Dosen:
Ir. Made Suarjana M.Sc.,Ph.D.
Asisten:
Anissa Dian Pratiwi, S.T., M.T.
Kosmas Try Menzelthe, S.T.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
DESKRIPSI UMUM STRUKTUR
I.1 Data Umum Struktur
Asisten : Kosmas Try Menzelthe Anissa Dian Pratiwi
Kelompok : 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama : Nastasya M Azifah I Tasya R Leika K Laura N Amalia Z Vinsensia Priyanka A
M. Rafi P Gita Y Jeff Samuel Nourma S Kenny L Frisca Selvie Irsyad B
Farhan A Radhean A M. Zakik A M. Syaikhu Suranta S Barndon L Achmad H Febrian S
Imam R Terrance L Fitra H Devin S Rafi A Rizky M Andreas R Freddy S
Cevin H Misbahuddin Azzam Z Faikar R Aldy N Regen I Habbab A Michael F
Antonius T
DESKRIPSI UMUM STRUKTUR
Lokasi : Palu Banjarmasin Aceh Samarinda Lombok Manokwari Bandung Jakaarta
Tanah : Sedang Lunak Sedang Lunak Sedang Lunak Sedang Lunak
Mutu Beton (Mpa) : 40 35 30 40 35 30 40 35
Denah : 1 2 3 4 1 2 3 4
Jarak antar kolom : 8m 6m 8m 6m 8m 6m 8m 6m
Fungsi Lantai Dasar : Parkir Parkir Parkir Parkir Parkir Parkir Parkir Parkir
Fungsi Lantai 1 : Ruko Ruko Ruko Ruko Ruko Ruko Ruko Ruko
Fungsi Lantai 2 : Ruko Ruko Ruko Ruko Ruko Ruko Ruko Ruko
1
Fungsi Lantai 3 : Atap Atap Atap Atap Atap Atap Atap Atap
Sistem Struktur : Memilih antara SRPMK, RPMM dan SRPMB
Peraturan : 1. SNI 1727 2020 Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung dan non-gedung
2. SNI 1726 2019 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung dan non-gedung
3. SNI 2847 2019 Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung
4. Peta Gempa 2017 (PusGen)
DENAH
1 2 3 4
2
I.2 Spesifikasi Material
Spesifikasi material yang digunakan pada perancangan bangunan ruko ini adalah sebagai berikut:
a. Material Beton
1. Kuat tekan (Fc’) : menyesuaikan tabel
2. Massa jenis () : 2400 kg/m3
3. Modulus Elastisitas (E) : 4700*(Fc’)0,5
4. Angka poisson (v) : 0,2
b. Material Baja Tulangan
1. Tegangan leleh (Fy) : 420 MPa
2. Tegangan ultimit (Fu) : 525 MPa
3. Massa jenis : 7850 kg/m3
4. Modulus elastisitas (E) : 200000 Mpa
5. Angka poisson (v) : 0,3
6. Modulus geser (G) : E/[2(1+v)]
3
BAB II
PEMBEBANAN STRUKTUR
4
II. 4 Beban Gempa
Beban gempa ditinjau menggunakan respon spektra berdasarkan persyaratan gempa untuk
bangunan gedungdengan kemungkinan terlampaui 2% dalam 50 tahun (periode ulang ~2500
tahun) (dikalikan dengan 2/3) dengan menggunakan acuan Peta Gempa 2017. (sumber: Pusat
Studi Gempa Nasional).
Contoh : Fungsi Gedung adalah Pabrik, sehingga termasuk ke kategori risiko II, dan faktor
keutamaan gempa, Ie 1,0.
Parameter percepatan respons spektral desain bervariasi tergantung daerah, didapat dari
gambar berikut.
5
6
Kemudian, setelah didapat Parameter Ss dan S1, dihitung nilai SMS dan SM1 dengan langkah
sebagai berikut.
