OLEH :
RIFKI SHOFWAN NAUFAL, S.H.
A. DEFINISI
Persidangan adalah sebuah pertemuan formal suatu organisasi yang dipimpin oleh
pimpinan/presidium sidang dan terdapat peserta sidang yang bertujuan untuk
memberikan keputusan dan atau penetapan atas suatu masalah atau permohonan
tertentu dengan tata cara yang ditentukan dalam aturan tertulis suatu organisasi.
B. UNSUR-UNSUR PERSIDANGAN
1. Hukum Acara (tata cara/mekanisme) tertulis
2. Pimpinan Sidang
3. Peserta Sidang
4. Aspek formal (bahasa yang digunakan, tata cara, undangan sidang, penetapan,
keputusan, pembatalan putusan, mengajukan argumen, membantah argumen, dimulai
dan berakhirnya sidang, ada aturan)
5. Adanya masalah/permohonan
6. Adanya keputusan/penetapan
C. JENIS-JENIS PERSIDANGAN
a. Sidang Paripurna/Sidang Pleno
Tata urutan sidang tertinggi untuk mengesahkan/memutuskan/menetapkan hal-hal
yang berkaitan dengan keputusan atas sesuatu hal yang dihadiri oleh seluruh anggota
organisasi.
b. Sidang Insidentil
Sidang yang dilaksanakan untuk membahas sesuatu hal yang bersifat
darurat/urgent/hal yang tidak diduga-duga.
e. Sidang Bidang/Divisi/Kecabangan
Sidang yang dilakukan untuk membahas dan memberikan keputusan/ketetapan atas
kebijakan/evaluasi/pemilihan dan segala hal yang diputuskan per-
bidang/divisi/kecabangan yang ada di organisasi. Misalnya Sidang Ekskul tertentu,
Sidang BEM Fakultas.
Teori ini dipelopori oleh Hans Kelsen dan dikembangkan oleh Hans Nawiasky,
dengan hierarki sebagai berikut :
1. Staatsfundamentalnoorm (Norma Fundamental Negara/Sumber Hukum
Dasar) – Jiwa dari pembentukan/pelaksanaan Negara
a. Pancasila (Pembukaan UUD 1945)
b. Al qur’an – Al Hadits
c. Hukum Kebiasaan di U.K (Inggris)
2. Staatsgrundgesetz (Aturan Dasar Negara) – bisa tertulis bisa tidak
a. Batang tubuh UUD 1945
b. NA ND
c. Konvensi U.K
*) Istilah lain UUD adalah Konstitusi Tertulis
3. Formell Gesetz (Undang-Undang)
4. Verordnung En Autonome Satzung (Aturan Pelaksana/Otonom)