Anda di halaman 1dari 48

MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Administrasi Pembangunan / Manajemen Pembangunan menempatkan peran Pemerintah
Sentral. Pemerintah maenjadi agent of change dari suatu masyarakat (berkembang / deloping)
dalam negara berkembang. Dan karena perubahan yang dikehendaki adalah perubahan
berencana, maka juga disebut agent of development. Pendorong proses pembangunan, perubahan
masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-
program. Proyek-proyek, bahkan industri-industri, dan peran perencanaan dan budget. Dengan
perencanaan dan budget juga menstimulasi investasi sektor swasta. Kebijaksanaan dan
persetujuan penanaman modal ditangan pemerintah. Dan banyak penanaman modal (investasi)
dilakukan pemerintah.
Kemudian berkembang Administrasi atau Manajemen Pembangunan. Terutama ini bagi
negara-negara berkembang yang mempunyai niat mengusahakan perkapita terselenggaranya
pembangunan. Apakah ini dalam arti pendapatan perkapita yang meningkat, distribusi
pendapatan yang lebih adil? Pada pokoknya peningkatan kesejahteraan hidup anggota
masyarakat. Ada yang menyebut yang dituju adalah improving quality of life. Untuk
mengusahakan kearah itu, pemerintah berperan sebagai pendorong proses pembangunan, sebagai
agent ofchange. Dan ini dilakukan melalui instrumen kebijakan (policy). Rinciannya melalui
berbagai program dan proyek. Kemudian manajemen implementasinya dan pengawasannya
(pengendalian pelaksanaannya). Dan ini disebabkan karena masyarakat sendiri perlu
ditingkatkan keberdayaannya. Untuk meningkatkan produksi pangan sekaligus kesejahteraan
hidup para petani ada program dan proyek, dan pembentukan kontak tani.
Pemerintah telah menetapkan kegiatan musyawarah pembangunan daerah atau
Musrenbang sebagai sarana untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan di
daerah. Berbagai prakarsa juga telah ditempuh sejumlah daerah untuk meningkatkan efektifitas
partisipasi masyarakat, antara lain dengan melembagakan prosedur Musrenbang dalam Peraturan
Daerah (Perda); pengembangan Perda transparansi dan partisipasi; keterlibatan lebih besar
DPRD dalam proses perencanaan; kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil (OMS) untuk

1
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

fasilitasi pembahasan anggaran; serta pelatihan metodologi dan teknik prioritisasi alokasi
anggaran bagi fasilitator Musrenbang.
Oleh karena itu, kami mengangkat makalah kami ini dengan judul Otoritas Kelembagaan
dan Manajemen Pembangunan Wilayah dan Kota. Kelembagaan yang dimaksud dalam hal ini
meliputi 3 hal mendasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Suatu kelembagaan
yang solid dalam menangani 3 hal mendasar tersebut merupakan hal mutlak dimiliki dalam suatu
pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

I.2 Tujuan dan Sasaran


Dalam penyusunan makalah ini, kami memiliki tujuan untuk mendapatkan bentuk
otoritas dan manajemen dalam pembangunan wilayah dan kota yang baik bagi Indonesia. Untuk
mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa sasaran yang harus dilakukan:
1. Mengetahui sistem kelembagaan (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan) dalam
perencanaan ruang di Indonesia
2. Mengetahui organisasi lembaga pemerintahan di Indonesia
3. Menganalisis berbagai Pemikiran dan Tuntutan Baru tentang Kewenangan dan Tugas
Kelembagaan Manajemen Pembangunan
4. Menganalisis bentuk manajemen pembangunan yang baik bagi Indonesia

I.3 Rumusan Permasalahan


1. Bagaimana sistem kelembagaan (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan) dalam perencanaan
ruang di Indonesia?
2. Bagaimana organisasi lembaga pemerintah Indonesia dalam mengurus perencanaan ruang?
3. Pemikiran dan tuntutan baru apa yang berkembang dalam kewenangan dan tugas
kelembagaan manajemen pembangunan?
4. Bagaimana bentuk manajemen pembangunan dan birokrasi yang baik dan cocok bagi
Indonesia?

I.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penelitian ini terdiri dari tiga yaitu ruang lingkup materi, wilayah,
dan waktu sebagaimana paparan berikut ini.

2
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

I.4.1 Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi penelitian adalah mengenai otoritas dan manajemen dalam
pembangunan wilayah dan kota. Sehingga pada lingkup materi ini, kami meneliti kelembagaan
dan manajemen pembangunan dari cakupan nasional (pusat), provinsi, kabupaten/kota, dan
kelurahan/desa.

I.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penelitian adalah meliputi nasional (Indonesia), provinsi,


kabupaten/kota, dan desa.

I.5 Metodologi Penelitian


Metode pengumpulan data dilakukan secara sekunder. Metode pengumpulan data sekunder
dilakukan melalui studi literatur dari website, buku-buku referensi, dan peraturan-peraturan serta
undang-undang yang berkaitan dengan topik penelitian.

I.6 Sistematika Penulisan


Laporan penelitian ini akan penulis bagi kedalam lima bab yang akan dijelaskan
sebagai berikut secara singkat.

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran untuk mencapai
tujuan tersebut, ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, dan yang
terakhir adalah sistematika pembahasan laporan.

BAB 2 KEWENANGAN DAN TUGAS KELEMBAGAAN MANAJEMEN


PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA
Bab ini memuat kewenangan dan tugas dari suatu kelembagaan manajemem
pembangunan wilayah dan kota yang meliputi 3 tahapan, perencanaan, pelaksanaan
serta pengawasan.

BAB 3 ORGANISASI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN

3
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Bab ini membahas tentang organisasi lembaga yang berkembang, meliputi tingkat
nasional sampai ke tingkat desa dalam perencanaan ruang.

BAB 4 PEMIKIRAN DAN TUNTUTAN BARU TENTANG KEWENANGAN DAN


TUGAS KELEMBAGAAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN
Bab ini membahas tentang pemikiran baru serta tuntutan yang harus dilakukan dalam
manajemen pembangunan

BAB 5 ANALISIS
Bab ini memuat analisis terhadap informasi yang dikumpulkan untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditentukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran yang dapat penulis berikan terkait hasil
penelitian yang dilakukan.

4
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

BAB II

OTORITAS KELEMBAGAAN DALAM MANAJEMEN PEMBANGUNAN

DI INDONESIA

2.1 Kewenangan dan Tugas Kelembagaan Manajemen Pembangunan Wilayah dan Kota

Kelembagaan (institution) seringkali dikaitkan dengan kata organisasi (organization)


meskipun memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari
empat hal utama. Pertama, kelembagaan cendrung tradisional sedangkan organisasi cendrung
modern. Kedua, kelembagaan terbentuk dari masyarakat itu sendiri sedangkan organisasi datang
dari atas. Ketiga, organisasi merupakan kelembagaan yang belum melembaga sehingga
melembaga menjadi tujuan akhir dari organisasi sedangkan kelembagaan memiliki tujuan
memiliki aspek-aspek organisasi di dalamnya. Terakhir, organisasi merupakan bagian dari
kelembagaan dan menjadi elemen penting yang menjamin terlaksananya kelembagaan.

Kata kelembagaan merujuk kepada sesuatu bersifat mantap yang hidup di dalam
masyarakat serta berfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu 1. Kelembagaan merupakan kelompok-
kelompok sosial yang menjalankan masyarakat. Kelembagaan dapat diartikan pula sebagai
jejaring yang terbentuk dari sejumlah mungkin puluhan sampai ratusan interaksi2. Kelembagaan
terdiri dari berbagai unsur penting didalamnya yang saling terintegrasi. Hal ini dapat terlihat dari
gamabr berikut :

1
Koentjaraningrat. 1997. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama:Jakarta
2
Syahyuti. Pedoman Pengembangan Kelembagaan

5
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Gambar 2.1

Kelembagaan dan Unsur-Unsur Terkait

Sumber : Andi Oetomo, Manajemen dan Administrasi Pembangunan

Kelembagaan dalam manajemen pembangunan wilayah dan kota dapat dilihat pada
proses perencanaan tata ruang sesuai dengan Undang-undang No.26 Tahun 2007 yang meliputi
tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Dalam hal ini, manajemen ruang merupakan
proses manajemen dari kondisi atau keadaan ruang saat ini menuju sistem yang dikehendaki
berdasarkan pada suatu kondisi yang ideal. Untuk melaksanakan manajemen pembangunan
wilayah dan kota dibutuhkan peran serta dari berbagai stake holder yaitu masyarakat, pemerintah
dan dunia usaha yang keikutsertaannya dapat dilembagakan secara formal. Partisipasi berbagai
stakeholder dalam pembangunan merupakan bentuk dari terwujudnya suatu Good Governance.