7
Contoh :
Lokasi Serang dengan kelas situs SD, sehingga Ss = 1,0 g dan S1 = 0.5g, sehingga didapat
koefisien Fa = 1,1 dan Fv = 1,8; sehingga didapat nilai SMS dan SM1 :
𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎 𝑆𝑠
𝑆𝑀𝑆 = 1,1 × 1
𝑆𝑀𝑆 = 1,1
2
𝑆𝐷𝑆 = 𝑆𝑀𝑆
3
2
𝑆𝐷𝑆 = × 1,1
3
𝑆𝐷𝑆 = 0,733 𝑔
𝑆𝑀1 = 𝐹𝑣 𝑆1
𝑆𝑀1 = 1,8 × 0,5
𝑆𝑀1 = 0,9
2
𝑆𝐷1 = 𝑆𝑀1
3
2
𝑆𝐷1 = × 0,9
3
𝑆𝐷1 = 0,6 𝑔
8
9
10
II. 5 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban yang digunakan disesuaikan dengan fungsi dari stasiun yang lebih
menyerupai sebuah bangunan gedung sehingga acuan kombinasi beban yang dipakai adalah
SNI 1726:2019. SNI 1726:2019 mendefinisikan kombinasi beban sebagai berikut.
Jumlah kombinasi beban yang dipakai adalah sebagai berikut.
Pengaruh beban gempa yang harus diperhitungkan adalah gempa horisontal dan vertikal
dengan ketentuan sebagai berikut
11
Arah pembebanan beban gempa yang diperhitungkan dalam kombinasi beban gempa sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut.
12
Berdasarkan definisi kombinasi pembebanan SNI 1726:2019, kombinasi yang dipakai
dalan analisis struktur tugas ini adalah sebagai berikut.
Kombinasi pembebanan metode beban terfaktor (ultimit):
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 Lr
3. 1,2 DL + 1 LL + 1,6 Lr
4. 1,2 DL + 1 LL + 0,5 Lr
5. 0,9 DL
6. (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1 L + ρEx + ρ0,3Ey
7. (1,2 + 0,2 SDS) DL + 1 L + ρ0,3Ex + ρEy
8. (0,9 – 0,2SDS) DL + ρ0,3Ex + ρEy
9. (0,9 – 0,2SDS) DL + ρEx + ρ0,3Ey
10. DL+LL+Lr (Kombinasi beban layan)
13
BAB III
PRELIMINARY STRUKTUR
Preliminary design adalah desain awal yang akan digunakan untuk memperkirakan dimensi
struktur dan penulangannya. Perhitungan ini dilakukan untuk menjadi acuan ketepatan hasil
penampang elemen. Pada tugas kecil ini, terdapat 3 elemen yang akan didesain yaitu pelat, balok
dan kolom.
III. 1 Pelat
Pada SNI 2847:2019 direkomendasikan beberapa rumusan untuk menerka berapa tebal
pelat yang dibutuhkan.
III. 2 Balok
Balok pada bangunan apartemen ini terdiri atas balok induk dan balok anak. Gaya yang
diterima balok induk dan balok anak berbeda karena fungsi balok anak dan penumpuan balok
anak yang bertumpu pada balok induk. Oleh karena itu. perkiraan awal akan menghasilkan
dimensi balok anak yang lebih kecil dari balok induk. Untuk desain tinggi balok akan
digunakan pendekatan berikut.
𝐿 𝐿
ℎ𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘−𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 = ℎ𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘−𝑎𝑛𝑎𝑘 =
14 16
L adalah bentang sisi terpanjang
Untuk perbandingan lebar dan tinggi balok diperbesar dan diambil 0,8 sehingga:
14
𝑏 = 0,8 𝑥 ℎ
Ukuran balok diambil ukuran terbesar saja. Sehingga hanya tedapat 1 jenis ukuran balok induk
dan balok anak.
