Anda di halaman 1dari 4

Uraian Materi

Sifat-sifat suatu larutan seperti rasa, warna bergantung pada jesni zat terlarut.
Larutan gula mempunyai rasa manis sementara cuka mempunyai rasa asam. Tingkat
kemanisan dan keasaman tersebut bergantung pada konsentrasi atau kepekatannya. Selain
sifat yang tergantung pada jenis zat terlarut, ada beberapa sifat larutan yang hanya
bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut. Larutan zat yang berbeda akan
mempunyai sifat yang sama, asalkan konsentrasi partikel terlarutnya sama.
Sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya pada
konsentrasi partikel terlarutnya disebut sifat koligatif. Istilah koligatif berasal dari
Bahasa Latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya bergantung pada
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan.

Sifat koligatif larutan meliputi:


1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh (P) / Vapor Pressure Lowering
2. Kenaikan Titik Didih (Tb) / Boiling Point Elevation
3. Penurunan Titik Beku (Tf) / Freezing Point Depression
4. Tekanan Osmotik () / Osmotic Pressure

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN NONELEKTROLIT


1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh
Sebelum membicarakan penurunan tekanan uap larutan, ada baiknya kita pahami
dulu apa itu penguapan. Perhatikan gambar di bawah ini :

Gambar.1 Penguapan air

Pada peristiwa penguapan terjadi perubahan dari zat cair menjadi gas. Jika zat cair
dimasukkan ke dalam suatu ruangan tertutup maka zat tersebut akan menguap hingga
ruangan tersebut jenuh. Pada keadaan ini proses penguapan tetap berlangsung dan pada
saat yang sama juga terjadi proses pengembunan. Laju penguapan sama dengan laju
pengembunan. Keadaan ini dikatakan terjadi kesetimbangan dinamis antara zat cair dan
uap jenuhnya. Artinya bahwa tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut tetapi reaksi atau
proses yang terjadi masih terus berlangsung. Tekanan yang disebabkan oleh uap jenuh
dinamakan tekanan uap jenuh. Besarnya tekanan uap jenuh dipengaruhi oleh jumlah zat
dan suhu. Makin besar tekanan uap suatu cairan, makin mudah molekul-molekul cairan
itu berubah menjadi uap.
Tekanan uap jenuh : tekanan uap larutan di saat terjadi kesetimbangan
antara jumlah partikel zat cair menjadi uap dan jumlah uap menjadi zat cair
dalam ruangan tertutup
Gambar 2. Tekanan uap jenuh

Penurunan tekanan uap (ΔP) adalah penurunan tekanan uap pelarut yang ditimbulkan oleh
zat terlarut, pada suhu konstan. Tekanan uap larutan adalah tekanan yang ditimbulkan
uap jenuh larutan. Suatu contoh, bila gula dimasukkan ke dalam air di dalam botol
tertutup. Partikel-partikel gula akan menghalangi lepasnya molekul-molekul air dari
wujud cair menjadi gas.

(a) Molekul pelarut air (b) Molekul larutan gula

Uap jenuh terbentuk dalam suatu ruangan jika ruangan dipenuhi uap air sampai terjadi
kesetimbangan antara air dengan uap air (laju penguapan = laju pengembunan). Semakin
besar tekanan uap, semakin mudah suatu larutan menguap membentuk uap jenuh.
Tekanan uap larutan didasarkan atas tekanan uap pelarut, yang dipengaruhi :
1) Konsentrasi zat terlarut (berbanding terbalik)
2) Gaya tarik-menarik antar-partikel (berbanding terbalik)
3) Suhu dan energi kinetik molekul (berbanding lurus)

Hukum Raoult menjelaskan bahwa fraksi mol pelarut mempengaruhi tekanan uap
larutan.
P = P0 x Xp