Kelembagaan pada setiap tahap proses perencanaan terdapat di berbagai tingkatan mulai
dari desa hingga pusat. Kewenangan dan tugas kelembagaan dalam manajemen pembangunan
wilayah dan kota dapat dilihat pada setiap tahap proses perencanaan tersebut, yaitu :

a. Perencanaan

Proses pada tahapan ini meliputi penyusunan dan penetapan rencana. Pada Undang-Undang No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dijelaskan mengenai
tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Tahap penyusunan rencana meliputi :

6
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

- Rancangan rencana pembangunan nasional /daerah


- Rancangan kerja departemen /lembaga SKPD
- Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang)
- Rancangan akhir rencana pembangunan

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 pun telah melembagakan Musrenbang di semua tingkat
pemerintahan dan perencanaan. Musrenbang adalah forum antarpelaku dalam rangka menyusun
rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Tujuannya menampung dan
menetapkan kegiatan prioritas serta menetapkan kegiatan yang dibiayai melalui APBD maupun
sumber pendanaan lainnya. Fungsi dari Musrenbang adalah menghasilkan kesepakatan-
kesepakatan antarpelaku pembangunan. Berdasarkan lingkup perencanaan dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 2.2

Lingkup Perencanaan Nasional dan Daerah

Sumber : Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN

Setelah penyusunan rencana selesai dilaksanakan maka ditetapkanlah rencana tersebut yaitu :

- RPJP nasional ditetapkan dengan UU dan RJP daerah ditetapkan dengan peraturan daerah
- RPJM ditetapkan dengan peraturan presiden/kepala Daerah
- RKP/RKPD dengan peraturan presiden/kepala daerah

7
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

RPJP merupakan dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Proses penyusunan
dan penetapan RPJP Nasional dan Daerah adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3

Proses Penyusunan dan Penetapan RPJP Nasional

Sumber : Undang-Undang No. 25 Tahun 2004

Gambar 2.4

8
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Proses Penyusunan dan Penetapan RPJP Daerah

Sumber : Undang-Undang No. 25 Tahun 2004

RPJM merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 tahun. Proses penyusunan RPJM tidak
jauh berbeda dengan proses penyusunan RPJP. Rangkaian prosesnya dapat dilihat pada bagan
berikut :

Gambar 2.5

Proses Penyusunan dan Penetapan RPJM

Sumber : Undang-Undang No. 25 Tahun 2004

9
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

RKP merupakan dokumen perencanan tahunan dengan pelibatan masyarakat dalam forum
musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang). Musrenbang pada penyusunan RKP in
ini mulai dari tingkat terendah desa/kelurahan hingga nasional. Proses penyusunan dan
penetapan RKP dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar 2.6

Proses Penyusunan dan Penetapan RKP/RKPD

Sumber : Undang-Undang No. 25 Tahun 2004

Mekanisme pelaksanaan musrenbang meliputi tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan


tahapan penyusunan anggaran. Peserta Musrenbang pada tingkat desa/kelurahan antara lain
Ketua RT/RW, kepala desa, tokoh agama, ketua adat, wakil kelompok perempuan, wakil
kelompok pemuda, ormas, kelompok tani/nelayan dan komite sekolah. Peserta Musrenbang pada
tingkat kecamatan antara lain para lurah, perwakilan organisasi masyarakat tingkat kecamatan,
perwakilan organisasi pemuda tingkat kecamatan, perwakilan organisasi perempuan tingkat
kecamatan, perwakilan organisasi profesi tingkat kecamatan dan LSM tingkat kecamatan.
Peserta Musrenbang tingkat Kabupaten/kota antara lain lurah, camatas, Bappeda, delegasi
Musrenbang kecamatan, delegasi dari forum SKPD, LSM tingkat kabupaten, LPM perguruan
tinggi setempat, tokoh agama dan tokoh adat. Peserta Musrenbang Provinsi antara lain Bupati,

10
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Bappeda dan wakil kementrian. Peserta Musrenbang Nasional adalah seluruh menteri, gubernur,
kepala Bappeda Provinsi dan perwakilan dunia usaha.

Gambar 2.7

Mekanisme Musrenbang dan Alur Pembiayaannya

Sumber : AIPRRD, LOGICA

b. Pelaksanaan

Dalam tahapan pelaksanaan, maka hasil dari musrenbang yang telah ditetapkan
diilplementasikan dalam kebijakan-kebijakan. Kebijakan yang tertuang dalam program kerja
tersebut dapat dilaksanakan oleh pemerintah melalui departemen-departemen terkait, kerjasama
pemerintah dengan swasta maupun kerjasama pemerintah dengan masyarakat seperti dalam
bentuk BOT, BOO dan BOL berupa proyek-proyek. Pada pelaksanaan program-program
pembangunan, hubungan antara pusat-darah harus diikuti secara konsekuen.

Tahap ini, memiliki elemen pokok berupa koordinasi antar stakeholder agar terwujud Good
Governance yang efektif (dalam pencapaian tujuan) dan efisien (dalam pemanfaatan sumber
daya). Inti dari Good Governance adalah menciptakan Suistanable Development.

11
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Gambar 2.8

Skema Good Governance

Sumber : www.unescap.org

c. Pengawasan dan Pengendalian

Pengendalian merupakan penggabungan dari pengawasan dan tindakan korektif. Tahapan ini
menciptakan standar atau kriteria, membandingkan hasil monitoring dengan standar atau kriteria,
membandingkan hasil monitoring dengan standar, melakukan perbaikan atas atas deviasi atau
penyimpangan, merevisi dan menyesuaikan metode pengendalian sebagai respon atas hasil
pengendalian perubahan kondisi serta mengkomunikasikan revisi dan penyesuaian tersebut ke
seluruh proses manajemen3. Pengawasan adalah segala yang berkaitan dengan proses penilikan,
penjagaan serta pengarahan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh agar obyek yang diawasi
berjalan menurut semestinya. Pengendalian adalah suatu rangkaian kegiatan yang mencakup
pengawasan atas kemajuan kegiatan serta pemanfaatan hasil pengawasan tersebut untuk
melaksanakan tindakan korektif dalam rangka mengarahkan pelaksanaan kegiatan agar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3
Penghantar Sistem Pengendalian Manajemen, BPKP

12
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Bentuk-bentuk pengawasan berbagai macam antara lain :

- Pengawasan fungsional (Wasnal)


- Pengawasan Legislatif (Wasleg)
- Pengawasan Masyarakat (Wasmas)
- Pengawasan Melekat (Waskat)

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang tugas pokoknya
melakukan pengawasan seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jendral Departemen, Inspektorat Utama
Lembaga Pemerintah non Departemen (LPND) dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda).
Pengawasan fungsional dilakukan secara lebih terencana dan terarah.

Pengawasan legislatif adalah pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga Perwakilan Rakyat di
tingkat pusat (DPR) maupun di tingkat daerah (DPRD). Bentuk pengawasan lebih didominasi
dari pandangan politik. DPR atau DPRD dalam pengawasan ini berhak menggunakan hak yang
dimilikinya seperti hak angket, hak budget dan hak bertanya dalam rangka pengawasan terhadap
jalannya kebijaksanaan pemerintah.

Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat melalui saluran
khusus yang disediakan atau pun media-media lainnya yang tersedia seperti melalui media
massa. Contoh dalam pengawasan ini yaitu apabila terdapat ketidakpuasan terhadap informasi
atau tanggapan yang disampaikan oleh pengguna barang/jasa dapat mengadukan
kepadaMenteri/Panglima TNI/Kapolri/Pemimpin lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan
Gubernur BI/Pemimpin BHMD/Direksi BUMN/BUMD (Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 48 ayat
7).

Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus-
menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya secara prefentif atau represif agar
pelaksanaan tugas bawahan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Inpres No. 1 Tahun 1989). Pengawasan ini
diarahkan pada pembentukan suatu sistem yang mampu mengarahkan dan membimbing
bawahan dalam pelaksanaan tugasnya mencapai tujuan dan organisasi yang ditetapkan serta
mampu mencegah terjadinya penyimpangan, kebocoran dan pemborosan keuangan negara.

13
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Sebaliknya, pengendalian manajemen pembangunan wilayah dan kota diklasifikasikan ke dalam


lima jenis yaitu pengendalian pencegahan, pengendalian deteksi, pengendalian koreksi,
pengendalian pengarahan dan pengendalian pengganti. Pengendalian pencegahan dimaksudkan
untuk mencegah tejadinya suatu kesalahan. Pengendalian deteksi dimaksudkan untuk mendeteksi
suatu kesalahan yang telah terjadi. Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah
yang teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Pengendalian pengarahan adalah pengendalian
yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku. Pengendalian pengganti dimaksudkan
untuk memperkuat pengendalian karena terabaikannya suatu aktivitas pengendalian.

14
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

BAB III
ORGANISASI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN

3.1 Tingkat Nasional


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, Perencanaan Pembangunan
Nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang
meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara
terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya. Kementrian-kementrian ini mengambil andil dalam proses
perencanaan ruang, pelaksanaan perencanaan, serta juga dapat berfungsi sebagai kontrol
(pengawasan) Berikut adalah penjelasan tentang organisasi kementrian negara Republik
Indonesia (pemerintah pusat/nasional) berdasarkan Pertaturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2005:
Kementerian Negara Republik Indonesia terdiri dari :
a. Kementerian Koordinator
Kementerian Koordinator mempunyai tugas membantu Presiden dalam mengkoordinasikan
perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di
bidangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Koordinator menyelenggarakan fungsi:
- koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidangnya
- sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya
- pengendalian penyelenggaraan kebijakan
- pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya
- pengawasan atas pelaksanaan tugasnya
- pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh presiden
Kementerian Koordinator terdiri dari :
 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Kementerian ini memiliki tugas membantu presiden dalam mengkoordinasikan
perencanaan dan penyusunan kebijakan serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di
bidang politik, hukum dan keamanan. Dalam tugasnya, Kementerian koordinator ini
mengkoordinasikan:

15
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

o Departemen Dalam Negeri


o Departemen Luar Negeri
o Departemen Pertahanan
o Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
o Kejaksaan Agung
o Badan Intelijen Negara
o Kepolisian Negara Republik Indonesia
o Institusi lain yang dianggap perlu

 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian


Kementerian Koordinator bidang ini mempunyai tugas membantu presiden dalam
mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan kebijakan serta mensinkronkan
pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian. Dalam melaksanakan tugasnya,
kementrian ini mengkoordinasikan:
o Departemen Keuangan
o Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
o Departemen Perindustrian
o Departemen Perdagangan
o Departemen Pertanian
o Departemen Kehutanan
o Departemen Perhubungan
o Departemen Kelautan dan Perikanan
o Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
o Departemen Pekerjaan Umum
o Departemen Komunikasi dan Informatika
o Kementerian Negara Riset dan Teknologi
o Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
o Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

16
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

o Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan/ Badan perencanaan


Pembangunan Nasional
o Kementerian Negara Badan Usaha Milik negara
o Instansi lain yang dianggap perlu

 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat


Kementerian ini memiliki tugas membantu presiden dalam mengkoordinasikan
perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta mensinronkan pelaksanaan kebijakan di
bidang kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan. Dalam menjalankan
tugasnya, kementerian ini mengkoordinasikan:
o Departemen Kesehatan
o Departemen Pendidikan Nasional
o Departemen Sosial
o Departemen Agama
o Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
o Kementerian Negara Lingkungan Hidup
o Kementerian Negara Pemberdayaan Wanita
o Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
o Kementerian Negara Perumahan Rakyat
o Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga
o Instansi lain yang dianggap perlu
Kementerian Koordinator dibantu oleh :
a. Sekretariat Kementerian Koordinator
Sekretariat kementerian Koordinator adalah unsur pembantu pimpinan yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Sekretariat kementerian Koordinator adalah unsur pembantu pimpinan yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi Kementerian Koordinator. Sekretariat ini terdiri dari 2 biro.

17
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

b. Deputi
Deputi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian
Koordinator yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Koordinator. Deputi mempunyai tugas menyiapkan koordinasi perencanaan
dan penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di
bidangnya. Jumlah deputi disesuaikan dengan beban kerja dan kebutuhan.
Seorang deputi paling banyak dibantu oleh 5 asisten deputi. Dalam
melaksanakan tugasnya, secara administratif, deputi dikoordinasi oleh
sekretaris kementerian koordinator.
c. Staf Ahli
Menteri Koordinator dapat dibantu oleh paling banyak 7 (tujuh) staf ahli. Staf
Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada menteri koordiator
mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi
bidang tugas Sekretariat Kementerian Koordinator dan Deputi. Staf Ahli
dalam menjalankan tugasnya, secara administratif dikoordinasikan oleh
sekretaris kementerian koordinator.
b. Kementerian yeng berbentuk Departemen, yang selanjutnya disebut Departemen;
Departemen adalah unsur pelaksana pemerintah. Departemen dipimpin oleh menteri yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Departemen mempunyai tugas membantu
Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintah. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Departemen menyelenggarakan fungsi :
 perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di
bidangnya;
 pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
 pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;
 pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
 penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan
fungsinya kepada Presiden.
Departemen terdiri dari :
1. Departemen Dalam Negeri

18
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Departemen Dalam Nrgeri mempunyai tugas membantu Presiden dalam


menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam
negeri.
2. Departemen Luar Negeri
Departemen Luar Negeri mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang politik dan hubungan luar
negeri.
3. Departemen Pertahanan
Departemen Pertahanan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pertahanan.
4. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak
asasi manusia.
5. Departemen Keuangan
Departemen Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan
negara.
6. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber
daya mineral.
7. Departemen Perindustrian
Departemen Perindustrian mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
8. Departemen Perdagangan
Departemen Perdagangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang perdagangan.
9. Departemen Pertanian
Departemen Pertanian mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan peerintahan di bidang pertanian.

19
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

10. Departemen Kehutanan


Departemen Kehutanan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan peerintahan di bidang Kehutanan.
11. Departemen Perhubungan
Departemen Perhubungan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang perhubungan.
12. Departemen Kelautan dan Perikanan
Departemen Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.
13. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempunyai tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan
dan ketransmigrasian
14. Departemen Pekerjaan Umum
Departemen Pekerjaan Umum mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
15. Departemen Kesehatan
Departemen Kesehatan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
16. Departemen Pendidikan nasional
Departemen Pendidikan Nasional mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pendidikan nasional.
17. Departemen Sosial
Departemen Sosial mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan di bidang sosial.
18. Departemen Agama
Departemen Agama mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan di bidang keagamaan
19. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

20
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas membantu Presiden dalam


menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan
kepariwisata.
20. Departemen Komunikasi dan Informatika
Departemen Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas membantu Presiden
dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan
informatika
Dalam pelaksanaannya, Departemen terdiri dari :
o Menteri
o Pimpinan departemen
o Sekretariat Jenderal
o Sekretariat Jenderal adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada menteri. Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris
Jenderal. Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
Departemen. Sekretaris Jenderal terdiri dari paling banyak 5 biro.
o Direktorat Jenderal
o Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi
Departemen, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Direktorat Jenderal dipimpin oleh Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidangnya. Jumlah Direktorat Jenderal ditentukan sesuai kebutuhan dan
beban kerja. Direktorat Jenderal terdiri dari Sekretaris Direktorat Jenderal dan
paling banyak terdapat 5 (lima) direktorat.
o Inspektorat Jenderal
o Inspektorat Jenderal adalah unsur pengawasan, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri. Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur
Jenderal. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen.
o Badan dan/atau Pusat

21
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

o Di lingkungan Departemen dapat dibentuk Badan dan/atau Pusat sebagai


pelaksana tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup dalam tugas
Sekretariat Jenderal dan/atau Direktorat Jenderal dan/atau Inspektorat Jenderal
sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja.
o Staf Ahli
o Menteri dapat dibantu oleh paling banyak 5 (lima) Staf Ahli. Staf Ahli berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli mempunyai tugas
memberikan telaahan kepada Menteri mengenai masalah tertentu sesuai bidang
keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat
Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal. Kelompok Staf Ahli dibantu oleh
Subbagian Tata Usaha yang secara administrarif berada dibawah Sekretaris
Jenderal. Staf Ahli dalam melaksanakan tugasnya, secara administratif
dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal

c. Kementerian Negara
Kementerian Negara mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan
kebijakan dan koordinasi di bidang tertentu dalam kegiatan pemeritahan negara. Kementerian
Negara menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan nasional di bidangnya;


b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan
fungsinya kepada Presiden.
Kementerian Negara terdiri dari :
1. Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Kementerian Negara Riset dan Teknologi mempunyai tugas membantu Presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang riset, ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

22
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mempunyai tugas
membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang koperasi dan
usaha kecil dan menengah.
3. Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Kementerian Negara Lingkungan Hidup mempunyai tugas membantu Presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang lingkungan hidup dan pengendalian
dampak lingkungan.
4. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas membantu Presiden
dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang Pemberdayaan Perempuan.
5. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara mempunyai tugas membantu
Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pendayagunan aparatur
negara dan pengawasan.
6. Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal mempunyai tugas membantu
Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pembangunan daerah
tertinggal.
7. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan mempunyai tugas membantu Presiden
dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang perencanaan pembangunan.
8. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara mempunyai tugas membantu Presiden
dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pembinaan badan usaha milik
negara.
9. Kementerian Negara Perumahan Rakyat
Kementerian Negara Perumahan Rakyat mempunyai tugas membantu Presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang perumahan rakyat.
10. Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga
Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga mempunyai tugas membantu Presiden
dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pemuda dan olah raga.

