Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA FAKULTAS HUKUM

-------------------------------------------------------------------------- EVALUASI TENGAH


SEMESTER GENAP 2021/2022 MATA KULIAH : ETIKA PROFESI HUKUM / B HARI,
TANGGAL : SELASA, 26 APRIL 2022 WAKTU : 45 MENIT (Pk 12.00-12.45 wib) DOSEN :
DR. ERNY HERLIN SETYORINI, SH., MH
_______________________________________________________________________
PERTANYAAN :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan etika, serta berikan contoh pelaksanaan dari etika tersebut
dalam profesi hukum
2. Apakah antara profesi dengan pekerjaan itu sama ? Jelaskan dan berilah contohnya !
3. Menurut Plato bahwa hukum adalah jaring laba-laba yang hanya mampu menjerat yang lemah
tetapi akan robek jika menjerat yang kaya dan kuat (laws are spider webs, they hold the weak
and delicated who are caught in their meshes but are torn in pieces by the rich and powerful).
Bagaimana pendapat saudara dengan teori tersebut jika dikaitkan dengan realitas penegakan
hukum di Indonesia ?
4. Theo Huijbers menyatakan bahwa martabat manusia itu menunjukkan bahwa manusia itu
sebagai makhluk yang istimewa yang tiada bandingannya di dunia. Namun dalam kenyataannya
manusia menyimpang dari dimensi budaya tersebut sehingga perilaku yang di tunjukannya justru
melanggar nilai moral dan nilai kebenaran yang seharusnya dia junjung tinggi. Demikian juga
yang terjadi dengan pemegang profesi hukum. Jelaskan bagaimana pandangan Saudara mengapa
banyak terjadi pelanggaran nilai moral dan nilai kebenaran oleh pemegang profesi hukum ?
5. Ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh hakim yang dilambangkan menjadi panca darma
hakim, yaitu : sifat kartika, sifat cakra, candra, sari, dan tirta. Jelaskan arti dan maksud beberapa
sifat (panca darma) di atas ! Selamat Mengerjakan Semoga Sukses
JAWABAN :
1. Seperti yang kita ketahui bersama Etika merupakan konsepsi tentang baik atau buruknya
seseorang, etika merupakan ide-ide, cita-cita tentang dambaan kebaikan perbuatan atau perilaku
manusia. Etika senantiasa memberikan contoh yang baik, sementara moral selalu memberi
penilaian terhadap pelaksanaan dari contoh-contoh yang di berikan oleh etika. Salah satu aspek
yang disoroti etika dan moral berkenan dengan perilaku perbuatan seseorang adalah pada bidang
kerja atau keahlian yang di sebut profesi, dikarenakan profesi sebagai suatu pekerjaan tentang
keahlian teori dan teknis yang berstandar pada suatu kejujuran dan keadilan. kode etik profesi
merupakan norma yang di tetapkan dan di terima oleh sekelompok profesi yang mengarahkan
atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana membuat dan sekaligus menjamin mutu
profesi itu di mata masyarakat. Etika dalam profesi hukum ini memiliki peran yang sangat
penting dalam upaya mewujudkan tercapainya penegakan hukum yang berkeadilan. Adapun
profesi yang bergerak di bidang hukum yang biasa populer di era digital adalah hakim, jaksa,
advokad, notaris dan berbagai unsur instansi yang di beri kewenangan berdasarkan undang-
undang.
Etika merupakan kata yang sering di sebut dalam kehidupan manusia yang berarti tentang
kesusilaan, tentang apa yang baik dan yang buruk, yang patut dikerjakan seseorang dalam
jabatannya sebagai pelaksana hukum dari hukum yang berlaku dalam suatu Negara, sesuai
dengan keperluan hukum bagi masyarakat Indonesia. Seluruh sektor kehidupan, aktivitas, pola
hidup, berpolitik baik dalam lingkup mikro maupun makro harus selalu berlandaskan nilai-nilai
etika. Pengembangan profesi hukum harus bekerja secara professional dan fungsional, memiliki
tingkat ketelitian, kehati-hatian, ketekunan, kritis, dan pengabdian yang tinggi karena mereka
bertanggung jawab pada diri sendiri dan sesama anggota masyarakat, bahkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Pengembangan profesi hukum bekerja sesuai dengan kode etik profesinya,
apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran kode etik, mereka harus rela mempertanggung
jawabkam akibat sesuai dengan tuntutan kode etik. Biasanya dalam organisasi profesi, ada
dewan kehormatan yang akan mengoreksi pelanggaran kode etik.

