Anda di halaman 1dari 61

PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP

INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA

Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi

Diajukan Oleh :
Nathan Agwin Khenda
P27226017183

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2021
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP
INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA

Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi

Diajukan Oleh :
Nathan Agwin Khenda
P27226017183

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2021

i
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP
INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA

Disusun oleh :
Nathan Agwin Khenda
P27226017183

Telah disetujui dan disahkan

Pada Tanggal:………….

Tanda Tangan

Pembimbing 1
Dwi Kurniawati.,Ftr.,M.Kes
NIP. 19850102 201902 2 001

Pembimbing II
Sri Suwarni.,Ftr.,M.KM
NIP. 19750305 200501 2 002

Mengetahui,
Ketua Prodi D IV Fisioterapi

Saifudin Zuhri, SKM, Ftr, M.Kes


NIP. 197404272001121002

ii
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP
INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA

Disusun oleh:
Nathan Agwin Khenda
P 27226017183

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Pada tanggal: …………………….

Nama Tanda tangan

1. Ftr.Marti Rustanti, SKM, MPH


NIP. 19621219 198601 1 002

2. Sri Suwarni.,Ftr.,M.KM
NIP. 19750305 200501 2 002

3. Dwi Kurniawati.,Ftr.,M.Kes
NIP. 19850102 201902 2 001

Surakarta, ………………..2021

Mengetahui,

Ketua Jurusan Fisioterapi Ketua Prodi D IV dan Profesi Fisioterapi

Dr. Bambang Trisnowiyanto., M. Or Saifudin Zuhri, SKM, Ftr, M.Kes


NIP. 196709041992031004 NIP. 197404272001121002

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Nathan Agwin Khenda

NIM : P27226017197

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH PELVIC FLOOR

MUSCLE EXERCISE TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA

WANITA” adalah benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya telah

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang

saya peroleh dari skripsi ini.

Surakarta, ...................................2021
Yang membuat pernyataan

Nathan Agwin Khenda


P27226017197

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini diwaktu yang tepat. Peneulis menyadari bahwa skripsi

ini belum sempurna. Skripsi atau tugas akhir ini, penulis persembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu penulis yang telah mendukung kelancaran studi hingga

penelitian

2. Kedua adik penulis, yang selalu memberikan semnagat dan hiburan

3. Keluarga besar penulis, terimakasih atas saran dan nasehat yang telah

diberikan selama ini

4. Semua teman-teman jurusan fisiooterapi angkatan 2017.

5. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang beerjudul “PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE

TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA”.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan program studi Diploma IV Fisioterapi di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Surakarta. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Satino, SKM., M..ScN, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Surakarta.

2. Bapak Dr. Bambang Trisnowiyanto, M.Or, selaku Ketua Jurusan Fisioterapi

Poltekkes kemenkes Surakarta.

3. Bapak Saifuddin Zuhri, SKM, Ftr., M.Kes, selaku Ketua Program Studi

Diploma IV Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Surakarta.

4. Dwi Kurniawati, Ftr., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah menyediakan

waktu untuk membimbing dan membantu dalam penyusunan dan penulisan

skripsi ini.

5. Ibu Sri Suwarni, Ftr., MKM, selaku Pembimbing II yang telah menyediakan

waktu untuk membimbing dan membantu dalam penyusunan dan penulisan

skripsi ini.

vi
6. Segenap Dosen Pengajar dan Civitas Akademika Jurusan Fisioterapi

Poltekkes Kemenkes Surakarta

7. Kepala desa Butuh yang telah membantu dan mengijinkan penulis

melakukan penelitian

8. Kedua Orang Tua dan segenap keluarga penulis yang telah memberikan

dukungan terhadap penelitian

9. Teman-teman Program Studi Diploma IV Fisioterapi Poltekkes Kemenkes

Surakarta tahun angkatan 2017 terimakasih untuk kekeluargaan dan

kerjasamanya selama ini.

10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat untuk masyarakat dan khususnya rekan-rekan fisioterapi. Dengan

segala kerendahan hati penulis menyadai masih banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang

bersifat membangun.

Surakarta, 1 Juni 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Daftar Halaman

Halaman Judul Dalam i

Halaman Persetujuan ii

Halaman Pengesahan iii

Halaman pernyataan iv

Halaman persembahan v

Kata Pemgantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xii

Abstraksi xiii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Anatomi 5
B. Inkontinensia Urin pada Lansia Wanita 6
C. Pelvic Floor Muscle Exercise 8
D. Penelitian Relevan 10
E. Kerangka Pikir 11

viii
F. Kerangka Konsep 12
G. Hipotesis 13

BAB III Metodologi Penelitian

A. Rancangan Penelitian 16
B. Waktu dan Tempat Penelitian 16
C. Subjek Penelitian 17
D. Instrumen Penelitian 17
E. Variabel Penelitian 18
F. Definisi Operasional 18
G. Prosedur Penelitian 19
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 20

BAB IV Hasil, Analisis dan Pembahasan

A. Hasil 22
B. Analisis Statistika 24
C. Pembahasan 25
D. Hambatan dan Analisa Data 27
E. Implikasi Klinis 27

BAB V Penutup

A. Kesimpulan 28
B. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
Halaman Gambar

Gambar 2.1 5

Gambar 2.2 6

Gambar 2.3 7

Gambar 2.4 11

Gambar 2.5 13

Gambar 2.6 14

x
Halaman Tabel

Tabel 4.1 22

Tabel 4.2 23

Tabel 4.3 24

xi
Daftar Lampiran

Lampiran I 32

Lampiran II 33

Lampiran III 34

Lampiran IV 35

Lampiran V 36

Lampiran VI 38

Lampiran VII 39

Lampiran VII 41

Lampiran IX 43

Lampiran X 45

xii
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE TERHADAP
INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA WANITA

Nathan Agwin Khemda1, Dwi Kurniawati1, Sri Suwarni1


1
Diploma IV Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Surakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Menurut WHO pada tahun 2017, 9,9% - 36,1% populasi lansia
didunia menderita inkontinensia urin dan lansia wanita memiliki resiko 2 kali
lebih benyak. Masyarakat kurang peduli terhadao inkontinensia urin dan
menggaggap hal ini wajar terjadi pada seseorang. perlu adanya intervensi yang
dapat dilakukan ke penderota sehingga dapat menurunkan inkontinensia urin
sehingga kualitas hidup masyarakat dapat meningkat Tujuan :Untuk mengetahui
pengaruh pelvic floor muscle exercise terhadap kualitas hidup penderita
inkontinensia urin pada lansia wanita Metode : Penelitian ini menggunakan
metode one groups pre and post test design. Subjek : Subjek penelitian ini
berjumlah 20 orang pasien yang telah mengalai inkontinensia urin dilihat dari
hasil ICIQ_SF Hasil : Hasil uji beda pre dan post test menggunakan uji Paired
Sample T-Test pada penelitian ini adalah p<0,05. Kesimpulan : Pemberian pelvic
floor muscle exercise dapat berguna untuk menurunkan tingkat inkontinensia urin
pada lansia wanita

Kata Kunci : Pelvic floor mudcle exercise, lansia wanita, ICIQ-SF, Inkontinensia
urin

xiii
EFFECT OF PELVIC FLOOR MUSCLE EXERCISE FOR URINARY
INCONTINENCE IN ELDERLY WOMAN

Nathan Agwin Khemda1, Dwi Kurniawati 2, Sri Suwarni2


1
Diploma IV Physiotherapy Poltekkes Kemenkes Surakarta

ABSTRACT

Background : according to who in the year of 2017, 9,9% - 36,1% elderly


population in the world has suffered urinary incontinence and elderly woman has
multiple risk. Public is careless about urinary incontinence and deemed
reasonable if someone suffered it. It is necessary and intervention for patient to
decreased urinary incontinence. So that can increase patient quality of life.
Purpose : to find out effect pelvic floor muscle exercise for urinary incontinence
on woman elderly. Methode : Study use methode of one groups pre and post test
design. Subject : Subject on this study is 20 persons has been suffered urinary
incontinece seen from result of ICIQ-SF Result : different of pre and post test
used Paired Sample T-Test on this result is p<0,05. Conclusion : Pelvic floor
muscle exercise is useful for decreased urinary incontinence on woman elderly.

Keywords : Pelvic floor mudcle exercise, elderly woman, ICIQ-SF, Urinary


incontinence

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO lansia adalah seseorang yang memiliki usia diatas 65 tahun.

prediksi semakin lama jumlah penduduk lansia akan semakin bertambah, oleh

larena itu diperluka upaya untuk meningkatkan kesehatan lansia (World Health

Organization, 2015). Lansia memiliki resiko menderita noncommunicable disease

seperti diabetes, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis, stroke, kanker

dan dementia (World Health Organization, 2015).

Menurut WHO pada tahun 2017, 9,9% - 36,1% populasi lansia didunia

menderita inkontinensia urin dan lansia wanita memiliki resiko 2 kali lebih besar.

Menurut Irwin, et al pada (2018), Penelitian yang dilakukan selama 20 tahun

dengan sample sebanyak 4,2 milyar orang dengan usia diatas 20 tahun

menghasilkan gambaran bahwa 8,7% penduduk dunia mengalami inkontinensia

urin itu artinya sekitar 421 juta orang menderita inkontinensia urin, untuk

kawasan asia sekitar 1,5% sampai 15,2% dari populasi menderita inkontinensia

urin. data dari Irwin et al. pada (2018) menujukkan seseorang dengan usia 65

tahun yang menderita inkontinensia urin sebesar 25%.

Inkontinensia urin dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Misalkan

lansia menjadi kurangnyaman saat beraktivitas karena takut urin keluar

mendadak, dan leboh parahnya mungkin juga bisa menyebabkan ketergantungaan

lansia terhadap orang lain. Oleh karena itu sangat penting sekali untuk melakukan

1
2

intervensi pada penderita ini agar mampu meningkatkan kualitas hidup seseorang

penderita inkontinensia urin.

Keadaan di masyarakat penderita inkontinensia urin sering dianggap wajar,

karena masyarakat menganggap faktor usia jadi hal itu sudah lumrah terjadi.

Kebanyakan dimasyarakat penderita inkontinensia urin disuruh untuk memakai

pampers. Hal ini sebenarnya baik tetapi penderita inkontinensia urin mengalami

ketergantungan terhadap pampers.

Penderita inkontinensia urin seharusnya tidak mengalami ketergantungan

terhadap pampers ataupun alat bantu lain. Seharusnya penderita mampu

meningkatkan kualitas hidupnya. Fisioterapi seharusnya berperan aktif terhadap

penderita inkontinensia urin pada lansia wanita. Peran fisioterapi dapat dilakukan

mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Mungkin dikarenakan

kurangnya minat dari fisioterapis Indonesia diranah womem health dan geriatri

sehingga penelitian mengenai ini sangat kurang di Indonesia. Sebagai contoh pada

kasus ini fisioterapi bisa memberikan latihan pelvic floor muscle terhadap

penderita inkontinensia urin pa da lansia wanita.

Pelvic floor muscle exercise merupakan latihan yang berguna untuk

menguatkan otot otot dasar panggul (Frawley, 2006). Hal ini dinilai efektif untuk

mengatasi permasalahan inkontinensia urin. Latihan pelvic floor muscle juga

efektif untuk meningkatkan kualitas hidup penderita inkontinenisia urin

Radzimińska et al., (2018).

Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti apakah l pelvic floor muscle

exercise terhadap penderita cocok diterapkan pada lansia wanita yang berada di
3

Indonesia. Agar lansia wanita yang memiliki resiko 2 kali lebih banyak mammpu

meningkatkan kualitas hidupnya dan tidak mengalami ketergantungan lagi dan

terhadap pampers maupun orang lain.

B. Rumusan Masalah

Apakah pelvic floor muscle exercise berpengaruh terhadap penurunan

inkontinensia urin pada lansia wanita?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pelvic floor muscle exercise terhadap kualitas

hidup penderita inkontinensia urin pada lansia wanita

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Untuk memberi edukasi kepada masyarakat bahwa pelvic floor muscle

exercise mampu meningkatkan kualitas hidup lansia wanita yang menderita

inkontinenia urin.