III.3 Kolom
Penentuan dimensi penampang kolom preliminary didekati dengan pendekatan bahwa
kolom menerima beban luar dan momen yang diterima kolom berasal dari MPr (moment
probable) dari balok hasil preliminary. Kolom lantai 1 – 3 akan memiliki ukuran yang sama.
Langkah dalam menentukan penampang kolom adalah dengan langkah perumusan sebagai
berikut.
1. Kolom merupakan struktur yang menahan beban hidup dan beban mati dari pelat dan balok
dalam luas pengaruhnya masing-masing. Luas pengaruhnya diambil yang paling besar
berdasarkan denah arsitektur. Untuk memudahkan perhitungan, kolom yang memikul
beban paling besar, biasanya terdapat pada kolom interior. Dengan luas pengaruh tersebut
dapat ditentukan beban hidup dan beban mati (DL + SIDL) yang dipikul oleh sebuah kolom
dari lantai teratas sampai lantai terbawah.
2. Perhitungan tributary area untuk kolom
Kolom Lt. 3
Kolom Lt. 2
Kolom Lt 1
3. Perhitungan beban yang bekerja pada kolom (Pu). Perhitungan beban dilakukan dari kolom
teratas
Beban Mati Struktur
Kolom Beban SIDL Beban Hidup Beban Atap
Pelat Balok Kolom
Kolom Lt.3 beton x Vpelat beton x Vbalok - SIDL x Area LL x Area Lr x Area
Kolom Lt.2 beton x Vpelat beton x Vbalok beton x Vkolom SIDL x Area LL x Area -
Kolom Lt.1 beton x Vpelat beton x Vbalok beton x Vkolom SIDL x Area LL x Area -
15
Dalam perhitungan beban Pu, perlu dicari rumus kombinasi beban yang
menghasilkan Pu terbesar. Rumus-rumus kombinasi beban tersebut adalah sebagai berikut:
a. 1,4(DL + SIDL)
b. 1,2(DL + SIDL) + 1,6LL + 0,5Lr
c. 1,2(DL + SIDL) + 1,6Lr + LL
d. 1,2(DL + SIDL) + 0,5Lr + LL
Sehingga nanti akan diperoleh 3 nilai Pu pada masing-masing lantai.
4. Luas penampang kolom
Luas penampang kolom pada setiap lantai dapat diperoleh dengan rumus berikut:
𝑃𝑢 = 0,375 × 𝑓𝑐 × 𝐴𝑔
Dengan:
Pu = beban yang ditahan kolom
Fc’ = mutu beton (Mpa)
Ag = luas penampang kolom
Dimensi penampang kolom pada setiap lantai dapat dihitung dengan rumus luas persegi
sehingga:
𝑎 = √𝐴𝑔
Dengan:
a = panjang sisi penampang
Ag = luas penampang kolom
Sehigga nanti akan diperoleh 3 nilai penampang kolom pada masing-masing lantai.
Diambil ukuran penampang kolom terbesar.
5. Menentukan tulangan kolom. Tulangan kolom ditentukan pada rentang rasio 1-6%
16
BAB IV
PEMODELAN ETABS
Pemodelan dan analisis struktur dilakukan dengan bantuan software ETABS. Masukan awal
untuk pemodelan berdasarkan hasil preliminary design. Struktur yang dirancang kemudian dicek
sesuai dengan peraturan pada SNI 1726:2019 secara manual. Pemodelan yang dilakukan adalah
dengan sistem struktur SRPMB/SMRPMM/SRPMK.
SNI 1726:2019 menyatakan bahwa properti kekakuan elemen beton harus memperhitungkan
pengaruh penampang yang retak. Pada SNI 2847:2019 dinyatakan bahwa:
Tabel 2 Reduksi momen inersia dan luas penampang (sumber SNI 2874:2019)
Properti material yang digunakan disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditentukan pada
awal. Pemodelan diasumsikan bahwa diafragma bersifat kaku (rigid). Perletakan pada lantai
dasar/base dimodelkan dengan asumsi kolom terjepit sempurna.