Dimana :
P = Tekanan uap larutan (atm)
P0 = Tekanan uap jenuh pelarut murni (atm)
Xp = fraksi mol pelarut
Jika zat terlarut sukar menguap, maka uap dipermukaan larutan terdiri atas uap
zat pelarut saja. Dengan demikian maka tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap
pelarut. Sesuai dengan hukum Raoult, tekanan uap pelarut bergantung pada fraksi
molnya. Jadi, jika zat terlarut sukar menguap maka :
P larutan = P pelarut= X pelarut x P0 pelarut
P larutan = X pelarut x P0 pelarut
Oleh karena fraksi mol pelarut < 1, maka P larutan akan lebih rendah daripada P0
pelarut. Dengan kata lain, zat terlarut yang sukar menguap akan menurunkan tekanan
uap pelarut. Selisih antara tekanan uap pelarut dengan tekanan uap larutan disebut
penurunan tekanan uap (ΔP).
ΔP =P0- P
Jika nilai ΔP dihubungkan dengan fraksi mol terlarut, dimana Xp + Xt = 1, maka
Xp = 1 – Xt. Dengan demikian persamaan diatas menjadi :
ΔP = P0- P
= P0 – (Xp x P0)
= P0 – (1 – Xt) P0
= P0 – P0 + (Xt x P0)
ΔP = Xt x P0
Penurunan tekanan uap merupakan sifat koligatif larutan artinya bahwa
penurunan tekanan uap tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada
konsentrasi (fraksi mol). Fraksi mol yang sama akan mempunyai tekanan uap yang
sama pula. Tekanan uap larutan selalu lebih kecil daripada tekanan uap pelarut.

Contoh :
Tekanan uap air pada 1000 C adalah 760mmHg. Berapakah tekanan uap larutan glukosa
18% pada 1000 C, jika diketahui Ar H = 1 ; C =12 ; O =16)
Penye :
Dalam 100 gram larutan glukosa 18% terdapat :
18
Glukosa 18% = 100 x 100 gr = 18 gram
Massa air = 100 gr-18 gr = 82 gram
18
Mol glukosa =180 = 0,1 mol
82
Mol air = 18 = 4,55 mol
𝑛𝑝
Xp = 𝑛𝑡+𝑛𝑝
4,55 𝑚𝑜𝑙
Xp = 0,1 𝑚𝑜𝑙 +4,55 𝑚𝑜𝑙 = 0,97
P = Xp x P0
P = 0,97 x 760 mmHg = 743,66 mmHg
2. Kegunaan Penurunan Tekanan Uap dalam kehidupan
a. Kolam apung seperti yang terletak pada Atlantis Water Adventure Taman Impian
Jaya Ancol Jakarta merupakan contoh terjadinya penurunan tekanan uap pelarut. Air
yang berada di kolam apung ini memiliki kadar garam yang sangat tinggi, bahkan 10
kali lipat lebih tinggi dibandingkan kadar garam rata-rata di lautan. Air atau pelarut
yang ada di kolam apung ini sulit menguap karena tekanan uap pelarut menurun
disebabkan karena konsentrasi kadar garam yang sangat tinggi. Semakin banyak
jumlah zat terlarut, maka pelarut semakin sukar menguap. Dengan kata lain, adanya
zat terlarut menyebabkan penurunan tekanan uap cairan. Karena memiliki konsentrasi
zat terlarut sangat tinggi, maka pada saat kita berenang di sini akan mengapung atau
tidak tenggelam.

Gambar. Kolam Apung

b. Cara memperoleh benzene murni


Untuk mendapatkan benzena murni menggunakan pemisahan campuran dengan
distilasi bertingkat, dengan mengguakan prinsip berbedaan tekanan uap antara zat
pelarut dengan zat terlarut.

Gambar. Destilasi

Daftar Pustaka :
1. Purba M, 2007., Buku teks Kimia kelas XII, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Sukmanawati W, 2009, Kimia Untuk SMA dan MA Kelas XII, Jilid 3, Pusat
Perbukuan Depdiknas, Jakarta.
3. Vinsiah R, 2020, Modul Pembelajaran SMA Kimia, Direktorat SMA, Direktorat
Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN, Jakarta.
4. www.puncaktimes.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai