Anda di halaman 1dari 5

PERMASALAHAN DAN STRATEGI COPING

ORANG TUA TUNGGAL TAK MENIKAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menggambarkan permasalahan yang dihadapi oleh para
orang tua tunggal tak menikah dan strategi coping yang dilakukan. Orang tua tunggal tidak menikah adalah
seorang wanita yang memiliki anak karena kehamilan di luar pernikahan yang sah secara hukum adat atau
hukum pemerintah. Permasalahan- permasalahan pada orang tua tunggal tak menikah dapat dibagi dalam tiga
yaitu segi sosial, segi ekonomi dan segi psikologis. Penelitian ini mempunyai tiga pertanyaan yaitu; pertama,
apa saja permasalahan yang dihadapi oleh para orang tua tunggal tidak menikah? Kedua, apa pengaruh
permasalahan tersebut bagi para orang tua tunggal tak menikah? Ketiga, bagaimana strategi coping yang
diterapkan oleh para orang tua tunggal tak menikah? Penelitian ini melibatkan dua partisipan usia 27 dan 28
tahun yang merupakan orang tua tunggal tidak menikah yang tinggal di Yogyakarta. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara dan observasi semi-terstruktur, sedangkan metode analisis data yang
digunakan berupa analisis dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua
partisipan memiliki strategi coping saat berada dalam kesulitan ketika menjadi orang tua tunggal tidak menikah.
Kemampuan coping yang diterapkan oleh kedua partisipan untuk menghadapi situasi dan kondisi sulit tidak jauh
berbeda karena beberapa permasalahan yang dihadapi hampir sama, seperti halnya masalah ekonomi, sosial, dan
psikologis yang terjadi kepada kedua partisipan.

Kata kunci: orang tua tunggal, strategi coping,orang tua tunggal

ABSTRACT

This research aims to understand and describe the issues or problems faced by unmarried single
mothers and strategy coping. Unmarried single mother is a woman who has a child because of a pregnancy
outside of a marriage that is legal under customary law or government law. Problems in unmarried single
mothers can be divided into three aspects; social, economic and psychological aspects. The research questions
posed in this study are what are the issues or problems faced by unmarried single mothers? Second, what is the
effect of these issues or problems for unmarried single mothers? Third, how the coping strategies are applied by
unmarried single mothers. This study involved two participants aged 27 and 28 years who are single unmarried
mothers living in Yogyakarta. The data collection methods used were semi-structured interviews and
observation, while the data analysis method used was in the form of analysis with a case study approach. The
results showed that both participants had the ability to solve problems or coping strategies when in difficulty
when becoming a single mother unmarried. The coping ability applied by both participants to face difficult
situations and conditions is not much different because some of the problems faced are almost the same, as well
as economic, social, and psychological problems that occur to both participants.

Keywords: Unmarried Single Mother, coping strategy, single parent

LATAR BELAKANG peran jika salah satu peran yang dilakukan dengan
baik tetapi salah satu peran diabaikan oleh karena
Perubahan peran wanita yang menjadi ibu kedua peran tersebut harus dilakukan secara
tunggal dalam membangun keluarga adalah suatu seimbang karena sama-sama membutuhkan waktu,
fenomena yang sangat penting untuk diketahui tenaga dan juga perhatian.
lebih dalam, pada umumnya ibu dengan seorang Seorang perempuan yang menjadi ibu
diri merawat anaknya serta mengurus semua tunggal tentunya memiliki kisah yang beragam.
kebutuhan keluarga. Seorang perempuan yang Ada yang menjadi seorang ibu tunggal karena
menjadi seorang ibu tunggal tidak hanya faktor yang tidak disengaja seperti suami yang
memberikan pengasuhan dalam kehidupan rumah meninggal dunia, namun ada pula karena faktor
tangganya tetapi juga memberikan nafkah bagi yang disengaja seperti perceraian dan keputusan
keluarganya, maka dari itu bisa saja terjadi konflik perempuan untuk menjadi orang tua tunggal tak
menikah. Namun demikian, keputusan yang Penelitian yang demikian secara sengaja
diambil oleh seorang perempuan atau situasi yang membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam
menjadikan seorang perempuan menjadi orang tua keadaan yang sesungguhnya, dan menunggu apa
tunggal merupakan suatu keadaan yang akan yang akan muncul (Poerwandari, 2007). Mulyana
banyak mempengaruhi seluruh aspek (2010) menjelaskan studi kasus adalah uraian dan
kehidupannya. Hampir semua orang tua tunggal penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek
yang tidak menikah menghadapi tekanan- tekanan seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
dan permasalahan yang lebih rumit dibandingkan (komunitas), suatu program, atau suatu situasi
dengan orang tua yang menikah, yang harus sosial.