23
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Kementerian Negara dibantu oleh:


a) Sekretariat Kementerian Negara
Sekretariat Kementerian Negara adalah unsur pembantu pimpinan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Negara. Sekretariat Kementerian Negara
dipimpin oleh Sekretaris Kementerian Negara. Sekretariat Kementerian Negara
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan
pemberian dukungan administrasi Kementerian Negara.
b) Deputi
Deputi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian Negara yang
berada di bawah dan bertangguang jawab kepada Menteri Negara.
Deputi mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan di bidangnya.
c) Staf Ahli
Menteri Negara dapat dibantu oleh paling banyak 5 (lima) Staf Ahli. Staf Ahli berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Negara. Staf Ahli mempunyai tugas
memberikan telaahan kepada Menteri Negara mengenai masalah tertentu sesuai bidang
keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas. Sekretariat Kementerian Negara dan
Deputi. Staf Ahli dalam melaksanakan tugasnya, secara administrasi dikoordinasikan
oleh Sekretaris Kementerian Negara.

3.2 Tingkat Provinsi


Dalam suatu perumusan perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan tata ruang, maka di
setiap provinsi harus dibuat suatu badan koordinasi sendiri yang disebut dengan Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD). Badan penataan ruang ini memiliki susunan
organisasi sebagai berikut:
a. Penanggung jawab :   Gubernur;
b.  Ketua                       :   Wakil Gubernur;
c.  Ketua Harian          :   Sekretaris Daerah Provinsi;
d.  Sekretaris                :   Kepala Bapeda Provinsi;
e.  Wakil Sekretaris   : Kepala Dinas yang mengurusi Tata Ruang;
f.   Anggota                   : Disesuaikan

24
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

BKPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada mempunyai tugas terdiri dari:


a.    merumuskan berbagai kebijakan penyelenggaraan penataan ruang  Provinsi dengan
memperhatikan kebijakan penataan ruang Nasional dan Kabupaten/Kota;
b.  mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
c.   mengkoordinasikan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan sesuai dengan
kewenangan Provinsi;
d.   mengintegrasikan dan memaduserasikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Nasional, Rencana
Tata Ruang Kawasan Tertentu, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang berbatasan;
e.   memaduserasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan yang dilakukan
Pemerintah Provinsi, Masyarakat dan Dunia Usaha dengan Rencana Tata Ruang;
f.    melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi, dan pemantauan
penyelenggaraan pemanfaatan ruang;
g.   memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang;
h.   memberikan rekomendasi perizinan tata ruang provinsi;
i.    mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang;
j.      mengembangkan informasi penataan ruang Provinsi untuk kepentingan pengguna ruang di
jajaran pemerintah, masyarakat, dan swasta;
k.   mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang Provinsi;
l.    mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah atau konflik yang timbul dalam
penyelenggaraan penataan ruang baik di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota, dan
memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;
m. memberikan rekomendasi guna memecahkan masalah atau konflik pemanfaatan ruang
Provinsi dan masalah atau konflik pemanfaatan ruang yang tidak dapat diselesaikan
Kabupaten/Kota
n.   melaksanakan fasilitasi, supervisi dan koordinasi dengan Dinas/Instansi Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, masyarakat dan dunia usaha berkaitan dengan penyelenggaraan penataan
ruang

25
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

o. menterpadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan


ruang dengan Kabupaten/Kota dan Provinsi sekitarnya;
p.  melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang provinsi;
q.   menjabarkan petunjuk Gubernur berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan kewajiban
Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Provinsi;
r.   menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Provinsi secara berkala kepada Gubernur

3.3 Tingkat Kabupaten/Kota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga
perwakilan daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah Daerah
adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD menurut Asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesaturan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah dan/atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk mewujudkan
tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Pengawasan atas ponyelenggaraan
Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan
Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dilaksanakan oleh Pemerintah
yang meliputi:
a. koordinasi pemerintahan antar susunan Pemerintahan;
b. pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan Pemerintahan;
c. pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan
pemerintahan;
d. pendidikan dan pelatihan; dan
e. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan urusan Pemerintahan.

26
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Pembinaan dilakukan terhadap kepala - daerah atau wakil kepala daerah, anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, dan kepala desa,
perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa. Koordinasi antar kabupaten/kota
dalam satu provinsi dilaksanakan oleh Gubernur. Pengawasan pelaksanaan urusan Pemerintahan
di daerah meliputi:
a. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi;
b. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota; dan
c. pelaksanaan urusan pemerintahan desa.

Pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah meliputi:


a. pembinaan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, kabupaten/kota dan
pemerintahan desa; dan
b. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, kabupaten/kota, dan pemerintahan desa

Pengawasan terhadap urusan pemeirntahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas


Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. Aparat Pengawas Intern
Pemerintah adalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah
Non Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Pelaksanan
pengawasan dilakukan oleh pejabat pengawas pemerintah.
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap:
a. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota;
b. pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa; dan
c. pelaksanaan urusan pemerintahan desa.

Gubernur/Bupati/Walikota sebagai kepala daerah melakukan pengawasan terhadap


pelaksanaan tugas pembantuan dan pelaksanaan pinjaman/hibah luar negeri. Penyusunan rencana
pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota dikoordinasikan oleh
Gubernur. Pelaksanaan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi
dikoordinasikan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri.
Pelaksanaan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota
dikoordinasikan oleh Inspektorat Provinsi. Pelaksanaan pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintah kecamatan dan desa dikoordinasikan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota. Pimpinan

27
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

satuan kerja penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi, kabupaten/kota dan Desa wajib
melaksanakan tindak lanjut hasil pengawasan. Menteri, Menteri Negara, Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pemantauan atas
pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan. Wakil Gubernur, Wakil Bupati/Wakil Walikota
bertanggungjawab atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan.
Pengawasan pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah berpedoman pada norma:
a. obyektif, profesional, independen dan tidak mencari-cari kesalahan;
b. terus menerus untuk memperoleh hasil yang berkesinambungan;
c. efektif untuk menjamin adanya tindakan koreksi yang cepat dan tepat;
d. mendidik dan dinamis.

Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah disampaikan kepada Pemerintah paling
lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkan. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap Peraturan
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh Menteri. 4.
Peraturan Daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan dengan Peraturan Presiden berdasarkan usulan
Menteri.
Peraturan Kepala Daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum, Peraturan
Daerah dan peraturan perundang-undangan yang lebih tiaggi dapat dibatalkan dengan Peraturan
Menteri. Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Peraturan, Kepala Daerah tentang penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pajak
daerah, retribusi dan rencana tata ruang disampaikan paling lama 3 (tiga) hari setelah disetujui
bersama antara Kepala Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Menteri melakukan evaluasi rancangan peraturan daerah provinsi dan rancangan
peraturan Gubernur tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah, pajak daerah, retribusi
daerah dan tata ruang daerah. Gubernur melakukan evaluasi rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota dan rancangan peraturan. Bupati/Walikota tentang anggaran pendapatan dan
belanja daerah, pajak daerah, retribusi daerah dan tata ruang daerah.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan fungsinya dapat melakukan
pengawasan atas pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah di dalam wilayah kerjanya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah memberikan penghargaan kepada
pemerintahan daerah, kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan

28
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa, perangkat desa, dan
anggota badan permusyawaratan desa. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara
pemberian penghargaan diatur dengan Peraturan Presiden.
1. Untuk mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dapat menerapkan
sanksi kepada kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa, perangkat desa, dan anggota
badan permusyawaratan desa apabila terdapat pelanggaran dan penyimpangan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
2. Sanksi pembinaan dan pengawasan dapat berupa:
a. penataan kembali suatu daerah otonom;
b. pembatalan pengangkatan pejabat;
c. penanggguhan dan pembatalan suatu kebijakan daerah;
d. administratif; dan/atau
e. finansial.

Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan


kabupaten/kota dilaporkan oleh Bupati/Walikota kepada Menteri melalui Gubernur. Pemberian
otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang,
ditekankan, pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, keistimewaan, kekhususan,
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, serta partisipasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Prinsip-prinsip tersebut di atas, telah membuka peluang dan kesempatan yang sangat.
luas kepada daerah otonom untuk melaksanakan kewenangannya secara mandiri, luas, nyata, dan
bertanggungjawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan mutu
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta daya saing daerah. Pemerintah dan
pemerintah daerah menyelenggarakan manajemen pemerintahan melalui fungsi-fungsi organik
manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi merupakan
sarana yang harus ada dan dilaksanakan oleh manajemen secara profesional dan dalam rangka
pencapaian sasaran tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

29
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Pemerintahan Daerah pada hakekatnya merupakan sub sistem dari pemerintahan nasional
dan secara implisit pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintahan Daerah merupakan
bagian integral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang merupakan lembaga perwakilan rakyat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
berkedudukan setara dan bersifat kemitraan dengan pemerintah daerah. Pembinaan atas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah upaya yang dilakukan. oleh pemerintah dan/atau
Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah, meliputi koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan,
pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan, pemberian bimbingan,
supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan, pendidikan dan pelatihan bagi kepala
daerah/wakil kepala daerah, anggota Dewan, Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah,
pegawai negeri sipil daerah, kepala desa, anggota badan permusyawaratan desa, dan masyarakat.
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh Pemerintah, Gubernur dan
Bupati/Walikota adalah proses kegiatan yang dituiukan untuk menjamin agar penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dan pemerintahan desa berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pengawasan ini dilakukan oleh aparat pengawas intern
pemerintah sesuai dengan bidang kewenangannya masing-masing. Fungsi pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah terhadap pemerintah daerah bersifat pengawasan kebijakan dan bukan
pengawasan teknis. Disamping pengawasan tersebut di atas pengawasan oleh masyarakat (sosial
kontrol) diperlukan dalam mewujudkan peran serta masyarakat guna menciptakan
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, erisien, bersih dan bebas dari, korupsi, kolusi serta
nepotisme.
Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah memberi
penghargaan kepada Pemerintahan Daerah, kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah, anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa,
perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa berdasarkan hasil penilaian terhadap
pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah yang menunjukkan prestasi tertentu. Sebaliknya
Pemerintah memberikan sanksi kepada Pemerintahan Daerah, kepala daerah atau wakil kepala
daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil
daerah, kepala desa, perangkat desa, dan anggota badan permusyawaratan desa apabila
ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran.

30
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

3.4 Tingkat Desa dan Kecamatan


Sejak awal kegiatan pembangunan di Indonesia, pembangunan pedesaan baik di Jawa
maupun diluar pulau Jawa telah banyak mendapat perhatian. Hal ini merupakan sebuah
konsekwensi logis bagi bangsa Indonesia yang memang sebagian besar penduduknya hidup di
daerah pedesaan yang mencapai 70 % dari keseluruhan penduduk di Indonesia. Sehingga titik
sentral pembangunan adalah daerah pedesaan. Arti penting pembangunan pedesaan adalah
bahwa dengan menempatkan desa sebagai sasaran pembangunan, usaha untuk mengurangi
berbagai kesenjangan pendapatan, kesenjangan kaya dan miskin, kesenjangan desa dan kota akan
dapat lebih diwujudkan.
Selama ini di desa telah ada seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari
inisiatif masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya.
Umumnya lembaga-lembaga lokal ini masih bersifat sangat tradisional dengan berbagai
kekurangankekurangan yang ada dari segi organisasi/kelembagaan modern. Padahal disisi lain
pemerintah sebagai Stakeholder dari program pembangunan sangat memerlukan lembaga yang
sangat mumpuni untuk menjadi wadah/saluran pembangunan bahkan sarana paling tepat untuk
percepatan pembangunan pedesaan. Dengan berpijak pada realita semacam inilah maka
pemerintahpun mengeluarkan kebijakan mengenai perlunya pembentukan lembaga
kemasyarakatan modern dalam rangka pelaksanaan pembangunan di pedesaan dengan
pertimbangan, bahwa lembaga kemasyarakatan modern yang dibikin pemerintah yang memang
dirancang secara khusus untuk kegiatan pembangunan akan lebih memberikan peluang besar
guna keberhasilan pembangunan itu sendiri dari pada pemerintah menggunakan lembaga
kemasyarakatan yang sudah ada yang umumnya bercorak kultural, agamis dan tradisional.
Ketika pada awalnya disahkan UU No. 22/1999. Undang – undang tesebut telah
memperkenalkan Badan Perwakilan Desa (BPD), sebuah institusi baru demokrasi yang
menggantikan lembaga korporatis LMD. Di satu sisi kehadiran BPD dimaksudkan untuk
menerapkan subsidiarity desa dalam membuat peraturan desa, dan di sisi lain BPD merupakan
ruang bagi artikulasi politik, partisipasi masyarakat dan kontrol terhadap pemerintah desa. Secara
empirik, ruang demokrasi yang terus terbuka dan kehadiran BPD telah membuat desa semakin
semarak dan memaksa kepala desa membagi kekuasaan kepada parlemen desa itu. Kekuasaan
kepala desa yang absolut dan sentralistik secara pelan-pelan digerogoti oleh demokratisasi, yang

31
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

membuatnya lebih “hati-hati” dan bertanggungjawab dalam mengelola kekuasaan dan kekayaan
desa. BPD selanjunya berubah kepanjangan menjadi Badan Permusyawaratan Desa.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintah oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat
daerah kabupaten dalam wiayah kerja kecamatan. Dusun adalah bagian dari wilayah kepada desa
dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat diwilayah kerjanya dan
ditetapkan oleh pemerintah desa. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Rukun Warga selanjutnya disingkat ( RW ) adalah lembaga yang dibentuk melalui
musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh desa dan kelurahan. Rukun
Tetangga selanjutnya disingkat ( RT ) adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah
masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintah dan kemasyarakatan yang ditetapkan
oleh desa dan kelurahan. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya
disingkat ( PKK ), adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari
bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat
sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan
lingkungan
Lembaga pemberdayaan masyarakat yang selanjutnya disingkat (LPM) adalah lembaga
atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah Desa/kelurahan
dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat

32
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

dibidang pembangunan. Lembaga adat adalah organisasi kemasyarakatan, baik yang disengaja
dibentuk, maupun secara wajar telah tumbuh didalam sejarah kehidupan masyarakat atau dalam
suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan
didalam hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan
menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat
istiadat dan hukum adat yang berlaku. Partisipatif adalah melibatkan pihak terkait dalam
penyusunan perencanaan pembangunan desa.
Musyawarah perencanaan pembangunan desa dan musyawarah perencanaan
pembangunan kelurahan dalah suatu forum pertemuan masyarakat desa / kelurahan yang
bertujuan untuk membahasa seluruh usulan kegiatan yang merupakan hasil dari proses
penggalian gagasan ditingkat dusun atau rukun warga. Pengelolaan / manajemen adalah cara atau
teknik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara oftimal dengan menggunakan
sumber daya yang dimiliki baik dalam perencanaan, pendanaan, pelaksanaan evaluasi dan tindak
lanjut serta pengendalian maupun dalam pelestarian pembangunan. Menyusun rencana
pembangunan secara partisipatif adalah proses perencanaan pembangunan yang melibatkan
berbagai unsur masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan perempuan.
Dana Perimbangan adalah pengertian sebagaimana dimaksud Undang – Undang Nomor
33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah Kabupaten / Kota
untuk Desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh Kabupaten / Kota. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat
APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Di desa dan
kelurahan dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan desa/kelurahan
masing-masing. Pembentukan lembaga kemasyarakatan di desa ditetapkan dengan peraturan.
Meskipun UU No. 25 Tahun 2000 telah diganti dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, substansi dan esensi UU No. 25 Tahun 2004 masih
sama dengan UU No. 25 Tahun 2000. Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004, proses perencanaan
pembangunan tetap dimulai dari tingkat desa melalui kegiatan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Tingkat Desa/Kelurahan (Musrenbang Desa/Kelurahan) yang bersifat partisipatif
dan melibatkan segenap elemen masyarakat desa/kelurahan. Selanjutnya, hasil Musrenbang

33
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Desa/Kelurahan akan menjadi bahan penyusunan Musrenbang Kecamatan, Musrenbangda