Langkah-langkah pembuatan sistem struktur adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan grid sesuai kebutuhan
Untuk melakukan penggambaran model struktur pada ETABS, perlu dilakukan
pendefinisian grid dengan cara memilih Edit->Edit Stories and Grid Systems->Modify/Show
Grid System. Kemudian masukkan grid beserta koordinatnya sebagai berikut:
17
Gambar 3. 1 Grid System Data
2. Pendefinisian material
Pada pemodelan struktur ini akan digunakan dua jenis material yaitu beton dan baja
tulangan. Untuk melakukan pendefinisian material dilakukan dengan cara memiliki Define
Material Properties Add New Material. Kemudian pilih tipe material yang akan digunakan
dan klik OK. Selanjutnya masukkan data properties material yang akan digunakan.
18
Gambar 3. 3 Pendefinisian Material Tulangan
3. Pemodelan Balok
Untuk pemodelan balok pada program ETABS dilakukan langkah-langkah berikut:
Pada ETABS, pilih Define->Section Properties->Frame Sections->Add New Property-
>Concrete Rectangular Section. Kemudian masukkan hasil preliminary balok sebagai berikut:
19
Pada bagian Property/Show Modifier, atur konstanta inersia balok pada kondisi retak.
Selain itu, pada bagian Reinforcement, atur tipe desain menjadi balok dan material tulangan
sesuai dengan material yang telah didefinisikan sebelumnya.
4. Pemodelan Kolom
Untuk pemodelan kolom pada program ETABS dilakukan langkah-langkah berikut:
Pada ETABS, pilih Define->Section Properties->Frame Sections->Add New Property-
>Concrete Rectangular Section. Kemudian masukkan hasil preliminary kolom sebagai
berikut:
20
Gambar 3. 6 Pendefinisian Penampang Kolom
Pada bagian Property/Show Modifier, atur konstanta inersia kolom pada kondisi retak.
Selain itu, pada bagian Reinforcement, atur tipe desain menjadi kolom dan material
tulangan sesuai dengan material yang telah didefinisikan sebelumnya.
21
Gambar 3. 7 Pendefinsian Tulangan Balok
5. Pemodelan Pelat
Untuk pemodelan pelat pada program ETABS dilakukan langkah-langkah berikut:
Pada ETABS, pilih Define->Section Properties->Slab Sections->Add New Property->.
Kemudian masukkan hasil preliminary pelat sebagai berikut:
Pada bagian Property/Show Modifier, atur konstanta inersia pelat pada kondisi retak.
22
6. Menggambar Balok dan Kolom
Untuk menggambar balok dan kolom, pilih Draw Beam/Column/Brace pada toolbar. Pilih
property yang sesuai (kolom atau balok) dan pilih Moment Release sebagai Continuous karena
balok dan kolom yang dimodelkan memiliki ujung-ujung kaku (rigid). Kemudian gambarlah
balok induk dan kolom pada grid yang sudah dibuat.
23
Gambar 3. 11 Properties dari Penggambaran Kolom
24
8. Menggambar Void
Untuk menggambar void, pilih Draw Floor/Wall pada toolbar. Pilih property opening.
Kemudian gambarlah void dengan mengklik titik-titik yang akan menjadi pembatas luas void.
