Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PROSPEK PLASMA NUTFAH PADA TANAMAN SALAK

Oleh :
Nama : Mahdiyah Khairani Nasution
NPM : 1904130079P

Dosen :
Samsinar Harahap

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN


FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia memiliki jenis buah-buahan yang sangat banyak. Salah satu


diantaranya adalah buah salak. Daerah asal tanaman salak tidak jelas diketahui
secara pasti, tetapi diperkirakan berasal dari Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Ada juga yang mengatakan bahwa tanaman salak (Salacca zalacca) tanaman asli
Indonesia yang berasal dari Pulau Jawa. Di Indonesia, bercocok tanam salak
sudah dikenal sejak zaman kolonial Belanda. Tanaman salak banyak memiliki
varietas yang diantaranya memiliki sifat unggul baik dari segi rasa maupun
penampilan buahnya. Sampai saat ini banyak sentra produksi buah salak yang
cukup terkenal (Mandiri 2010).
Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah yang disukai
dan mempunyai prospek yang baik untuk diusahakan. Salak merupakan salah satu
buah tropis yang saat ini banyak diminati oleh orang. Keunggulan buah salak
yakni memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi (Mandiri, 2010).
Arti prospek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu
harapan atau kemungkinan. Secara sederhana, arti prospek di definisikan sebagai
suatu hal yang mungkin terjadi sehingga berpotensi menimbulkan dampak
tertentu. Dalam sebuah usaha, arti prospek adalah hal-hal yang berpotensi akan
memberikan sebuah keuntungan yang besar bagi para pengusaha tersebut.
Plasma nutfah salak yang pernah ditemukan di dunia lebih dari 20 varietas.
Sebagian besar plasma nutfah salak ditemukan tumbuh alami di wilayah nusantara
sehingga banyak kalangan pakar botani dan pertanian menyebutkan bahwa
tanaman salak adalah tumbuhan asli Indonesia (Hadiati 2018).
Dalam makalah ini terdapat beberapa informasi mengenai tanaman salak dan
prospek plasma nutfah tanaman salak, yang telah diolah dan dirangkum
pemakalah dari berbagai sumber informasi atau karya ilmiah para peneliti-peneliti
sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Tinjauan Umum Keragaman Salak


