Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

JUDUL : DASAR PENGUKURAN II

Dosen : Weni Tri Sasmi, S.Pd., M.Pd


Amalia, S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : 1. Rakhman Hakim S., ST.
2. Ellysa Liswanti, ST.
3. Ilham Abriansyah, ST.

Ketua Kelompok : Mikha Stefanus 22416226201241 TI22H


Anggota Kelompok : Aulia Rahman Hakim 22416226201033 TI22H
Mega Fitri Juliani 22416226201301 TI22H
Tri Nugroho 22416226201267 TI22H

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Fisika Dasar
1. Judul Praktikum : Dasar Pengukuran I
2. Anggota Praktikan
a. Ketua : Mikha Stefanus (22416226201241)
b. Anggota : Aulia Rahman Hakim (22416226201033)
Mega Fitri Juliani (22416226201301)
Tri Nugroho (22416226201267)
3. Prodi : Teknik Industri
4. Kelas : TI22H
5. Mata Kuliah : Fisika Dasar Praktikum

Karawang, 06 April 2023

Assistant Lab. II
Assistant Lab. I

(Ilham Abriansyah, ST.)


(Ellysa Liswanti., ST.)

Mengetahui,

Dosen Praktikum Koordinator ASLAB

( Weni Tri Sasmi, M.Pd. ) (Rakhman Hakim S., ST.)

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporang praktikum dengan
materi “ DASAR PENGUKURAN II “. Penulisan laporan ini adalah salah satu
tugas praktikum untuk mata kuliah fisika di Universitas Buana Perjuangan
Karawang.
Dalam penulisan laporan praktikum ini saya beserta kelompok saya
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, khususnya kepada Ibu
Amalia, S.T., M.T. Dan para Asisten Laboratorium, yang telah memberikan
pengarahan dan dorongan dalam laporan ini.
Dalam penulisan laporan praktikum ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatkan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Karawang, 06 April 2023

Kelompok 49

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
a. .Latar Belakang
b. .Perumusan Masalah
c. .Pembatasan Masalah
d. .Tujuan Praktikum
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran
2.2 Alat ukur
BAB III PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA
3.1 .Pengumpulan Data
3.2 .Pengolahan Data
BAB IV ANALISA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat Praktikum 18

Tabel 3.2 Bahan Praktikum 18

Tabel 3.3 Pengukuran Menggunakan Neraca O’Hauss 18

Tabel 3.4 Pengukuran Mengguanakan Gelas Ukur 18

Tabel 3.1 Pengukuran Mengguanakan Thermometer 18

v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengukuran Masssa Menggunakan Neraca O’haus 34


Lampiran 2 Pengukuran Suhu air menggunakan Thermometer 35
Lampiran 3 Pengamatan Pengukuran Volume Air Dan Massa Benda 35
Lampiran 4 Pengambilan Dokumentasi Foto Bersama Saat Praktikum 36

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembelajaran fisika, mahasiswa diharapkan tidak hanya menguasai konsep- konsep fisika
secara teori tetapi juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk membuktikan konsep-konsep fisika
yang didapat dari teori tersebut. Praktik laboratorium adalah salah satu cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan ini. Sekarang ini, hampir semua dasar-dasar fisika yang diajarkan kepada mahasiswa
didasarkan pada percobaan/eksperimen, dimana dalam eksperimen tersebut memerlukan pengukuran
yang selalu mengandung ketidakpastian. Didalam setiap kegiatan laboratorium, mahasiswa melakukan
pengukuran dan harus menganalisis data mereka untuk membuat suatu kesimpulan.
Fisika merupakan mata pelajaran yang memerlukan pemahaman daripada penghafalan, tetapi
diletakkan pada pengertian dan pemahaman konsep yang dititik beratkan pada proses terbentuknya
pengetahuan melalui penemuan, penyajian data secara matematis dan berdasarkan aturan-aturan tertentu,
sehingga dalam mempelajarinya perlu aturan tertentu (Depdiknas, 2003:2).
Ilmu fisika merupakan ilmu yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui yaitu berkaitan dengan pengukuran. Pengukuran dalam fisika
adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya
harus distandarkan. Tujuan pengukuran yaitu untuk menegtahui kulaitas atau kuantitas suatu besaran
(Giancoli, 2013).
Menurut hasil penelitian Lubben et.al (2005) bahwa banyak siswa sekolah menengah dan
mahasiswa mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran secara benar dan memperkirakan secara
tepat tentang reliabilitas dan validitas hasil pengukurannya. Penelitian yang dilakukan Lubben et al. ini
memiliki dua tujuan pokok, pertama untuk menyelidiki pengaruh pedoman praktikum terhadap
pemahaman mahasiswa tentang pengukuran dan ketidakpastian dan kedua mengidentifikasi pola dari
alasan mahasiswa tentang pelaksanaan pengukuran dan pengukuran ketidakpastian.

