Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FRANCISCA DIESYANA

NIM : 858049684
MATA KULIAH : MATA KULIAH PDGK 4503

JAWABAN

1). Keterampilan proses sains merupakan keterampilan kinerja (performance skill).


Keterampilan proses sains memuat dua aspek keterampilan, yakni keterampilan dari sisi kognitif
(cognitive skill sebagai keterampilan intelektual maupun pengetahuan dasar yang
melatarbelakangi penguasaan keterampilan proses sains) dan keterampilan dari sisi sensorimotor
(sensorimotor skill).

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien
dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Kemampuan–kemampuan
dasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih yang lama-kelamaan akan menjadi
keterampilan. Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-
kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan
yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah
terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan. Jadi, keterampilan proses sains
merupakan keterampilan atau kemampuan yang dipelajari oleh siswa saat mereka melakukan
penemuan ilmiah, dimana diantaranya mencakup pengamatan (observasi), mengklasifikasikan,
menafsirkan, meramalkan, berkomunikasi, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan
percobaan, menggunakan alat/bahan serta menerapkan konsep.

Padilla (Susilo, 2013: 6) menerangkan;

Keterampilan proses sains dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu keterampilan proses dasar
dan keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar merupakan pondasi untuk
mempelajari keterampilan proses terintegrasi. Keterampilan proses dasar meliputi
mengobservasi, menginferensi, mengukur, mengkomunikasikan, mengklasifikasikan dan
memprediksi, sedangkan yang termasuk dalam keterampilan proses terintergrasi adalah
mengontrol variabel, memberikan definisi oprasional, merumuskan hipotesis,
menginterpretasikan data, melakukan eksperimen, dan merumuskan model.

2). PISA 2000 dan 2003 menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam
pengukurannya, yakni kompetensi/proses sains, konten/pengetahuan sains dan konteks
aplikasi sains. Hasil penelitian PISA (the Programme for International Student Assessment )
tahun 2000 dan tahun 2003 menunjukkan bahwa literasi siswa-siswa Indonesia tersebut diduga
baru mampu mengingat pengetahuan ilmiah berdasarkan fakta sederhana (Rustaman, 2006b).
Hal ini dikuatkan oleh Dasar Pemikiran yang ditulis pada Panduan Seminar Sehari Hasil Studi
Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca, yang
menyebutkan bahwa salah satu sebab rendahnya mutu lulusan adalah belum efektifnya proses
pembelajaran. Proses pembelajaran selama ini masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan
teori dan hafalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar peserta didik
menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi kepada guru (teacher
centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan
perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan
mencerdaskan kurang optimal (Panduan Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa
Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca, 2006).

3). Jenis KPS, Indikator dan Contoh Implementasinya


Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain
sebenarnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing-masing
keterampilan proses tersebut (Rustaman, 2007). Para ahli pendidikan sains membagi
aspek keterampilan proses sains secara berbeda-beda namun pada hakekatnya memiliki
kesamaan satu dengan yang lain. Advancing Science Serving Society (AAAS)
merumuskan sebuah framework science process skills, mulai dari observing hingga
eksperimenting.

Karakteristik Umum Butir Soal KPS Pembahasan pokok uji pada karakteristik umum lebih
ditunjukkan untuk membedakan dengan pokok uji biasa yang mengukur penguasaan konsep.
Karakteristik pokok uji tersebut yaitu:

a. Pokok uji tidak boleh dibebani konsep (non concept burdan). Hal ini diupayakan
agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya.
Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun
dan pokok uji sudah tidak asing lagi bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-
hari siswa).

b. Pokok uji keterampilan proses mengandung sejumlah informasi yang harus


diolah oleh responden atau siswa. Infromasi pokok uji dalam keterampilan
proses dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian atau
objek aslinya.

c. Seperti pokok uji pada umumnya aspek yang akan diukur oleh pokok uji
keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja,
misalnya interpretasi.

d. Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek

4). 1. EXAMPLES NON EXAMPLES

Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD


Langkah-langkah :
•   Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
•   Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
•   Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
•    Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas
•   Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
•   Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai
•    Kesimpulan

2. PICTURE AND PICTURE

Langkah-langkah :
•   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
•   Menyajikan materi sebagai pengantar
•   Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
•   Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis

•    Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

•    Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai

•    Kesimpulan/rangkuman

3.  NUMBERED HEADS TOGETHER (Kepala Bernomor, Spencer Kagan, 1992)


Langkah-langkah :
•   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
•   Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
•   Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya

•   Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka

•   Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
•   Kesimpulan

4.  COOPERATIVE SCRIPT (Dansereau Cs., 1985)


Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara
lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
•   Guru membagi siswa untuk berpasangan

•   Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
•   Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar

•  Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide


pokok dalam ringkasannya.

