PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
suku, ras, agama, dan adat kebiasaaan yang tersebar di kota dan di desa.
masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ibi ius ibi
societas, yang artinya dimana ada masyarakat, disitu ada hukum. Oleh
yang tertulis maupun yang tidak tertulis, berlaku secara nasional dan ada
privat.
1
Secara etimologis istilah hukum adat terdiri dari dua kata, yaitu hukum
dan adat. Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma-
salah satu penjelmaan dari jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke
abad.
aman. Apabila terjadi hal-hal yang menyimpang maka peran hukum dapat
dilihat secara lebih konkrit. Masyarakat dapat memilih hukum mana yang
rasa baik untuk mereka, apakah mereka merasa puas dan adil dalam proses
Dalam lapangan hukum pidana, ada dua hukum yang berbeda yang
pada peraturan yang tertulis seperti KUHP serta peraturan tidak tertulis
2
pada masing-masing daerah memiliki Hukum pidana adat yang berbeda
juga Hukum adat sebagai alternatif pilihan hukum bagi masyarakat dalam
Oelomin.
adat tersebut terdiri dari tokoh adat (Amnaes Uf) sebagai pemimpin dan di
3
Nasional yang juga dapat menyelesaikan masalah yang mereka alami.
Akan tetapi masyarakat Desa Oelomin lebih merasa puas dan adil akan
ada juga yang merasa kurang puas akan hasil penyelesaian tersebut karena
merasa sanksi yang ditetapkan terlalu berat bagi mereka. Di Desa Oelomin
terjadi.
pemberian sanksi adatnya dan seperti apa pandangan dari masyarakat Desa
Oelomin sendiri terkait dengan penerapan hukum adat mereka. Maka dari
B. Rumusan Masalah
4
2. Seperti Apa Bentuk Sanksi Adat Yang Dijatuhkan Kepada Pelaku
Kupang?
C. Keaslian Penelitian
atau karya tulis yang berhubungan dengan apa yang diteliti oleh penulis.
online ditemukan salah satu penulisan atau karya tulis yang berhubungan
Kabupaten Agam”.
Kabupaten Agam?
5
b) Apa saja kendala dalam penerapan sanksi pidana adat terhadap
terhadap Pelaku Zina dan kendala dalam penerapan sanksi pidana adat dan
mengetahui penerapan sanksi pidana adat terhadap Pelaku Zina dan untuk
penerapan sanksi pidana adat dan kendala dalam penerapan sanksi pidana
6
tindak pidana menurut hukum adat Desa Oelomin dan bentuk sanksi
adat tersebut. Apakah masyarakat Desa Oelomin sudah merasa adil atau
1) Tujuan
Kabupaten Kupang.
Kabupaten Kupang.
2) Manfaat
a) Kegunaan teoritis
7
b) Keguanaan Praktis
Hukum.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
8
ingin mencari tahu proses penyelesaian perkara pidana menurut hukum
adat Desa Oelomin dan bentuk sanksi adat di Desa Oelomin itu seperti
terjadi.
wawancara.
F. Aspek Penelitian
mendatangi kediaman korban untuk meminta maaf atas apa yang telah
9
pihak pelaku datang dengan di dampingi oleh Tokoh Adat (Amnaes
kepala desa dan aparat desa lainnya yang mungkin tidak sempat hadir
Ketua BPD, para Tokoh Adat (Amnaes Uf) beserta, kepala Dusun, RT,
pihak dalam hal sanksi adat yang akan diberikan seperti apa kepada
seluruh masyarakat yang hadir pada saat itu dan di akhir acara tersebut
Kupang :
10
a. Pidana Denda, yaitu dikenakan dengan sejumlah uang tunai,
kain adat, hewan, laruh atau tuak, dan benda lain yang telah
disepakati bersama.
berlaku.
Kupang :
1. Informen
2. Responden
11
d) Masyarakat Desa Oelomin : 17 Orang
Jumlah : 27 Orang
berikut :
dalam penelitian.
a) Pengolahan Data
12
1. Pemeriksaan data (editing) yaitu mengkoreksi apakah data
dengan masalah.
masalah.
b) Analisis Data
dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku
yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan dalam
tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama”.
b. Dilakukan terus-menerus
diikuti oleh orang lain dalam suatu proses waktu yang cukup lama ini
14
menunjukkan begitu luasnya pengertian adat-istiadat tersebut. Tiap-tiap
kepribadian dari masyarakat atau bangsa tersebut. Adat istiadat ini tak akan
Menurut Prof. Kusumadi Pudjosewojo, adat adalah tingkah laku yang oleh
Adat ini ada yang tebal dan ada yang tipis dan senantiasa menebal dan menipis
Aturan-aturan tingkah laku didalam masyarakat ini adalah aturan adat dan
Vollen Hoven dalam bukunya yang berjudul “Het Adat Recht van
15
sejak tahun 1929 pemerintah kolonial Belanda mulai menggunakan secara
dari Adat Recht, hal ini karena yang dimaksud dengan hukum kebiasaan
dengan ajaran agama dan lain-lainnya. Hal ini dapat dimaklumi karena
adat adalah suatu aturan tanpa adanya sanksi riil (hukuman) di masyarakat
16
kecuali menyangkut soal dosa adat yang erat berkaitan dengan soal-soal
norma, hukum, dan aturan yang satu dengan yang lain berkaitan
hukum (das sein das sollen). Berbeda dengan kebiasaan (dalam arti biasa),
dan dipatuhi dengan sepenuh hati oleh mereka yang diatur oleh keputusan
17
tersebut. keputusan tersebut dapat berupa sebuah persengketaan, akan
tulisannya Ter Haar juga menyatakan bahwa hukum adat dapat timbul dari
berikut :
ditoleransi.
18
berdasarkan nilai-nilai yang hidup sesuai dengan alam rohani dan
kemudian, pada pihak adanya atau tiadanya yang dilihat dari hal yang
Hukum adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-
nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan yang
lainnya berkaitan menjadi sistem dan memiliki sanksi riil yang sangat
kuat. Dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang
dimaksud dengan hukum adat, perlu ditelaah beberapa pendapat para ahli
sebagai berikut :
itu sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap
19
istiadat. Apabila penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap
peraturan-peraturan.”
ditetapkan oleh yang berwajib tetapi ditaati dan didukung oleh rakyat
20
“Hukum adat adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu
masyaraka.
f) Tidak tertulis
21
g) Ditaati dalam masyarakat
dengan jenis hukum lainnya, adapun corak hukum adat sebagai berikut :
1. Bercorak Relegius-Magis.
diliputi oleh kekuatan gaib yang harus dipelihara agar masyarakat itu tetap
aman tentram bahagia dan lain-lain. Tidak ada pembatasan antara dunia
lahir dan dunia gaib serta tidak ada pemisahan antara berbagai macam
kelompok, sebagai satu kesatuan yang utuh. Antara Individu satu dengan
perbuatannya.
22
b. Tiap warga mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya
g. Sangat baik
h. Saling menghormati
3. Bercorak Demokrasi.
sistem pemerintahan.
4. Bercorak Kontan.
5. Bercorak Konkrit
23
dibayar dengan janji, semuanya harus disertai tindakan nyata, tidak ada
pemberlakuan kembali hukum adat terdapat pada Aturan Peralihan UUD 1945
Pasal II, yang berbunyi : “Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih
Dasar ini”. Pemberlakuan hukum adat juga terdapat dalam UUDS 1950 Pasal
104 yang menyatakan bahwa segala keputusan pengadilan harus berisi alasan-
dan aturan adat yang dijadikan dasar hukuman itu. Akan tetapi karena UUDS
Aturan Peralihan UUD 1945. Dalam Pasal 131 ayat 2 sub b UUDS 1950,
menyebutkan bahwa bagi golongan hukum Indonesia asli dan Timur asing
mereka :
1. Hukum Eropa
4. Hukum baru yaitu hukum yang merupakan sintesa antara adat dan
hukum eropa.
