Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SYAMSUL BAHRI

NIM : 041584082

Tugas 1 Manajemen Pemerintahan

1.
a. Gambarkan secara skematis/bagian dan kemukakan hubungan antara Administrasi, Organisasi,
dan Manajemen!

Hubungan antara administrasi, organisasi, dan manajemen, yaitu organisasi dan manajemen adalah
sarana dari administrasi. Secara terperinci hubungan tersebut adalah kepemimpinan merupakan inti
dari manajemen. Melalui manajemen, semua kegiatan dikoordinasikan dan diarahkan menuju kepada
tujuan yang telah ditetapkan, dengan demikian manajemen ada pada setiap tingkat organisasi.
Organisasi adalah merupakan wadah atau tempat dilakukannya kegiatan-kegiatan administrasi. Untuk
jelasnya hubungan antara administrasi, organisasi, dan manajemen ini dapat digambarkan sebagai
berikut.

Sehingga, hubungan antara administrasi organisasi dan manajemen adalah administrasi merupakan
bagian dari ilmu manajemen dalam pengumpulan dan pencatatan data yang nantinya organisasi analisa
dan olah. Hasilnya akan organisasi gunakan sebagai perbaikan dan pengembangan pada sistem
organisasi

b. Kemukakan cara untuk mengurangi beban seorang atasan dalam melakukan pengawasan!
Gunakan konsep/teori yang relevan!

Seorang pimpinan tentunya sudah pasti akan memiliki bawahan atau ada sesuatu yang di bawahnya,
Pimpinan memiliki pemahaman bahwa ia harus memimpin berdasarkan pengangkatan, dalam arti
bahwa suka atau tidak suka bawahannya ia tetap menjadi orang yang memimpin suatu jabatan. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pimpinan adalah jabatan atau posisi seseorang di dalam
sebuah organisasi baik organisasi formal maupun organisai non formal yang telah diangkat dan
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan. Pengawasan dalam manajemen ini penting dilakukan agar
kesalahan kinerja atau hasil kerja bawahannya yang terjadi dapat segera diperbaiki. Ada 3 (tiga) langkah
dalam melaksanakan hal tersebut, yaitu :

1. membuat standar
2. membandingkan kegiatan standar
3. tindakan perbaikan.

pengawasan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan perencanaan (planning), kebijaksanaan
(policies), tujuan (objective), pengorganisasian (organizing), dan dengan pengawasan itu sendiri
(control). Begitu juga dengan prosedur, pelaksanaan, dan kegiatankegiatan lain harus diterapkan
disamping metode dari pada pengawasan. Kinerja dapat diartikan hasil kerja yang sesungguhnya dapat
dicapai oleh seseorang baik kualitas maupun kuantitas. Agar pekerjaan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan organisasi, maka pengawasan oleh pimpinan perlu dilaksanakan mengingat
kemungkinan dapat terjadi kesalahan dalam melaksanakan atau merealisasikan pekerjaan. Pelaksanaan
dalam memimpin sangat penting sekali yang dapat dimainkan oleh seorang pemimpin terhadap
pelaksanaan pengawasan dalam manajemen, yaitu :

1. peranan hubungan antar pribadi, antara lain : sebagai figurehead, berperan sebagai pemimpin
(leader), dan berperan sebagai pejabat perantara (Gaison Manager),
2. pelaksanaan dalam memimpin yang berhubungan dengan informasi (informational role),
antara lain : sebagai monitor, sebagai desiminator informasi (penyampaian informasi dari luar
ke dalam) dan sebagai Speakerman (juru bicara),
3. pelaksanaan dalam hubungan dengan pembuatan keputusan (decisional role), antara lain:
peranan sebagai entrepreneur, peranan sebagai penghalau, gangguan (disturbance handler),
peranan sebagai pembagi sumber (resource alloceter) dan peranan sebagai negosiator.

2. Menurut Mary Chusing Nile terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
luas rentang pengawaskan. Kemukakan secara teoritis!

The Liang Gie telah memetik pendapat Mary Chusing Nile yang mengatakan bahwa ada lima faktor yang
perlu diperhatikan dalam menentukan luas rentang pengawasan, yaitu sebagai berikut.