2. Manfaat teoritis

a. Bagi Peneliti

Agar peneliti mengetahui efektifitas dari pelvic floor muscle

exercise terhadap penderita inkontinensia urin pada lansia wanita.


4

b. Bagi Institusi

Untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa di institusi

yang membaca penelitian ini agar mengetahui pengaruh pelvic floor

muscle exercise terhadap inkontinensia utin pada lansia wanita. Selain

itu agar mahasiswa lebih membuka wawasan lagi tetang peran fisioterapi

terhadap Women health dan Geriatri


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

1. Anatomi pelvic floor muscle wanita

Pelvic floor muscle disususn oleh beberapa otot yaitu otot levator ani,

coccygeus, anal sphincter, urethral sphincter dan otot perineal superfisial maupun

dalam. Sebagian dari otot levator ani berperan sangat penting dalam menyangga

organ visceral di area pelvis, selain itu juga berperan dalam kencing, defacatory,

dan seksualitas. Levator ani terdiri dari berbagai bagian yaitu, puboccoxygeus,

illiococcygeus, dan puborectalis.

Meurut Chiva and Magrina, (2018), Pelvic floor muscle terdiri dari otot

levator ani dan otot cocygeus. Menurut Barber (2004), Pelvic floor muscle

diinervasi oleh serabut saraf S2 sampai S4, tetapi S3 memiliki peran lebih banyak.

Pelvic floor muscle memiliki kemampuan untuk ,mengontrol pengeluaran urin,

feses, dan flatus.

5
6

5 a
a
2
4
b
a

Gambar 2.1 menurut Barucha di physio-pedia.com merupakan gambar dari


Pelvic floor muscle

Keterangan Gambar 2.1

1. Pubic crest
2. Levator ani terdiri dari 2 yaitu
a. Pubocoxygeus
b. illiococoxygeus
3. Illiacus
4. Sacrum
5. Rectal canal
6. Vaginal canal
7. Urethral canal
7

B. Inkontinensia Urin pada Lansia

1. Definisi

Inkontinensia urin kondisi dimana seseorang tidak mampu mengontrol

pengeluaran urin. Inkontinensia urin memiliki sifat progressif serta kronis

Taralan, (2000). Menurut Klara et al. (2010) banyak lansia mengeluhkan

inkontinensia urin. Inkontinensia urin pada umumnya disebabkan oleh adanya

perubahan structural otot vesical dan degenerasi yang dapat merubah urinary

tract. Selain itu, inkontinensia urin bisa disebabkan oleh efek samping

pengobatan. Inkontinensia urin mampu memberikan pengaruh psikologis pada

penderita sehingga bisa mengakibatkan permasalahan sosisal.

2. Jenis inkontinensia urin

Inkontinensia urin adalah keadan dimana seseorang tidak mampu

engkontrol pengeluaran urin. Inkontinensia urin berdasarkan pahatofisiologinya

dapat dibagi menjadi 4 meliputi, stress urinary incontinence,urge urinary

incontinence, Overflow incontinence, functional incontinence Cook et al., (2013).

a. Stress Incontinence Urinary

Keluarnya urin secara involunter dengan volume yang kecil akibat adanya

tekanan intra abdominal seperti batuk, tertawa dan olahraga.


8

b. Urge Urinary Incontinence

Kebocoran urin dan volumenya bisa besar, dikarenakan ketidakmampuan

untuk menunda berkemih ketika merasakan kandung kemih penuh

c. Overflow Incontinence

Kebocoran urin dalam jumlah yang kecil karena adanya tekanan mekanik

pada kandung kemih atau penyimpanan urin di kandung kemih dan fungsi

sphincter.

d. Fungtional Incontinence

Adanya penurunan kemampuan kognitif seseorang, kemampuan fisik,

Physcological unwillingness, atau keadaan lingkunngan dihubungkan dengan

ketidak mampuan seseorang dalam toileting. Hal ini berkaitan dengan

permasalahan perkemihan. Penyebab umum pada kondisi ini adalah dementia

yang sangat berat atau neurogical disorders yang lain. Selain itu dapat disebabkan

depresi dan kebencian yang berasal dari faktor psikologis.

C. Pelvic Floor Muscle Exercise

1. Definisi

Pelvic floor muscle exercise merupakan latihan yang penting bagi

penderita inkontonensia urin Sangam et al., (2015). Latihan ini dilakukan dengan

cara mengkontraksikan otot - otot dasar panggul, bisa diakukan degan duduk,
9

berdiri maupun terlentang, tetapi latihan ini efektif ketika pasien posisi terlentang

atau lebih tepatnya crock lying. Semakin bertambahnya usia pelvic floor muscle

akan mengalami degenerasi sehingga kekuatan otot bisa berkurang, selain itu

ketidakmampuan mengkontraksikan pelvic floor muscle juga bisa disebabkan oleh

kehamilan dan diabetes Klara et al., (2010).

2. Indikasi dan Kontraindikasi

Menurut Sherburn and Marques (2014), indikasi seseorang dapat diakukan

latihan sebagai berikut, Kelemahan otot dasar panggul, Stress Urinary

Incontinence, Urge urinary incontinence (UUI), Mixed UI (MUI). Latihan otot

dasar panggul atau disebut dengan pelvic floor muscle exercise, merupakan laihan

yang bisa dilakukan oleh siapapun dan murah. Latihan ini tidak memiliki kontra

indikasi Witkoś et al, (2012)

3. Gerakan Pelvic Floor Muscle Exercise

Sangam et al. (2015), menjelaskan latiham dilakukan dengan dosis 1 set

sama dengan 10 detik kontraksi, 10 detik relaksasi diulangi sebanyak 5 kali

sebanyak 5 set. Latihan ini bisa dilakukan selama 4 minggu. Sangam et al. 2015,

posisi pasien crooklying, pasien terlentang kemudian fleksi hip dan fleksi lutut.

Setelah itu pasien diminta untuk mengkontraksikan otot panggul dengan cara

pasien diminta menekan punggung kearah bawah kemudian pasien diminta

mengkontraksikan seperti orang menahan kencing.