24
Pasal 131 ini pada dasarnya mengatur tentang dasar hukumnya, yaitu
bukan pada hakim yang menyelesaikan sengketa Eropa dan Bumi Putera. Hal
ini diperkuat dalam Pasal 131 ayat (6) yang menyebutkan bahwa bila terjadi
perselisihan sebelum terjadi kodifikasi maka yang berlaku adalah hukum adat
mereka, dengan syarat bila berhubungan dengan Eropa maka yang berlaku
adalah hukum Eropa. Sementara dalam UU No. 19 tahun 1964 Pasal 23 ayat
dasar-dasar dan alasan-alasan putusan itu juga harus memuat pula pasal-pasal
tertentu dari peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis
yang dijadikan dasar untuk mengadili“. UU No.19 tahun 1964 ini direfisi jadi
dalam UU No. 19 tersebut tersirat adanya campur tangan presiden yang terlalu
bahwa yang di maksud dengan hukum yang tidak tertulis itu adalah hukum
adat. Dalam UU No. 14 tahun 1970 Pasal 27 (1) ini pula ditegaskan bahwa
hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan
25
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan sebelumnya, dapatlah ditarik
adalah:
UUD 1945.
Kehakiman.
Sebagaimana istilah hukum adat yang tidak dikenal secara umum, maka
istilah hukum pidana adat pada dasarnya juga tidak dikenal dalam kosakata di
adat”, yang menunjuk pada segala perbuatan yang dapat merugikan seseorang
atau beberapa orang dan atau perbuatan itu merupakan kejahatan yang
pelanggaran adat.
Adapun pengertian hukum pidana adat menurut pendapat para ahli yakni :
26
1. I Made Widnyana, menyebutkan hukum pidana adat adalah hukum
yang hidup (the living law), diikuti dan ditaati oleh masyarakat adat
pelanggar diberikan reaksi adat, koreksi adat atau sanksi adat oleh
yang hidup dan akan terus hidup selama ada manusia budaya, ia tidak
undangan.
“sebab”, maka hukum pidana adat menitik beratkan pada adanya “akibat” dari
atas akibat tersebut. Walaupun secara tertulis terkadang suatu perbuatan tidak
terkena akibat itu, maka pihak yang menyebabkan akibat itu harus
27
bertanggung jawab atas perbuatannya. Jadi selama suatu perbuatan
masyarakat, baik peristiwa itu legal ataul ilegal, maka peristiwa atau
meskipun secara hukum positif dan hukum agama peristiwa tersebut tidak
kegoncangan sekeluarga rumah tangga, maka bagi pihak keluarga gadis dapat
pandangan hukum positif dan hukum agama bukanlah suatu pelanggaran, bagi
28
Hukum pidana adat berbeda dengan sifat hukum pidana positif. Perbedaan
pidana yang harus diperiksa oleh hakim pidana, dengan pelanggaran yang
bersifat perdata yang harus diperiksa oleh hakim perdata. Begitupula tidak
pembagian kekuasaan hukum antara hukum pidana dan perdata, dan juga
hukuman penjara.
Ketentuan hukum dalam hukum pidana adat tidak bersifat pasti, tetapi
waktu merupakan suatu pelanggaran. Hal ini karena menurut hukum adat
29
3. Membeda-bedakan permasalahan.
dan akibatnya, tetapi juga dilihat dari apa yang menjadi latar belakang dan
raja adat atau tokoh adat di dalam masyarakat tersebut akan lebih besar
menghilangkan nyawa atau mencuri milik anggota keluarga raja adat atau
atau pengaduan, adanya tuntutan atau gugatan dari pihak yang dirugikan
umum.
30
Sistem hukum adat pada dasarnya ditujukan guna menjaga
bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan adat
lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi semua
anggotanya.