Hasil penelitian Buffler et al. (2001) menunjukkan bahwa sebelum dilakukan kegiatan praktikum,
prosentase dari mahasiswa yang memberi alasan dari Point-Paradigm tentang pertanyaan pengumpulan
pengolahan data berada pada range 54%-77% dan menurun menjadi 13%-21% setelah kegiatan
praktikum. Ketika diminta untuk membandingkan dua kumpulan data dari masing-masing lima data
percobaan dengan rata-rata percobaan diketahui, tidak ditemukan mahasiswa yang menggunakan Point-
Paradigm dalam memberikan alasan, dan 98% mahasiswa memberi alasan gabungan antara Set Paradigm
dan Point Paradigm. Kebanyakan mahasiswa menjawab dengan membandingkan rata-rata kedua data
8
tersebut, dan mereka masuk dalam kategori gabungan (Set Paradigm dan Point Paradigm) karena mereka
menggunakan pemahaman rata-rata akan tetapi mereka tidak memberikan cukup bukti bahwa mereka
mempertimbangkan pengukuran lain. Para mahasiswa mampu menggunakan matematika berdasarkan
kategori Set Paradigm, tetapi pemahaman matematika tersebut tidak mampu mendukung alasan mereka
berdasarkan kategori pemahaman Set Paradigma.
Rahardjo dkk (2007) mengadakan penelitian tentang hubungan antara kemampuan psikomotor,
sikap ilmiah dan pemahaman konsep fisika pada mahasiswa yang mengikuti kegiatan praktikum fisika
dasar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa sikap ilmiah mahasiswa tergolong
rendah. Rendahnya sikap ilmiah mahasiswa ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya mata kuliah
praktikum oleh mahasiswa dianggap sebagai sesuatu yang terpaksa mereka lakukan karena tercantum
dalam daftar mata kuliah sehingga harus diambil, akibatnya praktikum dilakukan mahasiswa dengan
semangat ingin tahu yang minimum dengan tidak ada pengertian cukup tentang maksud dan tujuan kurang
dipersiapkan. Pengukuran dilakukan secara spontan, tanpa adanya kesadaran tentang apa yang sedang
terjadi. Hal ini berakibat pada timbulnya rasa bosan dan jemu, dan waktu yang digunakan di laboratorium
seolah-olah waktu yang terbuang.
Pada dasarnya, pengukuran merupakan salah satu aktivitas yang sangat penting dalam fisika, karena
dengan pengukuran kita dapat menentukan besaran-besaran fisika seperti panjang, massa, waktu, suhu,
dan sebagainya. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sesuai, seperti mistar,
timbangan, jam, termometer, dan sebagainya.
Paham terhadap pengukuran merupakan suatu hal yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, perlu untuk memahami mengenai pengukuran karena pengukuran dibutuhkan dalam
banyak hal. Praktikum “Pengukuran Dasar II” kali ini akan mengenalkan beberapa alat ukur dan cara
pengukuran terhadap suatu benda dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah untuk praktikum “ Dasar Pengukuran II” diantarannya:
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur terhadap pengukuran suatu objek?
2. Bagaimana cara menentukan angka penting dalam suatu data pengukuran?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kesalahan pada pengukuran ?

1.3 Pembatasan Masalah


Untuk mencapai tujuan penelitian ini, dilakukan pembatasan terhadap masalah-masalah yang
harus diselesaikan, adalah:
9
1. Alat ukur yang digunakan pada praktikum kali ini hanya neraca o’hauss, neraca digital,
thermometer, dan gelas ukur.
2. Pengukuran dilakukan dengan frekuensi 5 kali pengukuran untuk 1 objek benda pengukuran
3. Pengukuran terhadap Massa Benda, Volume Air, dan Suhu Air.

1.4 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum “ Dasar Pengukuran II “ adalah sebagai berikut :
1. Mampu menggunakan beberapa alat - alat ukur dasar (Jangka sorong dan mikrometer sekrup)
2. Mampu menentukan hasil dari pengukuran berulang
3. Memahami penggunaan angka penting pada hasil pengukuran

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran
Ilmu fisika dilandasi oleh pengukuran besaran. Dimana dasar pengukuran tersebut digunakan untuk
mengetahui jari-jari atom‚massa bumi‚ jarak bumi ke matahari‚ dan sebagainya dalam segala aspek
kehidupan. Terkait dengan pengukuran itu‚ berkembang juga alat ukur yang berarti juga berkembangnya
teknologi. Telah disebutkan bahwa pengukuran berarti membandingkan nilai besaran itu dengan satuan.
Satuan merupakan ukuran perbandingan yang telah disepakati (SI). Tujuan setiap orang ketika mengukur
adalah untuk medapatkan hasil berupa nilai ukur yang tepat. Namun‚ awal mulanya tujuan itu tidak pernah
benar dan tercapai‚ karena alat ukur yang digunakan dulu memiliki tingkat ketelitian yang terbatas. Hal
yang dapat dicapai adalah untuk memperoleh hasil ukur yang boleh jadi benar (Priyambodo, 2009).
Pengukuran dan besaran merupakan suatu hal yang sifatnya sangat mendasar. Kegiatan mengukur
merupakan suatu syarat atau hal yang sangat penting dilakukan dalam mempelajari fenomena-fenomena
yang terjadi. Di ala mini memiliki beberapa hal yang berpengaruh pada sifat-sifat fisis dalam fenomena
berkembang dengan adanya penemuan-penemuan baru. Di dalam penemuan-penemuan itu terdapat dasar
yaitu pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan
sebagai patokan (Suyadi, 2011).
Pengolahan data dan perbandingan data, mutlak membutuhkan pengetahuan tentang prinsip
pengukuran dan pengetahuan tentang analisis ketidakpastian. Pengukuran yang berhubungan dengan
10
ketidakpastian sangat penting dalam pengetahuan empiris dan menjadi salah satu komponen yang paling
mendasar dan penting dalam pendidikan ilmu pengetahuan alam (Duggan dan Gott 2002).
Pengukuran adalah suatu teknik dalam meningkatkan suatu bilangan pada suatu sifat fisi dengan
membandingkannya dengan suatu besaran standar. Biasanya di lakukan di laboratorium di sederhanakan
berupa pengukuran jarak. Dengan suatu pengukuran harus berhati-hati agar hanya menghasilkan
gangguan seminimal mungkin terhadap system yang diamati. Selain itu dapat diamati dengan
experimental ( Alonso,2022 : 24).
Suatu pengukuran selalu di sertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab ketdak pastian adalah
adanya nilai skala terkecil (NST). Kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya
gesekan, kesalahan pralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan alat lingkungan yang mempengaruhi
serta keterampilan pengamat sehingga sngat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya. Dalam fisika
pengukuran merupakan suatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui
pengukuran.
Pengukuran yang sangat teliti sangat di butuhkan dalam fisika agar peristiwa yang akan terjadi dapat
di prediksi dengan kuat, namun ketika pada saat kita mengukur suatu besaran fisis menggunakan
instrument. Tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai xo melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
Pengukuran di lalukan menggunakan alat yang pasti meliliki nilai skala terkecil (NST). Untuk
mendapatkan suatu tujuan tertentu. Pengamatan suatu gejala secara tidak lengkap apabila tidak ada data
didpatkan dari hasil pengamatan. Kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan
pengukuran suatu besaran yang belum di ketahui dengan nilai standarnya (Bahtiar, 2010 : 12).
Suatu pengukuran selalu diserati oleh ketidakpastian, yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran.
Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
paralaks maupun dalam proses perhitungan pengukurannya. Dengan demikian amat sulit untuk
mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Beberapa panduan bagaimana cara
memeroleh hasil pengukuran seteliti mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan ketidakpastian
yang menyertainya (Burhanuddin, 2011).
Kesalahan bersistem ini berasal dari peralatan yang digunakan meliputi kesalahankalibrasi;
kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuatsehingga tiap kali alat itu digunakan,
ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran; titik nol jarum penunjuk alat ukur; kesalahan
komponen alat yangsering terjadi pada pegas; atau mungkin kesalahan yang timbul akibat gesekan pada
bagian-bagian alat yang bergerak (Lia, 2013).

