Anda di halaman 1dari 23

ASKEP AGREGAT DALAM KOMUNITAS :

POPULASI RENTAN PENYAKIT MENTAL,


KECACATAN,
& POPULASI TERLANTAR

Ns. Dwi Widyastuti, M.Kep


Konsep at Risk
❑ Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu dampak/konsekuensi
❑ akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu
perbuatan atau tindakan (KBBI)

❑ Pengetahuan tentang risiko ini diperlukan untuk mengetahui proses perkembangan


bahaya menjadi dampak/ konsekuensi, sehingga rantai proses dapat diputus agar
tidak menjadi sebuah konsekuensi

https://healthsafetyprotection.com/pemahaman-tentang-risiko-risk/
Konsep Vulnerable Population
• Populasi rawan/rentan : kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan
risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan (Flaskerud &
Winslow, 1994)
• Health Policy Center (2010) mendefinisikan populasi rentan sebagai berikut:
“Vulnerable populations are groups that are not well integrated into the health care
system because of ethnic, cultural, economic, geographic, or health characteristics.
This isolation puts members of these groups at risk for not obtaining necessary
medical care, and thus constitutes a potential threat to their health.”
Kelompok Populasi Rawan/Rentan

Bagian dari kelompok populasi yang memiliki


kecenderungan lebih untuk mengalami masalah
kesehatan sebagai akibat dari terpajannya terhadap
risiko atau memperoleh hasil dari masalah kesehatan
yang lebih buruk dari kelompok populasi lain secara
keseluruhan. Kerentanan adalah sejauh mana populasi,
individu atau organisasi tidak mampu mengantisipasi,
mengatasi, menolak dan pulih dari dampak bencana.
(WHO, 2002)
Kelompok rentan (WHO, 2015)
Keadaan yang berdampak memperparah keadaan rentan
seseorang adalah sebagai berikut:

Beban penyakit
yang
Tempat tinggal
Bencana berhubungan Kemiskinan Tunawisma
yang buruk
dengan keadaan
darurat
Populasi Rentan Penyakit Mental
● Kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang
disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-
kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk
bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta
di komunitasnya (WHO)

● Sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi


masalah gangguan jiwa. (Dr.Celestinus Eigya Munthe, 2021)

● Lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun


mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta
penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi
(Riskesdas, 2018)

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-
jiwa-di-indonesia/
Populasi Rentan Penyakit Mental
● Gangguan kesehatan mental tidak hanya diperoleh dari garis keturunan,
adanya stress yang berlebih disebabkan tuntutan hidup akan berdampak
pada gangguan kesehatan mental yang lebih buruk
● Di Indonesia masih ditemukan cara penanganan yang tidak tepat bagi
penderita gangguan kesehatan mental, seperti dikurung, dipasung,
dirantai dll
● Penyebab tingginya masalah kesehatan mental juga dipicu dari kurang
adanya keterbukaan masyarakat mengenai hal tersebut, mereka memilih
untuk diam dan mencoba untuk melakukan penanganan sendiri, dengan
cara primitif dan kuno.
• Angka kekambuhan yang tinggi salah satunya disebabkan
persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap penyakit
jiwa

• Penelitian Pratiwi dan Nurlaily, 2010 menemukan bahwa


keluarga yang mempunyai anggota keluarga gangguan
▪ Pengetahuan masyarakat yang masih
jiwa cenderung mengisolasi pasien karena dianggap
kurang, berfikir bahwa orang yang
tidak berguna dan khawatir sewaktu-waktu bisa kambuh.
menderita penyakit jiwa tidak bisa
sembuh, tidak bisa bergaul dengan orang
lain.
http://news.unair.ac.id/2019/10/10/paradigma-kesehatan-mental/
PENYAKIT JIWA DI KOMUNITAS
❑ Kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat
disebabkan kurangnya informasi yang harus diberikan
oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat mengenai
penyakit jiwa

❑ Sehingga pemberian informasi, mengedukasi


masyarakat sangatlah penting terkait kesehatan mental
agar stigma yang ada di masyarakat dapat dihilangkan
dan penderita mendapatkan penanganan yang tepat
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan Mental (Mental Disorder)

Cedera kepala Faktor genetic/terdapat Kekerasan dalam rimah


riwayat gangguan mental tangga/ pelecehan lainnya
dalam keluarga

Kekerasan pada anak atau Trauma signifikan, missal


riwayat kekerasan pada perang, kecelakaan serius,
masa kanak-kanak kejahatan dll
Faktor risiko
gangguan mental
• Perempuan memiliki risiko tinggi mengidap
depresi dan kecemasan, sedangkan laki- laki
memiliki risiko mengidap ketergantungan zat dan
antisosial.
• Perempuan setelah melahirkan.
• Memiliki masalah di masa kanak-kanak atau
masalah gaya hidup.

http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1022-kesehatan-mental-2
Pencegahan
Gangguan Mental

Definisi pencegahan mempunyai pengertian


sebagai metode yang digunakan manusia untuk
menghadapi diri sendiri dan orang lain guna
meniadakan atau mengurangi terjadinya
gangguan kejiwaan (AF. Jaelani (2000:87)

