Anda di halaman 1dari 6

MODUL SIMULASI SIDANG

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG SEMARANG
2021
Tata Cara Pelaksanaan Sidang Pleno HMI
Sidang merupakan forum formal sebuah organisasi untuk membahas masalah
tertentu dalam upaya menghasilkan keputusan, yang akan menjadi sebuah ketetapan dan
aturan-aturan yang jelas. Keputusan dari persidangan ini akan mengikat seluruh elemen
organisasi selama belum diadakan perubahan. Keputusan ini sifatnya final, sehingga
berlaku bagi pihak yang setuju maupun tidak setuju, hadir atau tidak hadir dalam
persidangan.

A. Unsur-unsur persidangan

1. Presidium sidang
Presidium sidang berjumlah 3 orang (presidium 1, presidium 2 dan presidium 3)
yang dipilih dari dan oleh peserta melalui Sidang Pleno yang dipandu oleh Presidium
sidang sementara.
- Presidium Sidang 1 bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya sidang
seperti aturan yang disepakati bersama.
- Presidium Sidang 2 bertugas sebagai notulen dalam sidang.
- Presidium Sidang 3 bertugas sebagai mediator ketika terjadi mekanisma
lobbying dan sebagai asisten presidium dalam memenuhi kelengkapan alat
sidang.
Presidium Sidang berkuasa sebagai mediator untuk memimpin dan menjalankan
tata tertib persidangan.
2. Peserta sidang
Peserta sidang ditentukan berdasarkan tata tertib yang telah disepakati. Peserta
sidang tediri dari peserta penuh dan peninjau.

B. Hak dan kewajiban peserta

1. Hak Peserta Penuh


a. Hak Bicara, yaitu hak untuk bertanya, mengeluarkan pendapat, mengajukan
usulan atau order kepada pimpinan sidang, baik secara lisan maupun secara
tulisan.
b. Hak Suara, yaitu hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan dan
menetunkan keputusan.
c. Hak Memilih, yaitu hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan.
d. Hak Dipilih, yaitu hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
2. Hak Peserta Peninjau.
Hak yang dimiliki oleh peserta peninjau adalah hak untuk bicara.
3. Kewajiban peserta penuh dan peninjau
a. Menaati tata tertib persidangan/permusyawaratan.
b. Menjaga ketenangan persidangan.
c. Berpartisipasi dalam mencari penyelesaian permasalahan yang di bicarakan
dan ikut serta menyumbang buah fikiran yang positif dan bermanfaat

C. Tata Tertib

Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat
sidang dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dalam
masyarakat.

D. Sanksi

Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam
tata tertib persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran dan
usulan peserta.

E. Istilah-istilah dalam Persidangan

1. Pending, yaitu menghentikan sidang sejenak dikarenakan terdapat kendala


tekhnis atau prinsip.
2. Skorsing, yaitu menghentikan sidang sejenak untuk melakukan lobying,
dikarenakan sulitnya mencapai kesepakatan antarpeserta sidang yang
berseteru.
3. Lobbying, yaitu proses diskusi antarpeserta sidang yang memberikan opsi
berbeda pada mekanisme rasionalisasi.
4. Pencerahan, yaitu upaya peserta sidang untuk meluruskan kesalahpahaman
yang terjadi antara peserta sidang yang lain.
5. Voting, yaitu proses pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak
setelah jalan musyawarah mengalami kebuntuan.
6. Deadlock, adalah kondisi dimana musyawarah tidak menemukan kata
sepakat.
7. Walkout, yaitu saat dimana peserta sidang keluar ruangan dengan alasan tidak
menyetujui keputusan sidang.
8. Quorum, yaitu syarat jumlah peserta sidang dimulai agar keputusan dapat
dianggap sah.
9. Interupsi, yaitu memotong pembicaraan orang lain.
10. Prosidang, yaitu hasil ketetapan sidang/musyawarah yang telah dibukukan
(tertulis).
11. Konsideran, yaitu proses menimbang dalam menetapkan putusan sidang.
12. PK/Peninjauan Kembali, yaitu me-review keputusan yang telah disepakati
untuk melakukan perbaikan atau perubahan.
13. Opsi, yaitu usulan/pendapat yang dikemukakan oleh peserta sidang untuk
mendapatkan suatu keputusan.
14. Afirmasi, adalah pendapat yang di sampaikan oleh peserta sidang untuk
memperkuat pendapat yang telah di kemukakan sebelumnya.
15. Rasionalisai, adalah argumentasi yang dilontarkan oleh peserta untuk
memberikan penjelasan logis terhadap pendapatnya.

F. Aturan ketukan palu

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan penggunaan palu sidang berkaitan
dengan jumlah ketukannya.
1. Satu Kali Ketukan
a. Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang;
b. Mengesahkan keputusan poin perpoin (keputusan sementara);
2. Dua Kali Ketukan
Menskorsing atau mencabut kembali skorsing untuk lobbying, istrahat dan
sebagainya.
3. Tiga Kali Ketukan
Membuka atau menutup sidang secara resmi
4. Ketukan Berulang-ulang
Menenangkan peserta sidang atau forum.

G. Perlengkapan persidangan

1. Palu sidang (wajib)


2. Muts dan gordon (wajib)
3. Pengeras suara (optional)
4. Bendera merah putih dan bendera HMI (optional)
5. Draft sidang (optional)
6. LCD proyektor (optional)

H. Jenis-jenis interupsi (interuption)

1. Point of Information
Dilakukan untuk menyampaiakan informasi tambahan yang dianggap membantu
maupun informasi yang sifatnya teknis.
2. Point of Clarification
Dilakukan jika terdapat penyampaian pendapat atau informasi yang butuh
klarifikasi, agar tidak terjadi pendangkapan bias ketika seseorang memberikan
tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
3. Point of Order
Dilakukan untuk meminta penjelasan atau memberikan masukan yang berkaitan
dengan jalannya pesidangan. (jika pembahasan melebar atau tidak konsisten).
4. Point of Personal Privilege
Dilakukan jika terdapat pendapat yang terlalu menyudutkan pihak tertentu diluar
substansi permasalahan.

I. Pelaksanaan interupsi

a. Interupsi dilaksanakan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan


berbicara setelah minta izin dari presidium sidang.

b. Interupsi di atas hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan.


c. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan
mengendalikan jalannya persidangan, maka panitia pengarah (SC) diberikan
wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas permintaan
Presidium Sidang dan/atau Peserta Sidang.

J. Tata cara pengambilan keputusan forum

Pengambilan keputusan tertinggi berada di tangan forum sidang, maka segala


saran, gagasan, dan masukan berasal dari peserta penuh sidang. Adapun tahapan
mekanisme pengambilan keputusan yang difasilitasi oleh presidium sidang adalah
sebagai berikut:
1. Penampungan saran/opsi (order)
Saran/opsi merupakan hasil dari interupsi Point of Order oleh peserta penuh
sidang. Berbagai saran yang diberikan oleh peserta penuh sidang ditampung oleh
presidium 2 sidang selaku notulen sidang.
2. Pengerucutan saran/opsi (order)
Berdasarkan kebebasan pendapat dari peserta penuh sidang, opsi yang lahir
biasanya lebih dari satu. Untuk mengefisienkan berjalannya sidang maka berbagai opsi
tersebut dikerucutkan berdasarkan substansi maupun menyeleksi opsi. Salah satu cara
untuk mengerucutkan opsi adalah menanyakan pemberi opsi apakah berkenan untuk
meleburkan pendapatnya dengan pendapat lain yang sejenis secara substansi maupun
opsi yang bertentangan. Jika proses pengerucutan opsi telah menghasilkan satu opsi
tunggal maka keputusan forum dapat diambil. Namun, apabila masih terdapat lebih dari
satu opsi, maka pengambilan keputusan dilanjutkan dengan mekanisme rasionalisasi.
3. Rasionalisasi
Mekanisme rasionalisasi merupakan argumentasi yang dilontarkan oleh peserta
untuk memberikan penjelasan logis terhadap pendapatnya. Setelah penyampaian
rasionalisasi dari pemberi opsi, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan
mekanisme seleksi opsi seperti mekanisme pada poin 2 di atas. Namun apabila setelah
pemberi opsi satu belum mencapai mufakat dengan pemberi opsi lain atau masih bersih
kukuh dengan pendapatnya, maka dilanjutkan dengan mekanisme lobbying.
4. Lobbying
Lobbying, yaitu proses diskusi antarpeserta sidang yang memberikan opsi
berbeda pada mekanisme rasionalisasi. Proses lobbying diawali dengan menyepakati
waktu oleh peserta sidang untuk menskorsing forum sidang. Setelah waktu skorsing
disepakati dan forum siding telah diskorsing, presidium 3 sidang memanggil pihak
pemberi opsi dan mengawal berjalannya proses lobbying. Selanjutnya presidium 3
menyampaikan hasil lobbying kepada presidium 1. Apabila hasil lobbying telah
mencapai mufakat, maka kepetusan forum dapat diambil. Namun, apabila mufakat
belum tercapai maka mekanisme pengambilan keputusan dilanjutkan ke mekanisme
voting.
5. Voting
Voting, yaitu proses pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak setelah
jalannya musyawarah mengalami kebuntuan. Mekanisme voting terbagi atas dua jenis,
yaitu voting terbuka dan voting tertutup. Voting terbuka adalah pemungutan suara secara
terbuka dan bersifat tidak rahasia, diketahui oleh peserta musyawarah yang lain. Voting
tertutup adalah pemungutan suara yg dilakukan secara tertutup dan rahasia, jadi pada
voting tertutup ini kita tidak mengetahui pilihan dari orang lain atau sebaliknya. Hasil
suara terbanyak dari mekanisme voting menjadi keputusan final forum.

Anda mungkin juga menyukai