Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Disusun oleh:

Junaidi Trisno

20A1016

Dosen pembimbing:

Zainuri Anwar, S.T., M.Eng

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
JAMBI

2021
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Diajukan sebagai syarat

Mata Kuliah Fisika Dasar II + Praktikum

Program Studi Teknik Mesih

Disusun Oleh:

NAMA : JUNAIDI TRISNO

NIM : 20A1016

Jambi,…./………./20..
Mengetahui: Telah diperiksa oleh
Ketua Prodi Teknik Mesin Ka. Lab Fisika Dosen pembimbing

Ir. Jatmiko Edi Siswanto,M.T Sufiyanto, S.T., M.T Zainuri Anwar, s.t., M.Eng
NIDN:1021026001 NIDN:10010001790 NIDN:1016089102
4
LEMBAR KONSULTASI

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

NAMA :

NIM :

KELOMPOK :

PERCOBAAN :

No Tgl Konsultasi TTD

Nilai Akhir:…………..

Jambi, …../………./20..

Asisten Praktikum

………………………….
LEMBAR PENILAIAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

NAMA :

NIM :

JUDUL LAPORAN :

ASISTEN :

Nilai

Jambi, …../………./20..

Asisten Praktikum

…..…………………….
LEMBAR PRETEST

PRAKTIKUM FISIKA DASAR Nilai

Nama : Junaidi Trisno

NIM : 20A1016
Nama : Junaidi Trisno

TTL : Muara Bungo 28 Juli 2002

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Program Studi : Teknik Mesin

Kelas : Reguler/A

Email : junaiditrisno65@gmail.com

No HP : 085379273926

Foto 3x4 Foto 3x4


Background Background
biru biru
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Fisika dasar merupakan mata kuliah dasar pada pembelajara fisika. Dalam proses
pembelajarannya, fisika dasar tidak hanya mengkaji berbagai teori dari para ilmuan namun juga
dapat membuktikan teori tersebut dan menyelesaikan permasalahan ilmiah melalui suatu
kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum yaitu kegiatan yang berujung suatu konsep
pembelajaran. Selain dapat membantu dalam menunjang teori, dengan kegiatan praktikum
mahasiswa dapat dilatih dalam menumbuhkan keterampilan melakukan eksperimen.seperti
keterampilan menggunaka alat ukur, keterampilam dalam memilih metode pengambilan data
pengukuran, keterampilan mengelolah data yang diperoleh dan sebagainya.
Salah satu praktikum paling dasar dalam pembelajaran fisika yaitu praktikum fisika dasar.
Dalam praktikum fisika dasar, materi yang paling awal dan sangat penting dalam menunjang
kegiatan praktikum salanjutnya yaitu materi pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan yang
membandingkan besaran yang di ukur dengan alat ukur sebagai satuannya. Percobaan yang di
lakukan pada praktikum pengukuran yaitu pengukuran menggunakan alat ukur mulai dari
mengukur panjang benda, diameter benda, kedalaman benda. Ketika melakukan pengukuran
tidak terlepas dari besaran dan satuan. Selain itu, pengukuran dalam praktikum untuk
mendapatkan data dapat dilakukan secara tunggal ataupun berulang. Pengetahuan mengenai
aturan angka penting dan operasinya, memegang peranan bagaimana data hasil pengukuran
disajikan”. Untuk itu dalam praktikum pengukuran tidak hanya harus dapat menggunakan alat
ukur, namun harus didukung dengan pengetahuan lainnya seperti pengetahuan aturan angka
penting dan pengetahuan terhadap ketelitian alat ukur yang digunakan. Kegiatan praktikum
dapat berlangsung dengan baik dan sesuai hasil yang diharapkan jika individu tersebut
menguasai keterampilan proses sains.

1.2 Tujuan praktikum


Tujuan pada praktikum ini yaitu:
1.Mengetahui penggunaan dan membaca alat ukur
2.Membaca dan menuliskan skala dengan benar dari hasil pengukuran atau perhitungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dangan besaran lain yang telah
ditentukan sebagai standar pengukuran. Alat bantu dalam proses pengukuran disebut alat ukur.
Alat ukur dalam kehidupan sehari hari sangat banyak,misalnya alat ukur panjang (mistas, dan
jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur massa, alat ukur waktu, dan alat ukur suhu, dll

Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangan dibutuhkan dengan namanya
alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan data hasil pengukuran.
Factor lain selain alat ukur untuk mendapatkan hasi lyang akurat perlu adanya fakto factor lain
yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara lain benda yang diukur, proses dalam
pengukuran. Kondisi suatu lingkungan dan orang yang melakukan pengukuran. Alat dan
Ketentuan dalam pengukuran tersedia antara lain

A.Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur besaran panjang, yang dapat digunakan untuk mengukur
diameter dalam, diameter luar serta kedalaman suatu benda(berupa pipa atau lainnya).jangka
sorong memiliki dua bagian yaitu rahang tetap dan rahang sorong. Rahang tetap memiliki skala
yang disebut skala utama.

Satu bagian memiliki panjang 1mm. Rahang sorong memiliki skala nonius, dengan jarak
dua titik yang berdekatan (satu bagian skala )0,9 mm. Skala nonius yang berimpit dengan skala
utamaadalah 4 skala. Artinya angka tersebut 0,4 mm. Selanjutnya perhatikan skala utama. Pada
skala utama, setelah angka nol mundur ke belakang menujukkan angka 4,7 cm. Sehingga diameter
yang diukur sama dengan 4,7cm +0,4 mm=4,74 cm.
B.Mikrometer sekrup

Mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian paling
tinggi, yaitu 0,01 mm. Alat ini digunaka untuk mengukur ketebalan benda yang sangat tipis,
seperti silet, kertas, kawat dan benda benda tipis lainnya. Mikrometer sekrup terdiri atas rahang
utama sebagai skala utama dan rahang putar sebagaiskala nonius. Skala nonius terdiri dari 50
skala. Setiap kali skala nonius diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju atau mundur
sejauh 0,5 mm.