Tujuan utama pencegahan gangguan


mental adalah membimbing mental yang
sakit agar menjadi sehat mental
danmenjaga mental yang sehat agar tetap
sehat.
UPAYA PENCEGAHAN
Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik

Membantu orang lain dengan tulus

Memelihara pikiran yang positif

Memiliki kemampuan mengatasi masalah

Mencari bantuan professional, jika diperlukan

Menjaga hubungan baik dengan orang lain

Menjaga kecukupan tidur dan istirahat


POPULASI RENTAN KECACATAN…

● Setiap orang yang mempunyai kelainan fisik


dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri
dari: a. penyandang cacat fisik; b. penyandang cacat
mental ; c. penyandang cacat fisik dan mental (UU
No 4 Tahun 1997)

● Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak


Asasi Manusia, penyandang cacat/disabilitas
merupakan kelompok masyarakat rentan yang
berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan
lebih berkenaan dengan kehususannya
Pengertian penyandang cacat dibagi menjadi 3 hal (WHO, 1980)

Impairment Disability
• merupakan suatu kehilangan atau • suatu ketidakmampuan melaksanakan
ketidaknormalan baik psikologis, suatu aktivitas/kegiatan tertentu
fisiologis maupun kelainan struktur sebagaimana layaknya orang normal
atau fungsi anatomi yang disebabkan oleh kondisi
impairment

Handycap
• Kesulitan/kesukaran dalam kehidupan pribadi,
keluarga dan masyarakat baik dibidang sosial
ekonomi maupun psikologi yang dialami oleh
seseorang yang disebabkan ketidaknormalan
tersebut.

Marjuki, 2010, Penyandang CacatBerdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF) http://www.scribd.com/doc/24613087/Penyandang-
Cacat-Berdasarkan-Klasifikasi-International-Classification-of-Functioning-for-Disability-andHealth-ICF
1. Gangguan penglihatan (tuna netra)
2. Gangguan pendengaran (tuna rungu)
3. Gangguan bicara (tuna wicara)
Penggolongan jenis-jenis penyandang 4. Gangguan motorik dan mobilitas (tuna daksa)
disabilitas dalam Perda No 4 Tahun 2012
5. Cerebral palsy
6. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif
7. Autis
8. Epilepsi;
9. Tourette’s syndrome
10. Gangguan sosialitas, emosional, dan perilaku
11. Retardasi mental
Penyandang Cacat di Masyarakat
❖ Penyandang cacat juga memiliki hak dan kewajiban yang sama
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, diantaranya
adalah berhak memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan
derajat kecacatan yang ada pada mereka.
❖ Perhatian masyarakat akan keterbatasan yang dimiliki
penyandang cacat masih sangat kurang, bahkan seringkali
diabaikan dan dianggap sebagai beban. Tidak jarang
ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki menjadi masalah tersendiri yang
perlu mendapat perhatian
❖ Populasi Rentan Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous
(rakyat, berarti penduduk).

❖ Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit


dalam peraturan perundang-undangan, seperti tercantum dalam
Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.39 Tahun 1999 yang
menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok
masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan
perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.
Populasi terlantar
❑ Dapat digambarkan sebagai seseorang yang tidak
memiliki tempat tinggal secara tetap dan sengaja
dibuat untuk beristirahat/tidur.
❑ Biasanya di golongkan ke dalam golongan
masyarakat rendah dan tidak memiliki keluarga.
❑ Kegagalan sistem pendukung dalam keluarga dapat
menjadikan siapapun menjadi populasi terlantar,
seperti orang miskin, anak-anak, masyarakat yang
tidak memiliki keterampilan, petani, ibu rumah
tangga, pekerja sosial, tenaga kesehatan profesional
serta ilmuwan.
❑ Beberapa alasan menjadi tunawisma
kehilangan pekerjaan, ditinggal oleh keluarga,
kekerasan dalam rumah tangga, pecandu
alkohol, atau cacat.
❑ Populasi terlantar lebih rentan terhadap
masalah kesehatan dan akses ke pelayanan
kesehatan sangat rendah karena
keterbatasan ekonomi.
FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA POPULASI TERLANTAR

Rendah tingginya Rendahnya


Kemiskinan Keluarga
pendidikan keterampilan

Masalah social
Cacat fisik Umur Faktor lingkungan
budaya

Lemahnya
penanganan
Letak geografis masalah
gelandangan dan
pengemis
Level Pencegahan Populasi Terlantar

Pencegahan Primer
1 Menjaga populasi terlantar
agar tetap berada di rumah
Bantuan finansial, hukum,
relokasi dan saran finansial

Pencegahan Sekunder
2 You can describe the topic
of the section here
Rumah tradisional tanpa
dipungut biaya, obat-obatan,
vitami dll

3
Pencegahan Tersier
Pencegahan untuk mengurangi Terdiri dari bimbingan mental,
ketidakmampuan dan mengadakan kesehatan dan ketertiban serta
rehabilitasi (Budiarto, 2003) keagamaan

Anda mungkin juga menyukai