Anda di halaman 1dari 6

Nama: Bella Septiani

NPM: 120120037
Kelas: Agribisnis B
Mata Kuliah: Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
TUGAS LITERATURE REVIEW JURNAL
JURNAL 1
Judul Pilar Pembangunan Berkelanjutan: Kajian Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Kampung Batik Rejomulyo Semarang
Timur.
Nama Jurnal Jurnal Riptek BAPPEDA kota Semarang
Volume dan Halaman Vol. 12 No.1 Hal. 83-88
Tahun 2018
Penulis Agus Sarwo Edy Sudrajat
Review Bella Septiani (120120037)
Tanggal Review 14 Oktober 2021

Latar Relakang Hubungan antara sumber daya alam dan lingkungan hidup akan
selalu berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan. Perlu disadari
bahwa tolak ukur suksesnya pembangunan berkelanjutan bukan
pada faktor ekonomi saja. Namun ada juga faktor sosial dan ekologi
yang perlu diperhatikan. Ketiga faktor ini lebih dikenal dengan
sebutan tiga pilar pembangunan berkelanjutan (Munashige, 1993).
Di indonesia tidak hanya cukup tiga pilar saja harusnya lima pilar
pembangunan berkelanjutan, yaitu sosial, ekonomi, lingkungan,
kelembagan lingkungan dan penegakan hukum (Sujono, 2010).
Dengan adanya hal ini diharapkan pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan mencukupi untuk saat ini dan generasi yang akan
datang.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui sejauh mana peranan lima
pilar pembangunan berkelanjutan dalam kaitannya terhadap
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Kampung Batik
Rejomulyo.
Permasalahan Bagaimana peranan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan
terhadap masyarakat di Kampung Batik Rejomulyo?
Subjek Penelitian Di Kampung Batik Rejomulyo, Semarang Timur
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan yaitu kualitatif dimana menekankan kajian
terhadap partisipan melalui proses interaktif secara fleksibel untuk
memahami kondisi sosial dari sudut pandang partisipan.
Pendahuluan Sumber daya alam dan lingkungan hidup berperan sangat strategis
dalam mengamankan keberlangsungan pembangunan dan
keberlanjutan kehidupan manusia. Oleh karena itu penggunaan
sumber daya alam harus dilakukan secara selaras serasi dan
seimbang dengan fungi lingkungan hidup itu sendiri. Dalam setiap
pembangunan berkelanjutan tentunya akan berpengruh pada sumber
daya alam dan lingkungan hidup. Di indonesia sendiri tidak cukup
hanya bergantung pad tiga pilar saja, seharusnya diterapkan lima
pilar pembangunan berkelanjutan yaitu: sosial, ekonomi,
lingkungan, kelembagaan lingkungan dan penegakan hukum
(Surjono, 2010). Pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai
pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan kebutuhan yang akan datang (Beder,1993). Namun
perlu dikaji lebih lanjut bagaimana upaya pengelolaan atau
pelestarian yang terwujud dalam lima pilar pembangunan
berkelanjutan. Kampung Batik merupakan salah satu kampung yang
berada di kelurahan Rejomulyo yang sekarang menjadi kampung
tematik.
Pengelolaan Ekonomi Pengelolaan ekonomi warga sekitar dalam memproduksi batik yang
memiliki daya saing baik secara mandiri maupun kelompok.
Pengelolaan Sosial Pengelolaan sosial bagaimana membangun komunikasi dan interaksi
antara masyarakat kampung batik, baik secara pribadi maupun
kelompok secara langsung dan tidak langsung, yang akan
memberikan dampak positif yang nyata.
Pengelolaan Pengelolaan lingkungan yang tidak lepas dari peranan sosial dan
Lingkungan ekonomi secara bersama. Dengan dasar visi dan misi bersama,
kampung batik menjadi salah satu destinasi wisata lokal. Dapat
diartikan pengelolaan lingkungan tidak hanya mengelola sumber
daya yang ada melainkan mampu memanfaatkan potensi yang ada
untuk dikembangkan dan mampu berkontribusi bagi kesejahteraan
masyarakat.
Pengelolaan Pengelolaan kelembagaan yang ada dikampung batik sendiri
Kelembagaan dikelola oleh sebuah paguyuban atau Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri.
Adanya pembagian tupoksi yang jelas sebagai wujud nyata dalam
mendukung pembangunan berkelanjutan dan peran kelembagaan
lokal menjadi faktor penting dalam bersinergi wujudkan kampung
batik lebih berdaya saing.
Pengelolaan Penegakan Pembangunan berkelanjutan perlu adanya tata aturan hukum yang
Hukum pasti dan jelas. Tanpa adanya hal tersebut akan berjalan tidak terarah
dan setiap otang akan berlaku semena-mena. Oleh karena itu
penegakan hukum menjadi penting dalam wujudkan pembangunan
berkelanjutan di Kampung Batik tersebut.
Kelebihan Kelebihannya yaitu tiap aspek pembangunan berkelanjutan berperan
di Kampung batik tersebut. Bukan hanya 3 aspek tapi 5 aspek
sekaligus diterapkan di kampung batik.
Kekurangan Kekurangannya yaitu belum terperinci dari penjelasan yang ada,
seperti keterkaitan sumber daya alam dengan aspek ekonomi atau
sosial.
kesimpulan Kelima pilar pembangunan berkelanjutan saling terkait, aspek
kelembagaan dan penegakan hukum menjadi aspek yang penting
bagi masyarakat di Kampung Batik dan menjadi tolak ukur
keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