Untuk pembacaan skala panjang skala utama adalah 4,5 mm. Perhatikan penunjukan pada
skala putar. Angka 39 pada skala putar berimpit dengan garis mendatar pada skala utama. Maka
pembacaan mikrometer tersebut = 45 (39+0,01). Jadi tebal benda adalah 4,89 mm.
C.Satuan Sistem Internasional
Pada tahun 1971, General Conference on weights and measures ke-14
memilih tujuh besaran sebagai besaran pokok, dan menjadi dasar terbentuknya
Satuan Sistem Internasional, di singkat menjadi SI dari nama
Prancis-nya dan dikenal dengan sebutan sistem metrik(Halliday, 2010)
.
Tabel Satuan untuk Besaran Pokok SI

Besaran Nama Satuan Simbol

Panjang meter m

Waktu detik s

Berat kilogram kg

Tabel di atas menunjukkan satuan dari tiga besaran pokok panjang, massa dan waktu.
Satuan-satuan ini didefinisikan “skala manusia” (Halliday, 2010).
Banyak satuan turunan SI didefinisikan dalam satuan pokok ini Misalnya, satuan SI untuk
daya, yaitu watt (W), didefinisikan dalam satuan pokok untuk massa, panjang, dan
waktu.Maka, seperti yang akan Anda lihat adalah 1 watt = 1 W = 1 kg ∙ m2/s3 dimana bagian
terakhir dari simbol satuan dibaca sebagai kilogram-meter persegi per detik pangkat tiga
(Halliday, 2010).

D.Ketelitian Pengukuran
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak
ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap
pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda. Di antara yang paling
penting, selain kesalahan, adalah keterbatasan ketepatan setiap alat pengukur dan
ketidakmampuan membaca sebuah alat ukur di luar batas bagian terkecil yang ditunjukkan
(Giancoli, 2001).
Ketelitian alat ukur berhubungan dengan jumlah angka penting pada sederetan
angka hasil ukur yang menggunakan alat ukur. Ini bearti penyajian angka hasil ukur
tidak sama dengan penyajian angka dari hitungan dengan kalkulator (Priyambodo,2009).
Macam –macam alat ukur, yaitu:
a.Jangka sorong
b.Mikrometer sekrup
c.Spherometer
d.Neraca Torsi
e.Densitometer
f.Stopwatch
g.Termomoter
h.Multimeter
i.Neraca Ohauss

E.Angka Signifikan
Jumlah digit yang diketahui dapat diandalkan diebut jumlah angka signifikan.Dengan
demikian ada empat angka signifikan pada angka 23,21 dan dua pada 0,062 cm (nol pada
angka pertama dan kedua hanya merupakan “pemegang tempat” yang menunjukan dimana
koma diletakkan). Ketika melakukan pengukuran, atau perhitungan, Anda harus menghindar
dari keinginan untuk menulis lebih banyak digit pada jawaban terakhir dari jumlah digit yang
diperbolehkan (Giancoli, 2001).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Fisika Dasar dilaksanakan pada Senin,12 Juli
2021 pada pukul 08:00-16:00 WIB dilakukan di Laboraatorium Fisika Prodi Teknik Mesin
STITEKNAS Jambi.

3.2 Alat dan bahan

1. Jangka sorong
2. Micrometer sekrup
3. Objek pengukuran (pipa PVC, uang logam, kertas HVS)

3.3 Percobaan

a) Pengukuran dengan jangka sorong

1. Putar pengunci ke kiri sehingga rahang pada jangka sorong dapat digeser.
2. Masukan benda (objek) yang akan diukur ke rahang bawah jangka sorong.
3. Ukuran diameter bagian luar pipa, diameter bagian dalam pipa, kedalaman/tinggi pipa,
masing masing sebanyak 3 kali dan catat hasil pengukurannya dalam table dengan
menggunaka jangka sorong.
4. Dari table di atas hitung rata rata diameter ketiga objek yang diukur.
5. Hitunglah selisih nilai setiap data dengan nilai rata rata, kemudian tuliskan hasilnya
dalam table.
6. Tulislah hasil pengukuran (hasil pengukuran = rata rata ketidakpastian ).

b) Pengukuran dengan mikrometer sekrup

1. Ukuran ketebalan dinding pipa minimum, ketebalan kertas HVS dan tebal uang logam
masing masing sebanyak 3 kali dan cata hasil pengukurannya dalam table
2. Dari table di atas hitung rata rata dari ketebalan pipa, uang logam dan ketebalan kertas
A4. Hiyunglah selisih nilai setiap data dengan nilai rata rata dan cata pada table.
3. Tuliskan hasil pengukuran (Hasil pengukuran = rata rata ketidakpastian).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel Pengukuran diameter dalam dan luar pipa menggunakan jangka sorong 0,02.
No Objek pengukuran Diameter dalam (mm) Diameter luar (mm) Tinggi pipa (mm)
11,58 15,16 14,80
1 Pipa PVC 11,26 15,40 14,84
11,60 15,80 14,62
Rata- =11,48 =15,45 =14,75
rata

Tabel Pengukuran ketebalan menggunakan mikrometer skrup ketelitian 0,01.


No Tabel pengukuran Tabel objek (mm) Rata - rata
10,88
1 Kayu 10,98 11,05
11,29
2,48
2 Uang logam 2,12 2,58
3,16
0,13
3 Kertas HVS 0,14 0,14
0,15
4.2 Pembahasan

Praktikum fisika yang berjudul“Pengukuran Dasar” mempelajari teknik -teknik mengukur


yang benar.Pada praktikum ini kita melakukan pengukuran menggunakan alat jangka
sorong,mikrometer sekrup dan Pada jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan suatu
benda,baik diameter dalam maupun diameter luar. Jangka sorong memiliki skala utama dan
skala nonius. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,1 mm. Agar tidak terjadi kesalahan saat
praktikum,maka percobaan dilakukan sebanyak sepuluh kali. Hasil dari percobaan tersebut
adalah diameter luar pipa berjumlah 15,45 mm, diameter dalam pipa berjumlah 11,48 mm.
Pada mikrometer sekrup memiliki fungsi untuk mengukur panjang benda dengan sangat
teliti. Mikrometer sekrup memiliki skala utama dan skala putar dan memiliki ketelitian
0,01 mm, pengukuran ini juga dilakukan sebanyak beberapa kali percobaan. Hasil dari
percobaan tersebut adalah ketebalan koin berjumlah 11,05 mm. Pengukuran yang akurat
merupakan bagian penting dari fisika. Tetapi tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada
ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran (Giancoli, 2001).