dihadapi, baik tekanan sosial maupun dari dalam Responden dalam penelitian ini berjumlah
diri individu masing- masing orang tua tunggal. dua orang dengan status orang tua tunggal yang
Hal tersebut karena dalam kehidupan rumah tidak menikah. Peneliti menemukan responden ini
tangga, seorang orang tua tunggal tak menikah dengan menggunakan jejaring sosial dan
harus memikul tanggung jawab selain harus dilanjutkan dengan interview kepada informan.
bekerja mencari nafkah untuk keluarga mereka Responden dalam penelitian ini berumur 27 tahun
juga harus mendidik anak dan berperan ganda dan 28 tahun yang artinya umur responden
menjadi ayah dan ibu bagi anaknya. Selain itu, memiliki rentang umur yang tidak terlalu jauh.
seorang perempuan yang memutuskan untuk Analisis yang dilakukan dalam penelitian
menjadi orang tua tunggal tanpa menikah dengan ini berupa analisis dengan pendekatan studi kasus,
mengadopsi anak, tentu menimbulkan pertanyaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
yang mengarah kepada faktor apa yang menjadikan data dan kesimpulan. Pada pengumpulan data ada
keputusan seseorang itu. Jika ditelaah lebih dalam, dua metode yang digunakan pada penelitian ini,
faktor sosial dan faktor lingkungan serta yakni wawancara dan observasi. Keabsahan
pengalaman dalam keluarga bisa menjadi penyebab penelitian dalam penelitian ini menggunakan teknik
seorang perempuan memutuskan menjadi orang tua triangulasi data.
tunggal dalam menjalani kehidupannya.
Orang tua tunggal tak menikah merupakan HASIL PENELITIAN
fase kehidupan yang tidak selalu dialami oleh
semua wanita, memiliki banyak permasalahan yang Partisipan pertama pada penelitian ini
harus dihadapi. Permasalahan yang sering muncul berinisial VS. VS adalah seorang wiraswasta
pada orang tua tunggal tak menikah antara lain dengan latar belakang S1 Kesehatan Masyarakat.
merasa kesepian, perasaan terjebak dengan Keseharian VS disibukkan dengan mengurus toko
tanggung jawab mengasuh dan membesarkan anak kelontongnya yang dibantu oleh 2 orang saudara
serta mencari nafkah, kekurangan waktu untuk jauh yang bekerja di tempatnya. VS tidak menikah
mengurus diri dan kehidupan seksual, banyak dan telah berpengalaman selama 7 tahun dalam
masalah ekonomi yang muncul, perubahan hidup menjalani kehidupan sebagai orang tua tunggal.
yang lebih menekan, rentan terkena depresi dan VS menjalani peran sebagai orang tua
kurangnya dukungan sosial dalam melakukan tunggal tidak menikah di usia yang masih muda.
perannya sebagai orang tua. VS mempunyai anak ketika VS sedang menempuh
Berdasarkan fenomena dan uraian latar pendidikan perguruan tinggi di kota S. VS
belakang yang telah peneliti kemukakan diatas menceritakan bahwa VS hamil oleh kekasihnya
maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana yang masih juga berstatus sebagai mahasiswa. VS
strategi coping yang di lakukan orang tua tunggal menjalani kehamilannya tersebut tanpa ikatan
tak menikah untuk menghadapi permasalahan nya. pernikahan. Pertama kali mengetahui bahwa VS
sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk hamil, VS mengaku bingung yang membuat dirinya
memahami proses dan menemukan issues atau berkeinginan untuk menggugurkan kandungannya.
permasalahan yang dihadapi oleh para orang tua Namun keputusan tersebut diturunkannya.
tunggal tak menikah dan strategi coping yang
dilakukan oleh para orang tua tunggal tak menikah Memikirkan sanksi sosial yang akan diterima di
dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. lingkungan kampus, membuat VS mengambil cuti
untuk menyembunyikan kehamilannya. VS juga
METODE PENELITIAN menutupi kehamilannya dari keluarganya. VS dan
kekasihnya kemudian memutuskan untuk tinggal
Metodologi penelitian yang digunakan bersama di sebuah kontrakan.
dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan VS mengaku, pada awal kehamilan,
pendekatan studi kasus. Desain penelitian kualitatif kekasihnya sangat kooperatif dan mensupport
bersifat alamiah yang dalam hal ini peneliti tidak kebutuhannya. Namun, pada usia kandungan empat
berusaha memanipulasi setting penelitian, bulan, kekasih VS mulai kurang mensupport VS,
melainkan melakukan studi terhadap fenomena sehingga VS mencari cara untuk bisa mencukupi
dalam situasi dimana fenomena tersebut ada. kebutuhan hidupnya dengan berjualan secara
daring, yang mana kesibukan ini masih VS lakukan pacar dari kedua partisipan berhenti memberikan
hingga saat ini. VS merasa bahwa kekasihnya tidak dukungannya dan tidak diketahui keberadaannya.
lagi mensupportnya dan meninggalkannya Partisipan VS mengungkapkan, karena tidak
sendirian, sedangkan persalinan semakin dekat. Hal memiliki uang sama sekali, pernah seharian tidak
ini membuat VS terpaksa memberitahu makan sama dan hanya mengkonsumsi susu ibu
keluarganya. hamil serta tidak bisa pergi memeriksakan
Setelah mengetahui keadaan VS, VS kandungannya ke bidan. Sedangkan partisipan SS,
dibawa oleh keluarganya untuk kembali ke karena hamil harus berhenti dari pekerjaannya dan
kampung halamannya. Keluarga VS memberikan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.
motivasi dan support untuk VS. Namun demikian, Masalah kedua yang harus dihadapi oleh
VS mendapatkan kata- kata yang menyakitkan dari kedua partisipan adalah masalah sosial, dimulai
lingkungan masyarakatnya dan menjadi buah bibir dari awal kehamilan hingga sekarang setelah kedua
masyarakat untuk beberapa waktu. Pada mulanya partisipan melahirkan. Partisipan VS dan partisipan
VS merasa terbebani dengan masalah ini, namun SS sama-sama menerima omongan yang tidak baik
semakin lama, VS menjadi semakin terbiasa. dan juga ejekan dari lingkungan / tetangga /
Melihat pertumbuhan anaknya yang setiap masyarakat sekitar tempat tinggal karena kejadian
hari semakin bertambah VS pun mendidik anaknya yang dialami keduanya. Diantaranya adalah
sesuai agama dan adat istiadat yang ada di pertanyaan yang muncul tentang siapa suami atau
lingkunganya. Banyak harapan yang VS inginkan ayah dari anak partisipan dan pernyataan bahwa
kedepannya kepada anaknya tersebut agar kejadian anak mereka adalah anak haram dari masyarakat
VS tidak terjadi pada anaknya kelak. Selain sekitar.
harapan kepada anaknya VS juga pengen Masalah ketiga yang harus dihadapi
mempunyai sosok seorang ayah buat anaknya. selanjutnya oleh kedua partisipan adalah masalah
Partisipan kedua pada penelitian ini psikologis. Partisipan VS mengalami tekanan
berinisial SS. SS merupakan seorang fotografer karena beban pikiran, kesepian dan harus sendiri
yang berusia 28 tahun. Sebelum menjadi orang tua mengurus anaknya, juga karena lingkungan yang
tunggal SS awalnya bekerja di sebuah hotel di bali. Sebagian menerima dan sebagian lagi menolak
Dari pergaulan yang SS jalani, SS kemudian hamil kasus yang dialaminya. Pikiran yang mengganggu
tanpa ada ikatan pernikahan. Pada awal kehamilan VS adalah keinginan untuk memiliki keluarga yang
SS, SS masih mendapatkan support dari utuh, tetapi merasa belum mampu melawan trauma
kekasihnya, meskipun kekasihnya tinggal di luar terhadap laki-laki. Sedangkan pada partisipan SS,
negeri. Namun, kemudian kekasihnya tidak subjek mengalami tekanan dari lingkungannya
menghubungi kembali dan berhenti memberikan yang kurang menerima keadaan subjek dan
support, sehingga SS harus bekerja sebagai ART merawat anak subjek sendiri sehingga subjek
dalam keadaan hamil. Karena kehamilan semakin menjadi sensitif. Pikiran yang mengganggu adalah
tua, maka SS membuka diri kepada orang tuanya. subjek sedih karena memiliki anak tanpa seorang
Orang tua dan SS pun memutuskan untuk kembali ayah.