JURNAL 2
Judul Dinamika Hukum Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan.
Nama Jurnal Jurnal RechtsVinding Media pembinaan Hukum Nasional
Volume dan Halaman Vol. 4 No.2 Hal. 181-197
Tahun 2015
Penulis Ahmad Jazuli
Review Bella Septiani (120120037)
Tanggal Review 15 Oktober 2021

Latar Relakang Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan


yang mengoptimalkan manfaat dari SDA dan SDM dengan
menyerasikan keduanya dalam pembangunan. Namun
implemetasinya masih banyak menunjukkan kerancuan pada tingkat
kebijakan dan pengaturan.
Ciri-ciri pembangunan berkelanjutan yaitu: tidak merusak
lingkungan hidup yang dihuni manusia; dilaksanakan dengan
kebijkan yang terpadu dan menyeluruh;serta memperhitungkan
kebutuhan generasi yang akan datang. Salah satu sasaran
pembangunan berkelanjutan adalah meningkatkatnya kepedualian
alam dan lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
lingkungan hidup tercermin pada membaiknya Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH). Ketentuan pasal 33 ayat (3) UUD NRI
1945 memberikan penegasan bahwa: 1.) Memberikan kekuasaan
kepada negara untuk “menguasai bumi dan air serta kekayaan alam
didalamnya sehingga negara mempunyai “hak menguasai”; 2.)
membebaskan serta kewajiban kepada negara untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Namun kenyataannya jauh dari
harapan, telah banyak kerusakan SDA yang terjadi selama ini dipicu
oleh persoalan hukum dan kebijakan atas SDA tersebut. Upaya
pencegahan eksploitasi berlebihan terhambat pelaksanaannya karena
penegakan hukum yang lemah. Adanya tumpang tindih kewenangan
pengelolaan SDA pada sektor yang berkaitan pun masih menjadi
hambatan. Masalah sengketa lingkungan juga menigkat dengan
semakin tergusurnya masyarakat di sekitar kegiatan SDA.
Dikeluarkannya TAP MPR Nomor IX/2001 tentang pembaruan
Agraria dan Pengelolaan SDA antara lain memuat prinsip-prinsip
baru pengelolaan SDA dan perintah merubah sistem hukum
pengelolaan SDA yang berlaku saat ini.
Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut ada beberapa permasalahn
pokok seperti: masih rendahnya pemahaman akan pentingnya
pengelolaan SDA dan lingkungan hidup secara berkesinambungan,
lemahnya penegakan hukum, masih tingginya tingkat pencemaran
lingkungan hidup akibat belum dipatuhinya peraturan dibidang SDA
dan lingkungan hidup. Serta kurang adanya keselarasan pengaturan
antara pemerintah pusat dan daerah, serta antarsektor terkait.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana kebijakan
hukum SDA di Indonesia? dan apa kaitannya dengan lingkungan
hidup dan SDA dengan pembangunan berkelanjutan?
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan yaitu pendekatan yuridis normatif bersifat
deskriptif analisis melalui pengkajian doktrinal.
Pembahasan Manusia merupakan bagian dari ekosistem. Menurut Soemarwoto
“Bahwa suatu konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem”.
Ekosistem terbentuk dari kompenen hidup dan tidk hidup. Selama
masing-masing komponen melakakukan fungsinya dan bekerja
dengan baik, maka keteraturan ekosistem itu terjaga. Hukum
lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur tatanan