Ketika pengukuran dapat terjadi kesalahan atau ketidakpastian, yaitu:


1.Kesalahan kalibrasi.
Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat sehingga berakibat
setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan ini
dapat diketahui dengan cara membandingkan alat tersebut dengan alat baku.

2.Tingkat ketelitian alat ukur


Tujuan setiap orang ketika mengukur adalah mendapatkan hasil berupa nilai ukur yang
tepat benar. Tujuan itu tidak pernah tercapai karena setiap alat ukur yang digunakan memiliki
ketelitian yang terbatas. Hal yang dapat dicapai adalah untuk dapat diperoleh hasil ukur yang
paling boleh jadi benar (Priyambodo dan Bambang, 2009).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum pengukuran dasar kali ini diantaranya adalah:


1. Nilai skala terkecil (nst) pada alat ukur ditentukan pada skala yang tertera pada alat ukur
tersebut.
2. Penggunaan alat ukur harus dengan cara yang benar.
3. Pengukuran tidak berulang menggunakan ralat nst dan pengukuran berulang
menggunakan ralat standart deviasi sangat menentukan hasil dari pengukuran.
4. Setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitiannya masing masing.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum pengukuran dasar yaitu, sebelum melakukan percobaan praktikan


harus memahami dan mengetahui hal yang akan dilakukan.Mengetahui fungsi dari setiap alat ukur
juga harus diperhatikan oleh
setiap praktikan. Praktikun juga harus memperhatikan intruksi dari asisten/dosen agar praktikum
berjalan dengan lancar dan sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Giancolli, Dauglas C. 2001.Fisika Jilid 1.Jakarta: Erlangga.Ihsan, Helly. 2006.


(2) Modul Pratikum Fisika Dasar STITEKNAS Jambi,Pengertian Pengukuran., Priyambodo dan
Bambang, 2009.
(3) Priyambodo 2009, Teguh. 2010.Pengukuran, Besaran dan Satuan.Jakarta: Erlangga
Foto Foto Kegiatan Praktikum
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan kita sering menggunakan hukum-hukum fisika untuk membantu kita
dalam melakukan banyak hal. Salah satu hukum yang sering dipakai yaitu hukum hooke, yaitu
hukum yang digunakan untuk mencari besar konstanta pada pegas dengan memperhitungkan
pengaruh dari gaya yang diberikan pada benda dan massa benda itu sendiri.

Banyak jenis benda yang bersifat elastis seperti pegas, karet gelang dan lain sebagainya
artinya, benda tersebut memiliki kemampuan untuk berubah kebentuk semula setelah hilangnya
gaya dari luar yang mempengaruhinya.
Namun, pegas mempunyai batas keelastissan. Dengan demikian, ketika derenggangkan
memakai gaya yang begitu besar maka berakibat bentuk pegas tidak akan bisa kembali seperti
kondisi awalnya. Hal ini berlaku untuk semua jenis pegas.
Susunan dari pegas ada seri dan pararel. Penentuan tambahan panjang maupun konstanta
dari kedua jenis susunan tersebut berbeda. Untuk pegas susunan seri, totalpertambahan
panjangnya bisa dihitung dengan menjumlahkan pertambahan dari masing masing pegas. Oleh
karena itu, praktikum hukum hook ini penting dilakukan untuk mempermudah dalam menghitung
konstan pegas dari berbagai benda yang memiliki massa berbeda beda dan memahami
penerapannya dalam kehidupan sehari hari.Untuk membuktikan hukum hooke tersebut, kami telah
melakukan praktikum fisika tentang hukum hooke dan telah merumuskan hasil praktikum tersebut

ke dalam laporan ini

1.2 Tujuan praktikum


1. Memahami konsep hokum elastisitas hooke pada pegas spiral.
2. Menentukan besarnya pegas (k) dengan metode perubahan panjang dan osilasi pegas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

Dilansir dari Fisika Universitas (2002), hukum Hooke adalah perbandingan tegangan dan


regangan pada deformasi elastis, dan memiliki rentang keabsahan yang terbatas.Suatu pegas jika
ditarik oleh tangan, maka tangan akan merasakan adanya tarikan dari pegas.

Jadi Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis.Elastis atau elastisitas adalah
kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada
benda tersebut dihilangkan.Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka
bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan
bentuk adalah pertambahan panjang. Gaya yang diberikan juga memiliki batas-batas tertentu.
Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yangdiberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya.
Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya
yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis tersebut memiliki batas elastisitas. dan Hukum Hook
adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya
dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas.Besarnya gaya
Hooke berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya
Bila sebuah benda diregangaka oleh gaya, maka panjang benda akan bertambah. Panjang
atau pendeknya pertambahan panjang benda tergantung pada elastisitas bahan dari benda tersebut
dan juga gaya yang diberikannya. Apalagi benda masih berada dalam keadaan elastis (batas
elastisitasnya belum dilampaui), berdasarkan hokum hook pertambahan panjang ( ∆ X) sebanding
dengan besar gaya F yang meregangkan benda. Asas ini berlaku juga bagi pegas heliks, selama
batas elastisitas pegas tidak terlampaui.