2. profesi adalah jabatan untuk seseorang yang sekolahnya tinggi contoh:dokter,guru,polisi dll.
sedangkan pekerjaan adalah jabatan untuk seseorang yg sekolahnya hanya slta/sederajat.

3 Bila kita cermati hukum yang di tegakkan di Indonesia saat ini sangatlah suram. terlihat dari
wajah hukum merupakan implikasi dari kondisi penegakan hukum (law enforcement) yang
stagnan dan kalaupun hukum ditegakkan maka penegakannya diskriminatif. Praktik-praktik
penyelewengan dalam proses penegakan hukum seperti, mafia peradilan, proses peradilan yang
diskriminatif, jual beli putusan hakim, atau kolusi Polisi, Hakim, Advokat dan Jaksa dalam
perekayasaan proses peradilan merupakan realitas sehari-hari yang dapat ditemukan dalam
penegakan hukum di negeri ini. Pelaksanaan penegakan hukum yang “kumuh” seperti itu
menjadikan hukum di negeri ini seperti yang pernah dideskripsikan oleh seorang filusuf besar
Yunani Plato (427-347 s.M) yang menyatakan bahwa hukum adalah jaring laba-laba yang hanya
mampu menjerat yang lemah tetapi akan robek jika menjerat yang kaya dan kuat. (laws are
spider webs; they hold the weak and delicated who are caught in their meshes but are torn in
pieces by the rich and powerful).
Implikasi yang ditimbulkan dari tidak berjalannya penegakan hukum dengan baik dan efektif
adalah kerusakan dan kehancuran diberbagai bidang (politik, ekonomi, sosial, dan budaya).
Selain itu buruknya penegakan hukum juga akan menyebabkan rasa hormat dan kepercayaan
masyarakat terhadap hukum semakin menipis dari hari ke hari. Akibatnya, masyarakat akan
mencari keadilan dengan cara mereka sendiri. Suburnya berbagai tindakan main hakim sendiri
(eigenrichting) di masyarakat adalah salah satu wujud ketidakpercayaan masyarakat terhadap
hukum yang ada.
Penilaian masyarakat terhadap kondisi penegakan hukum di Indonesia dari tahun ke tahun terus
menerus menurun. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Jaringan Suara Indonesia (JSI),
dari Juli 2009 hingga Oktober 2011, persepsi baik terhadap penegakan hukum di Indonesia turun
drastis sebanyak 22,9 persen.
memang tidak dapat dipungkiri penegakan hukum di indonesia saat ini sangat buruk, kesalahan
ini bukan terletak pada sistem hukum nya, melainkan kesalahan itu terletak pada oknum
penegakan hukum itu sendiri, hal ini bisa terjadi karena lemah nya pengawasan terhadap
perkembangan hukum di indonesia dan kurang nya kesadaran hukum dari masyarakat.
jdi yg perlu kita lakukan ialah meningkatkan kesadaran hukum dari msyarakat, karena apabila
kesadaran hukum masyarakat telah tinggi, maka secara otomatis akan dapat meminimalisir
pelanggaran hukum.

Perilaku penegak hukum yang nyaris menurutkan rasa keadilan masyarakat, sudah pasti akan
berakibat pada peran lembaga peradilan yang terus menerus mengalami krisis kepercayaan oleh
masyarakatnya sendiri.Oleh karena itu paradigma hukum progresif adalah hukum untuk manusia
bukan manusia untuk hukum, sehingga penegakan hukum dapat lebih mengedepankan hati
nurani demi mencapai keadilan. Kemudian dalam hal substansi sistem hukum perlu segera
direvisi berbagai perangkat peraturan perundang-undangan yang menunjang proses penegakan
hukum di Indonesia. Misalnya, peraturan perundang-undangan dalam sistem peradilan pidana di
Indonesia seperti KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dan KUHAP (Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana) proses revisi yang sedang berjalan saat ini harus segera
diselesaikan.

Masalah Penegakan hukum (law inforcement) harus ada kehendak agar hukum dapat ditegakan,
sehingga nilai-nilai dari instrumen hukum dapat diwujudkan. Kenyataannya, cita-cita yang
terkandung di dalam penegakan hukum belum tentu secara sungguh-sungguh dapat diraih,
karena hukum digunakan sebagai tindakan-tindakan untuk melindubgi kepentingan sebagian
orang atau kelompok tertentu Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubunganhubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan
dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau
sempit. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti
luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya
bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti
sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis
saja. Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam
menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah
‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit.

Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang
dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggeris sendiri dengan dikembangkannya
istilah ‘the rule of law’ versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not of
man’ versus istilah ‘the rule by law’ yang berarti ‘the rule of man by law’. Dalam istilah ‘the rule
of law’ terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal,
melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,
digunakan istilah ‘the rule of just law’. Dalam istilah ‘the rule of law and not of man’
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum
modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law’
yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai
alat kekuasaan belaka.

4. Theo Huijbers juga menyatakan bahwa martabat manusia itu menunjukkan bahwa manusia itu
sebagai makhluk yang istimewa yang tiada bandingannya di Dunia. Keistimewaan tersebut
tampak pada pangkatnya, bobotnya, relasinya, fungsinya sebagai manusia, bukan sebagai
manusia individu melainkan sebagai anggota kelas manusia, yang berbeda dengan tumbuh-
tumbuhan dan binatang. Sehingga dalam arti Universal semua manusia bernilai dan sesuai
dengan nilainya itu maka manusia harus dihormati.
Nilai dapat diartikan sebagai ukuran yang disadari atau tidak disadari oleh suatu masyarakat atau
golongan untuk menetapkan apa yang benar , yang baik dan sebagainya. Nilai merupakan dasar
bagi norma, dan norma adalah anggapan bagaimana seseorang harus berbuat atau tidak berbuat.

Apabila dihubungkan dengan kegiatan Profesi hukum, maka kebutuhan manusia untuk
memperoleh layanan hukum juga termasuk dalam lingkup dimensi budaya perilaku manusiawi
yang dilandasi oleh nilai moral dan nilai kebenaran. Atas dasar ini, adalah beralasan bagi
pengemban profesi hukum untuk memberikan layanan bantuan hukum yang sebaik-baiknya
kepada klien yang membutuhkannya. Hak untuk memperoleh layanan dan kewajiban untuk
memberikan layanan dibenarkan oleh dimensi budaya manusia. Namun dalam kenyataannya,
manusia menyimpang dari dimensi budaya tersebut sehingga perilaku yang ditunjukkannya
justru melanggar nilai moral dan nilai kebenaran yang seharusnya dia junjung tinggi.

Mengapa terjadi pelanggaran nilai moral dan nilai kebenaran ?


Terjadinya pelanggaran nilai moral dan nilai kebenaran karena kebutuhan ekonomi yang terlalu
berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan psikhis yang seharusnya berbanding sama .
Usaha penyelesaiannya adalah tidak lain harus kembali kepada hakikat manusia dan untuk apa
manusia itu hidup. Hakikat manusia adalah makhluk budaya yang menyadari bahwa yang benar ,
yang indah dan yang baik adalah keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kebutuhan
psikhis dan inilah yang menjadi tujuan hidup manusia.
Kebahagiaan jasmani dan kebahagiaan rohani tercapai dalam keadaan seimbang artinya
perolehan dan pemanfaatan harta kekayaan terjadi dalam suasana tertib, damai dan serasi (nilai
etis, moral).

Tetapi karena manusia mempunyai keterbatasan, kelemahan, seperti berbuat khilaf, keliru,maka
tidak mustahil suatu ketika akan terjadi penyimpangan atau pelanggaran kaidah sosial yang
menimbulkan keadaan tidak tertib, tidak stabil, yang perlu dipulihkan kembali.
Untuk menegakkan ketertiban dan menstabilkan keadaan diperlukan sarana pendukung, yaitu
organisasi masyarakat dan organisasi Negara. Dalam bidang hukum organisasi masyarakat itu
dapat berupa organisasi profesi hukum yang berpedoman pada kode etik.Dalam bidang
kenegaraan , organisasi masyarakat itu adalah negara yang berpedoman pada Undang –Undang
(hukum positip). Hukum positif merupakan bentuk konkret dari sistem nilai yang hidup dalam
masyarakat.

5. Sifat Hakim tercermin dalam lambang Hakim yang dikenal dengan “Panca Dharma Hakim” :
1. Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Cakra, yaitu sifat mampu memusnahkan segala kebathilan, kezaliman dan ketidakadilan.

3. Candra,. yaitu memiliki sifat bijaksana dan berwibawa.

4. Sari, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela.

5. Tirta, yaitu sifat jujur.

Anda mungkin juga menyukai