9. Membuat Perletakan
Pada pemodelan ini, digunakan perletakan jepit pada setiap ujung bawah kolom. Cara
pendefinisian perletakan pada ETABS adalah dengan mengklik seluruh titik ujung kolom yang
akan diberikan perletakan dan memilih Assign->Joint->Restraints dan mencentang seluruh
restraints yang ada atau dapat juga mengklik gambar perletakan jepit pada Fast Restraints
sebagai berikut:
Berikut ini adalah hasil pemodelan sistem struktur gedung pertemuan tiga lantai pada ETABS
dalam beberapa tampak (view):
25
Gambar 3. 17 Tampak Atas
26
Gambar 3. 19 Tampak Samping
Gambar 3. 20 Tampak 3D
27
10. Pendefinisian diafragma
Pendefinisian difragma dilakukan dengan cara klik Define Diaphragms Add New
Diaphragms Rigid OK
Kemudian diafragma di-assign pada seluruh pelat dengan cara. Klik seluruh pelat, lalu Assign
Shells Diaphragms pilih diafragma yang telah didefinisikan Apply
28
12. Pendefinisian pola beban beban
Pendefinisian beban dilakukan dengan cara klik Define Load Patterns Isi nama, type,
Multiplier dan referensi beban Add New Load OK. Pengaturan beban adalah sebagai
berikut :
29
Untuk kasus beban gempa, maka kasus bebannya berupa respon spektra. Kemudian akan diatur
faktor skala beban gempa dengan cara klik salah satu beban gempa, misal Ex Modify/Show
Case Add Load case : Acceleration, Load name : U1 (untuk arah x) atau (U2 untuk arah
y), Function : pilih respons spektra yang telah didefinisikan, scale factor : g.Ie/R OK.
Lakukan untuk gempa arah Y.
Nilai faktor skala dihitung dengan cara
𝑔. 𝐼𝑒
𝑆𝐹 =
𝑅
Dimana, g = percepatan gravitasi (9810 mm/s2), Ie = faktor kepentingan bangunan, R = faktor
modifikasi respons.
30
15. Pendefinisian Mass Source
Ppendefinisian mass source dilakukan dengan cara klik Define mass source Add New
Mass Source Pilih : SpecifiedLoad Pattern Tambahkan beban Dead Load dan SIDL
(Multiplier 1), LL (Multiplier : 0,25) Add OK
Untuk mengaktifkan mass source, pilih default mass source sesuai dengan yang telah
didefinisikan.
16. Penginputan beban
Beban pada struktur diaplikasikan pada pelat lantai. Terdapat 3 jenis beban yang diinput pada
pelat yaitu, beban SIDL, beban LL dan beban Lr. Penginputan beban struktur dilakukan dengan
31
memilih seluruh pelat lantai lalu pilih Assign->Shell loads->Uniform. Pilih jenis beban dan
nilai beban yang akan diaplikasikan.
Gambar 3. 22 Beban LL
32
Gambar 3. 24 Beban SIDL
Gambar 3. 26 Beban Lr
33
17. Run Analysis
Setelah pemodelan dan penginputan beban selesai, dilakukan run analysis dengan mengatur
jenis analisis untuk struktur 3-Dimensi dengan 6 derajat kebebasan dengan cara pilih Analyze
Set Active Degree of Freedoms 3D Frames.
34
18. Pengecekan Kegagalan Struktur dan Gaya Dalam
Untuk melakukan pengecekan kegagalan struktur pilih Concrete Frame Design Start
Design/Check.
Berdasarkan hasil analisis diatas, tidak terdapat kegagalan pada elemen struktur. Untuk
menampilkan diagram gaya dalam, maka pilih Display Force/Stress Diagram
Frame/Pier/Spandrel/Link Force. Isikan kombinasi pembebanan dan tipe gaya dalam yang akan
ditampilkan.
35
Gambar 3. 31 Diagram Gaya Dalam Geser 2-2 Akibat Kombinasi Beban
36
BAB V
ANALISIS STRUKTUR TERHADAP GEMPA
b. Ta maksimum
Batas maksimum periode fundamental struktur ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑎 𝑚𝑎𝑥 = 𝐶𝑢 × 𝑇𝑎 𝑚𝑖𝑖𝑛
37
Dimana Ta maks adalah nilai batas atas perioda bangunan dan Cu ditentukan dari tabel
berikut.