Jika gaya yang bekerja pada sebuah pegas dihilangkan, pegas tersebut akan kembali pada
keadaan semula. Robert Hooke, ilmuan berkebangsaan inggri menyimpulkan bahwa sifat elastis
pegas tersebut ada batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan pertambahan panjang pegas.
Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa besar gaya pegas pemulih sebanding dengan
pertambahan panjang pegas. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai:

F = -K. ∆ X

dengan K = tetepan pegas (N/m), tanda (-) diberikan karena arah gaya pemulih pada pegas
berlawanan dengan arah gerak pegas tersebut. Konstanta gaya pegas adalah suatu karakter dari suatu pegas
yang menunjukan perbandingan besarnyagaya terhadap perbedaan panjang yang disebabkan oleh adanya
pemberian gaya tersebut. Satuan konstanta gaya pegas adalah N/m, dimensi konstanta pegas.

Selain itu, dijumpai di beberapa benda seperti mokroskop, teleskop, alat untuk mengukur
percepat gravitasi bumi, janm yang delengkapi peer untuk mengatur waktu, ayunan pegas,
kronologi sambungan pada tongkat persneling di berbagai jenis kendaraan dan lain lain. Hal ini
menunjukan bahwa kehadiran hokum hook memberkan dampak positif bagi kehidupan. Banyak
peralatan yang diciptaka guna menunjang aktivitas manusia dengan menerapkan prinsip prinsip
dari hkum hook.

Hokum hook merupakan perbandingan regangan dan tegangan dalam suatu deformasi elastis
dan mempunyai rentang keabsahan yng terbatas. Jika grafik tegangan diplotkan sebagai funggsi
regangan dan hokum tersebut terpenuhi maka grafik yang terbentuk adalah garis lurus.

Deformasi bersifat reversible atau bolak balik dan gaya bersifat kekal. Energy yang
digunakan untuk menghasilkan deformasi akan kembali saat tegangan hilang.

Bunyi dari hokum hook adalah pertambahan dari panjang pegas akan sebanding dengan
gaya tarik yang mengenai pegas sebelum melewati batas elastisitas pegas. Konstanta pegas
nilainya dapat berubah jika pegas disusun membentuk suatu rangkaian. Hal ini penting untuk
diketahui jika ingin memperoleh nilai konstanta pegas dengan tujuan tertentu. Contohnya saat
merancang pegas untuk diaplikasikan pada shockbreaker.
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Fisika Dasar dilaksanakan pada Senin,12 Juli
2021 pada pukul 08:00-16:00 WIB dilakukan di Laboraatorium Fisika Prodi Teknik Mesin
STITEKNAS Jambi

3.2 Alat dan Bahan


1. Pegas
2. Set beban
3. Stop watch
4. Statif
5. Beban
3.3 Prosedur percobaan
a) Percobaan 1
1. Menyusun alat alat seperti gambar di modul praktikum fisika STITEKNAS Jambi.
2. Mengukur panjang pegas catat hasilnya pada tabel.
3. Menggantungkan beban massa 25 gram pada pegas .
4. Mengukur panjang pegas setelah diberi beban.
5. Mengulang langkah 3,dan 4 untuk beban yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Panjang Pegas

No Beban (kg) Panjang pegas (m) Perpanjangan(m) Konstanta pegas(N/m)


9 15 4,3 0,52
1 32 15 20,5 1,56
48 15 23,4 2,05
9 14,2 15,1 0,59
2 32 14,2 18,5 1,72
48 14,2 20,8 2,30

4.2 Pembahasan

Hasil menunjukkan bahwa semakin besar beban yang digantungkan pada pegas maka
pertambahan panjang semakin besar, berturut-turut dari pemberian beban 0,09 kg, 0,32,dan 0,48
kg . Angka-angka tersebut diperoleh dari selisih panjang akhir dan panjang awal. Panjang akhir
menunjukkan panjang pegas setelah ada beban yang diberikan di ujung pegas. Sedangkan,
panjang awal yaitu panjang mula-mula pegas tanpa diberi beban apa pun. 

Konstanta pegas dipengaruhi oleh pertambahan panjang dan besarnya gaya. Terbukti,
berdasarkan perhitungan data percobaan, diperoleh konstanta yang nilainya semakin besar seiring
dengan pertambahan massa benda yang dibebankan pada 2 pegas yang berbeda panjang . Secara
berurutan berikut hasilnya pegas pertama 0,52N/m,1,56 N/m, 2,05 N/m, dan pegas kedua 0,59N/m
1,72 N/m,2,30 N/m.

Mengacu pada hasil yang diperoleh, pengukuran terhadap konstanta jika memakai pegas yang
sama maka nilainya hampir sama juga. Adanya sedikit perbedaan dari besarnya konstanta di
percobaan ini terjadi karena setiap benda memiliki tingkat kerenggangan pegas yang tidak
sama. Kerenggangan tersebut dipengaruhi oleh massa  dari benda yang digantung. Keseimbangan
pegas, ketelitian saat melakukan pengukuran, maupun saat menganalisis data juga dapat
berpengaruh besar terhadap nilai konstanta

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum mengenai Hukum Hooke ini adalah
sebagai berikut :

1. Semakin berat massa beban yang digantung pada pegas, maka semakin besar gaya yang
diperlukan untuk menarik beban ke bawah.
2. Besarnya konstanta dipengaruhi oleh massa, gaya, dan gravitasi. Dan dapat terjadi
kesalahan atau ketidakakuratan data karena pengaruh keseimbangan pegas, kesalahan
dalam penghitungan massa maupun gaya.
3. Renggang tidaknya suatu pegas dipengaruhi oleh massa beban yang digantungkan.
4. Besarnya gaya yang diberikan berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas (Δx)
yaitu panjang akhir – panjang awal.
5. Konstanta pada masing-masing percobaan berbeda-beda karena perbedaan bahan yang
digunakan atau tingkat keregangan pegas.
6. Hasil Pengukuran konstanta pegas dengan menggunakan pegas yang sama memiliki nilai
yang hampir sama.
7. Menurut hukum Hooke bila sebuah pegas ditarik oleh pasangan gaya F maka pegas
tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yang mempengaruhi
pegas tersebut.
8. Pertambahan panjang pegas tergantung pada beban yang diberikan, semakin besar beban
yang diberikan semakin besar pula pertambahan panjang pegas.  
9. Data-data pada percobaan gerak harmonis sedehana terdapat hasil yang berbeda akibatnya
beban beban yang di berikan tidak sama (berbeda).
10. Semakin besar beban yang diberikan, semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan pegas
untuk mencapai lima kali ke atas ke bawah

