NIM : 2107086
RANGKUMAN PERTEMUAN 15
ADAPTASI FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR ASUHAN SEGERA BAYI BARU LAHIR
Bayi baru lahir harus beradaptasi untuk dapat menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus
mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendapatkan nutrisi peroral untuk mempertahankan
kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini
sebelumnya dilakukan oleh plasenta.
4. Perubahan Sirkulasi
Karakteristik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru -paru
masih tertutup dan berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah minimal.
Pemasangan klem tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari plasenta-janin. Aliran
darah dari plasenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri, tertutup dan
bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat tindakan pemasangan klem tali pusat
adalah kenaikan resistensi vaskular sistemik. Kenaikan resistensi vaskular sistemik ini
bersamaan dengan pernapasan pertama bayi baru lahir.
Oksigen dari napas pertama ini menyebabkan otot–otot vaskular berelaksasi dan terbuka.
Paru–paru menjadi satu sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang meningkat pada
sirkulasi sistemik tetapi menurun pada sirkulasi paru menimbulkan perubahan–perubahan
tekanan aliran darah pada jantung.
Tekanan yang berasal dari peningkatan aliran darah pada jantung kiri menyebabkan
foramen ovale menutup. Semakin banyak darah yang mengandung oksigen melewati duktus
arteriosus menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi arus pintas yang terjadi
melalui duktus tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya
peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
5. Glukosa
Sebelum dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 hingga 70 % dari kadar darah ibu. Dalam
persiapan untuk kehidupan luar rahim seorang janin yang sehat mencadangkan glukosa
sebagai glikogen terutama di dalam hati. Sebagian penyimpangan glikogen berlangsung pada
trimester III.
Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus mendapat cara untuk mempertahankan
glukosa yang sangat diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah menurun dalam waktu singkat (1 hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru lahir yang
sehat hendaknya didorong untuk sesegera mungkin mendapatkan ASI setelah dilahirkan.
Seorang bayi yang mengalami stress berat pada saat kelahiran seperti hipotermia
mengakibatkan hipoksia mungkin menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah banyak
pada jam–jam pertama kelahiran.
6. Perubahan Darah
Pada waktu dilahirkan bayi baru lahir mempunyai nilai hemoglobin. Kadar hemoglobin
normal berkisar 11,7 hingga 20,0 g /dl. Haemoglobin janin mempunyai daya ikat terhadap
oksigen yang sangat tinggi.
Nilai–nilai haemoglobin awal bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh saat pemasangan
klem tali pusat dan posisi bayi baru lahir segera setelah dilahirkan.
Sel darah merah bayi baru lahir mempunyai rentang waktu hidup (lifespan) rata- rata 80
hari (dibandingkan dengan umur hidup eritrosit dewasa selama 120 hari). Perputaran hidup sel
yang cepat ini menghasilkan lebih banyak dampak pemecahan sel, termasuk bilirubin yang
harus di metabolisme. Kelebihan bilirubin ini berperan pada ikterus fisiologis yang terlihat
pada bayi baru lahir.
7. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif sudah matang. Sebelum
lahir, janin cukup bulan melakukan hisapan dan tindakan menelan. Reflek muntah dan batuk
yang sudah sempurna tetap utuh pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan masih
terbatas, banyak keterbatasan ini berkaitan dengan beragamnya enzim pencernaan dan hormon
yang terdapat pada semua bagian saluran gastrointerstinal dari mulut hingga intestin.
Selama masa bayi dini, bayi baru lahir masih memilki lapisan epitel intestin yang bersifat
tidak tembus antigen. Sebelum usus menutup, bayi masih rentan terhadap infeksi bakteri /
virus dan juga terhadap rangsangan alergen melalui penyerapan intestin molekul–molekul
besar. Pemberian ASI mendorong penutupan usus karena ASI sejumlah besar IgA sekresi dan
merangsang profliferasi enzim–enzim intestin.
8. Perubahan Sistem Imunitas
A. Imunitas Alami
Sel– sel tubuh memberikan fungsi imunitas yang terdapat pada saat lahir guna
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga sel yang berfungsi
dalam fagositosis (menelan dan membunuh) mikroorganisme yang menyerang tubuh
ketiga sel darah ini adalah :
1) Neutrofil polimorfomuklear.
2) Monosit.
3) Makrofag.
B. Imunitas Dapatan
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus yang berasal dari ibunya,
janin mendapatkan imunitas ini melalui berbagai IgG yang melintas melalui
transplasenta. Neonatus tidak memiliki imunitas pasif terhadap penyakit.
Dengan adanya defisiensi kekebalan alami dan dapatan, bayi baru lahir rentan
terhadap infeksi. Oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba seperti praktek
persalinan yang aman dan menyusui ASI dini serta deteksi dini terhadap penyakit
infeksi perlu dilakukan.
