Pengertian
Cerebral Palsy Spastis Ataxia merupakan sebuah gangguan pada koordinasi gerak dan
keseimbangan serta terdapat spastisitas pada AGA (Anggota Gerak Atas) dan AGB (Anggota
Gerak Bawah) sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Ataksia adalah gangguan
gerak tubuh yang disebabkan oleh masalah di otak. Ataksia juga dapat diartikan sebagai
gangguan saraf yang memengaruhi koordinasi gerak tubuh, keseimbangan, serta kemampuan
menulis, membaca, dan berbicara.
Ataksia bisa menyebabkan anggota tubuh bergerak dengan sendirinya atau malah sulit
digerakkan. Kondisi ini dapat terjadi akibat kerusakan pada bagian otak yang mengatur
koordinasi otot. Penyebabnya bisa karena penyakit, kecanduan alkohol, faktor genetik, atau
konsumsi obat tertentu.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi kerusakan, ataksia terbagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:
1. Ataksia sensorik, ialah gangguan koordinasi akibat terdapatnya gangguan pada sistem
somato sensorik (sistem saraf yang mengatur rasa getar/posisi). Koordinasi gerakan
yang normal pada saat berjalan masih dapat dilakukan dengan mata terbuka, karena
dengan bantuan penglihatan dapat membantu gerakan. Pada saat mata
tertutup/ruangan gelap, individual pada ataksia sensorik tidak mengetahui dimana
posisi anggota gerak, sehingga gaya berjalan tidak stabil (seperti berjalan pada
bantal).
2. Ataksia vestibular, ialah kerusakan yang terjadi pada sistem vestibular di telinga
bagian dalam. Sistem vestibular sendiri berfungsi untuk mengatur gerakan kepala,
keseimbangan tubuh, serta mempertahankan postur tubuh dalam sebuah ruang
(spasial). Biasanya, gangguan sistem vestibular ditandai dengan rasa atau sensasi
pusing berputar (vertigo).
3. Ataksia serebelum (otak kecil), ialah kondisi ketika kerusakan terjadi pada serebelum
atau otak kecil yang berperan dalam keseimbangan atau koordinasi. Untuk ataksia
serebelum, gejalanya ditandai dengan adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi
tangan dan kaki, tremor, dan berbicara cadel.
Ciri-Ciri
Biasanya, penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan tidak
stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi saling
berjauhan, berjalan gontai kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya
menulis, atau mengancingkan baju (Kemala, 2014).
Penyebab
Ataksia terjadi akibat cedera pada cerebelum. Cerebellum adalah pusat keseimbangan otak.
Serebelum menyempurnakan perintah gerakan untuk mengimbangi postur apa pun yang
digunakan. Ini juga menjelaskan berbagai kekuatan yang dihasilkan oleh berbagai bagian
tubuh. atau ataksia serebelum yang memiliki fungsi utama sebagai pengontrol keseimbangan,
koordinasi otot, dan gerak tubuh. Beberapa penyebabnya sebagai berikut:
Dampak
Ataksia dapat mempengaruhi bagian tubuh mana pun dan berdampak pada gerakan yang
diperlukan untuk melakukan banyak aktivitas sehari-hari. Ini dapat mempengaruhi kaki
seseorang, lengan, tangan, jari, ucapan, gerakan mata dan bahkan otot yang terlibat dalam
menelan.
Ketika ataksia mempengaruhi lengan dan tangan, hal itu dapat menyebabkan getaran atau
kegoyahan karena koreksi berlebihan dari gerakan yang tidak akurat - ini berarti bahwa
ketika seseorang meraih suatu objek, mereka melampaui target. Hal ini juga mengakibatkan
kesulitan melakukan tugas-tugas yang membutuhkan gerakan jari yang tepat seperti tulisan
tangan atau menggunakan alat makan, atau gerakan yang membutuhkan pengulangan teratur
seperti bertepuk tangan.
Ketika ataksia mempengaruhi berjalan, seseorang tidak stabil dan cenderung jatuh.