lingkungan dimana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi,
termasuk manusia dan tingkah perbuatannya dan mempengaruhi
keberlangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan jasad hidup
lainnya.
Kebijakan yang Dalam pasal 1 UU Nomor 3 Tahun 1997 dinyatakan bahwa hukum
berkaitan dengan lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
Lingkungan Hidup dan keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya
SDA yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia
dan makhluk hidup lainya. UU Nomor 32 Tahun 2009 pasal 1 ayat
(1) dan (2) tentang Perlindungan dan Pengeloaan Lingkugan Hidup.
Istilah SDA secara yuridis ditemukan di Ketetapan MPR RI Nomor
IV/MPR RI/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun
1999-2004, khususnya bab IV Arah kebijakan Huruf H SDA dan
lingkungan hidup angka 4. Ketentuan ketentuan MPR RI Nomor
IX/MPR RI/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA,
khususnya pasal 6. Berdasarkan kepentingan ligkungan yang
bermacam-macam maka dapat dibedakan bagian-bagian hukum
lingkungan, yaitu: a) hukum kesehatan; b) hukum bencana; c)
hukum tentang SDA atau hukum konservasi; d) hukum tata ruang;
e) hukum perlindungan lingkungan. Dari penjelasan tersebut bahwa
sebetulnya hukum SDA merupakan bagian dari hukum lingkungan.
Pasal 4 huruf d UU Nomor 14 Tahun 1982 disebutkan salah satu
tujuan pengelolaan lingkungan hidup. Baik penggunaan istilah
“pembangunan berwawasan lingkungan” atau “pembangunan
berkesinambungan” dalam bahasa indonesia mempunyai makna
yang sama. Oleh karena itu negara, pemerintah dan seluruh
pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan pengelolaan
lingkungan hidup dalam pembangunan berkelanjutan.
Kaitannya dengan Menurut Emil Salim dikutip dai Soemartono, Ada lima pokok
Pembangunan ikhtiar untuk melaksanakan pembangunan berwawasan lingkunga
Berkelanjutan yaitu: a) menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling
membutuhkan dengan yang lain; b) kemampuan menyerasikan
kebutuhan dengan kemapuan sumber alam menghasilkan barang dan
jasa; c) mengembangkan SDM agar mampu menanggapi tantangan
pembangunan tanpa merusak lingkungan; d) mengembangkan
kesaran masyarakat;e) menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya
masyarakat yang berpartisipasi dalam mencapai tujuan pengelolaan
lingkungan hidup. Paling tidak ada tiga prinsip utama pembangunan
berkelanjutan, yaitu: demokrasi, keadilan, dan berkelanjutan.
Contoh bidang yang terkait dan melingkupi persoalan SDA di
Indonesia antara lain: 1) bidang pengairan oleh UU Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air; 2) bidang perikanan oleh UU
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 3) bidang konservasi
SDA dan ekosistemnya oleh UU Nomor 5 tahun 1990 tentang
Konservasi SDA Hayati dan ekosistemnya; 4) bidang kehutanan
oleh UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Masing-masing
bidang itu dikelola oleh lembaga sektoral dilingkup kementrian.
Padahal idealnya kelembagaan yang mengatur soal SDA tidak diatur
dan dikelola secara sektoral melainkan secara terpadu dibawah
koordinasi lembaga berwenang. Adapun lembaga yang dimaksud