11
Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara lain yang diukur dan
nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor itu dibagi menjadi 2 garis besar,
yaitu kesalahan bersistem dan kesalahan acak.(Sufyan, 2012)
Deardroff dan Fairbrother (2001) menyatakan bahwa pengetahuan tentang ketidakpastian secara
lebih luas dapat dikategorikan sebagai berikut:
A. Semua pengukuran selalu berhubungan dengan ketidakpastian, yang seharusnya dapat diukur dan
dilaporkan.
B. Hasil perhitungan yang berhubungan dengan ketidakpastian berdasarkan pada ketidakpastian
berpengaruh terhadap nilai variabel terikat eksperimen tersebut.
C. Desain eksperimen dan ketrampilan dalam melaksanakan percobaan berpengaruh luas terhadap
adanya ketidakpastian dalam suatu pengukuran.
D. Tidaklah mungkin secara ilmiah membandingkan hasil dan menarik kesimpulan dari suatu
eksperimen tanpa melibatkan ketidakpastiannya.
Berdasarkan uraian Deardroff dan Fairbrother tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
ketidakpastian sangat penting dalam menunjang kegiatan laboratorium. Banyak orang menganggap
bahwa pengetahuan tentang pengukuran adalah hal sepele dan tidak penting. Hal ini dapat diketahui
dengan sedikitnya penelitian yang mengkaji masalah pengukuran dan ketidakpastian pengukuran.
Penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya berfokus pada identifikasi kesulitan mahasiswa dan
tes pemahaman mahasiswa tentang pengukuran. Salah satu dari hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa mahasiswa secara spontan jarang melakukan ujicoba berulang kecuali mereka
menemui adanya keganjilan dalam melakukan pengukuran pertama kalinya (Sere, Journeux & Larcher,
1993).

2.2 Alat Ukur


Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibuthkan dengan namanya alat ukur,
dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan data hasil pengukuran. Faktor lain selain alat
ukur untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
proses pengukuran, antara lain benda yang diukur, proses dalam pengukuran, kondisi suatu lingkungan
dan orang yang melakukan pengukuran. Alat-alat pengukuran tersebut antara lain (Hikam, Sutarna.2005).
Pentingnya besaran dalam pengukuran‚ maka dilakukan suatu kegiatan praktikum untuk lebih
memahami dasar-dasar dalam pengukuran. Dalam melakukan pengukuran‚ seseorang di tuntut untuk
memiliki sifat ilmiah. Seperti mengikuti aturan-aturan yang berhubungan atau berkaitan dengan
pengukuran suatu variabel fisis. Dan ada beberapa faktor yang harus diper hatikan dalm pengukuran yaitu
12
metode pengukuran‚ keadaan lingkungan‚ kondisi alat‚ sampai analisa data hasil pengukuran serta
simpulan dari hasil pengukuran (Wibowo, 2012).
Pengukuran merupakan kegiatan yang membandingkan besaran yang diukur dengan alat ukur
sebagai satuannya. Percobaan yang dilakukan pada praktikum pengukuran yaitu pengukuran
menggunakan alat ukur mulai dari mengukur panjang benda, diameter benda, kedalaman benda, suhu,
hingga mengukur arus dan tegangan listrik. Ketika melakukan pengukuran tidak terlepas dari besaran dan
satuan. Selain itu, pengukuran dalam praktikum untuk mendapatkan data dapat dilakukan secara tunggal
ataupun berulang.
1. Neraca O’hauss
Pengukuran massa pada umumnya dilakukan dengan menggunakan neraca. Ada beberapa jenis
neraca, antara lain neraca Ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca
badan, dan neraca elektronik. Salah satu jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium adalah
neraca lengan. Neraca ini mempunyai bagianbagian penting, antara lain tempat beban, skala yang
disertai beban geser, sistem pengatur khusus dan penunjuk. Ada dua jenis neraca Ohauss, yaitu neraca
dua lengan yang mempunyai batas ketelitian 0,01 g dengan batas mengukur massa 310 g sehingga
disebut neraca Ohauss-310 dan neraca tiga lengan yang mempunyai batas ketelitian 0,1 g dengan batas
mengukur massa 2,610 kg dan disebut neraca Ohauss-2610. Kedua jenis neraca Ohauss ini sering
digunakan di laboratorium.
Neraca ohaus adalah neraca yang diperkenalkan oleh Gustav Ohaus yang merupakan seorang
ilmuwan asal New Jersey, Amerika Serikat. Ilmuwan kelahiran 30 Agustus 1888 ini mempublikasikan
Ohaus Harvard Trip Balance pada tahun 1912 yang kemudian dikenal dengan neraca ohaus tersebut.
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam. Kapasitas beban yang ditimbang dengan
menggunakan neraca ini adalah 311 gram dengan batas ketelitian 0,1 gram. Prinsip kerja neraca ini
adalah dengan membandingkan antara massa bahan yang ditimbang dengan anak timbangan yang
terukur. Neraca ohaus memiliki spesifikasi lagi seperti neraca ohaus dua lengan dan neraca ohaus tiga
lengan. Pada neraca ohaus dua lengan terdapat dua lengan yang memiliki piringan neraca, pada lengan
satu untuk meletakkan bahan yang akan ditimbang dan lengan lainnya untuk wadah anak timbangan.
Sedangkan neraca ohaus tiga lengan adalah neraca yang hanya memiliki satu cawan sebagai tempat
bahan dan 3 lengan sebagai penunjuk skala (Putra, 2014).
Neraca Ohaous merupakan salah satu alat ukur panjang. Pada umumnya neraca chaous digunakan
untuk mengukur massa benda logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban neraca ohaous
sebesar 311 gram dengan batas ketelitian 0.1 gram. Neraca ohaous sangat praktis karena proses
pengukurannya cepat dan akurat. Neraca berlengan tiga: a)Lengan depan memiliki skala 0-10 gr. dengan
13
setiap skala bernilai 1 gr. b)Lengan tengah berskala mulai 0-500 gr. tiap skala sebesar 100 gr. c)Lengan
belakang dengan skala bernilai 10-100 gr, tiap skala 10 gr(Serway.2009:14).