Akibatnya, orang tersebut biasanya berjalan dengan kaki terentang lebih jauh dari pinggul,
yang dikenal sebagai 'gaya berjalan kaki lebar'. Hal ini dilakukan untuk mencoba
mengkompensasi ketidakstabilan dan keseimbangan yang buruk. Cara berjalan ini terkadang
dapat memberikan kesan yang salah bahwa orang tersebut berada di bawah pengaruh alkohol
atau obat-obatan. Karena keseimbangannya terpengaruh, orang tersebut mungkin juga jatuh
tanpa alasan, atau tidak dapat mengimbangi karena terbentur secara tidak sengaja atau karena
variasi permukaan tanah atau terbentur ringan secara tidak sengaja dari samping.
3. Efek pada bicara dan menelan
Ataksia mungkin memiliki efek pada bicara dan menelan. Ketika ataksia mempengaruhi
bicara, kadang-kadang disebut pidato 'scanning' - orang tersebut menggunakan suara
monoton dengan suara nafas; terkadang ada akselerasi atau jeda yang tidak biasa di antara
suku kata mereka.
Ataksia terkadang dapat menyebabkan gerakan mata yang lambat. Ketika orang tersebut
mencoba untuk mengubah pandangan mata mereka dengan cepat, mata mereka mungkin
kehilangan target. Mata melampaui atau meremehkan tanda mereka dan kemudian harus
melakukan gerakan 'mengejar ketinggalan'.
Diagnosis ataksia tahap awal dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan neurologis yang meliputi uji tingkat kesadaran, tanda-tanda rangsangan otak,
pemeriksaan nervus cranialis, fungsi motorik dan sensorik serta reflek kedalaman tendon.
Setelah itu akan dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang yang meliputi:
1. Tes pencitraan : dokter akan melakukan tes pencitraan berupa CT scan atau
MRI untuk membantu menentukan penyebab potensial dari ataksia yang dialami.
2. Lumbar puncture : tindakan medis ini dilakukan dengan cara memasukkan jarum
ke dalam bagian lumbar dari punggung untuk memperoleh sampel cairan
cerebrospinal yang akan diuji lebih lanjut di laboratorium.
3. Uji genetic : uji genetik dibutuhkan untuk mengetahui apakah si pasien
mewarisi gen mutasi penyebab ataksia dari orang tuanya dan untuk memprediksi
kemungkinan munculnya ataksia pada keturunan dari si pasien tersebut.
Untuk pengobatan penyakit ataksia, Anda bisa menjalani perawatannya di rumah sakit
terdekat dengan mengikuti sejumlah pelayanan, antara lain fisioterapi, terapi okupasi, terapi
bicara, dan konseling. Hal ini berguna untuk melatih pasien ataksia agar bisa melakukan
kegiatan dan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan ataksia. Pengobatan yang
tersedia hanya bertujuan untuk membantu penderita agar dapat mempertahankan fungsi
optimal dari tubuhnya selama mungkin dengan mengontrol gejala yang timbul. Beberapa
jenis obat yang dapat diberikan untuk mengontrol gejala yang timbul diantaranya seperti
deferiprone, eritropoietin, pioglitazone atau histone deacetylase inhibitors
Pencegahan
Ataksia yang diturunkan secara genetik tidak dapat dicegah. Menerapkan gaya hidup sehat
dengan berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan kaya nutrisi dapat membantu
mencegah dari terjadinya berbagai infeksi atau penyakit yang dapat memicu ataksia.
Pakula, A. T., Van Naarden Braun, K., & Yeargin-Allsopp, M. (2009). Cerebral palsy:
classification and epidemiology. Physical Medicine and Rehabilitation Clinics of North
America, 20(3), 425-452. doi: 10.1016/j.pmr.2009.06.001 See abstract Paneth, N. (2008)
Lava, N. WebMD (2016). Brain Nervous System. Ataxia: What are the Types?
(https://www.webmd.com/brain/ataxia-types-brain-and-nervous-system )