10

Gambar 2.2 Latihan Pelvic floor muscle exercisediambil dari Kristin Stromberg
pada tahun 2018 di drleasure.com

Keterangan gambar 2.2


A : Merupakan posisi awal pasien, yaitu pasien tidur terlentang pada alas
yang datar kemudian pasien diminta untuk menekuk lutut sekitar 90
derajat atau membentuk sudut siku.
B : Pasien diminta untuk menekan punggung kebawah hingga rata dengan
alas kemudian pasien diminta menggkontraksikan otot disekitar
kelamin seperti menahan kencing. Kontraksi selama 10 detik kemudian
rileksasi selama 10 detik sebanyak 5 kali selama 5 set.
11

D. Penelitian Yang Relevan

Menurut Sangam et al. (2015) dengan menggunakan ICIQ UI SF

menjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dengan nilai p≤0,05 N=28.

Kelompok 1 menujukkan peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan

kelompok 2. Dimana kelompok 1 menggunakan tehnik crook lying pelvic floor

muscle exercise, sedangkan kelompok 2 menggunakan tehnik standing pelvic

floor muscle exercise. Kedua kelompok diberikan intervensi selama 4 mingggu

Menurut Radzimińska et al., (2018) dengan metode penelitian systematic

review yang berdasarkan PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic

Reviews and Meta-Analyses) statement, Menunjukan bahwa latihan otot dasar

panggul memberikan peningkatan yang signifikan dalam kualitas hidup lansia.

Hasil ini didapatkan dari 24 penelitian dengan total subjek wanita sebanyak 2.394

dan latihan diberikan selama 6 – 42 minggu dengan 1 – 3 kali sesi perminggu.

Rocha et al.(2018), Penelitian yang menggunakan metode systematic

review menunjukkan bahwa latihan otot dasar panggul terlihat efektif untuk

menangani inkontinensia urin pada lansia. Penelitian ini diambil dari 35 studi dan

diambil 26 studi untuk diidentifikasi secara penuh. Namun studi ini memiliki

beberapa batasan yaitu perbedaan dari alat ukur, intensitas latihan durasi

intervensi dan perbedaan tingkat keparahan.


12

E. Kerangka Pikir

Faktor Internal :

 Overactive
blader Faktor Eksternal
 Obesitas  Diabetes
 Kehamilan dan  Stress
Melahirkan Incontinence
 Usia

Inkontinensia
urin
PVM Eercise

Peningkatan kontrol Kencing

Gambar 2.3 Kerangka pikir

Menurut Klara et al. (2010), ada beberapa faktor yang menyebabkan

inkontinensia urin meliputi overactive bladder, stress incontinence dan diabetes.

Seseorang yang menderita inkontinensia urin akibat faktor Overactive bladder

akan mengalami gejala polakisuria dan keluarnya kencing secara tiba tiba, hal ini

bisa disebaban oleh faktor usia dan penurunan elastisitas dari otot detrusor. Stress

incontinence disebabkan oleh adanya insufisiensi pada mekanisme sphincter di

bladder outlet, penderita ketika batuk, bersin ataupun mengkontraksikan otot

perut akan mengalami keluarnya urin secara involunter. Diabetes berhbungan

dengan terjadinya inkontinensia urin. menurut investigasi urodynamic ditemukan

bahwa 79% pria dan 59% wanita yang menderita diabetes tipe 2 mengalami

penurunan reflek sensoris, detrusor hypercontracttibility, residual urine dan

increased bladder capacity.


13

Oleh karena itu perlu adanya intervensi yang berguna untuk menurunkan

tingkatt inkontinensia. Menurut Klara et al. (2010) pelvic floor muscle exercise

dinilai begitu penting untuk menangani inkontinensia pada lansia. Rocha et al.

(2018), menunjukkan bahwa pelvic florr muscle exercise sangat berguna untuk

menangani lansia wanita yang mengalami permasalahan inkontinensia urin dan

latihan ini juga berguna untuk meningkatkan kualitas hidup dari penderita.

F. Kerangka Konsep

- Aktivitas subjek
- Keaktifan mengikuti
latihan

Subjek
Pelvic floor
- ≥60 tahun Pre Test muscle excercise Kemampuan
- Wanita mengontrol
- Mengalami kencing
inkontinensia - Dosis
- Keterampilan Fts
Post Test

dibandingkan

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Subjek yang telah dipilih menggunakan kriteria inklusi akan dilakukan

pemeriksaan menggunakan ICIQ SF. Selanjutnya intervensi akan diberikan

latihan pelvic floor muscle. Intervensi akan diberikan sesuai dosis fisioterapi.

Setelah dilakukan intervensi akan dilakukan pengukuran ulang untuk diambil data
14

post test. Setelah itu, data akan dibandingkan adakah perbedaan pretest dan post

test.

G. Hipotesis

Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, peneliti membuat hipotesis

seperti berikut, adanya penurunan pelvic floor muscle exercise terhadap

inkontinensia urin pada lansia wanita.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi – eksperimental one -

group pretest – post test design . Dalam penelitian ini subjek dijadikan 1

kelompok. Dimana kelompok tersebut diberi intervensi pelvic floor muscle

exercise. Pada kelompok dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah diberikan

latihan. pRancangan desain penelitian ditunjukkan seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.1
Rancangan Penelitian
Keterangan gambar:

S : Subjek penelitian yang terindikasi inkontinensia urin dibagi 1 kelompok


O1 : Pretest sebelum diberikan perlakuan
X1 : Perlakuan pada kelompok berupa penguatan pelvic floor muscle
O2 : Observasi yang dilakukan pada kelompok I sesudah diberikan perlakuan

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang pengaruh latihan pelvic floor muscle terhadap

inkontinensia urin pada lansia wanita. Penelitian akan dilakukan dalam periode

waktu April – Mei 2021dan dilakukan di Rt. 24 dan Rt. 25 desa Butuh Kecamatan

Kras Kabupaten Kediri

16
17

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah penderita inkontinensia urin di desa Butuh

kecamatan Kecamatan Kras pada bulan April - Mei 2021 dan telah memenuhi

kriteria inklusi serta kriteria eksklusi. Kriteria inklusi yang harus dipenuhi yaitu :