1. Hal-hal yang Berhubungan dengan Rencana Organisasi

Kalau rencana organisasi itu jelas dan tugas serta tanggung jawab setiap orang jelas pula batas-batasnya
maka semakin banyak orang yang dapat diawasi. Umpamanya rencana atau target produksi minyak
rambut sehari seribu botol. Si Ali kerjanya khusus mencuci botol, si Ani melap botol, si Ati mengisi
botol, si Badu menutup botol, si Mamad menempelkan etiket botol, si Kanti memasukkan botol ke dalam
sarungnya, si Musa mengepak barang dalam kardus dan sebagainya, sampai siap untuk diangkut.

Sebaliknya kalau rencana organisasi itu semu maka sebaiknya sedikit bawahan diawasi oleh seorang
atasan.

2. Jalinan Hubungan di Antara Orang-orang dan Pekerjaan yang Harus Dikendalikan


Kalau batas-batas tugas yang satu dengan yang lainnya sudah jelas maka hubungan pekerjaan di dalam
organisasi tersebut juga akan jelas sehingga semakin banyak orang yang dapat berada di bawah
pengawasan seorang atasan. Sebaliknya semakin samar batas tugas antara yang satu dengan yang
lainnya maka semakin banyak kaitan hubungan antara tugas-tugas tersebut sehingga banyak waktu
yang dicurahkan untuk mengawasinya. Sebaiknya dalam hal yang demikian sedikit orang yang berada
di bawah pengawasan seorang atasan. Umpamanya seorang kepala bagian pengetikan surat-surat akan
dapat mengawasi lebih banyak bawahannya atau tukang tik karena jalinan hubungan tugas antara
tukang-tukang ketik itu hampir tidak ada, sedikit sekali. Jadi, kalau sudah selesai mengetik maka
selesai pulalah tugasnya. Sebaliknya, kepala bagian perencanaan akan sulit mengawasi banyak orang
yang berada di bawahnya karena tugas yang dilakukan ruwet dan kait-mengait satu dengan yang
lainnya. Jadi, lebih baik sedikit orang yang berada di bawah pengawasannya.

3. Kemampuan Orang dalam Organisasi yang Bersangkutan, Baik Atasan maupun Bawahan
Kalau seorang atasan cerdas dan tangkas maka dia akan mampu mengendalikan lebih banyak bawahan
daripada yang kurang terampil dan cerdas. Sebaliknya kalau bawahan penuh inisiatif, mampu bekerja
sendiri dan terampil, cerdas dan lain-lain maka semakin banyak bawahan yang dikendalikan oleh
seorang atasan. Bawahan yang tidak cakap bekerja akan selalu meminta petunjuk dari atasannya.
Dengan demikian, lebih baik sedikit saja orang berada di bawah seorang atasan. Tetapi kalau bawahan
tersebut cakap, berinisiatif dan terampil maka mereka dapat dilepas bekerja sehingga tidak banyak
waktu yang diperlukan atasan untuk mengawasi pekerjaan bawahannya. Oleh sebab itu, lebih baik
agak banyak orang berada di bawah seorang atasan.

4. Corak dan Ragam Pekerjaan


Kalau pekerjaan itu beraneka ragam maka akan membutuhkan banyak pikiran dalam mengelolanya
sehingga sebaiknya sedikit orang yang berada di bawah pengawasan seorang atasan. Seperti tugas
mengelola fakultas atau universitas membutuhkan banyak pikiran karena beraneka ragam. Sebaliknya,
kalau tugas tersebut seragam dan cara mengerjakannya masih sederhana maka tidak banyak
memerlukan pemikiran seseorang. Dalam hal ini seorang atasan dapat lebih banyak mengawasi orang-
orang yang bekerja di bawahnya. Umpamanya mandor PU dapat mengawasi puluhan orang yang
mengerjakan pengaspalan jalan karena sifat pekerjaan tersebut seragam dan sederhana sehingga tidak
banyak memerlukan pikiran seseorang.

5. Kestabilan Organisasi dan Pejabat-pejabatnya


Kalau organisasi sudah berjalan dengan lancar dan stabil maka biasanya tidak banyak lagi masalah
yang dihadapinya. Oleh sebab itu, sebaiknya rentangan pengawasan itu diperluas atau lebih banyak
orang- orang berada di bawah seorang atasan.