5.2 Saran
Seharusnya saat perenggangan pegas , pegas seharusnya diam atau tidak bergerak sama
sekali agar saat pengukuran lebih akurat dan untuk kedepannya dalam praktikum ini harus
lebih teliti agar hasil yang didapat sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.
(2) Modul Pratikum Fisika STITEKNAS Jambi,. FISIKA : Jilid 1.
(3) http://tnoviandri.blogspot.com/2017/07/laporan-hasil-praktikum-hukum-hooke.html http://
yunday-31-jb.blogspot.com/2014/03/laporan-praktikum-fisika-hukum-hooke.html?m=1 
Foto foto kegiatan Praktikum
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan teknologi yang semakin modern pada masa sekarang, terutama pada
bidang elektronika yang dapat mempermudah dalam pengoperasian suatu alat, sehingga manusia
sangat dimudahkan dangan adanya berbagai peralatan yang diciptakan dan dapat dioperasikan
serta digunakan secara otomatis. Perkembangan teknologi tersebut menyebabkan banyak
perubahan dalam pemakaian sistem peralatan diseluruh bidang kehidupan baik dunia industry,
jasa, kesehatan dan sebagainya.
Bahkan dalam alat satu listrik dapat digunakan untuk mengukur beberapa besaran, missal
tegangan AC dan DC, arus listrik DC dan AC, resistensi kita menyebabkan multimeter. Untuk
kebutuhan praktis tetap dipakai alat ukur tunggal, masalnya untuk mengukur tegangan saja,atau
daya listrik saja.
Sampai saat ini alat ukur analog masih tetap digunakan karena handal, ekonomis, dan
praktis. Namun alat ukur digital nakin luas dipakai, karena harganya makin terjangkau, praktis
dalam pemakaian, dan penunjukannya makin akurat dan presisi.
Kemudian alat ini juga bisa mengukur nilai kapasitor, inductor serta dapat mengetahui
dari jenis transistor.pada saat ini setiap alat untuk pengukuran seperti multimeter hanya dapat
fungsi untuk pengukuran yaitu hambatan, arus, dan tegangan.

1.2 Tujuan praktikum

1. Memperoleh keterampilan dalam pemakaian alat ukur dan listrik.


2. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari alat ukur dasar listrik
3. Mahasiswa mampu mengukur nilai diode dan resistansi dengan menggunaka multimeter analog
4. Mahasiswa mampu mengukur nilai tegangan dan kuat arus listrik dengan menggunaka
multimeter analog.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam rangkaiyan listrik umumnya menggunakan sejumlah hambatan. Hambatan tersebut


kadang terpasang secara seri, secara pararel atau campuran seri dan parerel.hambatan yang
disusun secara seri, contohnya adalah hambatan R1, R2, R3, terminal terminal ujung hambatan
tersebut diberi beda potensial Vad, sehingga mengalir arus I, jika hambatan total adalah R maka
terpenuhi.

Multimeter adalah alat test yang sangat berguna, dengan mengoperasikan sekalar banyak
posisi, meter dapat secara cepat danmudah dijadikan sebagai voltmeter, sebuah ammeter atau
sebuah ohmmeter.alat ini mempunyai berbagai penetapan pada setiap mempunya pilihan AC atau
DC. Beberapa multimeter kelebihan tambahanlayaknya sebagai pengukur transistor dan range
untuk pengukuran kapasitansi dan frekuensi multimeter terbagi atas 2 jenis yaitu multimeter
analog dan multimeter digital.
Listrik itu terbagi menjadi 2 jenis, yaitu arus AC serta arus DC. Pengertian arus listrik AC
atau altermating current yaitu listrik yang besar dan arah arus yang selalu berubah ubah atau bolak
balik. Listrik arus ACakan membentuk gelombang yang bisa dinamakan dengan gelonbang
sinusoida. Dan di Indonesia sendiri, arus AC ini dikelolah dan berada di bawah penguasaan PLN.
Pengertian arus listrik DC atau direct current yaitu arus listrik searah. Dahulu aliran arus listrik
DCdikatakan mengalir dari positif menuju negatif. Namun berdasarkan pengamata pengamatan
yang dilakukan para ahli yang menunjukan bahwa sebenernya pada arus searah adalah arus yang
alirannya dari negative menuju ke kutub positif. Aliran aliran tersebut menyebabkan munculnya
lubang lubangdengan muatan positif yang terlihat mrnujuk dari positif ke negative. Meskipun DC
merupakan singkatan dari arus searah, DCjuga sering merujuk pada polaritas konstan. Dan
berdasarkan definisit tersebut, DC tegangan bisa bervariasidalam waktu.
A) Rangkaian hambatan listrik

Dalam rangkaiyan listrik umumnya menggunakansejumlah hambatan. Hambatan


tersebut kadang terpasang secara seri, secara pararel atau campuran seri dan
parerel.hambatan yang disusun secara seri, contohnya adalah hambatan R 1, R2, R3, terminal
terminal ujung hambatan tersebut diberi beda potensial Vad, sehingga mengalir arus I, jika
hambatan total adalah R maka terpenuhi.

B) Tegangan listrik
Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaiyan
listrik, dan dinyatakan dalam sombil (V) dan satuan volt. Besaran ini mengukur energy
potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah
konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan potensial listriknya, suatu tegangan
listriknya, suatu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra rendak, tinggi, atau ektra
tinggi. Secara definisi tegangan listrik menyebabkan objek bermuatan listrik negative
tertarik dari tempat bertegangan rendah menuju tempat bertegangan lebih tinggi. Sehingga
arah arus listrik konvensioanal di dalam suatu konduktor mengalir dari tegangan tinggi
meunju tegangan rendah.