Kabupaten/Kota, Musrenbangda Provinsi, Musrenbang Provinsi, dan Musrenbangpus.
Selain itu, melalui kegiatan perencanaan di atas, pelaksanaan program-program pemerintah,
antara lain Program Pengembangan Kecamatan (PPK), juga memberikan pengalaman,
kemampuan menyusun rencana pembangunan, serta membangun partisipasi masyarakat. Upaya
tersebut sesuai dengan tujuan, azas, maupun tahapan pelaksanaan PPK.
Berkaitan dengan upaya untuk memberikan pengalaman, kemampuan menyusun rencana
pembangunan, serta membangun partisipasi masyarakat melalui UU No. 25 Tahun 2000, UU No.
25 Tahun 2004 maupun pelaksanaan PPK, menarik untuk dikaji bagaimana sinergi perencanaan
pembangunan desa hasil pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan dengan Musyawarah Desa
(MD). Idealnya, karena hasil dari kedua kegiatan perencanaan tersebut digali dari masyarakat
sehingga berpeluang merepresentasikan kepentingan masyarakat, kedua dokumen perencanaan
tersebut tidaklah harus berdiri sendiri. Sebagai ilustrasi, karena keterbatasan dana PPK,
misalnya, maka hasil perencanaan dan pelaksanaannya pada PPK bisa dilanjutkan dan masuk
dalam forum Musrenbang Desa/Kelurahan sehingga ada keberlanjutan maupun keterkaitan
program pembangunan. Sebaliknya, pelaksanaan pembangunan desa pada periode tertentu (2004
misalnya) yang belum dapat dirampungkan karena keterbatasan dana, bisa dilanjutkan melalui
program PPK, yakni dengan cara diusulkan serta dimasukkan ke dalam perencanaan PPK pada
periode selanjutnya dari pembangunan desa hasil Musrenbang Desa/Kelurahan (periode 2005).
Melalui koordinasi dan sinergi kedua dokumen perencanaan tersebut akan mampu diwujudkan
hasil pembangunan yang lebih terarah, utuh, dan berkelanjutan.
Akan tetapi, idealita di atas tampaknya tidak mudah untuk diwujudkan. Pertama, hasil
penelitian mengenai “Efektivitas Peran Swasta dalam Implementasi Program Pengembangan
Kecamatan di Desa Purbadana” menggambarkan bahwa Fasilitator Kecamatan (FK) dan
Fasilitator Desa (FD) merasakan adanya ‘kecemburuan’ pada aparat desa dan kecamatan. Dalam
penilaian FK dan FD, aparat desa dan kecamatan merasa sebagian peran mereka telah diambil
alih oleh FK dan FD. Apalagi dana operasional untuk FK dan FD cukup besar. Pada sisi yang
lain, masyarakat masih menanyakan segala sesuatu yang berhubungan dengan PPK kepada
aparat, terutama di tingkat desa. Hal inilah yang memosisikan aparat desa pada posisi yang
kurang menguntungkan.1 Apabila pada pelaksanaan PPK peran aparat desa kurang menonjol
dibandingkan FD dan FK, pada kegiatan Musrenbang Desa/Kelurahan justru sebaliknya. Kondisi

34
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

semacam ini menjadi menarik untuk dikaji. Kedua, kegiatan PPK dapat dinyatakan sebagai
kegiatan proyek, sementara kegiatan Musrenbang Desa/Kelurahan merupakan kegiatan
perencanaan rutin (non proyek). Perbedaan kedua jenis kegiatan dari sisi administratif
keproyekan menjadi menarik apabila dikaitkan dengan upaya mensinergikan hasil perencanaan
pembangunan pedesaan dan sustainabilitas partisipasi masyarakat.
Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten dan daerah
Kota. Koordinasi antar desa/kelurahan lebih dari satu kecamatan dilaksanakan oleh
Bupati/Walikota.

35
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

BAB 4
PEMIKIRAN DAN TUNTUTAN BARU TENTANG KEWENANGAN DAN TUGAS
KELEMBAGAAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN

4.1 Reinventing Government (Mewirausahakan Birokrasi)

Studi kasus yang diangkat dalam reinventing government ini banyak mengangkat kasus-
kasus sistem negara-negara bagian di Amerika. Namun demikian reinventing government ini
adalah suatu pandangan baru mengenai birokrasi pemerintahan, baik tidaknya sistem ini untuk
diterapkan dalam suatu negara tergantung dari berbagai macam hal seperti sumber daya yang
dimiliki, sistem ekonomi yang dianut dan lainnya. Reinventing government ini berbicara berawal
dari perestroika Amerika yaitu kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan telah menurun
karena pelayanan pemerintah kepada masyarakat di segala aspek telah menurun. Beberapa cara
pandang baru yang dikemukakan oleh David Osborne dan Ted Gaebler mengenai Reinventing
Government ini adalah sebagai berikut.

1. Pemerintahan Katalis : Mengarahkan Ketimbang Mengayuh


“kata pemerintahan (government berasal dari sebuah kata yunani yang berarti ‘mengarahkan’.
Tugas pemerintah adalah mengarahkan, bukan mengayuh perahu. Memberikan pelayanan
adalah mengayuh, dan pemerintah tidaklah pandai mengayuh” (E.S. Savas).
Mendefinisikan ulang kepenguasaan secara fundamental sehingga peerintah kota dapat
melakukan beberapa penyesuaian dan dalam beberapa hal mendefinisikan kembali peran
tradisionalnya. Suatu kota akan lebih sering mendefinisikan ulang perannya sebagai katalisator
atau fasilitator. Kota akan lebih sering berperan mendefinisikan berbagai masalah dan kemudian
menyusun berbagai sumber daya untuk digunakan oleh yang lain dalam menghadapi masalah
tersebut. Selanjutnya pemerintah harus lebih bersedia menuju sumber daya pemerintah dan
swasta yang langka untuk mencapai tujuan masyarakat kita.
Pemerintahan yang memfokuskan pada mengarahkan, scra aktif mereka membentuk masyarakat,
negara dan bangsanya. Pemerintah membuat membuat lebih banyak keputusan yang menjadi
kebijakan, menggerakkan lebih banyak lembaga sosial dan ekonomi. Sebagian bahkan lebih

36
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

banyak mengatur ketimbang merekrut lebih banyak pegawai negeri. Upaya mengarahkan
membutuhkan orang yang mampu melihat seluruh visi dan kemungkinan serta mampu
menyeimbangkan berbagai tuntutan yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya.
Upaya mengayuh membutuhkan orang yang secara sungguh-sungguh memfokuskan pada suatu
misi dan melakukannya dengan baik. Metode terbaik perlu dicari dalamupaya mengarahkan
organisasi mencapai sasarannya. Sedangkan upaya mengayuh organisasi bagaimanapun juga
akan cenderung mempertahankan metode “organisasi tersebut”. Pemerintah entrepreneurial
semakin menjauhkan upaya mengayuh dari upay mengarahkan. Cara ini membiarkan pemerintah
beroperasi sebagai seorang pembeli yangterampil, mendongkrak berbagai produsen dengan cara
yang dapat mencapai sasaran kebijakannya.
Menciptakan organisasi pengarah untuk menetapkan kebijakan, memberikan dana kepada badan-
badan operasional (pemerintah dan swasta) dan menilai kinerja.

2. Pemerintahan Milik Masyarakat: Memberi Wewenang Ketimbang Melayani


Mengalihkan kepemilikan dari birokrasi ke mayarakat merupakan suatu pelayanan yang
profesional guna timbulnya pemeliharaan masyarakat. Sehingga komunitas memiliki komitmen
yang lebih besar terhadap para anggotanya ketimbang sistem penyampaian pelayanan klien;
komunitas lebih memahami masalahnya sendiri ketimbang tenaga profesional di bidang
pelayanan; kalangan profesional dan birokrasi memberikan pelayanan, sedangkan masyarakat
memecahkan masalah; lembaga-lembaga dan para profesional menawrkan pelayanan,
masyarakat menawarkan kepedulian; komunitas lebih fleksibel dan kreatif ketimbang birokrasi
pelayanan yang besar; komunitas lebih murh ketimbang para profesional di bidang pelayanan;
komunitas menegakkkan standar perilaku lebih efektif ketimbang birokrasi atau profesional
bidang pelayanan; komunitas memfokuskan pada kapasitas, sistem pelayanan memfokuskan
pada kekurangan.
Mengelola transisi dari pelayanan ke pemberian wewenang. Organisasi pemerintah dapat
menciptakan suatu spektrum peluang yang dapat diraih oleh komunitasyang berbeda-beda begitu
mereka siap. Ketika pemerintah mendorong kepemilikan dan kontrol ke dalam masyarakat,
tanggung jawab mereka belum berakhir.masyarakat mungkin tidak lagi meproduksi jasa, tetapi
mereka masih bertanggungjawab untuk memastikan bahwa kebutuhan telah terpenuhi.

37
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

3. Pemerintah Yang Kompetitif: Menyuntikkan Persaingan ke dalam Pemberian


Pelayanan
Kompetisi tidak akan memecahkan semua masalah. Kompetisi memegang kunci pembuka kisi-
kisi birokrasi yang melumpuhkan begitu banyak lembaga pemerintah. Jika kompetisi menghemat
uang hanya dengan jalan mengurangi upah atau tunjangan, misalnya pemerintah harus
memepersoalkan nilainya. Kompetisi antar organisasi dapat membangun semangat dan
mendorong kreativitas. Keuntungan dari kompetisi tersebut adalah sebagai berikut :
 Keuntungan paling nyata dari kompetisi adalah efisiensi yang lebih besar; mendangkan
lebih banyak uang.
 Kompetisi memaksa monopoli pemerintah (atau swasta) untuk merespon segala
kebutuhan pelanggannya.
 Kompetisi menghargai inovasi; monopoli melumpuhkannya. Kompetisi dalam
pemberian pelayanan akan mendukung kelangsungan hidup hal yang lebih bermanfaat.
Kompetisi merupakan suatu seleksi bentuk alam.
 Kompetisi membangkitkan rasa harga diri dan semangat juang pegawai negeri.
Beberapa jenis kompetisi yag dapat diterapkan yaitu kompetisi publik melawan swasta;
kompetisi swasta melawan swasta dan kompetisi publik melawan publik. Begitu juga penciptaan
persaingan untuk pelayanan intern pemerintah sangat perlu untuk dilakukan. Kompetisi yang
terjadi perlu dimanajemen secara cermat untuk keberhasilan jika tidak dimanajemen dengan baik
maka akan timbul ketidakadilan ditengah kompetisi.

