmiah minimal 5
Catatan:
a. SKP yang dihargai adalah SKP yang diterbitkan oleh
PP/PD IBI
32
b. Besaran SKP yang diberikan pada pelatihan yang
diselenggarakan oleh JNPK/P2KT/P2KP/P2KS tergantung
lamanya kegiatan pelatihan dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku.
Keterangan:
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan merupakan salah satu profesi yang membutuhkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan khusus yang harus di kuasai untuk
melayani masyarakat. Profesi berasal dari bahas latin Proffesio, yang
mempunyai dua buah pengertian yaitu janji atau ikrar dan pekerjaan Lebih
luas lagi, Proffesio berarti kegiatan "apa saja" untuk memperoleh nafkah
yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu, sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut pelaksanaannya sesuai norma norma sosial
dengan baik.(Berliana Irianti, S.ST., 2018)
34
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang atribut bidan
profesionalisme serta dapat mengaplikasikan ataupun mengedukasikan
asuhan yang diberikan. Dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan oleh karena itu Kami mohon saran yang
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
35
DAFTAR PUSTAKA
Berliana Irianti, S.ST., M.K. (2018) Konsep Kebidanan (memahami dasar-dasar
konsep kebidanan). Pekanbaru: Pustaka Baru Pres.
Sudra, R. I., Rani, D. M., Alim, N., Lakhmudien, L., Yanti, I., Nurdiana, A., ... &
Marlina, R. (2021) ‘Etika Profesi dan Hukum Kesehatan dalam Praktik
Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.’, Kebidanan.
iii
PERTANYAAN
1. Bagaimana dasar hukum yang terkait dengan atribut bidan?
2. Kenapa bidan harus memiliki atribut?
3. Jelaskan tentang apa itu serkom dan dimana didapatkan?
4. Kenapa organisasi harus punya AD/ART?
5. Kenapa seorang bidan disebut sebagai bidan yang profesional?
iv