ke kampung halaman dan membesarkan anaknya Taylor (2006) menyebutkan terdapat dua
seorang diri. Di kampung halamannya, SS faktor yang mempengaruhi individu dalam
mendapatkan penerimaan yang baik dari keluarga, melakukan strategi coping. Kedua faktor tersebut
orang tua SS juga membantu kebutuhan SS dan terbagi dalam faktor internal dan faktor eksternal.
anak SS. Permasalahan justru timbul di lingkungan Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
sosial, terutama masyarakat disekitar SS tinggal. dalam diri individu, seperti faktor kepribadian dan
Namun SS menyikapi dengan santai dan bertekad metode coping yang digunakan. Taylor (2006)
untuk fokus kepada anak, karena SS menyadari mengemukakan kepribadian mempengaruhi reaksi
bahwa SS harus memainkan peran ganda sebagai seseorang terhadap stress dan strategi coping yang
ayah juga sebagai ibu. SS juga berusaha untuk digunakan, seperti kepribadian optimistic yang
menjadi individu yang mandiri. dapat diasosiasikan dengan kecenderungan
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan problem focused coping. Seorang yang
VS dan SS secara garis besar mempunyai masalah optimis akan berantusias untuk mencari pemecahan
yang hampir sama, yang pertama adalah masalah masalah, karena mereka yakin bahwa semua
ekonomi. Masalah ekonomi dihadapi oleh masalah pasti ada jalan keluar asalkan mau berpikir
partisipan VS dan partisipan SS dimulai sejak masa dan berusaha untuk mencoba, bukan malah pasrah
kehamilannya. Pada partisipan VS dan partisipan karena semua yang terjadi dalam hidup seorang
SS, di awal kehamilan, calon ayah dari anak yang memang sudah nasib.
dikandung, masih peduli dengan memberikan Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
dukungan terhadap keduanya. Bahkan, pacar dari yang berasal dari luar diri individu, seperti: waktu,
partisipan SS, sempat mengirimkan uang untuk uang, pendidikan, kualitas hidup, dukungan
biaya hidup sebagai bentuk dukungan. Tetapi, hal keluarga, dan sosial serta tidak adanya stresor lain.
tersebut tidak berlangsung lama. Pada akhirnya, Menurut Taylor (2006), strategi coping akan lebih
efektif menghadapi konflik apapun apabila oleh para orang tua tunggal tak menikah. Meskipun
mendapat dukungan dari saudara, orang tua, teman, pada prinsipnya, setiap orang tua tunggal tak
tenaga profesional yang tentu mempermudah menikah memiliki cara berbeda di dalam
individu tersebut melakukan coping yang tepat menghadapi tekanan yang menyebabkan stres. Hal
dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Hal tersebut tergantung pandangan seseorang terhadap
ini yang dialami oleh kedua partisipan yang stres yang dialaminya. Menghadapi stres seseorang
mendapatkan dukungan penuh dari orang terdekat, juga ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari
seperti teman – temannya. diri seseorang (internal) tersebut maupun faktor
Bukan hanya masalah ekonomi, persoalan dari luar (eksternal), seperti: kepribadian, dukungan
lain yang dihadapi dari segi sosial biasanya juga sosial, dan harapan akan self-efficacy (percaya diri).
terjadi pada orang tua tunggal tak menikah. Tetapi,
partisipan mendapatkan hal positif yang membuat PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
dirinya semakin kuat untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapinya, yaitu dukungan Berdasarkan hasil penelitian, kedua
dari orang terdekat. Hal ini sesuai dengan partisipan mempunyai regulasi emosi yang baik.
pernyataan “strategi coping akan lebih efektif Kedua partisipan menghadapi masalah yang
menghadapi konflik apapun apabila mendapat membuat partisipan memilih untuk sendiri dan
dukungan dari saudara, orang tua, teman, tenaga merawat anaknya seorang diri tanpa sosok
profesional yang tentu mempermudah individu pendamping, oleh karena itu kedua partisipan
tersebut melakukan coping yang tepat dalam menjadi lebih kuat dan mandiri untuk menghadapi
menghadapi dan memecahkan masalah berbagai. permasalahan yang dihadapinya.