4. Pemerintah yang Digerakkan oleh Misi: Mengubah Organisasi yang Digerakkan


oleh Peraturan
Beberapa peraturan memang dibutuhkan untuk menjalankan setiap organisasi, peraturan-
peraturan itu ternyata dapat mencegah terjadinya hal-hal yang buruk namun juga peraturan itu
pun dapat mencegah terjadinya hal-hal yang baik. Peraturan itu menyebabkan pemerintah dapat
bergerak lambat juga tidak berdaya dalam merespon lingkungan yang berubah dengan cepat,
sehingga menyebabkan terciptanya waktu dan usaha yang sia-sia di dalam struktur
organisasinya. Organisasi yang digerakkan oleh misi memberi kebebasan kepada para
karyawannya dalam mencapai misi organisasi dengan metode paling efektif yang dapat mereka
temukan. Keunggulan pemerintah yang digerakkan oleh misi adalah sebagai berikut.

38
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

 Organisasi yang digerakkan oleh misi lebih effisien ketimbang organisasi yang
digerakkan oleh peraturan.
 Organisasi yang digerakkan oleh misi juga lebih efektif ketimbang organisasi yang
digerakkan oleh peraturan: mereka mendatangkan hasil yang lebih baik.
 Organisasi yang digerakkan oleh misi lebih innovatif ketimbang yang digerakkan oleh
peraturan.
 Organisasi yang digerakkan oleh misi lebih fleksibel ketimbang yang digerakkan oleh
peraturan.
 Organisasi yang digerakkan oleh misi mempunyai semangat lebih tinggi ketimbang yang
digerakkan oleh peraturan
Menciptakan sistem anggaran yang digerakkan oleh misi memiliki kekuatan sebagai berikut.
 Anggaran yang digerakkan oleh misi memberikan dorongan kepada setiap pekerja untuk
menghemat uang.
 Anggaran yang digerakkan oleh misi membebaskan sumber-sumber daya untuk menguji
berbagai gagasan.
 Anggaran yang digerakkan oleh misi memberikan otonomi kepada para manajer yang
diperlukan untuk merespon setiap kondisi lingkungan yang berubah.
 Anggaran yang diberikan oleh misi menciptakan lingkungan yang dapat diramalkan.
 Anggaran yang digerakkan oleh misi sangat menyederhanakan proses anggaran
 Anggaran yang digerakkan oleh misi menghemat jutaan dolar untuk auditor dan pegawai
anggaran.
 Akhirnya, anggaran yang digerakkan oleh misi membebaskan para anggota legislatif
untuk memfokuskan pada isu-isu penting.
Membangun organisasi yang digerakkan oleh misi sangat penting bagi sebuah organisasi
pemerintah. Lembaga pemerintah semakin mencari kejelasan dengan membuat berbagai
pernyataan misi. Mengorganisir berdasarkan misi ketimbang berdasarkan daerah yang di klaim,
misi tidak mengikuti daerah yang diklaim. Untuk menanamkan misi sebuah organisasi pada para
anggotanya, pemimpin membangun suatu kultur berdasarkan misi tersebut.

5. Pemerintah yang Berorientasi Hasil: Membiayai Hasil, Bukan Masukan

39
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Pemerintah wirausaha berusaha mengubah bentuk penghargaan dan insentif. Para wirausahawan
pemerintah tahu bahwa bila lembaga-lembaga dibiayai berdasarkan masukan, maka sedikit
alasan untuk berusaha keras mendapatkan kinerja yang lebih baik. Akan tetapi jika dibiayai
berdasarkan keluaran mereka akan menjadi obsesif dengan prestasi. Karena tidak mengukur hasil
pemerintahan-pemerintahan yang birokratis jarang sekali mencapai keberhasilan.

No Tipe Anggaran Definisi

1 Penganggaran yang digerakkan oleh misi (poin 4 diatas)

2 Penganggaran Output Sistem anggaran yang difokuskan


pada output pelayanan (volum output
yang dihasilkan)

Anggaran untuk misi, menentukan dan Sistem anggaran menentukan misi dan
mengukur output output yang diinginkan, mengukur
output yang diinginkan, mengukur
output tersebut, tetapi tidak
mengaitkan jumlah uang yang
dikeluarkan dengan volume output

Pembayaran per output Panggaran mengalokasikan sebesar $x


untuk tiap outcome yang dihasilkan.
Produsen mendapat dana hanya bila
mereka memproduksi output yang
diinginkan

3 Penganggaran Outcome Sistem anggaran yang memfokuskan


pada hasil dari kegiatan yang didanai,
yakni mutu/keefektifan dari pelayanan
yang diberikan

Anggaran untuk misi, menentukan dan Sistem anggaran menentukan misi dan
mengukur outcome outcome yang diinginkan, tetapi tidak

40
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

mengaitkan jumlah uang yang


dikeluarkan dengan mutu outcome

Pembayaran per outcome Anggaran mengalokasikan $x untuk


tiap outcome yang dihasilkan.
Produsen mendapat dana hanya
blamereka memproduksi outcome
yang diinginkan

4 Penganggaran yang didorng Pelanggan (Poin 6)

6. Pemerintahan Berorientasi Pelanggan: Memenuhi Kebutuhan Pelanggan, bukan


Birokrasi.
Sebagian besar badan pemerintah tidak memperoleh dananya dari pelanggan, bisnis adalah
sebaliknya. Jika suatu bisnis menyenangkan pelanggannya maka penjualannya akan meningkat;
jika pesaing bisa lebih menyenangkan pelangganya maka penjualan akan turun. Bisnis yang
berada dalam lingkungan kompetitif belajar untuk memberikan perhatian besar kepada para
pelanggannya. Badan pemerintah memperoleh sebagian besar dana mereka dari legislatif dan
sebagian besar pelanggan mereka bersifat captive, pelanggan “paksa”, singkatnya para pelanggan
mempunyai sedikit alternatif terhadap jasayang disediakan oleh pemerintah. Oleh karena itu para
manajer pemerintah menganggap bahwa pelanggan mereka adalah eksekutif dan legislatif,
karena dari sana mereka memperoleh dana dan pada gilirannya lebih berorientasi pada
pemilihnya yaitu pada kelompok kepentiangn atau partai. Sementara bisnis sungguh-sungguh
untuk menyenangkan pelanggan, badan pemerintah berusaha memepertahankan menyenangkan
kelompok kepentingan.
Beberapa keunggulan sistem birokrasi yang berorientasi pelanggan adalah sebagai berikut :
 Sistem berorientasi pada pelanggan memaksa pemberi jasa untuk dapat bertanggung
jawab kepada pelanggannya.
 Sistem berorientasi pada pelanggan mendepolitisasi keputusan terhadap pilihan pemberi
jasa.
 Sistem berorientasi pada pelanggan merangsang lebih banyak inovasi

41
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

 Sistem berorientasi pada pelanggan memberi kesempatan kepada orang memilih diantara
berbagai macam pelayanan.
 Sistem berorientasi pada pelanggan pemborosan lebih sedikit karena pasokan disesuaikan
dengan permintaan.
 Sistem berorientasi pada pelanggan mendorong pelanggan untuk membuat pilihan dan
mendorong untuk menjadi pelanggan yang berkomitmen.
 Sistem berorientasi pada pelanggan menciptakan peluang lebih besar bagi keadilan.

7. Pemerintahan Wirausaha: Menghasilkan Ketimbang Membelanjakan


Kata laba masih tabu bagi pemerintahan tradisional karena mereka tidak menganggap
mendatangkan uang sebagai pekerjaannya. Sebenarnya jika pemerintah kota dapat
memanajemen kotanya agar dapat menghasilkan laba maka laba yang dihasilkan tersebut
dapat digunakan oleh publik. Mencetak laba melalui perjanjian pembangunan merupakan
salah satu metode yang agresif yang digunakan oleh pemerintahan wirausaha.
Karakteristik lainnya dari pemerintahan wirausaha adalah suatu perspektif “investasi”,
suatu kebiasaan menghitung laba dari pembelanjaan sebagaimana suatu investasi.
Investasi bukanlah cara mendatangkan uang, melainkan cara menyimpan uang.