Gambar 2. 1 Neraca O’hauss


2. Thermometer
Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu atau temperature. Istilah
thermometer berasal dari bahasa yunani yaitu termos yang berarti panas dan metro yang berarti ukuran.
Termometer menggunakan zat yang mudah berubah sifat akibat 7 perubahan suhu (sifat termometrik
benda). Raksa (Hg) dan Alkohol mudah memuai akibat perubahan suhu, sifat termometrik inilah
yang dipakai pada termometer zat cair.

Gambar 2. 2 Thermometer

Pengertian temperatur udara adalah panas atau dinginnya suatu udara. Perubahan temperatur
udara disebabkan oleh adanya kombinasi kerja antara udara, perbedaan kecepatan proses pendingin &
pemanasan suatu daerah dan jumlah kadar air & permukaan bumi. Alat untuk mengukur udara ini
adalah thermometer. Wirastuti dkk (2008)
1. Gelas Ukur
Gelas ukur salah satu peralatan laboratorium yang berfungsi untuk mengukur cairan dengan
berbagai volume. Alat ini terbuat dari kaca maupun polimer plastic berbentuk silinder dan setiap garis
pada alat tersebut merupakan penanda yang mewakili jumlah volume cairan yang terukur. Gelas ukur
ini memilik akurasi lebih baik dibandingkan gelas kimia maupun labu Erlenmeyer. Pembacaan volume
14
dengan akuran harus dilakukan dengan mata sejajar tabung dan pembacaan pada meniskus bawah
cairan.

Gambar 2. 3 Gelas Ukur

2. Neraca Digital
Neraca digital merupakan alat yang sering ada dalam laboratorium yang digunakanuntuk
menimbang bahan yang akan digunakan. Neraca digital berfungsi untukmembantu mengukur berat serta
cara kalkulasi fecare otomatis harganya denganharga dasar satuan banyak kurang. Cara kerja neraca
digital hanya bisamengeluarkan label, ada juga yang hanya timbul ditampilkan layar LCDnya
(Mansur,2010).

Gambar 2. 4 Neraca Digital


Kita mengenal neraca digital sebagai alat ukur untuk satuan berat. Dibandingkandengan neraca
jaman dulu yang masih menggunakan neraca analog atau manual,neraca digital memiliki fungsi lebih
sebagai alat ukur, diantaranya neraca digital lebihakurat, presisi, akuntable (bisa menyimpan hasil dari
setiap penimbangan)(Timbangandigital, 2008).
Adapun neraca yang sering digunakan dalam laboratorium yaituneraca teknis, ohaus, dan
analitik. Pada pembahasan kali ini akanmembahas neraca analitik. Neraca analitik digital
berfungsi untukmembantu mengukur berat serta kalkulasi otomatis. Neraca digitalatau neraca
elektronik lebih canggih dibandingkan dengan neracatradisional. Neraca digital memiliki
fungsi sebagai alat ukur yanglebih akurat, presisi, akuntable yang dapat menyimpan hasil
darisetiap penimbangan(Pradhika 2008).
Jenis neraca analitik digital mempunyai ketelitian yang sangat tinggi hingga empat
angka dibelakang koma. Cara kerja neraca analitikdigital hanya dapatmengeluarkan label,
15
ada juga yang hanyatimbul ditampilkan dilayarLCD-nya. Karena mempunyai ketelitianyang sangat
tinggi makaumumnya neraca analitik digital dilengkapi dengan penutup. Padaketiga sisi
penutupnya terbuat dari kaca. Sehingga lengan beban dapatdilihat dari luar. Pada bagian penutup di sisi
kaca kanan dan kiri dapatdi geser untuk pintu memasukkan dan mengeluarkan sampel yangakan
di timbang (Khamidinal, 2016)

