PENGEMBANGAN
PSIKOLOGI KEPENDIDIKAN INSTRUMEN NON KOGNITIF
PENILAIAN NON TES
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MK. PSIKOLOGI
KEPENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
2021
A. KONSEP
1. Kejujuran
Menurut Albert (2011:5) kejujuran adalah mengakui, berkata atau memberikan sebuah
informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran, kejujuran tidaklah selalu tepat arti
harfiahnya, dalam arti memiliki batasan-batasan dan lebih bersifat kondisional dalam
aplikasinya sepanjang tidak keluar dari tujuan dan makna dasar. Sedangkan menurut Saydan
(2000) Kejujuran adalah keselarasan antara yang terucap atau perbuatan dengan kenyataan.
Saydan (2000), menyatakan ciri-ciri kejujuran yaitu :
a) selalu melakukan tugas dengan penuh keikhlasan tanpa merasa dipaksa
b) tidak menyalahgunakan wewenang yang ada padanya
c) melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan apa adanya
2. Tanggung Jawab
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tanggung jawab adalah kewajiban
menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan
diperkarakan. (KBBI, 2005: 1139). Mustari (2011:21) berpendapat bahwa tanggung jawab
adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang
seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan.
Sependapat dengan Mustari, Daryanto (2013: 142) menyatakan bahwa tanggung
jawab adalah sikap dan perilaku untuk melaksnakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya
dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara
dan tuhan yang Maha Yang Maha Esa.
Sukanto, (Mustari, 2011:23) mengemukakan bahwa tanggung jawab yang hendaknya ada
pada manusia adalah:
1) Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah membeikan kehidupan dengan cara takut
kepada-Nya, bersyukur dan memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab
kepada Tuhan pencipta alam semesta
2) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan dan
perlakuan kejam dari manapun datangnya
3) Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah,.
Ataupun sebaliknya dari bersifat kekuarangan ekonomi.
4) Tanggung jawab terhadap anak, suami/istri, dan keluarga
5) Tanggung jawab terhadap sosial kepada masyarakat sekitar
6) Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui
pendapat umum ataupun patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring
segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan mana yang merugikan mereka.
7) Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian
lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran
3. Kesantunan
Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan kesantunan adalah
kehalusan dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Sedangkan menurut Zamzani,dkk.
(2010: 2) kesantunan (politeness) merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang
baik atau beretika. Kesantunan merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang dianggap
santun oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur yang lain.
Brown dan Levinson (dalam Chaer, 2010:49) teori kesantunan berbahasa itu berkisar
atas nosi muka (face). Semua orang yang rasional punya muka (dalam arti kiasan tentunya);
dan muka itu harus dijaga, dipelihara, dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan dalam bahasa
Indonesia seperti kehilangan muka, menyelamatkan muka, dan mukanya jatuh.
Fraser (dalam Chaer, 2010:47) kesantunan adalah properti yang diasosiasikan
dengan tuturan dan di dalam hal ini menurut pendapat si lawan tutur, bahwa si penutur tidak
melampaui hak-haknya atau tidak mengingkari dalam memenuhi kewajibannya.
Penghormatan adalah bagian dari aktivitas yang berfungsi sebagai sarana simbolis untuk
menyatakan penghargaan secara regular.
Zamzani, dkk. (2010: 20) merumuskan beberapa ciri tuturan yang baik berdasarkan
prinsip kesantunan Leech, yakni sebagai berikut.
1) Tuturan yang menguntungkan orang lain
2) Tuturan yang meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri.
3) Tuturan yang menghormati orang lain
4) Tuturan yang merendahkan hati sendiri
5) Tuturan yang memaksimalkan kecocokan tuturan dengan orang lain
6) Tuturan yang memaksimalkan rasa simpati pada orang lain
Dalam sebuah tuturan juga diperlukan indikator-indikator untuk mengukur
kesantunan sebuah tuturan, khususnya diksi. Pranowo (2009: 104) memberikan saran agar
tuturan dapat mencerminkan rasa santun, yakni sebagai berikut.
1) Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan pada orang lain.
2) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan akan menyinggung perasaan lain.
3) Gunakan kata “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain.
4) Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu
5) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dihormati.
6) Gunakan kata “bapak/ibu” untuk menyapa orang ketiga.