31
Seperti halnya di Desa Oelomin, merupakan salah satu desa dari 11 desa
sebanyak 1987 jiwa dengan Jumlah KK sebanyak 368. Dengan total jumlah
sebanyak 8.
1. Dusun I (Oelomin)
2. Dusun II (Nenup)
4. Dusun IV (Atonifui)
petani, baik petani kebun maupun sawah. Tetapi ada juga yang mata
Masyarakat adat Desa Oelomin adalah orang Timor dan termasuk juga
Kepala Desa Oelomin yakni Bapa Tuce O.A Takesan yang adalah penduduk
asli Desa Oelomin yang juga berasal dari suku Timor. Selain suku Timor, ada
32
juga suku-suku lain seperti, suku Rote, Alor, Flores, Sumba, Belu, dan lain-
semakin majemuk, akan tetapi identitas sukunya tetap ada yaitu suku Timor.
Dengan letak Desa Oelomin yang berbatasan langsung dengan Kota Kupang,
Desa Oelomin tentunya tidak tertutup dari peradaban modern serta perubahan
jaman, akan tetapi ciri khas maupun bahasa yakni bahasa Timor sebagai
bahasa daerahnya tersebut tidak hilang dengan adanya peradaban modern serta
memiliki anggota yakni yang terdiri dari para tokoh adat dan juga aparat desa
lainnya. Tokoh adat di Desa Oelomin biasanya disebut dalam bahasa Timor
Tokoh adat (Amnaes Uf) ini terdiri dari enam keluarga adat asli Desa
Oelomin yakni :
a. Bapak Soleman Tasey sebagai tokoh adat (Amnaes Uf) mewakili dari
keluarga Tasey.
33
d. Bapak Usias Neno sebagai tokoh adat (Amnaes Uf) mewakili dari
keluarga Neno.
e. Bapak Felipus Ola sebagai tokoh adat (Amnaes Uf) mewakili dari
keluarga Ola.
Tokoh adat Desa Oelomin tersebut tidak dipilih oleh masyarakat tetapi
keluarga tersebut. misalnya anak laki-laki yang paling tua dalam keluarga atau
yang biasa disebut Atoni Mone akan menjadi tokoh adat selanjutnya apabila
tokoh adat sebelumnya telah meninggal, tetapi Atoni Mone juga akan
atau tidak dan apakah dia mengerti tentang aturan adat yang ada di Desa
Oelomin atau tidak, jika ia tidak mengetahuinya maka akan dicari orang lain
dari keluarga tersebut yang memenuhi syarat tersebut, tetapi jika ia memenuhi
syarat tersebut maka ia akan dinobatkan sebagai tokoh adat untuk mewakili
keluarga tersebut. Para tokoh adat yang telah disebutkan diatas itulah yang
Oelomin.
G. Kerangka Berpikir
Perkara Pidana
34
Proses Penyelesaian Penerapan Sanksi Pidana
Perkara Pidana Menurut Adat Terhadap Pelaku
Hukum Adat Desa Oelomin
BAB III
35
Kabupaten Kupang, maka terlebih dahulu penulis akan memaparkan kasus
tindak pidana yang terjadi di Desa Oelomin yakni kasus kekerasan atau
bersama-sama yang dilakukan oleh dua (2) orang pelaku dan satu (1)
Kupang.
Bili yang merupakan sahabat dari kedua pelaku yakni Maxi Bones beserta
36
Matias Bones mendatangi kediaman dari kedua pelaku pada tanggal 12
akhirnya kedua pelaku yakni Maxi Bones dan Matias Bones yang adalah
tersebut. Dalam keadaan mabuk kedua pelaku mulai kehilangan akal sehat
korban, seperti keluarnya kata-kata kotor kepada korban yakni Yosep Bora
oleh korban. Tidak hanya sampai disitu, kedua pelaku tersebut sampai
memukul korban dan pada akhirnya korban merasa tidak suka dengan
perlakuan tersebut akhirnya marah dan mereka saling beradu mulut yang
berujung membuat kedua pelaku yakni Maxi Bones dan Matias Bones
merasa emosi dan akhirnya memukul korban yakni Yosep Bora Bili
sampai luka-luka.
pihak korban datang ke tempat kejadian untuk melihat situasi dan bertemu
37
mendapatkan solusi maka barulah di proses oleh pihak kepolisian. Dan
yang pada akhirnya dari pihak korban dan pelaku sepakat untuk menerima
ini dapat membawa akibat harkat dan martabat pihak korban yang
pelaku yang telah mengakui kesalahanya dan yang pada akhirnya dari
tersebut.
kesempatan kepada kedua belah pihak khususnya dari pihak pelaku untuk
kediaman korban untuk meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Dalam
38
melakukan pendekatan terhadap pihak korban, dari pihak pelaku datang
dengan didampingi oleh Tokoh Adat (Amnaes Uf) beserta aparat desa
desa lain harus dapat memberikan suasana damai diantara kedua belah
pihak, agar tujuan dalam penyelesaian menurut aturan adat Desa Oelomin
masalah yang terjadi, setelah itu dari pihak pelaku juga akan diberikan
Adat (Amnaes Uf) maupun aparat Desa yang ada pada saat penyelesaian
pihak, apabila sepakat untuk berdamai maka Tokoh Adat (Amnaes Uf)
kedua belah pihak. Tetapi apabila dari pihak pelaku merasa sanksi adatnya
terlalu berat, dari pihak pelaku dapat meminta keringanan atas sanksi adat
tersebut, jika dari para Tokoh Adat (Amnaes Uf) dan aparat desa lainnya
permintaan dari pihak pelaku maka dari pihak pelaku wajib untuk
39
menerima sanksi adat yang sudah ditetapkan tersebut. Dan pada akhir dari
disampaikan kepada kepala desa serta aparat desa lain yang tidak sempat
kepala Dusun, RT, RW setempat dan akan diawasi oleh Bintara Pembina
dan ketertiban yang ada di desa dan juga disaksikan oleh sebagian
perkara tersebut.
kepada aparat desa, ketua BPD maupun tokoh adat apabila ada yang ingin
kepala desa juga akan memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak
40
kepala desa juga akan menyampaikan kembali kepada masyarakat
pihak tersebut seperti apa. Tujuannya adalah untuk masyarakat yang hadir
pihak tersebut seperti apa, misalnya seperti sanksi adat yang akan
saling berjabat tangan sebagai tanda bahwa kedua belah pihak sepakat
untuk berdamai dan Setelah semua proses acara telah berakhir, maka akan
ditutup dengan acara doa dan syukur bersama, acara tersebut merupakan
tersebut, kedua belah pihak telah dianggap sudah saling memaafkan satu
dengan yang lainnya untuk kedepannya menjadi suatu keluarga yang tidak
memendam rasa benci antara satu dengan yang lain karena telah diakhiri
dengan adanya acara makan bersama tersebut. akan tetapi dari para tokoh
adat maupun aparat desa lainnya tidak ada tindakan lebih lanjut terkait
dengan apakah kedua belah pihak yang bertikai tersebut sudah betul-betul
berdamai atau hanya sebatas di depan para tokoh adat dan aparat desa
lainnya.
(Amnaes Uf) Desa Oelomin yakni Bapak Soleman Tasey, Bapak Abraham
Takesan dan Ibu Marice Takesan Tuan sebagai tokoh adat mewakili kaum
41
perempuan di Desa Oelomin, mereka sama-sama mengatakan kalau
hukum adat. Hal ini disebabkan karena hukum adat bagi masyarakat Desa
Desa Oelomin.