3. Angka Penting
Angka penting adalah sejumlah angka yang dipercaya menjadi angka hasil pengukuran. Hal ini
mencakup semua angka, termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Perolehan angka penting
disesuaikan dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Misalnya menggunakan jangka sorong,
mikrometer sekrup, mistar, rol meter, neraca atau timbangan, stopwatch, dan lain-lain.angka penting
terdiri dari dua komposisi utama, yakni angka pasti dan angka taksiran. Cara menghitungnya pun mudah,
yakni dengan menyesuaikan keterangan hasil pengukuran yang tertera dalam sebuah alat ukur. Misalnya,
tebal buku dihitung menggunakan mikrometer sekrup adalah 2,91 cm, maka buku tersebut memiliki 3
angka penting, yaitu 2, 9, dan 1. Pada pengukuran tersebut, angka 2 adalah angka pasti yang jelas terdapat
pada skala. Sementara angka 91 adalah angka taksir yang didapatkan dari hasil perkiraan. Angka
perkiraan selalu berada pada posisi terakhir dan diberi tanda khusus seperti garis bawah atau dicetak tebal.
Sementara di belakang angka perkiraan bukan termasuk angka penting lagi dan dianggap tidak
mempunyai arti. (Artoto Arkundato. 2012)

Penulisan angka hasil pengukuran dalam fsika memiliki istilah yang disebut angka penting atau angka
berarti yang didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain kondisi pengukuran atau eksperimental,
operasi matematika, dan kepraktisan. setiap alat ukur pada umumnya senantiasa memiliki skala terkecil
dari daerah pengukurannya (Suparno, 2013).

Angka penting merupakan angka hasil dari pengukuran yang terdiri dari angka pastidan angka tafsiran.
Angka pasti diperoleh dari perhitungan menggunakan alat ukur, sedangkan angka tafsiran diperoleh dari
perhitungan skala alat ukur. Angka tafsiran berada di angka terakhir setelah angka penting. Contoh 17,6.
Angka pasti yakni pada angka 1 dan 7, sedangkan angka 6 yakni angka taksiran. Adapun aturan-aturan
angka penting yakni:

a) Semua angka yang bukan “nol” adalah angka penting


Contoh : 156,7 memiliki 4 angka penting

16
b) Angka nol yang yang diapit angka bukan nol termasuk angka penting Contoh : 77,005 memiliki 5
angka penting
c) Pada bilangan desimal yang kurang dari satu, angka nol yang terletak
didepan angka bukan nol termasuk angka penting
Contoh : 0,0670 memiliki 3 angka penting
d) Pada bilangan desimal yang nilainya kurang dari satu, maka angka nol yang terletak di depan angka
bukan nol, bukan termasuk angka penting
Contoh : 0,004 memiliki 1 angka penting
e) Bilangan puluhan, ratusan, ribuan serta seterusnya yang memiliki angka nol harus ditulis dengan
notasi ilmiah
Contoh : 45000 ditulis menjadi 4,5 x104,memiliki 2 angka penting

17
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang ada pada laporan praktikum kali ini dengan metode eksperimen yang
dilakukan di laboratorium Universitas Buana Perjuangan Karawang. Penelitian ini dimulai dengan
menyiapkan benda padat dan cair yang akan diukur . Untuk itu diperlukan analisis data pengukuran dan
analisis data hasil pengukuran.

3.2 Pengolahan Data


Adapun pengolahan data yang digunakan yaitu mulai dari alat dan bahan,p rosedur kerja, dan hasil
dari pengamatan.
3.2.1 Alat Dan Bahan

1. Alat
Tabel 3.1 Alat Praktikum

no Nama alat jumlah


1 Neraca O’hauss 1
2 Gelas ukur 1
3 Thermometer 1
4 Timbangan digital 1

2. Bahan
Tabel 3.2 Bahan Praktikum
No Nama bahan Jumlah
1 Air 20,5 ml
2 Tip x 1
3 Jam tangan 1
4 Koin 1

3.2.2 Prosedur kerja


Adapun prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah, memakai 3 alat, yaitu yang
pertama neraca o’hauss, gelas ukur dan termometer.

18
1. Menggunakan Neraca O’Hauss
Tabel 3.3 Pengukuran Menggunakan Neraca O’Hauss
No. Cara Kerja Pengamatan
1 Benda yang diukur antara
lain:
Tipe-X,Jam tangan,dan
koin.

Ukur massa dari benda yang berbeda.


2 Masing-masing dari
benda yang sudah diukur,
kembali diukur sebanyak
5x.
Kelompok kami
mendapatkan pengukuran
Lakukanlah pengukuran berulang.
pada jam tangan dan hasil
pengukuran adalah
sebagai berikut
Pengukuran 1 : 101.8 g
Pengukuran 2 : 101.4 g
Pengukuran 3 : 104.8 g
Pengukuran 4 : 102.8 g
Pengukuran 5 : 104.8 g

19
2. Menggunakan gelas ukur
Tabel 3.4 Pengukuran Mengguanakan Gelas Ukur
No. Cara Kerja Pengamatan
1 Gelas ukur diambil
dengan hati-hati supaya
tidak pecah.

Ambil gelas ukur.


2 Didapati hasil
pengukuran massa dari
gelas ukur yang
dilakukan secara
berulang 5x adalah
Timbang massa dari gelas ukur. sebagai berikut :
Pengukuran 1 : 36.4 g
Pengukuran 2 ; 36.4 g
Pengukuran 3 : 36.4 g
Pengukuran 4 : 36.4 g
Pengukuran 5 : 36.4 g
3 Batas maksimum gelas
ukur yang digunakan saat
praktikum yaitu 25 mL
dan batas minim- umnya
yaitu 1 mL.

Amati batas maksimum dan minimum


dari gelas ukur.

20
4 Masukkan air kedalam
gelas ukur dengan hati-
hati supaya tidak tumpah.

