Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi
Diajukan Oleh :
Nathan Agwin Khenda
P27226017183
JURUSAN FISIOTERAPI
2021
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP
INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA
Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi
Diajukan Oleh :
Nathan Agwin Khenda
P27226017183
JURUSAN FISIOTERAPI
2021
i
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP
INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA
Disusun oleh :
Nathan Agwin Khenda
P27226017183
Pada Tanggal:………….
Tanda Tangan
Pembimbing 1
Dwi Kurniawati.,Ftr.,M.Kes
NIP. 19850102 201902 2 001
Pembimbing II
Sri Suwarni.,Ftr.,M.KM
NIP. 19750305 200501 2 002
Mengetahui,
Ketua Prodi D IV Fisioterapi
ii
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP
INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA
Disusun oleh:
Nathan Agwin Khenda
P 27226017183
2. Sri Suwarni.,Ftr.,M.KM
NIP. 19750305 200501 2 002
3. Dwi Kurniawati.,Ftr.,M.Kes
NIP. 19850102 201902 2 001
Surakarta, ………………..2021
Mengetahui,
iii
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : P27226017197
WANITA” adalah benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya telah
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang
Surakarta, ...................................2021
Yang membuat pernyataan
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyelesaikan skripsi ini diwaktu yang tepat. Peneulis menyadari bahwa skripsi
ini belum sempurna. Skripsi atau tugas akhir ini, penulis persembahkan untuk :
1. Bapak dan Ibu penulis yang telah mendukung kelancaran studi hingga
penelitian
3. Keluarga besar penulis, terimakasih atas saran dan nasehat yang telah
5. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
Surakarta.
3. Bapak Saifuddin Zuhri, SKM, Ftr., M.Kes, selaku Ketua Program Studi
skripsi ini.
5. Ibu Sri Suwarni, Ftr., MKM, selaku Pembimbing II yang telah menyediakan
skripsi ini.
vi
6. Segenap Dosen Pengajar dan Civitas Akademika Jurusan Fisioterapi
melakukan penelitian
8. Kedua Orang Tua dan segenap keluarga penulis yang telah memberikan
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap skripsi ini dapat
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang
bersifat membangun.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Daftar Halaman
Halaman Persetujuan ii
Halaman pernyataan iv
Halaman persembahan v
Kata Pemgantar vi
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Abstraksi xiii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
A. Anatomi 5
B. Inkontinensia Urin pada Lansia Wanita 6
C. Pelvic Floor Muscle Exercise 8
D. Penelitian Relevan 10
E. Kerangka Pikir 11
viii
F. Kerangka Konsep 12
G. Hipotesis 13
A. Rancangan Penelitian 16
B. Waktu dan Tempat Penelitian 16
C. Subjek Penelitian 17
D. Instrumen Penelitian 17
E. Variabel Penelitian 18
F. Definisi Operasional 18
G. Prosedur Penelitian 19
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 20
A. Hasil 22
B. Analisis Statistika 24
C. Pembahasan 25
D. Hambatan dan Analisa Data 27
E. Implikasi Klinis 27
BAB V Penutup
A. Kesimpulan 28
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
Halaman Gambar
Gambar 2.1 5
Gambar 2.2 6
Gambar 2.3 7
Gambar 2.4 11
Gambar 2.5 13
Gambar 2.6 14
x
Halaman Tabel
Tabel 4.1 22
Tabel 4.2 23
Tabel 4.3 24
xi
Daftar Lampiran
Lampiran I 32
Lampiran II 33
Lampiran III 34
Lampiran IV 35
Lampiran V 36
Lampiran VI 38
Lampiran VII 39
Lampiran VII 41
Lampiran IX 43
Lampiran X 45
xii
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP
INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA
ABSTRAK
Latar Belakang : Menurut WHO pada tahun 2017, 9,9% - 36,1% populasi lansia
didunia menderita inkontinensia urin dan lansia wanita memiliki resiko 2 kali
lebih benyak. Masyarakat kurang peduli terhadao inkontinensia urin dan
menggaggap hal ini wajar terjadi pada seseorang. perlu adanya intervensi yang
dapat dilakukan ke penderota sehingga dapat menurunkan inkontinensia urin
sehingga kualitas hidup masyarakat dapat meningkat Tujuan :Untuk mengetahui
pengaruh pelvic floor muscle exercise terhadap kualitas hidup penderita
inkontinensia urin pada lansia wanita Metode : Penelitian ini menggunakan
metode one groups pre and post test design. Subjek : Subjek penelitian ini
berjumlah 20 orang pasien yang telah mengalai inkontinensia urin dilihat dari
hasil ICIQ_SF Hasil : Hasil uji beda pre dan post test menggunakan uji Paired
Sample T-Test pada penelitian ini adalah p<0,05. Kesimpulan : Pemberian pelvic
floor muscle exercise dapat berguna untuk menurunkan tingkat inkontinensia urin
pada lansia wanita
Kata Kunci : Pelvic floor mudcle exercise, lansia wanita, ICIQ-SF, Inkontinensia
urin
xiii
EFFECT OF PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE FOR URINARY
INCONTINENCE IN ELDERLY WOMAN
ABSTRACT
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO lansia adalah seseorang yang memiliki usia diatas 65 tahun.
