Antara hukum taklifi dan hukum wadhi memiliki perbedaan yaitu:
a. Hukum taklifi menuntut melakukan sesuatu dan meninggalkannya atau membolehkan mengerjakan atau meninggalkan sesuatu. Sedangkan dalam hukum wadhi hanya sebatas menjelaskan ada sebab bagi adanya sesuatu, syarat sesuatu atau penghalang untuk melakukan sesuatu. b. Yang dibebankan pada hukum taklifi adalah perkara yang mampu dilakukan atau ditinggalkan mukallaf, karena tujuan dari hukum taklifi adalah mukallaf melakukan sesuatu pekerjaan yang dibebankan padanya. Sedangkan dalam hukum wadhi tidak ditentukan mesti mampunya mukallaf, karena hukum wadhi ada yang mampu dilakukan mukallaf dan ada yang diluar kemampuan mukallaf. Hakim (siapa penetap hukum?) Menurut para ahli ushul yang menetapkan hukum adalah Allah, sedangkan Rasul adalah penyampainya kepada seluruh manusia. Tidak ada perbedaan pendapat bahwa berlaku hukum setelah para rasul diutus dan telah sampainya dakwah. Adapun adalah hukum sebelum Rasul diutus dan dakwah belum sampai? Dalam hal ini kelompok asy'ariyyah berpendapat: Tidak terkait hukum Allah dengan perbuatan mukallaf maka tidak haram kufur dan tidak wajib iman, kelompok ini berdalil dengan firman Allah: “Dan tidaklah kami mengadzab satu umat sehingga kami utus seorang Rasul” ( QS Al-Isra 15) dan firman Allah: “Supaya tidak ada bagi manusia alasan setelah diutusnya para Rasul” (QS An-Nisa 165). Kelompok mu'tazilah berpendapat: Terikat dengan Hukum Allah seukuran yang bisa dicapai akal yang dia mengenal sifat baik atau buruk baik secara sifatnya atau dzatnya, maka mukallaf wajib melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. dan Allah akan menghisabnya seukuran yang bisa dicapai dengan akalnya tentang syariat, mereka berdalil dengan firman Allah: “Katakanlah olehmu tidaklah sama yang buruk dengan yang baik” (QS Al-Maidah 100) dan firman Allah: “Dan Allah mengetahui orang yang merusak berbeda dari yang berbuat maslahat” (QS Al- Baqarah 220). Peringatan hukum Allah sebanding yang bisa dicapai akal terbagi kepada lima: 1. Wajib seperti membayar hutang. 2. Haram seperti berbuat dzalim. 3. Mandub seperti berbuat Ihsan, 4. Karohah seperti tidak sopan. 5. Ibahah seperti seorang pemilik menggunakan miliknya.