Anda di halaman 1dari 30

Oleh:

DR. Dra. Sumarni DW., M.Kes *)

Disampaikan dalam Pertemuan Purna Karya Dosen Fisipol UGM


(Sabtu, 12 Februari 2011)

*) Dosen Fakultas Kedokteran UGM.

01
Departemen Kesehatan RI membagi umur lanjut
usia (lansia) menjadi 3 tingkatan, yaitu:
usia lanjut (elderly) : 60 74 tahun
usia tua (old) : 75 90 tahun
usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun.

Akhir-akhir ini, dengan memperhatikan semakin


beratnya beban hidup dan permasalahan
psikososial yang dihadapi, muncul kategori lanjut
usia awal (early old) yaitu bagi mereka yang
berumur 55 59 tahun.

02
Sejak tahun 2000, Indonesia telah memasuki era
masyarakat berstruktur tua (aging structured
population), karena 7,18% dari penduduk Indonesia
berusia 60 tahun ke atas (batasan PBB: 7,0%).

Menurut prediksi Badan Pusat Statistik (BPS), pada


tahun 2010 banyaknya penduduk lansia di
Indonesia akan mencapai 28,0 juta jiwa, dengan
rincian:
12,4 juta jiwa (44,3%) tinggal di perkotaan dan 15,6
juta jiwa (55,7%) tinggal di perdesaan;
14,8 juta jiwa (52,9%) perempuan dan 13,2 juta
jiwa (47,1%) laki-laki
03
Dalam buku Kabupaten Sleman Dalam Angka
2009:
a.Banyaknya penduduk lansia awal (usia 55-59
tahun) 42.665 jiwa (4,24% penduduk);
b. Banyaknya penduduk
lansia (usia 60 tahun ke atas) 122.364 jiwa
(11,59% penduduk).

Usia harapan hidup lansia di Kabupaten Sleman


pada tahun 2009 mencapai 76,2 tahun.

Banyaknya lansia di Sleman, potensial terus


meningkat karena Sleman cocok untuk menetap
pensiunan (tenteram, kondisi alam secara umum
masih baik, tempat pendidikan anak/cucu).
04
Secara phisik, lansia mengalami perubahan
organobiologik, degenerasi/penuaan organ tubuh.

Kapasitas dan fungsi-fungsi organ tubuh:


menurun 0,75%-1,00% per tahun mulai usia 31
tahun;
pada usia 56 tahun, kapasitas dan fungsi organ
tubuh tinggal 75%-81%.

Merasa tidak sebugar dan sekuat ketika masih


berusia lebih muda, lebih mudah lelah/capai.

05
Kondisi phisik lansia pada umumnya:
Daya tahan tubuh menurun;
Mudah terkena infeksi;
Penurunan fungsi panca indera, kendali sekresi
(kencing, BAB) menurun.

Potensi penyakit degeneratif:


DM (kencing manis);
Gangguan jantung;
Kanker;
Osteoporosis/osteoartitis.
meningkatkan stres.
06
Respon tubuh dalam menghadapi stres, dapat dibagi
menjadi 3 fase:

Stage of Alarm Reaction (reaksi peringatan): tubuh


dapat mengatasi stresor dengan baik.

Stage of Resistance (reaksi pertahanan): reaksi


terhadap stresor sudah melampaui kemampuan, mulai
muncul gejala-gejala psikosoamatis.

Stage of Exhaustion (reaksi kelelahan): merasa


kelelahan, gejala-gejala psikosomatis semakin jelas.

07
Performance

Intended

Exhaustion

Ill-health

Presure

Break-down

Stimuli

Pada puncak daya tahan individu menghadapi stresor, individu mulai mengalami
kelelahan/ kepayahan (exhaustion).
Jika stresor datang lagi, individu memasuki kondisi antara sehat dan sakit (ill-
health) mengeluh badannya sakit-sakit, padahal secara phisik sehat.
Pada kondisi ini, dengan stresor kecil saja individu menjadi tidak berdaya
(break-down) depresi.

08
Gangguan mental yang sering dialami lansia:
insomnia
stres psikososial
anxiety
depresi
gangguan perilaku: agresif, agitasi
(Jervis, 2007; Zudema, 2007).

Gangguan mental yang terbanyak dialami oleh lansia


adalah depresi, yang merupakan gangguan jiwa oleh
karena stresor psikososial.
(Hawari, 1997; Soewadi, 1999).