prediksi semakin lama jumlah penduduk lansia akan semakin bertambah, oleh
larena itu diperluka upaya untuk meningkatkan kesehatan lansia (World Health
seperti diabetes, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis, stroke, kanker
Menurut WHO pada tahun 2017, 9,9% - 36,1% populasi lansia didunia
menderita inkontinensia urin dan lansia wanita memiliki resiko 2 kali lebih besar.
dengan sample sebanyak 4,2 milyar orang dengan usia diatas 20 tahun
urin itu artinya sekitar 421 juta orang menderita inkontinensia urin, untuk
kawasan asia sekitar 1,5% sampai 15,2% dari populasi menderita inkontinensia
urin. data dari Irwin et al. pada (2018) menujukkan seseorang dengan usia 65
lansia terhadap orang lain. Oleh karena itu sangat penting sekali untuk melakukan
1
2
intervensi pada penderita ini agar mampu meningkatkan kualitas hidup seseorang
karena masyarakat menganggap faktor usia jadi hal itu sudah lumrah terjadi.
pampers. Hal ini sebenarnya baik tetapi penderita inkontinensia urin mengalami
penderita inkontinensia urin pada lansia wanita. Peran fisioterapi dapat dilakukan
kurangnya minat dari fisioterapis Indonesia diranah womem health dan geriatri
sehingga penelitian mengenai ini sangat kurang di Indonesia. Sebagai contoh pada
kasus ini fisioterapi bisa memberikan latihan pelvic floor muscle terhadap
menguatkan otot otot dasar panggul (Frawley, 2006). Hal ini dinilai efektif untuk
Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti apakah l pelvic floor muscle
exercise terhadap penderita cocok diterapkan pada lansia wanita yang berada di
3
Indonesia. Agar lansia wanita yang memiliki resiko 2 kali lebih banyak mammpu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
inkontinenia urin.
2. Manfaat teoritis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Institusi
itu agar mahasiswa lebih membuka wawasan lagi tetang peran fisioterapi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Pelvic floor muscle disususn oleh beberapa otot yaitu otot levator ani,
coccygeus, anal sphincter, urethral sphincter dan otot perineal superfisial maupun
dalam. Sebagian dari otot levator ani berperan sangat penting dalam menyangga
organ visceral di area pelvis, selain itu juga berperan dalam kencing, defacatory,
dan seksualitas. Levator ani terdiri dari berbagai bagian yaitu, puboccoxygeus,
Meurut Chiva and Magrina, (2018), Pelvic floor muscle terdiri dari otot
levator ani dan otot cocygeus. Menurut Barber (2004), Pelvic floor muscle
diinervasi oleh serabut saraf S2 sampai S4, tetapi S3 memiliki peran lebih banyak.
5
6
5 a
a
2
4
b
a
1. Pubic crest
2. Levator ani terdiri dari 2 yaitu
a. Pubocoxygeus
b. illiococoxygeus
3. Illiacus
4. Sacrum
5. Rectal canal
6. Vaginal canal
7. Urethral canal
7
1. Definisi
perubahan structural otot vesical dan degenerasi yang dapat merubah urinary
tract. Selain itu, inkontinensia urin bisa disebabkan oleh efek samping
Keluarnya urin secara involunter dengan volume yang kecil akibat adanya
c. Overflow Incontinence
Kebocoran urin dalam jumlah yang kecil karena adanya tekanan mekanik
pada kandung kemih atau penyimpanan urin di kandung kemih dan fungsi
sphincter.
d. Fungtional Incontinence
yang sangat berat atau neurogical disorders yang lain. Selain itu dapat disebabkan
1. Definisi
penderita inkontonensia urin Sangam et al., (2015). Latihan ini dilakukan dengan
cara mengkontraksikan otot - otot dasar panggul, bisa diakukan degan duduk,
9
berdiri maupun terlentang, tetapi latihan ini efektif ketika pasien posisi terlentang
atau lebih tepatnya crock lying. Semakin bertambahnya usia pelvic floor muscle
akan mengalami degenerasi sehingga kekuatan otot bisa berkurang, selain itu
dasar panggul atau disebut dengan pelvic floor muscle exercise, merupakan laihan
yang bisa dilakukan oleh siapapun dan murah. Latihan ini tidak memiliki kontra
sebanyak 5 set. Latihan ini bisa dilakukan selama 4 minggu. Sangam et al. 2015,
posisi pasien crooklying, pasien terlentang kemudian fleksi hip dan fleksi lutut.