3. Dalam proses terbentuk dan sampai berkembangnya kelompok ditentukan oleh hubungan
personalia dan fungsi tugas anggota kelompok. Berdasarkan dua dimensi ini maka dapat
diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan kelompok itu melalui beberapa fase.
Kemukakan fase-fase tersebut!

Pertumbuhan kelompok melalui beberapa fase, yaitu: fase performing (fase berprestasi), fase
norming (fase pembentukan norma), fase storming (fase peralihan), dan forming (fase
kekelompokan).

1) Tahap Pembentukan Rasa Kekelompokan Pada tahap ini setiap individu dalam kelompok
melakukan berbagai penjajagan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan antar
pribadi yang dikehendaki kelompok, sekaligus mencoba berperilaku tertentu untuk
mendapatkan reaksi dari anggota lainnya. Bersamaan dengan tampilnya perilaku individu
yang berbeda-beda tersebut, secara perlahan-lahan, anggota kelompok mulai menciptakan
pola hubungan antar sesama mereka Pada tahap pertama inilah secara berangsur-angsur
mulai diletakkan pola dasar perilaku kelompok, baik yang berkaitan dengan tugas-tugas
kelompok, atau yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi anggotanya, bangkan
mungkin dengan kelompok-kelompok pesaing dalam berusaha.
Dalam kaitannya dengan tugas kelompok, tujuan kelompok belum jelas dan satu sama lain
masih mencari-cari. Semua anggota mulai merabaraba dan menjajagi situasi kelompok.
Hubungan satu sama lainnya diliputi oleh perasaan malu-malu, ragu-ragu, dengan sopan
santun yang bersifat basa basi. Suasanya hubungan satu dengan lainnya masih terlihat
kaku, namun pada umumnya setiap individu senang memperlihatkan aku-nya, dengan
menceritakan berbagai keunggulan dirinya secara lengkap dan berkepanjangan. Produk
akhir dari fase forming ini diharapkan terbentuknya rasa kekelompokan diantara
anggotanya.
2) Tahap Pancaroba Upaya memperjelas tujuan kelompok mulai tampak, partisipasi anggota
meningkat. Sadar atau tidak sadar, pada tahap ini anggota kelompok mulai mendeteksi
kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota kelompok melalui proses interaksi yang
intensif, ditandai dengan mulai terjadinya konflik satu sama lain, karena setiap anggota
mulai semakin menonjolkan aku-nya masing-masing. Salah satu ciri penting dari fase ini
adalah dengan berbagai cara apapun anggotanya akan saling mempengaruhi di antara satu
sama lain.
3) Tahap Pembentukan Norma Dalam fase ketiga ini, meskipun konflik masih terjadi terus,
namun anggota kelompok mulai melihat karakteristik kepribadian masing-masing secara
lebih mendalam, sehingga lebih memahami mengapa terjadi perbedaan dan konflik,
bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang tertentu, bagaimana cara membantu orang
lain dan bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam kelompok.
Dengan adanya pemahaman demikian, ikatan (cohesi) dan rasa percaya (trust) serta
kepuasan hubungan dan konsensus diantara anggota kelompok dalam pengambilan
keputusan meningkat, anggota mulai merasakan perlunya kesatuan pendapat mengenai
perilaku yang boleh dan yang tidak boleh ditampilkan dalam pergaulan kelompok atau
norma kelompok, agar kelompok bisa bekerja secara efektif dan efesien dalam
memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
Kondisi akhir dari tahap pembentukan norma ini adalah terciptanya suasana penuh
keharmonisan dalam kelompok, sehingga hubungan antar pribadi yang semula penuh
dengan keragu-raguan dan konflik satu sama lain akibat ketertutupan diri, telah berubah
menjadi sarana untuk pemecahan masalah dan penyelesaian pekerjaan kelompok. Selain
itu sudah jelas pula peran apa yang harus dimainkan oleh setiap anggota dalam
penyelesaian pekerjaan kelompok sesuai dengan kemampuan yang bisa ia berikan kepada
kelompok.
4) Tahap Berprestasi Kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis
antara anggota yang satu dengan yang lainnya, norma kelompok telah disepakati, tujuan
dan tugas kelompok serta peran masing-masing anggota telah jelas, ada keterbukaan
dalam komunikasi dan keluwesan dalam berinteraksi satu sama lain, perbedaan pendapat
ditolerir, inovasi berkembang.

Anda mungkin juga menyukai