C) Arus listrik

Sebuah arus listrik atau listrikdinamis adalah laju aliran muatan listrik melalui
suatutitik atau bagian arus listrik dikatakan ada ketikat ada aliran bersih muatan listrik
melalui suatu bagian. Muatan listrik dibawa oleh partikel bermuatan, sehingga arus listrik
adalah aliran partikel muatan. Partikel yang bermutan disebut pembawa muatan. Dan
dalam konduktor yang berbeda mungkin jenus partikel yang berbeda. Satuan SI dari arus
listrik adalah ampere, yang merupakan aliran muatan listrik melintas permukaan dengan
kecepatan satu coulomb per detik. Ampere (Simbol: A) adalah unit dasar SI Arus listrik
diukur menggunakan perangkatyang disebut ammeter.
D) Daya listrik
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energy listrik dalam rangkaiyan
listrik. Satuan SI daya listrik adalah wattyang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang
mengalir per suatu waktu (joule/ detik.

Daya listrik, dilambangkan dengan huruf P dalam persamaan listrik. Pada


rangkaiyam arus DC, daya listrik sesaat dihitung menggunakan hokum joule, sesuai nama
fisikawan Britania james joule, yang pertama kali menunjukan bahwa energy listrik dapat
berubah menjadi energy mekanik, dan sebaliknya.

P = VI

Di mana

P adalah daya (watt atau W)


Iadalah arus (ampere atau A)
V adalah perbedaan potensial (volt atau V)
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Fisika Dasar dilaksanakan pada Senin,12 Juli 2021
pada pukul 08:00-16:00 WIB dilakukan di Laboraatorium Fisika Prodi Teknik Mesin
STITEKNAS Jambi

3.2 Alat dan Bahan

1. Multitester
2. Resistor
3. Lampu DC
4. Kabel
5. Baterai
3.3 Prosedur Percobaan
1. siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. rangkaiyan system kelistrikkan untuk menghidupkan sebuah bola lampu tanpa
menggunakan resistor dan menggunakan resistor.
3. Ukur tegangan pada sumber batrai dan bila lanpu.
4. Ukur kuat arus yang mengalir sebelum dan sesudah resistor
5. Lakukan percobaan masing masing 3 kali.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel Pengujian dengan dan tanpa resistor

No Resistor Ohm Tegangan Tegangan Kuat arus Daya listrik


input (V) output (V) (A) (Watt)
1 Tanpa Resistpr - 12,25 12,26 O,63 771,75
2 R1 10 12,25 9,46 0,36 3,40
3 R2 20 12,25 8’89 0,20 1,77
4 R3 30 12,25 8,64 0,11 0,95
5 R4 99 12,25 8,11 0,05 0,40
6 R5
7 R6

4.2 Pembahasan

Pada praktikum hukum ohm ini terdapat banyak percobaan, disetiap percobaan digunakan
tanpa resistor dan menggunakan resistor yang berbeda, dan praktikan menggunakan 4 buah
resistor, yaitu resistor dengan resistansi 10 Ω,20 Ω,30 Ω,dan 99 Ω serta menggunakan tegangan
input sebesar 12,25 volt.Percobaan pada tegangan output tanpa resistor yaitu 12,25 V masih sama
dengan tegangan input.dan ketika menggunakan resistor medapatkan hasil pada R1 9,46 V,R2
8,89 V,R3 8,64 V,R4 8,11 V.

Dipercobaan kuat arus tanpa resistor mendapatkan hasil 0,63 A,pada percobaan ini telah di
tambahkan beban lampu sebesar 10 watt,kemudian disaat menggunakan resisitor dapat lah hasil
yang semakin jauh menurun dikarenakan besarnya hambatan pada resistor dan beban lampu,R1
0,36 A,R2 0,20 A,R3 0,11 A,R4 0,05 A.pada percobaan R4 lambu benar-benar redup yang
menunjukan ketidaksesuaian antara hambatan dan beban.
Pengukuran tegangan dan arus listrik pada praktikum ini menggunaka multimeter haruslah
sangat diperhatikan, karena apabila terjadi kesalahan pengukuran atau nilai yang tidak sesuai, hal
itu akan mengakibatkan nilai yang tidak sesuai

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Multimeter merupakan suatu alat yang dinyatakan untuk mengukur tegangan tegangan,
tahanan dan arus. Multimeter dapat dipastikan dengan sekalar banyak posisi meter dapat
diubah menjadi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter secara tepat dan mudah.
5.2 Saran
Seharusnya saat pengujian multimeter ada dua yaitu multi meter digital dan multimeter
analog
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan. Gaya juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada benda baik tu perubahan bentuk atau perubahan
keadaan. Salah satu dari sekian banyak materi tentang gaya dipelajari dalam mata kuliah fisika
dasar adalah gaya gesekan. Gaya gesekan terjadi akibat dua permukaan yang saling bersentuhan
dan berlawanan arah. Gaya gesek terjadi atas dua jenis, yaitu gaya gesek antara dua permukaan
yang saling diam satu sama lain yang disebut dengan gaya gesek statis (fs), koefisien gesekannya
disebut koefisien gaya statis dan gaya gesekan antara dua gesekan yang sling bergerak relative
disebut dengan gaya gesek kinetic(fk)koefisien gesekannya disebut koefisien gwswkankinetik.
Untuk mengembangkan sekumpulan ppengetahuan tentang gesekan, tidak cukup bagi
mahasiswa hanya memahami konsep ataupun teori tetapi perlu disertai dengan proses
penyelidikan ilmiah. Hal ini didasari pada pembelajaran fisik merupakan bagian dari ilmu sains
Kegiata praktikum dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang menyebabkan
seseorang menerapkan keterampilan. Maksudnya adalah kegiatan praktikun lebih efisien dalam
meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa. Dengan kata lain, kegiatan praktikun dapat
membuat mahasiswa memunculkan serta menerapkan bagaimana keterampilan proses sains
sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses perolehan pengetahuan.