Keragaman merupakan salah satu faktor penting dalam mempertahankan
keberadaan suatu jenis. Suatu populasi dengan keragaman tinggi, mempunyai
kemampuan untuk mempertahankan diri dari serangan penyakit dan perubahan
iklim ekstrim, sehingga mampu hidup dalam kondisi lestari pada beberapa
generasi (Darmawati 2019).
Keragaman yang timbul ada yang dapat langsung dilihat, misalnya adanya
perbedaan warna bunga dan bentuk biji. Ini disebut sifat kualitatif, namun ada
pula variasi yang memerlukan pengamatan dan pengukuran, misal tinggi tanaman
dan lain-lain (Mangoendidjojo 2007)
Keragaman dapat muncul karena faktor lingkungan dan variasi genetis,
misalnya akibat penyerbukan silang. Perbedaan dan persamaan kemunculan
morfologi luar spesies suatu tanaman dapat digunakan untuk mengetahui jauh
dekatnya hubungan kekerabatan (Suskendriyati et al, 2000).
Herwin et al. (2000) menyatakan bahwa kultivar salak dibedakan
berdasarkan tekstur daging buah, warna kulit buah, besar buah, aroma dan rasa
daging buah, serta habitus. Perbedaan ini tidak hanya terjadi pada tanaman salak
dari sentra produksi yang berbeda, tetapi juga antar tanaman dalam satu daerah.
Fenomena ini menyebabkan tanaman salak yang sudah dikelompokkan atas dasar
sistem klasifikasi atau taksonomi, masih menunjukkan keanekaragaman di antara
anggota setiap populasi. Kultivar baru dapat muncul karena faktor lingkungan dan
variasi genetis, misalnya akibat penyerbukan silang. Setiap kultivar salak dapat
memiliki persamaan ataupun perbedaan ciri atau karakter. Adanya persamaan
ataupun perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya
hubungan kemiripan antara kultivar-kultivar salak.
Berdasarkan hasil survei dan identifikasi, salak yang ada di Desa Sibetan dari
klasifikasi botani tergolong familia palmae, genus Salacca, spesies Salacca edulis
Reinw., nama latin Salacca Zalaca, nama Indonesia salak, nama lokal Bali salak,
dan nama Inggris snake fruit. Secara morfologi tumbuhnya tegak dengan batang
pendek, daunnya berpelepah, bertulang sejajar, pada pelepah daun terdapat anak
daun (leaflets), dan bentuk daunnya seperti kipas. Kultivar yang ditemukan
berjumlah 12 jenis yaitu:
Salak Bingin (Salacca zalacca var. Bingin). Salak Gondok (Salacca zalacca
var. Gondok). Salak Getih/Merah (Salacca zalacca var. Getih). Salak Gula Pasir
(Salacca zalacca var. Gula Pasir). Salak Injin (Salacca zalacca var. Injin). Salak
Kelapa (Salacca zalacca var. Kelapa). Salak Nangka (Salacca zalacca var.
Nangka). Salak Nenas (Salacca zalacca var. Nenas). Salak Pade (Salacca zalacca
var. Pade). Salak Penyalin (Salacca zalacca var. Penyalin). Salak Turis/Mangku
(Salacca zalacca var. Turis). Salak Sudamala (Salacca zalacca var. Sudamala).
(Rai et. all 2019)
Jenis salak di kabupaten Enrekang terdiri atas tiga jenis yaitu salak varietas
hitam (bolong), varietas kuning (golla-golla) dan varietas merah (balibi).
Morfologi buah salak ini bervariasi, tergantung dari varietasnya (Darmawati
2019).
Penelitian karakter morfologis bertujuan untuk mendapatkan data sifat dasar
sehingga dapat dibedakan fenotip dari setiap aksesi dengan cepat dan mudah,
dengan menduga seberapa besar keragaman genetik yang dimiliki (Bermawie
2005). Pengamatan morfologis juga berguna untuk mengetahui pengembangan
budidaya tanaman salak melalui pemuliaan. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi
morfologis tanaman salak (Fatimah 2013).
Kajian karakter morfologi sebagai dasar penelitian lanjut kekerabatan salak
merupakan metode yang mudah dan cepat, bisa digunakan secara langsung pada
populasi tanaman salak kemudian data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai
deskripsi tanaman salak dan perbaikan sifat tanaman maupun rencana
pengembangan tanaman salak (Fatimah 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologis buah salak pada Kota
Padangsidimpuan menunjukan adanya keragaman pada ciri buah yang diamati
seperti jumlah buah, ukuran buah, bentuk duri, kekerasan duri, warna duri,
kerapatan duri, warna kulit, bentuk buah, jumah siung, warna daging buah,
ketebalan daging buah, rasa buah, tekstur buah, warna biji, bentuk biji, berat biji,
dan juga ukuran biji yang diamati dari 27 genotipe yang diidentifikasi. Beberapa
ciri khas yang dimiliki buah salak pada semua sampel di kota Padangsidimpuan
adalah ukurannya yang lebih besar, berserat, memiliki rasa yang kelat dan
memiliki dua warna daging buah yaitu putih dan merah (Muhammad Juan Ilyas
2019).