adalah Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebagaimana
diatur dala UU Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 8-11. Namun dalam
pelaksanannya kebijakan pemerintah meletakkan pertumbuhan
ekonomi diatas sega-galanya. Pembangunan yang semata-mata
menempatkan sistem dan fungsi ekonomi sebagai prioritas dan
mengabaikan fungsi ekologi, sosial dan budaya akan memunculkan
masalah-masalah yang lebih kompleks. Bukan hanya sekedar
ancaman dimasa yang akan datang, tapi telah terjadi. Oleh karena itu
kesadaran untuk keseimbangan empat fungsi tersebut harus menyatu
dengan berbagai perangkat kebijakan yang lebih operasional, seperti
UU, PP dan lainnya. Secara ideal indikator pembangunnan
berkelnjutan membutuhkan capaian: berkelanjutan secara ekologis,
ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertanahan dan kemanan.
Menurut Sanntosa ada beberapa aspek mengapa pemasalahan
lingkungan hidup tidak cepat selesai yaitu: 1) Aspek kegagalan
kebijakan; 2) Aspek kegagalan pelaksanaan; 3) Aspek penataan
kelembagaan yang tidak efektif. Berkaitan dengan lingkungan hidup
diatur dalam pasal 12 ayat (2) huruf e, dimana lingkungan hidup
termasuk urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar. Mengacu pada lampiran UU Nomor 23 Tahun
2014 huruf K menunjukkan sudah adanya pembagian urusan
pemerintahan bidang lingkungan hidup. Saat ini kebijakan
lingkungan hidup indonesia untuk jangka panjang mengacu pada
UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP dalam 20 tahun kedepan
dalam berbagai aspek pembangunan sebagai upaya mencapai tujuan
nasional dalam pembukaan UUD 1945. Adapun misi jangka panjang
indonesia berkaitan dengan lingkungan hidup ada pada visi danmisi
Pembangunan Nasional 2005-2025 butir ke-6 yaitu: “Mewujudkan
Indonesia asri dan lestari”.
Kelebihan Kelebihannya yaitu penjelasan yang cukup jelas antara berbagai
kebijakan dengan SDA dan lingkungan hidup atau berbagai
kebijakan dengan pembangunan berkelanjutan.
Kekurangan Kekurangaannya yaitu terdapat kata yang kurang dimengerti oleh
review, sehingga perlu dicari terlebih dahulu untuk mengetahui
artinya.
kesimpulan Berdasarkan penelitian ini ditemukan terjadinya berbagai kerusakan
SDA dan pencemaran lingkungan hidup dipicu oleh kebijakan
pemanfaatan SDA yang bercorak sentralistik dan pendekatan yang
bersifat sektoral. Diman pendekatan bersifat sektoral dalam
pengelolaan SDA memiliki kelemahan-kelemahan mendasar, yaitu:
1) orientasi produksi komoditas bersifat spesifik di setiap sektor; 2)
perwujudan efisiensi ekonomi lebih menonjol daripada equity yang
berakibat minimnya perhatian terhadap penyelesaian masalah-
masalah tenurial; 3) tidak terdapat kementrian yang
mengkoordinasikan pemanfaatan dan pengelolaan SDA. Masa depan
kehidupan bangsa dan negara banyak sekali ditentukan oleh
kebijakan yang diambil pemerintah saat ini. Oleh karena itu
pemerintah harus melakukan berbagai langkah diantaranya yaitu:
memprioritaskan pembangunan berkelanjutan terhadap SDA dan
lingkungan hidup demi kepentingan jangka panjang (kepentingan
anak cucu kita) dan perubahan paradigma dalam pengelolaan SDA.

Anda mungkin juga menyukai