1.2 Tujuan praktikum


Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui apakan terdapat perbedaan penguasaan keterampilan proses sains mahasiswa yang
menggunaka penuntun praktikumberbasis keterampilan proses sains yang diajukan dengan modul
problem solving dan mahasiswa yang menggunakan penuntun konvensianal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Hukum kedua Neuton menetapkan hokum antara besaran dinamika massa dan daya dan
besaran kinematika percepatan, kecepatan, dan perpindahan. Hukum kedua Neuton menyatakan
bahwa ketika sebuah gaya bekerja pada sebuah benda bermassa, maka benda tersebut akan
mengalami percepatan. Besar percepatan berbanding lurus dengan total gaya yang bekerja dan
berbanding terbalik dengan massa. Hubungan antara resultan gaya, massa, dan percepatan
dinyatakan dengan pers:

∑F = ma

Telah diuraikan skema gaya pada sistem bidang miring dengan N adalah gaya normal, f k
adalah gaya gesek kinetis, W adalah gaya berat benda (balok), S adalah perpindahan balok, a
adalah percepatan balok dan O adalah sudut kemiringa lintasan terhadap arah horizontal.

Gaya geser merupakan gaya yang timbul akibat gesekan benda dengan permukaan lintasan.
Setiap benda menghasilkan besar gaya gesek yang berbeda beda bergantung pada koefisien
gesekan masing masing bendanya. Koefisien gesekkan inidipengaruhi oleh jenis benda. Pada saat
benda diam timbul gaya gesekan statis sedngkan pada saat benda bergerak akan timbul gaya gesek
kinetis. Secara matematis gaya gesek dapat dituliskan:

Gaya gesek statis:


fs = usN
gaya gesek kinetis:
fk= ukN

dengan us dan uk masing masing adalah koefisien gesekan statis dan koefisien gesekan kinetis. Jika
sisten diasumsikan saat mula mula kecepatan balok adalah nol maka akan diperoleh persamaan:
1
S = at2
2
Dimana t adalah waktu yang tibutuhkan balok dari posisi awal hingga mencapai dasar bidang
miring. Dengan menggunakan hokum pertama Neuton pada sumbu y siten akan diperoleh:

N = W cos θ

Dan dengan menerapkan pers (5.1) pada sumbu Xsistem maka akan diperoleh:

W sin θ – fk = ma

Dengan mensubtitusikan pers (5.3), (5.4), dan (5.5) ke pers (5,6) maka akan diperoleh nilai
koefisien gesekan kinetis sistem tersebut.
BAB III

METODE PERCABAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum dilakukan di laboraturium fisika dasar prodi
Teknik Mesin STITEKNAS Jambi

3.2 Alat dan bahan

1. statif
2. jepit penahan
3. lintasan bidang miring
4. balok kayu
5. balok aluminium
6. stopwatch
3.3prosedur percobaan
1. rangkaiyan alat dan bahan seperti pada gambar
2. timbang massa balok alumunium.
3. Letakkan balok alumunium pada bidang miring
4. Atur ketingian lintasan bidang miring sehingga balok alimunium dapat bergerak kemudian
catat waktu yangdibutuhkan balok hingga mencapai dasar bidang miring dan ulangi hingga kali
pengulangan.
5. Ulangi langkah ke 4 untuk ketinggian yang berbeda.
6. Ulang langkah 1-5 tetapi gantilah balok alumunium dengan balok kayu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 5.1 pengujian koefisien gesek.

NO Material uji Massa(kg) Panjang Tinggi Waktu Koefisien Rata θ


lintasan lintasan (M) tempuh (S) gesek rata
(M)
1 25 44,5 26 80 30o
2 Kayu 25 44,5 28 32 35o
3 25 44,5 29,2 23 40o
1 25 44,5 26 72 30o
2 kayu 25 44,5 28 56 35o
3 25 44,5 29,2 32 40o

4.2 Grafis Hasil Pemgamatan


4.3 Pembahasan
Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mokro antar kedua permukan yang saling
bersentuhan. Gaya gaya bekerja antara lain adalah gaya yang halus akan menyebabkan gaya gesek
menjadi lebih kecil milainya disbanding dengan permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini
tidak lagi demikian. Kontruksi mikro pada permukaan benda menyebabkan gesekan menjadi
minimum, bahkan cairan tidak lago dapat membasahinya.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. gaya gesek adalah gayayang berarah melewati gerak benda atau arah kecenderungan
benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan.
2. Gaya gesek balok mempengaruhi kecepatan meluncur balok pada bilang miring
3. Massa pada balok mempengaruhi kecepatan meluncur balok pada bidang miring
5.2 Saran
1. Ketika akan melakukan percobaan, alangkan lebik baiknya kita harus mengetahui
matire mengenai gaya gesek terlebih dahulu.
2. Lakukan percobaan lebih daru dua kali agar mendapatka hasil yang lebih akurat.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Viskositas merupakan karakteristk yang dimiliki oleh zat cair. Karakteristik ini penting[ada
proses industry untuk menentukan standar kualitas mupun standar kerja produk. Sebagai contoh
mengetahui tingkat kekentalan minyak pelumas tertentu dapat membantu pengendara motor untuk
memilih oli yang sesuai dengan spesifikasi depeda motor. Kemampuan munyak pelumas untuk
mengatasi perubahan nilai viskositas terhadap perubahan suhu disebut dengan indeks viskositas.
Pengukuran tingkat zat cair yang umum dan paling sederhana yang kita ketahui adalah
dengan menggunakan konsep hokum stokes.dengan demikian, dibutuhkan alat ukur sederhana
yang dapat mengatasi kekurangan ini. Namun alat ukur viskositas yang saat ini berada di pasaran
memiliki harga yang sangat mahal sehingga kebanyakan masyarakatmemilih ilo dengan
pengetahuan yang sedikit menhenai label viskosits yang tertera pada kemasan minyal pelumas,
bahkan tidak pernah melihat label viskositas tersebut.
1.2 Tujuan praktikum