Setelah itu pasien diminta untuk mengkontraksikan otot panggul dengan cara
Gambar 2.2 Latihan Pelvic floor muscle exercisediambil dari Kristin Stromberg
pada tahun 2018 di drleasure.com
menjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dengan nilai p≤0,05 N=28.
Hasil ini didapatkan dari 24 penelitian dengan total subjek wanita sebanyak 2.394
review menunjukkan bahwa latihan otot dasar panggul terlihat efektif untuk
menangani inkontinensia urin pada lansia. Penelitian ini diambil dari 35 studi dan
diambil 26 studi untuk diidentifikasi secara penuh. Namun studi ini memiliki
beberapa batasan yaitu perbedaan dari alat ukur, intensitas latihan durasi
E. Kerangka Pikir
Faktor Internal :
Overactive
blader Faktor Eksternal
Obesitas Diabetes
Kehamilan dan Stress
Melahirkan Incontinence
Usia
Inkontinensia
urin
PVM Eercise
akan mengalami gejala polakisuria dan keluarnya kencing secara tiba tiba, hal ini
bisa disebaban oleh faktor usia dan penurunan elastisitas dari otot detrusor. Stress
bahwa 79% pria dan 59% wanita yang menderita diabetes tipe 2 mengalami
Oleh karena itu perlu adanya intervensi yang berguna untuk menurunkan
tingkatt inkontinensia. Menurut Klara et al. (2010) pelvic floor muscle exercise
dinilai begitu penting untuk menangani inkontinensia pada lansia. Rocha et al.
(2018), menunjukkan bahwa pelvic florr muscle exercise sangat berguna untuk
latihan ini juga berguna untuk meningkatkan kualitas hidup dari penderita.
F. Kerangka Konsep
- Aktivitas subjek
- Keaktifan mengikuti
latihan
Subjek
Pelvic floor
- ≥60 tahun Pre Test muscle excercise Kemampuan
- Wanita mengontrol
- Mengalami kencing
inkontinensia - Dosis
- Keterampilan Fts
Post Test
dibandingkan
latihan pelvic floor muscle. Intervensi akan diberikan sesuai dosis fisioterapi.
Setelah dilakukan intervensi akan dilakukan pengukuran ulang untuk diambil data
14
post test. Setelah itu, data akan dibandingkan adakah perbedaan pretest dan post
test.
G. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
group pretest – post test design . Dalam penelitian ini subjek dijadikan 1
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian
Keterangan gambar:
inkontinensia urin pada lansia wanita. Penelitian akan dilakukan dalam periode
waktu April – Mei 2021dan dilakukan di Rt. 24 dan Rt. 25 desa Butuh Kecamatan
16
17
C. Subjek Penelitian
kecamatan Kecamatan Kras pada bulan April - Mei 2021 dan telah memenuhi
kriteria inklusi serta kriteria eksklusi. Kriteria inklusi yang harus dipenuhi yaitu :
kriteria drop out dalam penelitian ini yaitu : (1) subjek tidak mengikuti program
latihan 3 kali, (2) subjek tidak hadir saat post test, (3) subjek mengundurkan diri
D. Instrumen Penelitian
ukur ICIQ-SF terdiri atas 6 pertanyaan, meliputi tanggal lahir, jenis kelamin,
tidak terkontorol, saat kapan mengalami kencing yang tidak terkontrol. ICIQ-SF
pasien mengenai pengisian ICIQ-SF. Pasien diminta untuk memilih angka dengan
cara memberikan tanda sesuai tingkat kesukaran yang sudah tertera dalam
kuisione. Kemudian angka yang telah dipilih oleh pasien dijumlahkan dan
didapatkan nilai totalnya. Total nilai minumum 0 dan nilai maksimum 21.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas (independen) pada penelitian ini adalah latihan
F. Definisi Operasional
lutut fleksi 900. Untuk dosis latihan pasien diminta mengkontraksikan otot dasar
2. Inkontinensia urin
3. Lansia Wanita
Lansia wanita memiliki resiko 2 kali lebih tinggi dalam terkena inkontinensia
urin.