(1) subjek mengalami gangguan inkontinensia urin yang disebabkan oleh

overactive bladder, stress incontinence maupun diabetes, (2) subjek merupakan

wanita berusia diatas 65 tahun, (3) bersedia mengikuti penelitian dengan

menandatangani lembar persetujuan atau informed consent, (4) subjek dapat

berkomunikasi dengan baik dan mampu memahami instruksi yang diberikan.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :gangguan kognitif dan

komunikasi yang dapat mrnyulitkan keterlibatan dalam penelitian, Sedangkan

kriteria drop out dalam penelitian ini yaitu : (1) subjek tidak mengikuti program

latihan 3 kali, (2) subjek tidak hadir saat post test, (3) subjek mengundurkan diri

atau tidak bersedia melanjutkan penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur kemampuan control urinary

yaitu International Consultation on Incontinence Questionere – Short Form. Alat

ukur ICIQ-SF terdiri atas 6 pertanyaan, meliputi tanggal lahir, jenis kelamin,

seberanyak mengalami kencing yang tidak terkontrol, seberapa sering kecing

tidak terkontorol, saat kapan mengalami kencing yang tidak terkontrol. ICIQ-SF

menunjukkan sensitifitas sebanyak 90 % (Karmakar, 2017) .


18

Prosedur pengisian ICIQ-SF, diawali dengan peneliti menjelaskan kepada

pasien mengenai pengisian ICIQ-SF. Pasien diminta untuk memilih angka dengan

cara memberikan tanda sesuai tingkat kesukaran yang sudah tertera dalam

kuisione. Kemudian angka yang telah dipilih oleh pasien dijumlahkan dan

didapatkan nilai totalnya. Total nilai minumum 0 dan nilai maksimum 21.

Semakin tinggi total nilai ICIQ-SF mengindikasikan semakin tinggi tingkat

keparahan Inkontinensia urin (Karmakar, 2017).

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas (independen) pada penelitian ini adalah latihan

penguatan pelvic floor muscle. Sedangkan variabel terikatnya (dependent) adalah

kemampuan kontrol kencing.

F. Definisi Operasional

1. Pelvic Floor Muscle Exercise

Pelvic floor muscle exercise merupakan suatu latihan penguatan kekuatan

otot dasar panggul yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan seseorang

untuk mengontrol kencing. Latihan dilakukan dengan posisi terlentang dengan

lutut fleksi 900. Untuk dosis latihan pasien diminta mengkontraksikan otot dasar

panggul selama 10 detik kemudian rileksasi selama 5 kali sebanyak 5 set.

Dilakukan pertemuan 3 kali seminggu di masing masing rumah subjek dan

kemudian subjek diminta mengulangi latihan maksimal 5 kali dalam seminggu.


19

2. Inkontinensia urin

Inkontinensia urin merupakan gangguan yang menyebabkan penderita

tidak mampu mengontrol sekresi urin. Gangguan ini dapat mengakibatkan

kemampuan fungsional pada penderitanya. Tipe inkontinensia urin pada peneliian

ini menggunakan international continence society.

3. Lansia Wanita

Lansia wanita merupakan seseorang yang memiliki usia diatas 65 tahun.

Lansia wanita memiliki resiko 2 kali lebih tinggi dalam terkena inkontinensia

urin.

G. Prosedur Penelitian

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari

beberapa tahap yaitu :

1. Tahap persiapan

Penelitian ini diawali dengan meminta ijin melakukan penelitian di desa

Butuh Rt. 24 dan Rt. 25 selama 1 bulan yang dimulai sejak Aprilt 2021 selain itu,

peneliti meminta ijin untuk menggunakan fasilitas yang diperlukan untuk

mendukung penelitian. Peneliti akan melakukan penelitian dengan mendatangi

pasien satu persatu dikarenakan kondisi pandemik yang masih berlangsung.

Setelah itu, peneliti meminta bantuan orang lain untuk membantu

penelitian. Kemudian melakukan persamaan persepsi mengenai latihan penguatan


20

pelvic floor muscle. Peneliti menjelaskan kepada terapis mengenai beberapa hal

yaitu : (1) prosedur penelitian, (2) peralatan yang dibutuhkan selama penelitian,

(3) kriteria inklusi dan eksklusi subjek penelitian, dan (4) dosis penelitian atau

dosis latihan penguatan pelvic floor muscle. Selain itu peneliti juga menjelaskan

bahwa selama penelitian terapis berhak melakukan pengukuran sebelum dan

sesudah diberikan latihan sesuai dosis sebagai bahan evaluasi dan membenarkan

gerakan subjek penelitian selama diberikan latihan.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini diawali dengan pengukuran kemampuan fungsional otot dasar

panggul pasien menggunakan ICIQ-SF. Pengukuran dilakukan pada semua

subjek. Jika subjek mengalami permasalahan inkontinensia maka akan diberikan

intervensi. Prosedur penelitian dilakukan pertemuan sebanyak 3 kali per minggu

selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan. Setiap pertemuan akan diberikan dosis

sebanyak 5 set dimana 1 set sama dengan 10 detik kontraksi, 10 detik relaksasi.

Setiap set diberikan istirahat selama 1 menit

3. Tahap evaluasi akhir

Setelah dilakukan latihan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan,

pengukuran dilakukan kembali. Pengukuran kemampuan control urinari dilakukan

menggunakan ICIQ-SF pada kelompok


21

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

,Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah total poin kuisioner.

Sehingga data yang didapatkan adalah data numerik. Pada penelitian ini untuk

mengolah dan menganalisis data menggunakan program aplikasi SPSS. Dengan

tahapan sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Analisis statistika yang

digunakan dengan jumlah subjek dalam penelitian berjumlah 20 sehingga

menggunakan saphiro wilk. Dasar pengambilan keputusan data terdistribusi

normal atau tidak menggunakan nilai probabilitas. Jika nilai p > 0,05 artinya data

terdistribusi secara normal atau yang biasa disebut dengan data normal. Dan

sebaliknya apabila nilai p < 0,05 artinya data terdistribusi secara acak atau yang

biasa disebut dengan data tidak normal.