4. Komitmen
Arah Butir
No Komponen Indikator Alternatif Jawaban Jumlah Instrumen
SS S KS TS ST Butir Positif Negatif
(5) (4) (3) (2) S
(1)
1. Kejujuran - Memberikan 1 1
informasi sesuai
kenyataan
- Selaras antara 1 1
ucapan dengan
perbuatan
- Tidak menjadi 1 1
plagiat
(mengambil/men
yalin karya orang
lain tanpa
menyebutkan
sumber)
- Mengakui 1 1
kesalahan sendiri
- Mengumumkan 1 1
barang hilang
yang
ditemukannya
2 Tanggung - Melaksanakan 1 1
Jawab tugas individu
dengan baik
- Menerima resiko 1 1
dari tindakan
yang dilakukan
- Mengakui dan 1 1
meminta maaf
atas kesalahan
yang di lakukan
- Menepati janji 1 1
- Melaksanakan 1 1
apa yang pernah
dikatakan tanpa
disuruh/diminta
3 Kesantunan - Menghormati 1 1
orang yang lebih
tua
- Tidak berkata 1 1
kotor, kasar, dan
takabur
- Mengucapkan 1 1
terima kasih
setelah menerima
bantuan orang
lain
- Bersikap 3S 1 1
(Salam, Senyum,
Sapa)
- Meminta izin 1 1
ketika memasuki
ruangan orang
lain atau
menggunakan
barang milik
orang lain
4 Komitmen - Memiliki 1 1
keyakinan yang
kuat terhadap
nilai-nilai yang
telah disepakai
bersama
- Bersedia 1 1
melakukan apa
saja yang sudah
menjadi
kepakatan
bersama
- Pantang untuk 1 1
menyerah
- Keinginan yang 1 1
kuat untuk lebih
baik
- Tetap berada 1 1
dalam lembaga
yang diikuti
walau dalam
kondisi sulit
Kerjasama - Ketersediaan 1 1
melakukan tugas
sesuai
kesepakatan.
- Bersedia 1 1
membantu orang
lain tanpa
mengharap
imbalan.
- Aktif dalam kerja 1 1
kelompok
- Memusatkan 1 1
perhatian pada
tujuan kelompok
- Tidak 1 1
mendahulukan
kepentingan
pribadi.
INSTRUMEN PENILAIAN KEJUJURAN
Nama Siswa : ……………………………………
Kelas : ……………………………………
Jenis Kelamin : 1. L 2.P (lingkari yang sesuai)
Petunjuk:
a. Mulaialah dengan berdoa terlebih dahulu
b. Pilihlah jawaban pernyataan di bawah dengan memberi tanda cek ( √ ) pada kolom
yang dianggap paling sesuai
c. Pilihan jawaban
[5] SS = Sangat Setuju
[4] S = Setuju
[3] KS = Kurang Setuju
[2] TS = Tidak Setuju
[1] STS = Sangat Tidak Setuju
Penentuan skor akhir = ( jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah
klas interval.
Penentuan skor akhir = ( jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah
klas interval.
Penentuan skor akhir = ( jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah
klas interval.
Penentuan skor akhir = ( jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah
klas interval.
Penentuan skor akhir = ( jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah
klas interval.
Hasil Pelaksanaan
Hasil Angket Yang Disebarkan:
1.Meningkatkan keterampilan belajar, kita memerlukan sebuah
dorongan/motivasi
peserta didik
siswa.
9. Dengan adanya suara dan gambar peserta didik dapat lebih mudah
terhadap pembelajaran.
13. Keterampilan siswa tidak harus selalu dalam mata pelajaran, namun juga
A.Tabrani Rusyan. (2006) Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Media Cipta Nusantara.
Departemen Pendidikan Nasional. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Djemari Mardapi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra
Mendikia Offset.
Kartowagiran, Badrun. (2011). Penulisan Butir Soal. Yogyakarta: Pascasarjana UNY.
Kemendiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Kemendikbud Ditjen Dikmen. (2013). Model Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik SMA.
Jakarta: Kemendikbud.
Majid, Abdul. (2015). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Shirran, Alex. (2008). Evaluating Students. Jakarta: Grassindo.
Widoyoko, S. Eko Putro Widoyoko. (2014) Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.