G. Prosedur Penelitian
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
1. Tahap persiapan
Butuh Rt. 24 dan Rt. 25 selama 1 bulan yang dimulai sejak Aprilt 2021 selain itu,
pelvic floor muscle. Peneliti menjelaskan kepada terapis mengenai beberapa hal
yaitu : (1) prosedur penelitian, (2) peralatan yang dibutuhkan selama penelitian,
(3) kriteria inklusi dan eksklusi subjek penelitian, dan (4) dosis penelitian atau
dosis latihan penguatan pelvic floor muscle. Selain itu peneliti juga menjelaskan
sesudah diberikan latihan sesuai dosis sebagai bahan evaluasi dan membenarkan
2. Tahap pelaksanaan
selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan. Setiap pertemuan akan diberikan dosis
sebanyak 5 set dimana 1 set sama dengan 10 detik kontraksi, 10 detik relaksasi.
,Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah total poin kuisioner.
Sehingga data yang didapatkan adalah data numerik. Pada penelitian ini untuk
1. Uji Normalitas
apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Analisis statistika yang
normal atau tidak menggunakan nilai probabilitas. Jika nilai p > 0,05 artinya data
terdistribusi secara normal atau yang biasa disebut dengan data normal. Dan
sebaliknya apabila nilai p < 0,05 artinya data terdistribusi secara acak atau yang
2. Uji hipotesis
cara membandingkan hasil pretest dan post test. Analisis statistika yang
digunakan adalah uji t berpasangan Apabila hasilnya menunjukkan nilai p > 0,05
artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara pretest dan posttest. Sebaliknya
jika nilai p < 0,05 artinya ada yang bermakna antara pretest dan posttest.
22
BAB IV
A. Hasil
Penelitian ini menggunakan one grup pretest and post test design. Dimana
Muscle exercise kemudian dilakukan post test. Penelitian ini dilakukan di desa
TABEL 4.1
minimal 12 sedangkan hasil maksimal 20 dengan rerata 16,50 dan standar deviasi
maksimal 16 dengan rerata 12,0 dengan standar deviasi 2,404. Pada peenelitian ini
ditemukan hasil selisih rerata memiliki nilai 4,4. Hasil dapat dilihat pada table 4.2
TABEL 4.2
Variabel
Skor Iciq- SF Sebelum Sesudah Selisih
Minumum 12 8 4
Maksimum 20 16 4
Rerata 16,50 12,10 4,4
Standar Deviasi 2,524 2,404 0,12
(Data Primer, 2021)
ditemukan ada beberapa jenis inkontinensia yang dialami subjek penelitian yaitu :
(1) 40% campuran, (2) 25% stress incontinence, (3) 35% urge incontinence.
24
Tabel 4.3
B. Analisis Statistika
1. Uji normalitas
Analisa uji statistic dimulai dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas data.
Penelitian ini menggunakan uji Saphiro Wilk karena jumlah subjek kurang dari
50. Hasil uji Saphiro Wilk didapatkan nilai sebesar 0,166 yang berarti nilai p>0,05
maka distribusi data normal. Jika data normal maka menggunakan uji parametric.
Uji beda pretest dan post test setelah pemberian pelvic floor muscle
berarti ada beda tingkat inkontinensia sebelum dan sesudah pemberian pelvic floor
muscle exercise. Dengan hasil ini terbukti ada pengaruh pelvic floor muscle
C. Pembahasan
Pelvic floor muscle exercise adalah suatu latihan yang digunakan untuk
meningkatkan kekuatan otot dasar panggul, dimana salah satu fungsi otot ini
adalah untuk mengontrol sekresi urin Holroyd, et al (2018). Pelvic floor muscle
mendapatkan nilai minimal 8 dan nilai maksimal 16 dengan rerata 12,0 dengan
standar deviasi 2,404. Pada peenelitisn ini ditemukan hasil selisih rerata memiliki
nilai 4,4. Uji beda pretest dan post test setelah pemberian pelvic floor muscle
berarti ada beda tingkat inkontinensia sebelum dan sesudah pemberian pelvic floor
lansia wanita.
Hal ini sesuai dengan penelitian Rocha et.al pada tahun 2018. Menurut
Rocha terdapat peningkatkan kekuatan dan contractility dari pelvic floor muscle.
didapatkan hasil P=0,003 yang berarti ada peningkatan kekuatan setrelah latihan.