Oelomin semakin sering dilakukan dan perlahan akan dapat diterima oleh
pidana melalui hukum adat di Desa Oelomin ini selalu dikedepankan sifat
disana adalah sebagai keluarga mereka, baik yang sudah menetap sejak
lama disana maupun pendatang dari luar Desa Oelomin, dan Kepala Desa
42
untuk diselesaikan menurut aturan yang ada disana karena sudah menjadi
kebiasaan yang ada disana, tetapi jika memang tidak menemukan jalan
dengan nilai-nilai kehidupan yang ada atau dengan kata lain melanggar
adanya suatu sanksi adat, agar supaya konflik atau pelanggaran tersebut
Menurut pendapat salah satu Tokoh Adat (Amnaes Uf) Desa Oelomin
karena sanksi adat pun juga adalah wujud tanda permintaan maaf pelaku
terhadap korban atas apa yang telah terjadi. Disamping itu juga sanksi adat
harus bersifat adil baik terhadap pihak korban maupun pelaku. Seperti
menangani masalah yang terjadi. Sanksi adat yang ada di Desa Oelomin
Dimana ada seorang pemuda yang menghadiri suatu acara pesta dalam
43
pemuda tersebut tidak mendapatkan makanan di acara pesta tersebut,
berupa makanan, seperti nasi dan lauk pauk satu bokor sedang, dimana ia
Menurut hasil wawancara bersama kepala desa dan para tokoh adat
(Amanes Uf) Desa Oelomin, Sanksi adat yang ada di Desa Oelomin
biasanya atas kesepakatan bersama, artinya dari pihak korban dan pihak
pelaku akan menyepakati sanksi adat yang akan disampaikan oleh para
Tokoh Adat (Amanes Uf), Tetapi apabila dari pihak pelaku merasa sanksi
adatnya terlalu berat, dari pihak pelaku dapat meminta keringanan atas
sanksi adat tersebut, tetapi apabila dari para Tokoh Adat dan aparat desa
maka akan dipertimbangkan lagi sanksi adat tersebut, tetapi jika tidak
diterima permintaan dari pihak pelaku maka dari pihak pelaku wajib untuk
jawabkan.
b. Hewan
44
c. Kain Adat yang sesuai dengan suku dari pihak korban
atau ganti rugi atas tindakan yang dilakukan, misalnya untuk biaya
kembali rasa malu yang diterima oleh pihak korban karena adanya
45
menerima sanksi adat yang akan diterima dan dikemudian hari
Sanksi adat di Desa Oelomin yang berupa sejumlah uang tunai, kain
adat, hewan, laruh atau tuak dan benda lain yang akan disepakati kedua
belah pihak tersebut berasal dari kesepakatan para Tokoh adat (Amnaes
Uf) dan aparat Desa Oelomin dalam pertemuan yang dilakukan oleh
mereka, sanksi adat tersebut sudah berasal dari tokoh adat sebelumnya dan
sepakat diantara para tokoh adat dan juga aparat desa lainnya, sehingga
46
telah disepakati agar dibuatkan dalam Peraturan Desa (Perdes), agar
Dalam kasus tindak pidana yang terjadi di Desa Oelomin yang sudah
Matias Bones terhadap Yosep Bora Bili tepatnya pada tanggal 12 Maret
2017 jam 7 malam. Kasus tersebut telah di proses menurut Hukum Adat
yang ada di Desa Oelomin dan dalam kasus tersebut telah diberikan sanksi
d. Beras 50kg
dengan kedua belah pihak dan warga Desa Oelomin yang ada
dari pihak korban dan pelaku dinyatakan telah saling memaafkan dan
tidak memiliki rasa dendam antara satu dengan yang lain dan sebagai
ungkapan yang tulus dan iklas dari pihak korban yang telah menerima
permintaan maaf dari pihak pelaku, maka dari pihak korban juga
menyerahkan 1 (satu) ekor babi yang secara adat Sumba akan dibunuh
47
dan kemudian dibagi dua, jadi satu bagian untuk pihak korban dan satu
suatu Hukum adat ini tidak lepas dari adanya sekelompok masyarakat
masyarakat tersebut lahirlah suatu hukum adat dan juga masyarakat pun
pidana dan sanksi adat yang ada di Desa Oelomin Kecamatan Nekamese
Oelomin yakni :
48
1. Bapak Soleman Tasey sebagai kepala dusun I (Oelomin) dan
ada disana lebih dahulu, karena prosesnya yang cepat dan juga
diantara mereka.