2. Uji hipotesis

Uji hipotesis ini bertujuan mengetahui adanya pengaruh latihan dengan

cara membandingkan hasil pretest dan post test. Analisis statistika yang

digunakan adalah uji t berpasangan Apabila hasilnya menunjukkan nilai p > 0,05

artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara pretest dan posttest. Sebaliknya

jika nilai p < 0,05 artinya ada yang bermakna antara pretest dan posttest.
22

BAB IV

HASI, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan one grup pretest and post test design. Dimana

subjek diberikan pretest kemudian diberikan intervensi berupa Pelvic Floor

Muscle exercise kemudian dilakukan post test. Penelitian ini dilakukan di desa

Butuh, kabupaten Kediri selama 4 minggu. Sedangkan subjek masing masing

mendapatkan pertemuan sebanyak 3 kali perminggu, untuk latihan 5 kali dalam

seminggu dengan 2 latihan dilakukan diluar pertemuan, bertujuan untuk

mengetahui penurunan inkontinensia urin pada lansia wanita setelah diberikan

intervensi berupa Pelvic Floor Muscle exercise.

Distribusi subjek berdasarkan usia didapatkan usia minimal 65 tahun dan

usia maksimal 70 tahun. Usia rerata subjek 66,55 tahun.

TABEL 4.1

DISTRIBUSI SUBJEK BERDASARKAN USIA

Variabel N Min. Maks. Rerata Std. Dev


Usia 20 65 70 66.55 1.701
(Data Primer, 2021)
23

2. Perbandingan skor pretest dan post test

Pengukuran menggunakan ICIQ-SF sebelum penelitian mendapatkan hasil

minimal 12 sedangkan hasil maksimal 20 dengan rerata 16,50 dan standar deviasi

2,524. Pengukuran setelah perlakuan mendapatkan nilai minimal 8 dan nilai

maksimal 16 dengan rerata 12,0 dengan standar deviasi 2,404. Pada peenelitian ini

ditemukan hasil selisih rerata memiliki nilai 4,4. Hasil dapat dilihat pada table 4.2

TABEL 4.2

PERBANDINGAN SELISIH SKOR ICIQ - SF SEBELUM

DAN SESUDAH PERLAKUAN

Variabel
Skor Iciq- SF Sebelum Sesudah Selisih
Minumum 12 8 4
Maksimum 20 16 4
Rerata 16,50 12,10 4,4
Standar Deviasi 2,524 2,404 0,12
(Data Primer, 2021)

3. Jenis inkontinensia urine pada subjek penelitian

Pengukuran menggunakan ICIQ=SF dengan subjek sejumlah 20 orang

ditemukan ada beberapa jenis inkontinensia yang dialami subjek penelitian yaitu :

(1) 40% campuran, (2) 25% stress incontinence, (3) 35% urge incontinence.
24

Tabel 4.3

JENIS INKONTINENSIA URINE PADA SUBJEK PENELITIAN

Kriteria Frequency Percent


Campuran 8 40%
Stress incontinence 5 25%
Urge incontinence 7 35%
Total 20 100.0
(Data Primer, 2021)

B. Analisis Statistika

1. Uji normalitas

Analisa uji statistic dimulai dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas data.

Penelitian ini menggunakan uji Saphiro Wilk karena jumlah subjek kurang dari

50. Hasil uji Saphiro Wilk didapatkan nilai sebesar 0,166 yang berarti nilai p>0,05

maka distribusi data normal. Jika data normal maka menggunakan uji parametric.

2. Uji beda pretest dan post test

Uji beda pretest dan post test setelah pemberian pelvic floor muscle

exercise menggunakan uji t berpasangan, didapatkan nilai p=0,000 (p<0.05) yang

berarti ada beda tingkat inkontinensia sebelum dan sesudah pemberian pelvic floor

muscle exercise. Dengan hasil ini terbukti ada pengaruh pelvic floor muscle

exercise terhadap penurunan tingkat inkontinensia urin pada lansia wanita.


25

C. Pembahasan

Pelvic floor muscle exercise adalah suatu latihan yang digunakan untuk

meningkatkan kekuatan otot dasar panggul, dimana salah satu fungsi otot ini

adalah untuk mengontrol sekresi urin Holroyd, et al (2018). Pelvic floor muscle

exercise berpengaruh dalam menurunkan inkontinensia urin pada lansia wanita.

Hasil penelitian dari 20 subjek penelitian di Rt.24 desa Butuh kecamatan

Kras kab Kediri didapatkan pengukuran inkontinensia urin menggunakan ICIQ-

SF sebelum penelitian memiliki minimal 12 sedangkan hasil maksimal 20 dengan

rerata 16,50 dan standar deviasi 2,524. Pengukuran setelah perlakuan

mendapatkan nilai minimal 8 dan nilai maksimal 16 dengan rerata 12,0 dengan

standar deviasi 2,404. Pada peenelitisn ini ditemukan hasil selisih rerata memiliki

nilai 4,4. Uji beda pretest dan post test setelah pemberian pelvic floor muscle

exercise menggunakan uji t berpasangan, didapatkan nilai p=0,000 (p<0.05) yang

berarti ada beda tingkat inkontinensia sebelum dan sesudah pemberian pelvic floor

muscle exercise. Dengan demikian terbukti adanya penurunan inkontinensia pada

lansia wanita.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rocha et.al pada tahun 2018. Menurut

Rocha terdapat peningkatkan kekuatan dan contractility dari pelvic floor muscle.

Dibuktikan dengan hasil pemeriksaan menggunakan digital palpation yang

mendapatkan hasil P=0,001 yang berarti terdapat peningkatan setelah dilakukan

latihan. Sedangkan untuk pemeriksaan menggunakan electromyography

didapatkan hasil P=0,003 yang berarti ada peningkatan kekuatan setrelah latihan.

Hal ini membuktikan bahwa hasil penelitian dari Sangam et al. (2015)
26

pelvic floor muscle exerxise baik untuk menurunkan inkontinensia urin pada

lansia wanita. Pada penderita inkontinensia ditemukan deinervasi pada pelvic

floor muscle, setelah diberikan latihan terdapat reinervasi pada pelvic floor

muscle. Alat ukur yang digunakan oleh Sangam et al. (2015) adalah perinometer

dan ICIQ-SF. Latihan dengan posisi terlentang lebih efektif dibandingkan dengan

posisi berdiri. Latihan pasien dengan posisi terlentang dan lutut ditekuk 90

derajat, dengan dosis latihan 10 detik kontraksi lalu 10 detik rileksasi diulangi

sebanyak 5 set. Latihan dilakukan seminggu 5 kali selama 4 minggu.