Hal ini membuktikan bahwa hasil penelitian dari Sangam et al. (2015)
26
pelvic floor muscle exerxise baik untuk menurunkan inkontinensia urin pada
floor muscle, setelah diberikan latihan terdapat reinervasi pada pelvic floor
muscle. Alat ukur yang digunakan oleh Sangam et al. (2015) adalah perinometer
dan ICIQ-SF. Latihan dengan posisi terlentang lebih efektif dibandingkan dengan
posisi berdiri. Latihan pasien dengan posisi terlentang dan lutut ditekuk 90
derajat, dengan dosis latihan 10 detik kontraksi lalu 10 detik rileksasi diulangi
pada tahun 2017 ICIQ-SF memiliki tingkat sensitifitas sebesar 90 % dan spesifitas
– 21 (sangat berat).
Penelitian ini didudkung oleh berapa jurnal meliputi: (1) Rocha, et al.
(2018). Evaluation of the pelvic floor muscles training in older women with
ICIQ-SF : a novel two-stage analysis from two large RCT cohorts. International
subjek penelitian yang benar benar mengalami inkontinensia, (2) tidak bisa
untuk kelemahan dari penelitian ini meliputi : (1) jumlah sampel yang diambil
kurang sehingga tidak bisa menggambarkan kondisi sebenarnya. (2) tidak dapat
melakukan control terhadap aktifitas latihan dan kegiatan diluar penelitian ini.
E. Implikasi Klinis
pelvic floor muscle exercise baik untuk diaplikasikan kepada lansia wanita yang
inkontinensia.
28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
inkontinensia urin pada lansia wanita di desa Butuh dapat disimpulkan bahwa
pemberian pelvic floor muscle exercise pada lansia wanita berpengaruh dalam
bulan.
B. Saran
ada kekurangan didalamnya. Jumlah subjek dari penelitian yang sedikit belum
bisa mewakili jumlah populasi penderita inkontinensia urin pada lansia wanita.
Jadi peneliti berharap, ada peneliti ysng tertarik untuk melanjutkan penelitian ini
29
30
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
INFORMED CONSENT
35
Lampiran V
Lembar Pengukuran
36
37
Lampiran VI
Lampiran VII
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran VIII
TABEL 4.1
TABEL 4.2
Variabel
Skor ICIQ-SF
Sebelum Sesudah Selisih
Minumum 12 8 4
Maksimum 20 16 4
Rerata 16,50 12,10 4,4
Standar Deviasi 2,524 2,404 0,12
(Data Primer, 2021)
41
Tabel 4.3
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan
Statistics Df Sig. Statistics Df Sig.
E. Uji Hipotesis
Std. Eror
Mean N Std.Deviation
Mean
Pair I Pre Test 16.50 20 2.524 .564
Post Test 12.10 20 2.404 .538
N Correlations Sig.
Pair I Pre Test & 20 .894 .000
42
Post Test
Lampiran IX
kesehatan, yaitu :
4. Intervensi yang diberikan adalah Pelfic floor muscle exercise akan dijelaskan
dibawah ini
Keterangan gambar
43
A : Merupakan posisi awal pasien, yaitu pasien tidur terlentang pada alas
yang datar kemudian pasien diminta untuk menekuk lutut sekitar 90
derajat atau membentuk sudut siku.
Lampiran X
BLANGKO KUISIONER
Nama Pasien
Banyak orang sering tidak bisa mengontrol kencing (ngompol) pada beberapa waktu. Kita
mencoba untuk mencari tahu berapa banyak orang mengalami dan berapa banyak kencing
yang keluar. Kami mengucapkan terimakasih kepada anda yang bersedia menjawab
pertanyaan dibawah ini, pikirkan apa yang anda alami sekitar 4 minggu terakhir.
Tidak Pernah 0
Sekali dalam seminggu/kurang dari itu 1
Dua atau tiga kali dalam seminggu 2
Sehari sekali 3
Beberapa kali sehari 4
Setiap saat 5
4. Kita ingin tahu seberapa banyak urin yang dikeularkan saat itu Berapa
banyak urin yang anda keluarkan saat itu (Pakai pengaman maupun tidak)?
Tidak ada 0
Jumlah sedikit 2
Jumlah sedang 4
Jumlah Banyak 6
5. Berapa banyak urin yang anda keluarkan saat mengompol dalam hidup
45
Tidak pernah
Agama : Kristen
TimurRiwayat Pendidikan
1. TK Dharmawanita Butuh (2003 – 2005)