( Taylor-.2006). Dalam menghadapi penolakan masyarakat
Partisipan VS mengungkapkan, untuk setempat kedua partisipan memilih untuk tidak
dampak ekonomi, subjek menjadi merasa lebih merespon dan mengabaikan pendapat orang lain.
tertantang dan semakin bersemangat mencari Kedua partisipan memiliki keyakinan bahwa
nafkah untuk masa depan anaknya. Dari dampak kehidupan mendatang akan lebih baik dari
sosial dan psikologis, subjek yang merasa sudah kehidupan saat ini, karena mereka berpikir tidak
memiliki nama tercemar di lingkungannya justru akan menjadi orang tua tunggal seumur hidupnya.
memanfaatkan hal tersebut secara positif untuk Kedua partisipan menyadari atas resiko
lebih memperkenalkan usaha warung dan online dari keputusan yang diambil, yaitu memilih untuk
shop yang dimilikinya supaya semakin menjalani kehidupan sebagai orang tua tunggal tak
berkembang. Untuk pola asuh yang diterapkan menikah yang akan merawat dan menjaga anaknya
terhadap anaknya, partisipan VS mendidik anaknya seorang diri. Strategi coping yang diambil oleh
menjadi anak yang baik, mandiri, dan berbakti kedua partisipan mendapat dukungan dari teman
kepada orangtua. VS juga berharap supaya anaknya dan keluarga, karena menurut mereka keputusan
menjadi orang yang sukses. tersebut sangat baik dan bijak dibanding mereka
Partisipan SS mengungkapkan, untuk harus mengaborsi janinnya.
dampak ekonomi, subjek berencana Dampak yang dialami ketika hamil diluar
mengembangkan usaha fotografernya untuk nikah juga menimbulkan berbagai masalah dan
tabungan masa depan anaknya. Dari dampak sosial situasi sulit. Kedua partisipan mengembangkan
dan psikologis, subjek merasa menjadi sosok yang strategi coping yang positif yang membuat mereka
lebih tenang, sabar dan bertanggung jawab. Untuk bisa menerima semua yang terjadi dengan ikhlas.
pola asuh yang diterapkan terhadap anaknya, Kedua partisipan meyakinkan diri bahwa mereka
partisipan SS menerapkan pola asuh demokratis sanggup melewati semua situasi sulit ini.
yang mudah diterima oleh orang lain dan mendidik Bentuk strategi lain yang digunakan kedua
anaknya supaya menjadi mandiri dan kuat. Untuk partisipan dalam menghadapi masalah yang lain
ke depannya, subjek berharap mempunyai adalah Problem focused coping mencari dukungan
kehidupan yang lebih baik, keluarganya diberi sosial; individu yang berusaha untuk mendapatkan
kesehatan, keselamatan dan usahanya terus bantuan dari orang tua. Kedua partisipan mencari
berkembang. dukungan sosial baik dari teman-teman terdekat
Bertahan dalam situasi yang sulit saat maupun keluarga. Partisipan VS yang awalnya
menjadi orang tua tunggal tak menikah bukanlah menyembunyikan kehamilan dari orang tuanya
hal yang mudah untuk dijalani oleh kedua akhirnya memberanikan diri memberitahu dan
partisipan. Banyak upaya yang telah dilakukan meminta bantuan kedua orangtuanya. Begitupun
untuk terus bertahan dalam keadaan yang sulit. partisipan SS mendapat dukungan sosial dari
Usaha untuk keluar dari situasi yang menekan, dan orangtua maupun teman dekatnya.
mencari cara untuk mengatasi permasalahan yang Strategi lain yang digunakan kedua
dihadapi dikenal dengan istilah coping (Yusuf, partisipan dalam menghadapi masalah yang lain
2004: 115). Tidak dapat dipungkiri bahwa stres adalah Emotional Focused Coping yang terdiri dari
merupakan bagian dari kehidupan yang dialami 4 macam antara lain kontrol diri, membuat jarak,
penilaian kembali secara positif , dan menerima Lazarus & Folkman. 1994. Stress, Appraisal and
tanggung jawab. Partisipan VS memilih untuk Coping. New York : Spinger Publishing
mengontrol diri agar tidak emosional saat orang Company, Inc
lain membicarakan keadaan sehingga tidak mudah Lleras. 2008. The Process of Parenting.