Sementara pendengar :
-   Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
-   Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya
atau dengan materi lainnya

•    Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta
lakukan seperti diatas.

•   Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru

•   Penutup

5.  KEPALA BERNOMOR STRUKTUR  (Modifikasi Dari Number Heads)


Langkah-langkah :
1.    Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.    Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang
berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan
siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
6.    Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan
hasil kerja sama mereka

7.   Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain

8.   Kesimpulan
5). Siklus Belajar (Learning Cycle) sebagai model instruksional untuk rencana pembelajaran.
Siklus belajar bersandar pada konstruktivisme sebagai dasar teoritisnya. “Konstruktivisme adalah model
dinamis dan interaktif tentang bagaimana manusia belajar” (Bybee, 1997, hal. 176). Sebuah perspektif
konstruktivis menganggap siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran mereka dan konsep tidak
ditransmisikan dari guru ke murid tapi dibangun oleh siswa. Pada tahun 1960-an, Robert Karplus dan
rekannya mengusulkan dan menggunakan model pembelajaran berdasarkan karya Piaget.
Model ini akhirnya akan disebut Siklus Belajar. (Atkin & Karplus, 1962). Sejumlah penelitian
telah menunjukkan bahwa siklus belajar sebagai model pengajaran jauh lebih unggul daripada
model transmisi pasif di mana siswa penerima pengetahuan dari guru mereka (Bybee, 1997).
Sebagai model pembelajaran, siklus pembelajaran memberikan pengalaman belajar aktif yang
direkomendasikan oleh Standar Pendidikan Sains Nasional (National Research Council, 1996).
Siklus belajar yang digunakan dalam rencana pembelajaran terdapat lima langkah, yaitu
Engagement, Eksplorasi, Penjelasan, Elaborasi dan Evaluasi (Bybee, 1997).  Setiap siklus,
benar-benar ada proses akhir. Setelah berakhir elaborasi, keterlibatan siklus belajar berikutnya
dimulai. Evaluasi bukan langkah terakhir. Evaluasi terjadi dalam semua empat bagian dari siklus
belajar.

Deskripsi dari setiap bagian siklus belajar (Learning Cycle)

A. Engagement (keterlibatan):

 Keterlibatan (engagement) adalah waktu ketika guru berada di tengah kegiatan


pembelajaran. Guru menciptakan masalah, menilai pengetahuan awal siswa, membantu
siswa membuat hubungan, dan menginformasikan melangkah ke tahap selanjutnya.

B. Exploration (Eksplorasi):

 Siswa mengumpulkan data untuk memecahkan masalah. Guru memastikan para siswa
mengumpulkan dan mengatur data mereka untuk memecahkan masalah. Para siswa

C. Explanation (Penjelasan):

 Pada fase proses ini, siswa menggunakan data yang mereka kumpulkan untuk
memecahkan masalah dan melaporkan apa yang mereka lakukan dan mencoba untuk
mencari tahu jawaban atas masalah yang disajikan. Guru juga memperkenalkan kosa kata
baru, frasa atau kalimat untuk label apa yang siswa sudah tahu.

D. Elaboration (Elaborasi):

 Guru memberi siswa informasi baru yang lebih luas apa yang mereka telah pelajari di
bagian-bagian awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru juga menciptakan masalah
agar siswa mampu memecahkan masalah dengan menerapkan apa yang telah mereka
pelajari.
E. Evaluation (Evaluasi):

 Guru dapat mengadakan evaluasi dengan tes pada akhir setiap tahap.

Anda mungkin juga menyukai