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan:

1. Memahami perilaku fluida


2. Menyelidiki pengaruh temperature terhadap viskositas larutan.
3. Mengetahui konsep viskositas cairan.
4. Menentukan koefisien kekentalan (viskositas) fluida kental.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Viskositas adalah ukuran tahanan (resistensi) dari suatu cairan untuk mengalir. Rheologi
berasal dari kata yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu.
Sehingga rheology adalah ilmuan yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat
padat. Rheology erat kaitannya dengan viskosits. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahana
dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk
mengalir. Viskositas dinyatakan dalam symbol n.
Pada zat cair, jarak antarmolekul jauh lebih kecil disbanding gas. Sehingga kohesi molekuler
di situ kuar sekali. Peningkatan temperatur kohesi molekuler, dan ini diwujutkan berupa
berkurangnya viskositas fluida. Oleh karena itu, pada zat cair dapatlah ditentukan angka
kekentalannya dengan menggunaka viskositas benda yang dijatuhkan pada fluida. Misalnya
dengan menjatuhkan kelereng.

Menurut sistem Neuton, viskositas mula mula diselidiki oleh Neuton, yaitu dengan
mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu. Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan
lapisan molekul yang sejajar satu sama lain. Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan
atasnya bergerak dengan kecepatan konstan. Sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan
kecepatan yang berbanding langsung dengan jaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap.
Perbedaan kecepatan (dv)antara dua lapisan yang dipisahkan dengan jarak (dx) adalah (dv/dx)
atau kecepatan geser (Rate of share). Sedangkan gaya satuan luas yang dibutuhkan untuk
mengalirkan zat cairan tersebut adalah (F’/A) atau shearing tress.

F/A = n dv/dx atau n = (F’/A)/(dv/dx).

Viskositas (n) merupakan perbandingan antara shearing tress(F ’/A) dan rate or shea(dv/dx).
Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2. Bila sebuah benda digerakkan pada
permukaan zat padatyang kasar maka akan mengalami gaya gesekan. Analog dengan hal
itumaka sebuah benda yang bergerang dalam zat cair yang kental akan mengalami gaya gesekan
yang disebabkan oleh kekentalan zat cair tersebut. Dalam hal ini gaya gesekan pada benda yang
bergerak dalam zat cair kental dapat kita ketahui melalui besar kecepatan benda. Menurut hokum
stokes, gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola pejal yang bergerak dalam zat cair yang
kental adalah :

Fs = 6 π nrV

Dimana :

Piknometer, adalah alat yang digunakan untuk menentukan massa jenis dari suatu cairan.
Sebuah piknometer biasanya terbuat dari kaca, dengan penyumbat ketat dengan pipa kapiler yang
melaluinya, sehingga gelembung udara dapat lolos dari alat tersebut.
Vivkositas Oswald untuk mengukur smpel yang encer atau kurang kental. Berdasarkan
persamaan poisseulle, dengan membandingkan waktu alir cairan sampel dan cairan pembanding
menggunakan alat yang sama. Untuk mengetahui viskositas dari suatu fluida cair menggunaka
persamaan sbb.

tp
n = no
tp

dimana :

n =viskositas cairan sampel

no = viskositas cairan pembanding

T = waktu aliran cairan sampel

Yo =waktu aliran cairan pembanding

Ρ = massa jenis cairan sampel

ρ o = massa jenis cairan pembanding


BAB III

METODE PERCABAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum dilakukan di laboraturium fisika dasar prodi
Teknik Mesin STITEKNAS Jambi

3.2 Alat dan bahan


1. Piknometer
2. Viscometer Ostwald
3. Gelas ukur
4. Stopwatch
5. Air
6. Gliserin
3.3Prosedur percobaan
Menentukan viskositas air
1. Tuang air kedalam bearker glass
2. Kemudian air kita masukkan dalam viskositas Ostwald
3. Hisap menggunakan filter sampai batas garis M. lalu biarkan cairan air ngalir sampai batas
garis N.
4. Catat waktu akhirnya. Lakukan percobaan sebanyak kali

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

No Nama zat waktu Massa Viskositas


jenis N/m2
T1 T2 T3 T4
air 00:00:80 kg
997,
m
gliserin 00:13:67 00:15:36 00:14:72 g
1,26
cm

4.2 Grafis Hasil Pemgamatan

4.3 Pembahasan

Viskositas adalah ukuran resistensizat cair untuk mengalir. Viskositas dapat berpengaruh
pada formulasi sediaan sediaan farmasi, misalnya pada sediaan suspense, tidak boleh terlalu
kental sehingga menyebabkan suspense sulit di tuangkan. Hal ini dapat menyebabkan distribusi
zat aktif tidak merata pada seluruh cairan dan keterimaan pasien juga rendah. Viskositas bola
bergantung pada waktu tempuh bola dan jenis bola yang digunakan.

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan
1. Rapat massa pada bola lebih besar rapat massa pada zat cair atau fluida.
2. Semakin tinggi nilai atau angka viskositas pada zat cair maka akan semakin kecil atau
semakin lambat kecepatan pada suatu benda di dalam zat cair tersebut.
3. Melalui percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai viskositas yang diperoleh
dengan nilai kelajuan berbanding terbalik.
5.2 Saran

Adapun saran dalam percobaan viskositas ini adalah sebelum melakukan praktikum
diharapkan memahami materi dan konsep tentang viskositas. Selanjutnya praktikum lebih teliti
dalam melakukan percobaan dan untuk memperoleh kepastian yang benar benar teruji
kebenarannya. Percobaan dapat dilakukan secara berulang.

Anda mungkin juga menyukai