Masukkan air kedalam gelas ukur.


5 Skala air yang digunakan
dalam praktikum yaitu
sebesar 20,5 mL.

Baca skala yang terukur.


6 Didapati massa dari
penguku- ran gelas ukur
ukur yang berisi air 20,5
mL sebanyak 5x adalah
sebagai berikut
Timbang massa gelas ukur yang berisi Pengukuran 1 : 56.2 g
air.
Pengukuran 2 : 56.3 g
Pengukuran 3 : 56.2 g
Pengukuran 4 : 56.2 g
Pengukuran 5 : 56.3 g

3. Menggunakan thermometer
Tabel 3.5 Pengkuran Menggunakan Thermometer
No. Cara Kerja Pengamatan
1 Ambil termometer dari
wadah nya dengan hati-
hati.
Ambil sebuah termometer.
Batas ukur dari
termometer yang

21
digunakan saat praktikum
yaitu 110°C.

2 Skala terkecil dari


termometer yang

Skala terkecil termometer. digunakan saat praktikum


yaitu 0°C.
3 Ketelitian yang dimiliki
oleh termometer yang

Ketelitian pengukuran. digunakan saat praktikum


yaitu 1°C.
4 Fungsi tali pada
termometer yaitu untuk

Fungsi tali pada termometer pegangan ketika


termometer digunakan
untuk mengukur suhu.
5 Hasil pengukuran suhu
dari air yang berada di
gelas ukur yang
dilakukan sebanyak 5x :
Pengukuran 1 : 20 ℃
Masukkan air kedalam gelas ukur, lalu Pengukuran 2 : 20 ℃
ukur suhunya mengguanakan
Pengukuran 3 : 20 ℃
termometer.
Pengukuran 4 : 20 ℃
Pengukuran 5 : 20 ℃

3.3 Hasil Pengamatan


Hasil yang diperoleh dari praktikum pengukuran dasar antara lain sebagai berikut.

22
3.3.1 Pengolahan Data Neraca O’hauss

Tabel dibawah merupakan hasil pengolahan data dari 3 benda yang diukur
menggunakan neraca o’hauss

Tabel 3.6 Pengolahan data massa Jam Tangan

Pengukuran le Massa Masa


(gr) (kg)
1 101.8 0.102
2 101.4 0.101
3 104.8 0.102
4 104.8 0.102
5 104.8 0.102

∑𝟓 508.6 0.509

1. Mengubah dari gr menjadi kg (jam tangan)

Berikut merupakan langkah – langkah pengolahan data massa jam tangan.Mengguakan rumus
:

a. Pengukuran 1
!"!.$
Kg = !"""

Kg = 0.102

b. Pengukuran 2
!"!.%
Kg = !"""

Kg = 0.101

c. Pengukuran 3
!"!.$
Kg = !"""

Kg = 0.102

23
d. Pengukuran 4
!"!.$
Kg = !"""

Kg = 0.102

e. Pengukuran 5
!"!.$
Kg = !"""

Kg = 0.102

Tabel 3.7 Pengolahan data massa penghapus

Pengukuran le Massa Masa


(gr) (kg)
1 19.05 0.019
2 21.33 0.021
3 21.35 0.021
4 19.06 0.019
5 19.02 0.019

∑𝟓 99.81 0.099

2. Mengubah dari gr menjadi kg (penghapus)

Berikut merupakan langkah – langkah pengolahan data massa penghapus.Mengguakan rumus :

a. Pengukuran 1
!'."(
Kg = !"""

Kg = 0.019

b. Pengukuran 2
)!.**
Kg = !"""

Kg = 0.021

24
c. Pengukuran 3
)!.*(
Kg = !"""

Kg = 0.021

d. Pengukuran 4
!'."+
Kg = !"""

Kg = 0.019

e. Pengukuran 5
)*."(
Kg = !"""

Kg = 0.023

Tabel 3.8 Pengolahan data massa Tipe-X

Pengukuran le Massa Masa


(gr) (kg)
1 23.04 0.023
2 23.06 0.023
3 23.9 0.024
4 23.05 0.023
5 23.05 0.023

∑𝟓 116.06 0.116

3. Mengubah dari gr menjadi kg (Tipe-X)

Berikut merupakan langkah – langkah pengolahan data massa Tipe-X.Mengguakan rumus :

a. Pengukuran 1
)*."%
Kg = !"""

Kg = 0.023

25
b. Pengukuran 2
)*."+
Kg = !"""

Kg = 0.023

c. Pengukuran 3
)*.'
Kg = !"""

Kg = 0.023

d. Pengukuran 4
)*."(
Kg = !"""

Kg = 0.023

e. Pengukuran 5
)*."(
Kg = !"""

Kg = 0.023

3.3.2 Pengolahan Data Gelas Ukur

Tabel dibawah merupakan hasil pengolahan data dari volume air yang
dimasukan ke gelas ukur dan diukur massanya dengan menggunakan timbangan
digital.

Tabel 3.9 Pengolahan Data Air Dan Gelas Ukur

Pengukuran ke Massa kosong Massa Massa Volume Masa


gelas ukur air gelas total air jenis
(gr) ukur (gr) (ml) (ml/gr)
(gr)
1 36.4 56.2 92.6 20.5 4.517
2 36.4 56.3 59.94 20.5 2.924
3 36.4 56.2 92.6 20.5 4.517

26
4 36.4 56.2 92.6 20.5 4.517
5 36.4 56.3 59.94 20.5 2.924

∑𝟓 182 251.2 397.68 102.5 19.399

Pengolahan data:
1. Perhitungan massa total (gr)
Massa total didapatkan dengan menambahkan massa gelas kosong dan
massa air gelas ukur. Berikut merupakan langkah – langkah menghitung massa
total. Menggunakan rumus:

𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚𝑘 + 𝑚𝑎

a. Pengukuran 1
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 36.4 + 56.2
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 92.6 gr

b. Pengukuran 2
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3.64 + 56.3
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 59.94 gr

c. Pengukuran 3
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 36.4 + 56.2
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 92.6 gr

d. Pengukuran 4
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 36.4 + 56.2
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 92.6 gr

e. Pengukuran 5
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 36.4 + 56.3
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 59.94 gr

27
BAB IV
ANALISA

Praktikum fisika dasar kali ini berjudul “Dasar Pengukuran 2” yang bertujuan
agar praktikan mampu menggunakan beberapa alat pengukur dasar seperti neraca
ohaus,neraca digital,gelas ukur,thermometer mampu menentukan hasil pengukuran
berulang, dan memahami penggunaan angka penting pada hasil pengukuran.
Adapun objek yang diukur dalam praktikum ini, yaitu gelas ukur,tipex,penghapus.
Penentuan hasil pengukuran ditulis dengan ketelitian tiga angka dibelakang
koma. Nilai yang memiliki lebih dari tiga angka dibelakang koma akan di bulatkan
sesuai dengan aturan angka penting. Dari pengukuran bahan diatas akan dicari nilai
simpangan bakunya. Rumus dari simpangan baku adalah berikut :

Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. Satuan
SI-nya adalah kilogram (kg). Sedangkan berat adalah besarnya gaya yang dialmi
benda akibat gaya tarik bumi pada benda tersebut. Satuan SI-nya Newton (N).
Untuk mengukur massa benda dapat digunakan neraca atau timbangan.
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.
Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca
Ohauss, neraca lengan gantung, dan neraca digital. Neraca Analitis Dua Lengan
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda, misalnya emas, batu, kristal
benda, dan lain-lain. Batas ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu 0,1 gram.
Neraca Ohauss ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan
neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.
Neraca Lengan Gantung Neraca ini berguna untuk menentukan massa benda,
yang cara kerjanya dengan menggeser beban pemberat di sepanjang batang.

28
Neraca Digital Neraca diigital (neraca elektronik) di dalam penggunaanya
sangat praktis, karena besar massa benda yang diukur langsung ditunjuk dan terbaca
pada layarnya.Ketelitian neraca digital ini sampai dengan 0,001 gram.
Praktikum ini menggunakan neraca ohauss dengan batas ketelitian 0,01 gram,
kami melakukan pengukuran massa dengan bahan tip-x sebanyak 5 kali
pengukuran. Pengukuran pertama dengan hasil 14,90 gram, pengukuran kedua
dengan hasil 17,20 gram, pengukuran ketiga dengan hasil 16,80 gram, pengukuran
keempat dengan hasil 15,60 gram dan pengukuran kelima dengan hasil 16,70 gram,
hasil nilai rata-ratanya 81,20. Jadi pengukuran yang kami lakukan ini tidak sama
hasilnya, mungkin terjadi kesalahan karna kurangnya ketelitian pada saat
pengukuran.
Pada saat menggunakan alat pengukuran timbangan digital mencari massa,
tip-x air.Pada pengukuran tipx air menggunakan alat ukur timbangan digital
sebanyak 5 kali pengukuran, pengukuran pertama mendapatkan hasil 20,10 gram,
pengukuran kedua mendapatkan hasil 20gram, pengukuran ketiga mendapatkan
hasil 20,1gram, pengukuran keempat mendapatkan hasil 20gram dan kelima
mendapatkan hasil pengukuran 20,1gram, hasil nilai rata-ratanya 100,3 gram. Jadi
pengukuran yang kami lakukan ini tidak sama hasilnya, mungkin terjadi kesalahan
karna kurangnya ketelitian pada saat pengukuran.
Pengukuran massa pada jam tangan menggunakan alat ukur timbangan
digital, dan dilakukan sebanyak 5 kali pengukuran secara berulang. Pengukuran
pertama mendapatkan hasil pengukuram 55,80 gram, pengukuran kedua
mendapatkan hasil pengukuran 55,80 gram, pengukuran ketiga mendapatkan hasil
pengukuran 55,90 gram, pengukuran keempat mendapatkan hasil 55,80 gram, dan
kelima mendapatkan hasil pengukurannya 55,90 gram. Karena hasil
pengukurannya berbeda sehingga mendapat nilai rata-ratanya 279,20 gram dan
pastinya pada saat praktikum kami ini ada kesalahan dan kurangnya ketelitian pada
saat praktikum.
Menggunakan alat ukur timbangan digital mencari massa pada gelas ukur
kosong dan gelas ukur berisi air 19,5ml, mencari volume air dari hasil massa gelas
ukur berisi air dikurang hasil massa gelas kosong, dan mencari suatu massa jenisnya
dengan rumus massa total dibagi volume.