marah yang nanti akan mengakibatkan partisipan Yogyakarta: Pustaka Belajar
menjadi stress dan membahayakan kesehatan Mahmudah, Siti. 1990. Psikologi Sosial. Malang:
dirinya dan juga anaknya. Partisipan VS memilih UIN Maliki Press.
untuk menghindari atau membuat jarak dengan Martin. 2014. Results in Focus: What 15 Year-Olds
orang-orang yang bisa menyebabkan ia menjadi Know and What They Can Do with What
emosional. Partisipan VS pun menerima semua They Know. New York: Columbia
yang terjadi pada dirinya karena menurutnya ini University
merupakan tanggung jawab yang harus ia terima Mashudi, Farid. 2013. Psikologi Konseling.
karena kesalahan yang diperbuat. Tidak jauh Jogjakarta: IRCiSoD
berbeda dengan partisipan VS begitupun partisipan Moleong. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung:
SS ia selalu mencoba menjauhi hal-hal yang bisa PT Remaja Rosdakarya
menyebabkan ia menjadi stress dan akan Miles, Mathew B. Michael Huberman and Johnny
membahayakan kondisinya dan juga anaknya. Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis, A
Partisipan SS pun memilih untuk mengontrol Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage
keadaannya saat emosional dan partisipan SS pun Production. Terjemahan: Tjetjep Rohindi R.
menerima semua yang terjadi padanya sebagai UI-Press
tanggung jawab karena kesalahan yang dibuatnya. Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian
Self efficacy yang dimiliki kedua Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
partisipan juga membantu mereka untuk bisa Rosdakarya
menangani semua masalah yang mereka hadapi. Nevid, dkk, 2012. Psikologi Abnormal Jilid 2.
Self efficacy merupakan harapan terhadap Jakarta: Erlangga.
kemampuan diri dalam mengatasi tantangan yang Oxford Advanced Learner’s Dictionary. (2010)
dihadapi, harapan terhadap kemampuan diri untuk Oxford: Oxford University Press
menghasilkan perubahan hidup yang positif. Kedua Papalia, E.dkk. 2008. Human Development. Edisi
partisipan memiliki kemampuan untuk melewati Kesembilan. Jakarta : Kencana
semua masalah yang terjadi dalam hidup mereka Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
karena harapan mereka untuk perubahan hidup tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak
yang lebih positif. Kedua partisipan selalu Peraturan Menteri Sosial. Nomor.110 tahun 2009
memandang semua masalah yang ada akan tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak
mengubah hidup mereka menjadi lebih baik lagi. Poerwandari, E.K. (2007). Pendekatan Kualitatif
Kedua partisipan juga memiliki religiusitas yang dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3
baik sehingga mereka selalu bersyukur terhadap Universitas Indonesia
semua yang terjadi dalam diri mereka. Qaimi, A. 2003. Single Parent: Peran Ganda Ibu
dalam Mendidik Anak. Bogor: Cahaya.
DAFTAR PUSTAKA Rasmun. 2004. Stress Koping dan Adaptasi. Jakarta
:CV.Sagung Seto
Taylor, 2003. Strategi Coping. Bandung : Remaja
Suhendi. Dkk. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Rosdakarya.
Keluarga. Pustaka Setia. Bandung Veenhoven, Ruut. (2006). How Do We Assess How
Higgins, June E dan Endler, Endler S. (1995). Happy We Are? Tonets, implications and
COPING, LIFE STRESS, AND tenability of three theories. USA: Paper
PSYCHOLOGICAL AND SOMATIC presented at conference on ‘New Directions
DISTRESS. European Journal Of in the Study of Happiness: United States and
Personality. Vol.9. 253 – 270. International Perspectives’, University of
Hurlock, E.B .1999. Psikologi Perkembangan : Notre Dame
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Yusuf. HS. 2004. Psikologi Perkembangan anak &
Kehidupan. Alih Bahasa : Istiwidayanti dan Remaja. Remaja Rosdakarya Offset.
Soedjarwo. Jakarta : Erlangga Bandung.
Hoyer William J. 2009. Adult Development and
Aging (6th ed.). New York, New York:
McGraw Hill

Anda mungkin juga menyukai