49
yang lebih tinggi karena lebih mempunyai wewenang dalam
maka dari pihak pemerintah yakni kepala desa dan aparat desa
dan dihormati.
50
beberapa pandangan dari masyarakatnya. Maka dari itu peneliti melakukan
penyelesaian dan pemberian sanksi adatnya sudah sangat baik dan adil
disana dan juga sudah sesuai dengan aturan adat yang telah ditetapkan oleh
para tokoh adat (amnaes uf) Desa Oelomin. Sanksi adat juga dianggap
dengan surat pernyataan damai dan dalam surat tersebut dijelaskan apabila
pelaku melakukan perkara lagi maka pelaku tersebut harus siap diproses
Akan tetapi ada juga sebagian dari masyarakat Desa Oelomin yang
memberatkan karena jika dilihat dari kondisi ekonomi mereka maka sanksi
bahwa, jika masyarakat tersebut memiliki hewan maka dirasa tidak terlalu
berat karena dalam melunasi sanksi adat yang berupa hewan tersebut akan
51
dapat dilunasinya dengan gampang, tetapi apabila jika masyarakat yang
tidak memiliki hewan, maka ia harus membeli hewan lagi untuk dapat
melunasi sanksi adat tersebut dan juga ditambah dengan sejumlah uang
maka akan sangat berat untuk dapat dilunasi, sehingga terkadang mereka
harus meminjam uang kepada keluarga maupun kerabat dekat untuk dapat
melunasi sanksi adat tersebut. Akan tetapi jika kita bandingkan dengan
dalam hukum pidana dikenal dengan adanya teori pemidanaan yang dapat
berikut:
52
b. Teori relatif atau teori tujuan, menurut teori ini maksud dari
masyarakat.
telah diberikan.
53
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
diampingi oleh aparat desa, ketua BPD dan juga para Tokoh adat
54
memberikan kesempatan kepada kedua pihak untuk menyampaikan
seperti apa. Setelah itu kedua belah pihak akan berjabat tangan dan
tidak ada tindakan lebih lanjut dari para tokoh adat (Amnaes Uf)
perdamaian tersebut.
hewan, kain adat yang sesuai dengan suku dari pihak korban, surat
pernyataan damai, laruh atau tuak, dan benda lainya yang akan
kata sepakat diantara para tokoh adat dan aparat desa lainnya dan
hukum.
55
hingga pemberian sanksi adat terdapat sebagian masyarakat yang
baik dan merasa puas, tetapi ada juga yang beranggapan bahwa
B. Saran
desa bersama tokoh adat dan aparat desa lainnya harus berperan
56
2. Berkaitan dengan sanksi adat Desa Oelomin, penulis menyarankan
agar para tokoh adat bersama kepala desa dan aparat desa lainnya
jangan hanya sebatas kata sepakat diantara para tokoh adat dan
aparat desa lainnya pada saat itu, tetapi harus diupayakan agar
sanksi adat yang dianggap terlalu berat, sehingga para tokoh adat
57
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Jan Rammelink, 2003, Hukum Pidana, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
58
Sri Mamuji, 2005, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, BP FHUI,
Jakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
C. Sumber-Sumber Lain
http://tiarramon.wordpress.com/2013/05/13/hukum-pidana-2/
http://ladydeeana91.blogspot.co.id/2012/04/hukum-pidana-adat.html?m=1
https://www.google.co.id/amp/s/belajarhukumonline.wordpress.com/
2015/11/26/hukum-pidana- adat/amp/
https://www.scribd.com/mobile/doc/296358030/penerapan-sanksi-pidana-
adat-pidana-kuhp-terhadap-pelaku-tindak-pidana
http://www.academia.edu/10346393/
PROPOSAL_TESIS_PENERAPAN_SANKSI_ADAT_DALAM_PENYE
LESAIAN_PERKARA_PIDANA
59