29
Pada pengukuran gelas ukur kosong pertama mendapatkan hasil 37,20 gram,
pengukuran kedua mendapatkan hasil 37,10 gram, pengukuran ketiga mendapatkan
hasil 37,20 gram, pengukuran keempat mendapatkan hasil 37,40 gram, pengukuran
kelima mendapatkan hasil 37,30 gram. Karena hasil pengukuran tersebut sangat
jauh selisih perbedaannya mungkin saat kami praktikum terjadinya kesalahan dan
kurangnya ketelitian.
Pada pengukuran gelas ukur berisi air 12 ml pertama mendapatkan hasil
47,90 gram, pengukuran kedua mendapatkan hasil 47,70 gram, pengukuran ketiga
mendapatkan hasil 47,50 gram, pengukuran keempat mendapatkan hasil 47,70
gram, dan yang kelima mendapatkan hasil 47,60 gram. Karena hasil pengukuran
tersebut sangat jauh selisih perbedaannya mungkin saat kami praktikum terjadinya
kesalahan dan kurangnya ketelitian.
Dari hasil pengurangan massa gelas ukur berisi air 12ml dan gelas ukur
kosong sehingga mendapatkan suatu volumenya juga pasti berbeda yang dimana
awalnya volume air dilakukan 12ml tetapi pengukuran pertama mendapatkan hasil
10,70 ml, pengukuran kedua mendapatkan hasil 10,60 ml, pengukuran ketiga
mendapatkan hasil 10,30 ml, pengukuran keempat mendapatkan hasil 10,,30 ml,
pengukuran kelima mendapatkan hasil 10,30 ml. Karena hasil pengukuran 3 sampai
5 konstan mungkin adanya terjadi kurangnya memasukkan air kedalam gelas ukur
atau terjadinya kurangnya ketelitian saat kami praktikum.
Massa jenisnya pengukuran pertama mendapatkan hasil 7,953 gram,
pengukuran kedua mendapatkan hasil 8gram, pengukuran ketiga mendapatkan hasil
8,223 gram, pengukuran keempat mendapatkan hasil 8,262 gram, dan pengukuran
kelima mendapatkan hasil 8,243 gram dengan nilai rata-ratanya mendapatkan
40,681 gram.
Pengukuran suhu menggunakan alat ukur termometer dengan batas ketelitian 1°C.
Pengukuran tersebut menggunakan bahan air 19,5 ml dan dilakukan pengukuran
sebanyak 5 kali secara berulang. Pengukuran pertama mendapatakan hasil 22,5°C,
pengukuran kedua mendapatkan hasil 22,5°C, pengukuran ketiga mendapatkan
hasil 22°C, pengukuran keempat mendapatkan hasil 22°C dan pengukuran kelima
mendapatkan hasil 21°C.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum dasar pengukuran 2 ini dapat ditarik kesimpulan


1. Praktikan sudah mampu menggunakan alat ukur dasar pengukuran
2, namun beberapa praktikan masih bingung atau saat
pengkalibrasian pratikan tidak melakukannya dengan benar dan
teliti seperti pengkalibrasian pada alat ukurnecara o’hauss.

2. Praktikan Sudah lebih memahami penggunaan angka penting pada


hasil perhitungan. Hasil perhitungan didapatkan dari pengolahan
data yang dilakukan setelah pengambilan data saat praktikum.

3. Dalam melaksanakan praktikum, praktikan sudah mampu


meminimalisir ketidakakuratan saat dilakukannya pengukuran,
namun ada beberapa praktikan yang masih kurang teliti dan
pengambilan data kurang akurat.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum dasar pengukuran 2 ini praktikan harus


lebih teliti lagidalam melakukan pengukuran untuk meminimalisir
ketidakakuratan dan saat melakukan praktikum praktikan
disarankan lebih fokus pada pengukuran tersebut serta pada cara
mengamati objek yang diukur.

31
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh,M. (2016) Fisika Dasar 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Alonso,Kone. 2022. Fisika Dasar Universitas Mataram : Duta Pustaka Ilmu
Bahtiar,2010 Fisika Dasar 1, Jakarta : Erlangga.
Burhanuddin, M. 2011. Dasar Pengukuran Ketidakpastian. Jakarta, PT Gramedi.
Campbell, B., Lubben, F., Buffler, A., & Allie, S. (2005). Teaching Scientific
Measurement at University: Understanding Students’ Ideas and
Laboratory Curriculum Reform, Monograph of the African Journal of
Research in Mathematics, Science and Mathematics Education.Kloof,
South Africa: SAARMSTE.
Claude, Jean., dan Archambault ariane. 2011. The Visual Dictionary With
Definitions. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Deardorff, D. L. (2001). Introductory physics students’ treatment of measurement
uncertainty, unpublished doctoral dissertation, North Carolina State
University.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. Jakarta : Balitbang
Depdiknas
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga

Got dan Duggan R. (2002). What sort of science education do we really need?
International Journal of Science Education, 24(7), 661- 679.
Hikam,Sutarna. 2005. Fisika Dasar Untuk Sain dan Teknik. Jakarta : Erlangga
Hasna. 2011 Alat Ukur Teknik. Jakarta : Erlangga
Ishaq. 2007. Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu
Lia. 2013, pengukuran mekanik dan ketidakpastian. Jakarta. PT Raja Grafindo.

32
Lubben, F., Campbell B., Buffler, A. and Allie, S. (2001) Point And Set Reasoning
In Practical Science Measurement By Entering University Freshman.
Science Education, 85 (4), 311-327.
Marton,L. & Marton,C. (1980) Advances In electronics And Electron Physics
vol.51. Washington.D.C: Academic Press.
Priyambodo. 2009. Fisika Dasar: Untuk Mahasiswa Ilmu Komputer dan
Informatika Mataram: CV. Andi Offset Jurnal Biologi Indonesia
Séré, M. G., Journeaux, R. &Larcher, C. (1993).Learning the Statistical Analysis
of Measurement Errors. International Journal of Science Education, 15(4),
427-438.
Sufyan. 2012. Intisari Praktikum Fisika Dasar. Jakarta. Erlangga
Suyadi. 2011. Deforestation in Bukit Barisan Selatan National Park.
Sumatera,Indonesia
Tippler, Paul A. 1998. Fisika untuk sain dan Teknologi Edisi 3 jilid 1.Jakarta :
Erlangga
Wibowo. 2012. Materi Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers

33
LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengukuran Masssa Menggunakan Neraca O’hauss

34
Lampiran 2 Pengukuran Suhu air menggunakan Thermometer

35
Lampiran 3 Pengamatan Pengukuran Volume Air Dan Massa Benda

Lampiran 4 Pengambilan Dokumentasi Foto Bersama Saat Praktikum

36
37
38

Anda mungkin juga menyukai