Tabel Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung (sumber: SNI 1726:2019)
Untuk 𝑇 > 𝑇𝐿
𝑆𝐷1 𝑇𝐿
𝐶𝑠 =
𝑅
𝑇 2 (𝐼 )
𝑒
b. Cs Hitungan
𝑆𝐷𝑆
𝐶𝑠 =
𝑅
(𝐼 )
𝑒
c. Cs Minimum
𝐶𝑠 = 0.044𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 ≥ 0,01
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana S1 sama dengan atau
lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari:
38
0,5𝑆1
𝐶𝑠 =
𝑅
(𝐼 )
𝑒
Selanjutnya, dalam memodelkan gaya gempa dinamik dengan respon spektra (geser dasar
ragam), diatur beberapa hal dalam SNI 1726:2012 pasal 7.9.1.4.1 sebagai berikut.
Apabila gaya geser dasar dari kombinasi ragam (hasil keluaran dari analisis software
ETABS) lebih kecil dari pada 100% gaya geser yang dihitung menggunakan prosedur gaya
lateral ekivalen, maka beban gempa pada model struktur harus dikalikan koefisien pembesaran
gempa sehingga perbandingan 100%terlampaui.
Pengecekan simpangan antar lantai dilakukan untuk arah X dan Y. Perhitungan untuk
pengecekan simpangan antar lantai adalah dengan mengalikan maximum storey drift (keluaran
analisis software ETABS) dengan faktor pembesar defleksi (Cd/Ie). Untuk sistem struktur
SRPMK dan sistem ganda, nilai Cd adalah sama yaitu 5,5.
Deformasi struktur yang didapat dari story drift hasil analisis struktur pada ETABS tidak
boleh melebihi deformasi ijin struktur sesuai dengan SNI 1726:2019 Pasal 7.12.1 mengenai
batasan simpangan antarlantai tingkat sebagai berikut.
39
Tabel Simpangan Lantai Ijin (sumber: SNI 1726:2012)
40
0,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 = ≤ 0,25
𝛽 𝑥 𝐶𝑑
dimana 𝛽 adalah rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat antara tingkat
x dan x -1. Rasioini diijinkan secara konservatif diambil sebesar 1.
Data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan efek P-Delta adalah ketinggian antar tingkat,
gaya aksialP maksimum yang bekerja, gaya geser seismik untuk masing-masing arah X dan Y,
serta simpangan antar lantai tingkat untuk masing-masing arah X dan Y.
41
Gambarl Ketidakberaturan Horisontal Struktur (Sumber: SNI 1726:2019)
42
V.6 Ketidakberaturan Vertikal
Pengecekan ketidakberaturan vertikal pada gedung yang dirancang dilakukan berdasarkan
peraturan yang tercantum dalam SNI 1726:2019. Apabila bangunan memiliki satu atau lebih
ketidakberaturan vertikal,maka bangunan harus dirancang mengikuti pasal-pasal yang dirujuk
pada tabel tersebut sesuai kategori desain seismik dari bangunan.
Tabel Ketidakberaturan Vertikal Struktur (Sumber: SNI 1726:2019)
43
Gambar Ketidakberaturan Vertikal Struktur (Sumber: SNI 1726:2019)
44
V.7 Faktor Redudansi
Redundansi adalah kemampuan struktur untuk tidak runtuh pada kondisi inelastik setelah
terjadi serangkaian sendi plastis secara berurutan, sehingga struktur dapat menerima beban
lebih yang menyebabkan struktur tidak mengalami keruntuhan mendadak. Terdapat dua nilai
dari faktor redundansi yaitu 1,0 dan 1,3.
Faktor redundansi yang digunakan dalam analisis struktur gedung tahan gempa yang
dirancang diasumsikan terlebih dahulu sebesar 1.
SNI 1726:2019 Pasal 7.3.4.2 menyatakan sebagai berikut.
Tabel Persyaratan Pengecekan untuk Menentukan Faktor Redundansi (Sumber: SNI 1726:2012 Tabel 15)
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI. 1 Kesimpulan
VI. 2 Saran
46