Pada penelitian ini menggunakan alat ukur ICIQ-SF. Menurut karmakar

pada tahun 2017 ICIQ-SF memiliki tingkat sensitifitas sebesar 90 % dan spesifitas

sebesar 85 persen. Karmakar menjelaskan bahwa ICIQ-SF memiliki berkolerasi

dengan Patient Global Impression ofImprovement (PGI-I). ICIQ-SF memiliki

tingkatan nilai sebagai berikut: 1 - 5 (ringan), 6 – 12 (sedang), 13 – 18 (berat), 18

– 21 (sangat berat).

Penelitian ini didudkung oleh berapa jurnal meliputi: (1) Rocha, et al.

(2018). Evaluation of the pelvic floor muscles training in older women with

urinary incontinence. Porto Biomedical Journal 1, (2) Sangam, et al. (2015).

International Journal of Health Sciences and Research, (3) Karmakar, D. (2017).

A new validated score for detecting patient-reported success on postoperative

ICIQ-SF : a novel two-stage analysis from two large RCT cohorts. International

Urogynecology Journal, 95–100.


27

D. Hambatan dan Kelemahan Penelitian

Ada beberapa hambatan dalam penelitian yaitu : (1) sulitnya mencari

subjek penelitian yang benar benar mengalami inkontinensia, (2) tidak bisa

mengumpulkan subjek di 1 tempat karena adanya pandemic covid-19. Sedangkan

untuk kelemahan dari penelitian ini meliputi : (1) jumlah sampel yang diambil

kurang sehingga tidak bisa menggambarkan kondisi sebenarnya. (2) tidak dapat

melakukan control terhadap aktifitas latihan dan kegiatan diluar penelitian ini.

E. Implikasi Klinis

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada penelitian ini, maka

pelvic floor muscle exercise baik untuk diaplikasikan kepada lansia wanita yang

memiliki gangguan inkontinensia urin karena dapat menurunkan tingkat

inkontinensia.
28

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian berjudul pengaruh pelvic floor muscle exercise terhadap

inkontinensia urin pada lansia wanita di desa Butuh dapat disimpulkan bahwa

pemberian pelvic floor muscle exercise pada lansia wanita berpengaruh dalam

penurunan tingkat inkontinensia setelah diberikan 12 kali perlakuan selama 1

bulan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan peneliti sada rbahwa masih

ada kekurangan didalamnya. Jumlah subjek dari penelitian yang sedikit belum

bisa mewakili jumlah populasi penderita inkontinensia urin pada lansia wanita.

Jadi peneliti berharap, ada peneliti ysng tertarik untuk melanjutkan penelitian ini

dan dapat mengantisipasi hambatan serta kelemahan yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Barber, M. D. (2004). Contemporary views on female pelvic anatomy. Cleveland


Clinic Journal of Medicine, 72 (SUPPL.4).
https://doi.org/10.3949/ccjm.72.Suppl_4.S3
Chiva, L. M., & Magrina, J. (n.d.). Abdominal and Pelvic Anatomy. In Principles
of Gynecologic Oncology Surgery. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-
42878-1.00002-X
Cook, B. K., Pharm, D., Sobeski, L. M., Pharm, D., Hughes, G. J., Pharm, D., …
Pharm, D. (2013). Urinary Incontinence in the Older Adult. 3–20.
Frawley, H. (2006). Pelvic floor muscle strength testing. Australian Journal of
Physiotherapy, 52(4), 307. https://doi.org/10.1016/S0004-9514(06)70016-2
Holroyd, S., Bladder, C., Service, B., & Aca, Y. (2018). Pelvic floor exercises for
treating stress urinary incontinence. Journal of Community Nursing, 32(2),
56–60.
Karmakar, D. (2017). A new validated score for detecting patient-reported success
on postoperative ICIQ-SF : a novel two-stage analysis from two large RCT
cohorts. International Urogynecology Journal, 95 – 100.
https://doi.org/10.1007/s00192-016-3070-0
Klara, R., Kirschner-hermanns, M., Goepel, M., Kirschner-hermanns, R., Welz-
barth, A., Steinwachs, K., & Rübben, H. (2010). Urinary Incontinence in the
Elderly. (August 2014). https://doi.org/10.3238/arztebl.2010.0531
Pediatri, S., & Jakarta, A. F. (2000). Inkontinensia Urin pada Anak. 2(3), 163–
169.
Radzimińska, A., Strączyńska, A., Weber-Rajek, M., Styczyńska, H., Strojek, K.,
& Piekorz, Z. (2018). The impact of pelvic floor muscle training on the
quality of life of women with urinary incontinence: a systematic literature
review. Clinical Interventions in Aging, 13, 957–965.
https://doi.org/10.2147/CIA.S160057
Rocha, F., Carvalho, J., Jorge, R. N., & Viana, R. (2018). Evaluation of the pelvic
floor muscles training in older women with urinary incontinence. Porto
Biomedical Journal, 1. https://doi.org/10.1016/j.pbj.0000000000000009
Sangam, S., Naveed, A., Athar, M., Prathyusha, P., Moulika, S., & Lakshmi, S.
(2015). International Journal of Health Sciences and Research. 5(1), 156–
164.
Sherburn, W. M., & Marques, A. (2014). W31 : Conservative Management of

29
30

Adult Pelvic Floor Dysfunction : a Physiotherapy Approach ( Free workshop


) 14 . 10-14 . 30 : Definitions : UI & POP & Physiotherapy Role in
Management of Incontinence & Prolapse. (October), 0–18.
Witkoś, J., Dabrowska-Galas, M., Hartman, M., Szydłak, D., & Błońska-
Fajfrowska, B. (2012). Pelvic floor muscles reeducation in women with
stress urinary incontinence.
31