B. Prospek Plasma Nutfah Salak


Potensi buah-buah lokal seperti salak harus lebih dikembangkan lagi dengan
cara perbaikan teknologi budidaya dalam rangka menghasilkan kualitas buah yang
dengan citarasa dan produksi yang meningkat. Selain itu perluasan pasar-pasar
yang mampu menyerap hasil produksi salak terutama pada saat panen raya.
Tanaman salak memiliki karakter tersendiri selain dipengaruhi oleh faktor
genetik, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman salak.
Berdasarkan uraian di atas untuk menjaga dan melestarikan plasma nutfah
salak khususnya aneka jenis salak Bali perlu dilakukan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan melalui kegiatan karakterisasi aneka jenis salak Bali khususnya
yang tumbuh di wilayah Sibetan Karangasem Bali (Rawiniwati, Waluyo 2020).
Kultivar-kultivar salak yang ditemukan di Sibetan dikoleksi dengan
mengambil bijinya untuk bahan perbanyakan. Proses pembuatan bibit berlangsung
lancar dan sukses, terbukti dari 100% biji yang ditanam berhasil menjadi bibit
sehingga dihasilkannya 1500 bibit salak dari 11 kultivar salak. Keberhasilan
pelaksanaan pembuatan bibit tercermin juga dari bibit yang dihasilkan tumbuh
sehat dan vigor (Gambar 1) dan jawaban peserta dari kuesioner yang diberikan
saat kegiatan berlangsung yang semuanya (20 orang responden) menyatakan
sangat puas sampai puas.
Jumlah peserta yang menyatakan sangat puas dan puas ketika ditanyakan
tentang pelaksanaan kegiatan pelatihan dan transfer teknologi pembuatan bibit
salak adalah 90% dan 10%, yang berarti tidak ada (0%) responden yang
menyatakan kurang puas atau sangat tidak puas. Kepuasan yang lebih tinggi lagi
diberikan oleh peserta mengenai materi pelatihan dan metode/cara
pelatih/instruktur dalam memberikan pelatihan yang dijawab sangat puas oleh
95% dan puas oleh 5% responden, serta kepuasan terhadap hasil pembibitan salak
yang dijawab sangat puas oleh 100% responden (Rai et. all 2019).
Gambar 1. Proses pembibitan dan bibit salak yang dihasilkan. Biji yang baru
diambil dari buah salak dikecambahkan dengan menggantung biji tersebut pada
kantong plastik (A), plibag yang telah ditanami hasil semaian biji (B), rumah
paranet sebagai rumah pembibitan (C), bibit hasil perbanyakan kultivar salak
Nangka (D), bibit hasil perbanyakan kultivar salak Nenas (E), dan bibit hasil
perbanyakan kultivar salak Pade (F).
Agar pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis plasma nutfah salak di
kebun Arboretum dapat berkembang dan berproduksi dengan baik maka
diperlukan adanya intalasi irigasi agar pengairan tidak tergantung dari air hujan.
Untuk itu, dilakukan pemasangan instalasi irigasi tets dengan pemipaan. Air
dipanen dengan menggunakan terpal, kemudian dialirkan ke bak plastik besar.
Dari bak plastik besar, air dibagi dan disistribusikan dengan sistem pemipaaan ke
pohon-pohon tanaman salak di kebun Arboretum. Contoh hasil penanaman bibit
dan instalasi iriasi tetes seperti pada Gambar 2.
Kebun botani plasma nutfah salak yang dibuat melalui kegiatan ini dirancang
tidak hanya sebagai kebun koleksi dan konservasi, tetapi sekaligus ditata manjadi
obyek agrowisata. Jenis-jenis salak dalam arboretum diberikan nama, penjelasan
secara botani, morfologi, agronomi dan informasi lainnya yang berguna bagi
pengunjung. Namun demikian, kedepan berbagai informasi terkait dengan kebun
botani plasma nutfah perlu dirangkum dan dikompilasi menjadi buku sumberdaya
genetik plasma nutfah salak Sibetan sehingga dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan edukasi yang komprehensif bagi wisatawan yang berkunjung (Rai
et. all 2019).
Gambar 2. Penananam bibit dan instalasi irigasi tetes untuk pengairan pada
Arboretum. Bibit salak Nangka yang baru ditanam (A), Bibit salak Gondok yang
baru ditanam (B), Bibit salak Pade yang baru ditanam (C), Bak plastik besar untuk
penampung air (D), instalasi pipa distribusi air (E), dan pipa dengan nosel penetes
air pada masing-masing pohon bibit yang baru ditanam (F).