Penelitian Sumarni (2007): prevalensi gangguan


depresi pada lansia di Kota Yogyakarta mencapai
46,1%
09
Stresor psikososial yang sering dialami lansia:
Mengalami penurunan produktivitas.
Mengalami penurunan aktivitas/peran sosial.
Mengalami penurunan harga diri.
Mengalami penurunan penghasilan.
Menanggung beban biaya hidup anak/cucu.
Meningkatnya ketergantungan.
Merengggangnya hubungan sosial.
Merasa mengalami penelantaran keluarga.
Kehilangan teman-teman dekat, kesepian.
Kematian pasangan hidup.
Kurangnya dukungan sosial dari keluarga.
(Arianti 2004; Davidson, 2004)
10
Selain depresi, sresor psikososial pada lansia juga
berpotensi meningkatkan/memperberat gangguan
kesehatan:
Diabetes melitus tipe 2
Jantung koroner
Hipertensi
Kanker
Gangguan kesehatan reproduksi
(Hawari, 1995; Soewadi, 1999)

11
Gejala-gejala depresi pada lansia, antara lain:
Kehilangan minat, ketertarikan, dan kesenangan
(segala macam hal dikeluhkan)
Mudah tersinggung
Mudah cemas
Mudah sedih, sering ingin menangis
Tidak bersemangat, mudah putus asa
Mudah lelah, merasa lemas, tidak bertenaga
Mengalami kesulitan tidur
Tidak ada nafsu makan, gangguan pencernaan
Sakit kepala berkepanjangan
Gangguan libido
(Hawari, 1995)

12
Gangguan depresi pada lansia merupakan masalah
sosiopsikogeriatri yang sangat perlu mendapat
perhatian, karena:
Prevalensi tinggi
- di Panti Wreda Abiyoso Sleman: 36,8% (Isa, 2008)
- di Kota Yogyakarta: 46,1% (Sumarni, 2007)
Memperburuk fungsi kognitif, psikomotorik, dan
afektif (Damping, 2006)
Beresiko dimensia (Geda, 2006)
Beresiko mencoba bunuh diri (67%, Tsol, 2002)
Memperburuk fungsi sosial.
Perawatan memerlukan waktu lama dan biaya
besar jika terlambat ditangani.

13
Gangguan stres piskososial dan depresi pada lansia
dapat diobati dan dicegah, sehingga lansia terbebas
dari penderitaannya dan dapat produktif.

Dapat dilakukan melalui:


Pemberian/peningkatan dukungan sosial;
Peningkatan kegiatan religius;
Pemberian rekreasi humor

Dukungan sosial:
Meningkatkan rasa senang, semangat, imunitas,
dan produktivitas. (Isa, 2008)
Fungsi kognitif, kualitas hidup, rasa tenteram,
menurunkan depresi. (Keyes, 2005)

14
Dukungan sosial adalah sejumlah kontak dengan
orang lain atau luasnya pergaulan yang dimiliki dan
dapat dipertahankan oleh seseorang dalam jaringan
sosial. (Mc Dowell, 1996).

Dukungan sosial adalah perasaan menjadi bagian


dalam jaringan sosial, atau rasa puas individu atas
hubungan yang dipertahankan dengan orang lain
dalam jaringan sosial. (Saddock, 2003).

Dukungan sosial adalah persepsi seseorang bahwa


dirinya disenangi, dihargai, dibutuhkan, dan menjadi
bagian dari masyarakatnya. (Cobb, 1990).

15
Dukungan emosional: ungkapan empati, kepedulian,
perhatian, kasih sayang.

Dukungan penghargaan: ungkapan penghormatan


atas hal-hal positif yang dimiliki seseorang dan
dukungan untuk maju.

Dukungan instrumental: pemberian bantuan materi-


al, tenaga, sarana.

Dukungan informatif: pemberian nasehat, petunjuk,


saran, informasi untuk kemajuan kesehatan.

16
Keluarga: suami, isteri, anak, cucu, orang tua,
saudara kandung, famili.

Teman: mantan teman kerja, mantan teman sekolah,


kenalan, tetangga, sesama pensiunan.

Kelompok sosial: senam lansia, posyandu lansia,


arisan, paguyuban, forum komunikasi, penggemar
campur sari/keroncong, tanaman hias.

Kelompok spiritual: kelompok pengajian, tadarus,


persaudaraan haji.

Medis: dokter, perawat, psikiater, psikolog, sosiolog.

