Anda di halaman 1dari 3

Ini Bukan Cinta

"aku mau secangkir kopi hitam. tanpa gula."

..........

jam 12 lewat 30 menit dini hari. aku beranjak dari depan laptop yang sudah
menyala sejak sore. tulisanku bahkan belum selesai. baru tiga halaman script
dengan deadline satu script utuh untuk nanti sore. kubiarkan laptop tetap
menyala, melapisi boxer dengan celana jeans panjang, memakai jaket dan
sepatu, lalu meninggalkan kamar. aku akan menunggumu malam ini, sebelum
kamu dan watak cerewet standar wanitamu harus melayangkan beberapa pesan
BBM dan telepon penuh omelan karena aku terlambat seperti biasanya.

aku tiba di cafe tempat biasa kamu selalu merengek untuk bertemu jika ada
kegalauan yang harus kamu bagi denganku. cafe kecil itu ramai, semakin larut
semakin ramai seperti biasa. aku memilih duduk di sudut ruangan, meminta
asbak, dan membuka pesan BBM-mu yang kurasa masuk saat aku di perjalanan.
aku hanya duduk menanti kamu datang, wanita yang entah siapaku, tanpa
memesan apa-apa. semoga nanti pipi dan bibirmu merah seperti biasa.

lebih dari 15 menit aku merokok sampai akhirnya sosokmu muncul. dengan
langkah agak terburu-buru kamu menghampiri mejaku, memilih duduk bersisian
daripada berhadapan denganku, memeluk lenganku, lalu sesaat
menenggelamkan wajahmu di bahuku. tidak lebih dari semenit selanjutnya kamu
mengangkat wajahmu, lalu mulai bercerita panjang lebar tentang entah apalah.
bukannya tidak peduli atau terdistorsi hal lain, aku justru seakan merasa bosan.
seperti aku sudah tahu apa yang bahkan belum kamu ucapkan, dan untuk
didengar lagi, bosan tentu akan terasa.

kamu menjeda ceritamu dan memanggil pelayan, memesan sepiring spagheti dan
ice chocolate, tersenyum pada pelayan itu, lalu berbalik menatapku. aku masih
terus menarik dan menghembuskan asap rokok sampai akhirnya kamu merogoh
tas dan ikut membakar sebatang. rokok di tangan kirimu tak membuat tangan
kananmu lepas memeluk lenganku, lalu kamu mulai berbicara lagi. aku bahkan
tak merespon apa-apa atas ceritamu, hanya beberapa waktu tersenyum,
beberapa waktu menatapmu, dan banyak waktu membuang pandangan ke arah
lain namun tetap menyimakmu.

interaksi pasif ini akhirnya diinterupsi oleh sajian spagheti dan ice chocolate
yang dibawa oleh pelayan. kamu berhenti bicara, mematikan rokok dan mulai
melahap makanan yang ada.

..........

interaksi ini bukannya pasif. hanya saja terlihat pasif. siapa yang tahu seberapa
besar perhatian yang sebenarnya aku berikan padamu dan seberapa besar
perhatian yang kamu rasakan melalui tatapan-tatapan yang selalu kubuang jauh
saat kamu bercerita?

sudah lebih dari lima tahun sejak pertama kali aku bertemu dengamu dan
semesta menggiring kita untuk menjalani berbagai kisah bersama. aku bahkan
sudah tidak bisa menghitung ini cerita patah hati keberapa yang kamu bagi
denganku di tengah malam buta di sudut sebuah cafe kecil yang selalu sama. aku
bahkan sudah tidak bisa menghitung punyaku. aku tak mampu lagi menghitung,
bukan hanya kisah patah hati keberapa, tapi kisah jatuh cinta atau kisah apapun
itu. aku hanya tahu aku bersamamu. selalu. setiap saat.

aku sudah membagi lengan dan bahuku denganmu selama bertahun-tahun. aku
sudah membunuh sebagian besar waktuku denganmu. aku sudah jatuh dan
hancur berkali-kali bersamamu, dan pada akhirnya hanya denganmu juga aku
akan kembali pulang dan mereparasi diri. begitu juga kamu. selalu seperti itu.
aku sudah mencintai beberapa wanita dengan kadar cinta paling tinggi beberapa
kali dengan akhir cerita kebersamaan akan selalu kembali pada pelukanmu.
begitu juga kamu. selalu seperti itu.

entah seperti apa aku seharusnya mendefinisikan dirimu. aku rasa tak ada.
sebagai penulis aku tahu tak akan ada rangkaian kata yang benar-benar mampu
mengungkap makna. makna hanya akan ada di dalam diri, di dalam hati. dan tak
ada perilaku apapun yang bisa mengindikasikan isi hati dengan valid.

aku bukan kekasihmu, meskipun untuk menjadi sahabat pun ikatan ini sudah
keterlaluan. tapi aku rasa aku juga tak perlu mendefinisikanmu. aku sudah bosan
mencintai, meskipun aku tak pernah benar-benar tahu apa arti cinta. aku tak
butuh romantisme atau kasih sayang yang didramatisir sedemikian rupa. aku rasa
aku tak butuh apapun kecuali sesuatu yang ada di dalam diriku yang hanya aku
yang tahu. yang bahkan tak bisa kugambarkan dengan cara apapun. aku tak
butuh kesempurnaan yang membosankan itu. aku hanya butuh kenyamanan dan
saling pengertian. aku tak butuh kekasih, aku hanya butuh teman hidup.

karena itu aku butuh kamu. suruh aku ceritakan seluruh kisah perjalanan hidupku,
aku akan melihat sebuah gambaran yang tumpang tindih dan tidak teratur. tapi
tanyakan apa yang aku lihat di masa depan, maka akan kujawab aku melihat
gambaran dirimu.

..........

kamu menelan suapan terakhir spagheti lalu meneguk ice chocolate dengan
khidmat. kamu akan membakar sebatang rokok lagi ketika kamu menyempatkan
menatap mataku beberapa detik. lalu kamu sadar aku belum memesan apa-apa
dan menawarkanku memesan.

"kamu ga pesen? pesen ya? kopi item ga pake gula."


"yaudah boleh."
"kenapa sih suka banget?"
"soalnya..."
"...ga manis malah pait, ga sempurna. tapi nikmat, udah pas dan nyaman."

aku lalu tersenyum, mengusap kepalamu, membakar sebatang rokok lagi,


merogoh saku dan membalas chat pacarku yang katanya tak bisa tidur. sisanya,
hanya akan ada pagi yang aku dan kamu jemput bersama, lagi dan lagi.

..........

malam itu ada langit yang hitam kental. purnama yang penuh seakan mau
tumpah. lampu-lampu jalan dan cafe yang merona jingga. waktu-waktu
menjelang pagi yang sama seperti banyak waktu lainnya yang kita bunuh dengan
kebersamaan. ikatan batin yang selamanya tak akan terdefiniskan. dan kamu,
yang teryakini akan selalu siap berdiri selamanya, seperti selama ini.

Anda mungkin juga menyukai