Potensi agrowisata salak Sibetan tidak hanya sebatas sebagai sentra produksi
dalam arti kuantitas, kualitas dan beranekaragamnya produk olahan dari salak
yang dihasilkan, tetapi juga menyangkut tingginya diversitas sumberdaya genetik
plasma nutfah salak yang ada. Namun, potensi besar yang dimiliki belum digarap
dengan baik sehingga perkembangan pariwisata yang pesat di Bali belum
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Desa Sibetan (Rai et. all 2019).
Apabila tidak terjual semua akibat harga yang rendah maka buah-buah
tersebut akan mengalami kerusakan. Untuk mengurangi kerugian yang dialami
petani salak di Bali, buah-buah tersebut diolah menjadi beberapa bentuk makanan
ringan atau minuman. Daging buah salak dapat diolah menjadi dodol salak,
manisan salak, kurma salak, keripik salak, sambal salak dan juga sebagai
minuman yaitu wine salak. Kulit buah salak juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan untuk pembuatan teh, sedangkan bijinya sudah mulai diolah menjadi bahan
minuman yang menyerupai serbuk kopi. salak, kurma salak, keripik salak, sambal
salak dan juga sebagai minuman yaitu wine salak. Kulit buah salak juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan teh, sedangkan bijinya sudah mulai
diolah menjadi bahan minuman yang menyerupai serbuk kopi (Rawiniwati,
Waluyo 2020).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Prospek plasma nutfah tanaman salak sebenarnya cukup tinggi dan
menjanjikan, hanya saja diperlukan pengelolan yang tepat. Seperti halnya
mengembangkan dan perbaikan teknologi budidaya dalam rangka menghasilkan
kualitas buah yang dengan citarasa dan produksi yang baik atau pun berkualiatas
dayasaing dengan buah lain. Potensi dari pengeloaan yang baik ini bisa diperluas
menjadi pusat agrowisata serta beranekaragamnya produk olahan yang dapat
diperjual belikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bermawie N. 2005. Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman. Buku Pedoman
Pengelolaan Plasma Nutfah Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan, Bogor : 38-52.
Darmawati. 2019. Analisis Keragaman Salak (Salacca Zalacca) Varietas Merah
Berdasarkan Morfologi Dan Anatomi Di Kabupaten Enrekang, [Skripsi].
Makasar : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Hadiati , et all. Hasil persilangan dan pertumbuhan beberapa genotipe salak. Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2018.
Herwin S, Wijayanti A, Hidayah N, Cahyuningdari D. 2000. Studi Morfologi dan
Hubungan Kekerabatan Varietas Salak Pondoh (Salacca zalacca
(Gaert.)Voss.) di Dataran Tinggi Sleman.
Ilyas M J. 2019. Identifikasi Karakter Morfologis Buah Salak (Salacca
Sumatrana) Di Kota Padangsidimpuan Provinsi Sumatera Utara. [Skripsi].
Medan : Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Mandiri T K. 2010. Pedoman Budidaya Buah Salak. Bandung : CV Nuansa Aulia.
Bandung.
Mangoendidjojo W. 2007. Dasar-dasar pemuliaan tanaman. Padang : Kanisius.
Rai N, Sudana I P, Wiraatmaja W, Sukewijaya M. 2019. Konservasi Plasma
Nutfah Salak Sebagai Kebun Botani Untuk Mendukung Desa Sibetan Sebagai
Desa Sentra Agrowisata Berbasis Salak. Buletin Udayana Mengabdi 18 ( 3) :
Juli 2019
Rawiniwati W, Waluyo T. 2020. Studi Potensi Dan Morfologi Salak Bali Di
Wilayah Sibetan Karangasem Bali. Laporan Penelitian Stimulus Universitas
Nasional. Jakarta : Fakultas Pertanian Universitas Nasional.
Suskendriyati. 2000. Studi Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Varietas Salak
Pondoh di Dataran Tinggi Sleman, [FMIPA]. Universitas Surakarta.
Biodiversitas 1 (2) : 59-64.

Anda mungkin juga menyukai