8. Pemerintahan Antisipatif: Mencegah daripada Mengobati


Pemerintahan tradisional yang birokratis memusatkan pada penyediaan jasa untuk
memerangi masalah. Untuk menghadapi masalah kesehatan pemerintah mendanai
pelayanan perawatan kesehatan. Untuk menghadapi kejahatan pemerintah mendanai lebih
banyak polisi. Ada saatnya ketika pemerintah harus lebih memusatkan pada pencegahan,
misalnya pada pembangunan sistem air dan pembuangan air kotor untuk mencegah
penyakit, pengawasan terhadap makanan untuk mencegah penyakit. Biaya yang
dikeluarkan untuk pencegahan jauh lebih sedikit dari pada menghadapi masalah dan
mengobatinya yang membutuhkan biaya yang jauh lebih besar. Dan jauh lebih baik jika
pemerintah memiliki antisipasi masa depan, pemerintah dengan pandangan ke depan
bukan sekedar mencegah masalah namun bekerja untuk mengantisipasi masa depan.

9. Pemerintahan Desentralisasi: dari Hierarki Menuju Partisipasi dan Tim Kerja

42
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Beberapa keunggulan dari lembaga yang terdesentralisasi adalah sebagai berikut:


 Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih fleksibel daripada yang tersentralisasi;
lembaga tersebut dapat memberi respon dengan cepat terhadap lingkungan dan
kebutuhan pelanggan yang berubah.
 Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih efektif daripada yang tersentralisasi.
 Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih inovatif daripada yang tersentralisasi.
 Lembaga yang terdesentralisasi menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi,
lebih banyak komitmen dan lebih besar produktivitasnya.

10. Pemerintahan Berorientasi Pasar: Mendongkrak Perubahan Melalui Pasar


Beberapa kesulitan pemerintah berdasarkan program jika dibandingkan dengan pasar
yaitu program dikendalikan oleh parlemen, bukan oleh pelanggan; program digerakkan
oleh politik bukan oleh kebijakan; program menciptakan “bidang tanah”, yang kemudian
dipertahankan oleh wakil pemerintahan; program cenderung membentuk sistem
pemberian jasa yang terfragmentasi; program tidak swakoreksi; program jarang mati;
program jarang mencapai skala kebutuhan untuk membuat dampak yang berarti; program
biasanya menggunakan perintah bukan insentif.

11. Mengumpulkan Semua Menjadi Satu


Munculnya pemerintahan wirausaha lebih merupakan suatu pergeseran yang tak
terhindarkan daripada suatu mode temporer, berarti perubahan ini akan menimpa negara
lain juga.

Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha

Lima Strategi

43
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

Pendongkrak Strategi Pendekatan

Tujuan Strategi Inti Kejelasan Tujuan, Peran dan


Arah

Insentif Strategi Konsekuensi Persaingan terkendali,


Manajemen Perusahaan,
Manajemen Kinerja

Pertanggungjawaban Strategi Pelanggan Pilihan Pelanggan, Pilihan


Kompettif, Pemastian mutu
pelanggan

Kekuasaan Strategi Pengendalian Organisasional,


pemberdayaan karyawan,
pemberdayaan masyarakat

Budaya Strategi Budaya Menghentikan kebiasaan,


menyentuh perasaan,
mengubah pikiran

Strategi Inti
Bagian kritis pertama adalah bagian yang menentukan tujuan sistem dan organisasi pemerintah.
Jika organisasi tidak jelas tujuannya atau punya tujuan ganda dan saling bertentangan organisasi
itu tidak bisa mencapai kinerja yang tinggi.
Strategi Konsekuensi
Bagian penting kedua adalah menentukan sistem insentif pemerintah. Birokratis memberi
insentif yang kuat kepada pegawai untuk taat aturan dan tunduk.
Strategi pelanggan
Hal penting lainnya adalah memusatkan pada akuntanbilitas, pertanggungjawaban: kepada siapa
seharusnya organisasi bertanggungjawab. Tepatnya kelima strategi menyentuh persoalan
tanggungjawab. Strategi inti mendefinisikan apa yang harus dipertanggungjawabkan organisasi;
strategi konsekuensi menentukan bagaimana organisasi dijaga agar bertanggungjawab, strategi

44
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

pengendalian mempengaruhi siapa yang akan bertanggungjawab; dan strategi budaya membantu
pegawai menginternalisasikan pertanggungjawaban mereka
Strategi Kontrol
Strategi kontrol ini menentukan letak kekuasaan pengambilan keputusan. Dalam sistem
birokrasi, sebagian besar kekuasaan tetap ada di dekat puncak hierarki.
Strategi Budaya
Strategi budaya menentukan budaya organisasi pemerintah: nilai-nilai, norma, sikapdan harapan
pegawai. Budaya sangat dipengaruhi oleh tujuan organisasi, sistem insentif, sistem
pertanggungjawabannya, dan struktur kekuasaannya.

4.2 Kritik Terhadap Teori


Organisasi publik yang dijalankan berdasarkan peraturan akan tidak efektif dan kurang
efisien karena kenerjanya akan berjalan lamban. Tetapi birokrasi yang dijalankan oleh misi
sebagai tujuan dasarnya akan lebih efektif dan efisien. Dalam hal ini Osborne dan Gaebler
dimana hal tersebut adalah pilihan yang ekstrim dimana harus dipilih salah satu. Bagaimana
mungkin organisasi publik mampu menyingkirkan peraturan, sementara sistem anggaran dan
personalia yang ada masih menghendaki peraturan sebagai pengikatnya. Seperti contoh kasus di
indonesia bahwa sistem aturan ini diperlukan untuk mengurangi para koruptor beroperasi di
birokrasi, adanya sistem peraturan ini akan memberikan prosedur yang jelas sehingga tidak
terjadi korupsi yang sulit diatasi. Seperti kasus di Indonesia peraturan dalam birokrasi masih
sangat perlu diberlakukan dan dipertegas karena banyak peraturan yang tumpang tindih dan
rancu. Lemahnya tanggungjawab birokrasi untuk melayani rakyat oleh pemerintah akan
menambah kompleksnya persoalan bukan malah memecahkannya.

45
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

46
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
 Ciri-ciri utama administrasi pembangunan yang utama adalah adanya suatu orientasi
administrasi untuk mendukung pembangunan administrasi bagi perubahan-perubahan
kearah yang lebih baik. Administrasi pembangunan lebih berorientasi pada peranan serta
fungsi pemerintah negara-negara baru berkembang dalam pembangunan nasional secara
berencana. Administrasi pembangunan masih mendasarkan diri pada prinsip-prinsip
administrasi negara dan peralatan analisa administrasi pembangunan masih memakai
peralatan analisa administrasi negara. Namun demikian, administrasi pembangunan
memiliki ciri-ciri yang lebih maju daripada administrasi negara.
 Pada pokoknya pendekatan administrasi pembangunan diartikan sebagai proses
pengendalian usaha (administrasi) oleh negara/pemerintah untuk merealisir pertumbuhan
yang direncanakan ke arah suatu keadaan yang dianggap lebih baik dan kemajuan di
dalam berbagai aspek kehidupan bangsa (dalam perumusan yang terdahulu disebutkan:
administrasi (pengendalian usaha) untuk mendorong atau mendukung perubahan-
perubahan suatu masyarakat ke arah keadaan yang lebih baik di kemudian hari).
 Ruang lingkup administrasi pembangunan mempunyai 2 fungsi, yaitu :
1. Penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan administrasi negara.
Dalam hal ini usaha penyempurnaan organisasi, pembinaan lembaga yang diperlukan,
kepegawaian, tata kerja dan pengurusan sarana-sarana administrasi lainnya. Ini disebut
sebagai the development of administration.
2. Merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program pembangunan (di
berbagai bidang) serta pelaksanaannya secara efektif.
 Salah satu kualitas sumberdaya birokrasi yang dituntut oleh good governance adalah
kualitas entrepreneurial yang dapat menjembatani antara state dan market. Good
governance terbentuk jika terjadi keseimbangan kelembagaan antara state-civil society-
market.

47
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN PL 3201

DAFTAR PUSTAKA

Blau, Peter dan Marshall W. Meyer. 2000. Birokrasi dalam Masyarakat Modern. Jakarta:
Prestasi Pustaka Karya.

Nugroho, Riant. 2003. Reinventing Pembangunan. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Tjokrowinoto, Moeljarto. 2004. Birokrasi dalam Polemik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Osborne, David dan Ted Gaebler. 1992. Mewirausahakan Birokrasi. Jakarta : Pustaka Binaman
Pressindo.

Osborne, David dan Peter Plastrik. 2001. Memangkas Birokrasi. Jakarta: Teruna Grafika.

Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinanaan Dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

48

Anda mungkin juga menyukai