Lampiran I

SURAT IJIN PENELITIAN


32

Lampiran II

SURAT IJIN PENELITIAN


33

Lampiran III

DATA SUBJEK PENELITIAN

Nama Usia Pretest Post test Jenis Inkontinensia


SR 67 17 13 Campuran
SM 70 20 15 Campuran
S 65 15 13 Stress incontinence
SP 66 14 10 Stress incontinence
SU 65 18 13 Urge incontinence
M 65 17 13 Urge incontinence
K 68 20 16 Campuran
L 65 12 8 Stress incontinence
Mu 69 20 13 Campuran
N 65 18 14 Campuran
S 67 17 12 Urge incontinence
IA 66 15 11 Urge incontinence
UH 67 17 13 Urge incontinence
RA 66 12 8 Stress incontinence
RI 68 13 10 Urge incontinence
Me 65 15 8 Campuran
Ru 65 18 14 Campuran
Men 67 19 15 Urge incontinence
Kan 70 18 13 Campuran
Na 65 15 10 Urge incontinence
34

Lampiran IV

INFORMED CONSENT
35

Lampiran V

Lembar Pengukuran
36
37

Lampiran VI

Surat Kesediaan Pengukur


38

Lampiran VII

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pengsmbilan data pre test dan post test


39

Latihan pelvic floor muscle exerciseI


40

Lampiran VIII

HASIL OLAH DATA STATISTIKA

A. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia

TABEL 4.1

DISTRIBUSI SUBJEK BERDASARKAN USIA

Variabel N Min. Maks. Rerata Std. Dev


Usia 20 65 70 66.55 1.701
(Data Primer, 2021)

B. Perbandingan Keadaan Subjek Penelitian Sebelum

dan Sesudah Perlakuan

TABEL 4.2

Perbandingan Selisih Skor Iciq-Sf Sebelum Dan Sesudah Perlakuan

Variabel
Skor ICIQ-SF
Sebelum Sesudah Selisih
Minumum 12 8 4
Maksimum 20 16 4
Rerata 16,50 12,10 4,4
Standar Deviasi 2,524 2,404 0,12
(Data Primer, 2021)
41

C. Jenis inkontinensia subjek Penelitian

Tabel 4.3

D. Uji Prasyarat (Uji Normalitas)

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan
Statistics Df Sig. Statistics Df Sig.

Hasil Pre Test I .179 20 .095 .932 20 .166


a
. Liliefors significance Correction

E. Uji Hipotesis

Menggunakan Uji T Berpasangan (Paired Sample T-Test)

Paired Samples Statistics

Std. Eror
Mean N Std.Deviation
Mean
Pair I Pre Test 16.50 20 2.524 .564
Post Test 12.10 20 2.404 .538

Paired Sample Correlation

N Correlations Sig.
Pair I Pre Test & 20 .894 .000
42

Post Test

Lampiran IX

SOP Pelvic Floor Muscle Exercise

1. Penelitian dilakukan dengan cara mengunjungi rumah warga satu persatu

2. Peneliti, pasien dan yang membantu penelitian wajib melakkukan protocol

kesehatan, yaitu :

a. Wajib menggunakan masker saat bertatap muka

b. Untuk peneliti dan yang membantu wajib cuci tangan atau

menggunakan handsanitizer setelah berkunjung ke tiap – tiap pasien

3. Intervensi akan dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu

4. Intervensi yang diberikan adalah Pelfic floor muscle exercise akan dijelaskan

dibawah ini

Keterangan gambar
43

A : Merupakan posisi awal pasien, yaitu pasien tidur terlentang pada alas
yang datar kemudian pasien diminta untuk menekuk lutut sekitar 90
derajat atau membentuk sudut siku.

B : Pasien diminta untuk menekan punggung kebawah hingga rata dengan

alas kemudian pasien diminta menggkontraksikan otot disekitar kelamin

seperti menahan kencing. Kontraksi selama 10 detik kemudian rileksasi

selama 10 detik dan lakukan pengulangan sebanyak 5 kali selama 5 set


44

Lampiran X

BLANGKO KUISIONER

Nama Pasien

Form ICIQ-SF Setelah Diterjemahkan

ICIQ-UI Short Form


Privasi

Banyak orang sering tidak bisa mengontrol kencing (ngompol) pada beberapa waktu. Kita
mencoba untuk mencari tahu berapa banyak orang mengalami dan berapa banyak kencing
yang keluar. Kami mengucapkan terimakasih kepada anda yang bersedia menjawab
pertanyaan dibawah ini, pikirkan apa yang anda alami sekitar 4 minggu terakhir.

1. Tulis Tanggal Lahir tanggal…/bulan…/tahun….

2. Jenis Kelamin wanita pria

3. Seberapa sering anda tidak bisa mengontrol kencing (mengompol)?

Tidak Pernah 0
Sekali dalam seminggu/kurang dari itu 1
Dua atau tiga kali dalam seminggu 2
Sehari sekali 3
Beberapa kali sehari 4
Setiap saat 5
4. Kita ingin tahu seberapa banyak urin yang dikeularkan saat itu Berapa
banyak urin yang anda keluarkan saat itu (Pakai pengaman maupun tidak)?
Tidak ada 0
Jumlah sedikit 2
Jumlah sedang 4
Jumlah Banyak 6
5. Berapa banyak urin yang anda keluarkan saat mengompol dalam hidup
45

sehari hari? Lingkari pilihan anda


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0=tidak pernah 10=sangat banyak

6. Kapan biasanya tidak bisa mengontrol kencing?

Tidak pernah

Mengompol sebelum ke toilet

Mengompol ketika batuk atau bersin

Mengompol ketika tidur

Mengompol ketika aktifitas fisik atau olahraga

Mengompol sesudah kencing dan sudah memakai baju

Mengompol tanpa alasan tertentu

Mengompol tiap saat


46

DATA RIWAYAT HIDUP

Nama : Nathan Agwin Khenda

Tempat Tanggal Lahir : Kediri, 02 Oktober 1999

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Kristen

Alamat : dsn. Sumber Kepuh, rt.25 rw.06 desa Butuh

kecamatan Kras, kabupaten Kediri, Jawa

TimurRiwayat Pendidikan
1. TK Dharmawanita Butuh (2003 – 2005)

2. SDN Butuh II (2005 – 2011)

3. SMPN 1 Ngadiluwih (2011 – 2014)

4. SMAK St.Augustinus Kediri (2014 – 2017)

Anda mungkin juga menyukai