17
Dukungan Emosional:
Pemberian konseling (sosiolog, psikolog, dokter,
psikiater): untuk mendengarkan permasalahan
dan membantu memecahkan masalah, memberi
farmakoterapi apabila diperlukan.
Keluarga/teman: memberikan perhatian, kasih
sayang, mau mendengarkan keluhan tentang
sakitnya, dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi. Keluarga/teman juga harus bersedia
menghibur, menjaga perasaan hatinya, membuat
suasana hatinya tenteram, jangan melarang
kesenangannya bersama kelompoknya, usahanya,
atau hobinya.
18
Dukungan Penghargaan:
Memberikan penghargaan dalam bentuk:
menghadiahi bunga, kado silang, selamatan kecil
untuk lansia yang berulang tahun, diiringi dengan
menyanyi dan menari bersama (dapat dilakukan
dalam klub-klub lansia atau keluarga).
Memberi kesempatan kepada lansia untuk mem-
bangun kembali kenangan indah, menceriterakan
masa-masa mudanya, keberhasilannya dalam
karier, keberhasilan menghantarkan kesuksesan
anak-anaknya, dan lain-lain.
Anak-anak dan cucu, memberikan pujian atas ke-
berhasilannya.
19
Dukungan Instrumental:
Penyediaan taman lansia untuk silaturahmi, arena
senam bersama, rekreasi, joging/jalan-jalan,
mendengarkan musik, menari bersama, saling tukar
pengalaman.
Pembentukan paguyuban untuk mengembangkan
hobi lansia (memasak, berkebun, beternak, menulis,
berwirausaha).
Penyediaan/penggalangan anggaran yang
mencukupi untuk membantu dan memberikan
fasilitas dan pelayanan kesehatan khusus bagi
lansia.
20
Dukungan Instrumental (Lanjutan):
Di lingkungan keluarga, berusaha ada yang
menemani, menyediakan kamar mandi yang dekat
dan ada pegangannya (menghindari terjatuh yang
dapat mengakibatkan cedera tulang dan kepala).
Keluarga membantu untuk menyiapkan makan
yang bergizi, banyak sayur dan buah untuk
menghindarkan sembelit.
Keluarga/anak harus memprioritaskan waktu
untuk mengantar ke Puskesmas/Rumah
Sakit/Dokter guna pemeriksaan kesehatan rutin
(tekanan darah, gula darah, kolesterol, dsb).
21
Dukungan Informasi:
Mengadakan pertemuan-pertemuan dengan men-
datangkan dokter-dokter ahli geriatri, ahli penyakit
dalam, ahli jiwa, ahli gizi, untuk meningkatkan pe-
ngetahuan lansia mengenai perawatan kesehatan.
Melakukan kerjasama dengan laboratorium klinik
untuk mendapatkan leaflet pemeliharaan kesehat-
an, kemudahan dan diskon pemeriksaan lab dan
check-up kesehatan rutin.
Melakukan kerjasama dengan produsen susu,
vitamin, suplemen, pabrik obat, dll., yang dapat
mendukung pemeliharaan kesehatan lansia.
22
Pengertian Dasar:
Menikmati waktu luang di alam terbuka dengan
berbagai macam permainan masa kanak-kanak yang
jenaka, diiringi musik, menari, menyanyi bersama,
menggunakan atribut atau peralatan berwarna-warni
dan lucu-lucu.

Rekreasi dan Kesehatan:


Permainan yang merangsang tawa lepas secara
langsung akan merangsang endorfrin, meningkatkan
kebugaran dan imunitas (Kataria, 2005).
Tertawa akan menurunkan hormon stres seperti
kortisol, dopamin, epineprin, yang akan menurun-
kan depresi (Hulse, 1994).
23
Rekreasi dan Kesehatan (Lanjutan):
Rekreasi humor dapat
menurunkan stres dan depresi pada lansia
(Sumarni, 2004).
Permainan masa kanak-kanak akan meningkatkan
rasa senang, semangat, percaya diri, kerjasama, dan
fungsi kognitif (Sumarni, 2004; Ancok, 1995).
Rekreasi di alam terbuka/taman, akan meningkatkan
kemampuan bersosialisasi, percaya diri, kerjasama,
rileks, mengurangi stres, meningkatkan kesehatan
phisik dan mental (Yulia, 1996; Paul, 2004; Elizabeth,
2004).
24
Contoh Bentuk Permainan dalam Rekreasi Humor:
Gerak dan lagu permainan anak-anak (jamuran,
cublak-cublak suweng, menthog-menthog, dll).
Merias wajah berkelompok.
Permainan jaranan dengan balon yang diletuskan.
Berebut tongkat dalam sarung.
Permainan naik perahu layar.
dan masih buuaanyaak variasi permainan lainnya.

25
26
27
28
d:\mar\damas08\damas08A_prop_ppt.ppt
d:\mar\damas08\damas08A_prop_ppt.ppt

Anda mungkin juga menyukai