Asuhan bayi baru lahir merupakan suatu asuhan yang diberikan kepada bayi pada jam
pertama kelahiran dan diteruskan sampai dengan 24 jam setelah kelahiran yang bertujuan untuk
deteksi dini adanya kelainan dan komplikasi.
Ada 10 Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir yang Meliputi :
1. Pencegahan Infeksi
BBL sangat rentan terhadap infeksi yang di sebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung, pastikan penolong
persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi.
Sebelum melakukan asuhan pada BBL bidan wajib, Cuci tangan sebelum dan
sesudah bersentuhan dengan bayi, Pakai Sarung Tangan bersih pada saat menangani bayi
yang belum di mandikan,Pastikan semua peralatan telah di sterilisasi atau desinfeksi tingkat
tinggi, Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan bayi dalam
keadaan bersih, dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan
Apa bila Bayi cukup bulan,air ketuban Jernih ,menangis,atau bernafas tonus bayi baik
maka lakukan asuhan BBL :
a. Jaga Kehangatan
b. Bersihkan jalan nafas( bila perlu)
c. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
d. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun kira-kira 2 menit setelah lahir
e. Lakukan IMD dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu
f. Beri salp mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata setelah IMD
g. Beri Vitamin K1 1 mg im di paha kiri anterolateral
h. Beri Imunisasi HB. 0,5 ml di paha kanan anterolateral sekitar 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1.
Apabila dalam penilaian di dapatkan hasil Bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban
bercampur mekonium,dan atau Tidak bernafas atau mengap-mengap dan atau tonus bayi
tidak baik , maka lakukan manajemen Asfiksia pada BBL
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui empat mekanisme yaitu :
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi
pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi di kepala bayi
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
8. Pemberian Vitamin K1
Setelah Inisiasi Menyusu Dini,semua BBLharus di berikan vitamin K1 1 mg suntikan
intramuskuler untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K1 yang dapat
dialami oleh sebagian BBL.
9. Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah Infeksi Hepatitis B terhadap
bayi,terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan sekitar 1-2
jam setelah pemberian Vitamin K1.
Abstract: The Effect of Using Blankets of Early Breastfeeding Initiation (SIMDi) on Infant
Body Temperature Babies During Early Breastfeeding Initiation (IMD). Efforts to launch
breast milk (ASI) products by doing Early Breastfeeding Initiation (IMD). Results of Nutrition
Status Monitoring (PSG) in 2016, in Lampung province the IMD figure was 48.5 below the
national average. The quality of the implementation of IMD in Indonesia was lacking, the
achievement of IMD was 51.9% consisting of 42.7% getting IMD in <1 hour after birth, and 9.2%
in one hour or more after birth. The aim of the study was to determine the effect of using turtle
blanket on infant body temperature during IMD. Research experiment with, type of true
experiment, design of pre-post test group design. The population of all babies was born normal, a
sample of 60 infants. Data analysis using a two-way Anova test. Results There was a significant
difference between the body temperature of the infant group before and after 60 minutes of IMD
implementation. With the value of Fcount=44.52 (Ftable=3.92). There was a significant difference
between the body temperature of the group of babies given the Turtle Blanket blanket and the
group of babies given a contemporary blanket. With the value of Fcount=11.83 (Ftable=3.92) and
There is no interaction factor between the treatment of infants and types of blankets. With the
value of Fcount=0.83 (Ftable value=3.92).
Abstrak: Pengaruh Penggunaan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) terhadap Suhu
Tubuh Bayi Saat Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Usaha untuk melancarkan produk Air Susu Ibu
(ASI) dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)
tahun 2016, Di provinsi lampung angka IMD sebesar 48,5 dibawah rata-rata nasional. Kualitas
pelaksanaan IMD di Indonesia kurang, capaian IMD 51,9% terdiri dari 42,7% mendapatkan IMD
dalam <1 jam setelah lahir, dan 9,2% dalam satu jam atau lebih setelah lahir. Tujuan penelitian
mengetahui pengaruh penggunaan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) terhadap suhu tubuh
bayi saat Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Penelitian eksperimen dengan, jenis true eksperimen,
rancangan pre post tes group design. Populasi seluruh bayi lahir normal, Sampel 60 bayi. Analisa
data menggunakan uji Anova dua jalur. Hasil Ada perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh
kelompok bayi sebelum dan setelah 60 menit pelaksanaan IMD. Dengan nilai Fhitung=44,52
(Ftabel=3,92). Ada perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh kelompok bayi yang diberikan
SIMDi dengan kelompok bayi yang diberikan selimut kontemporer. Dengan nilai F hitung=11,83
(Ftabel=3,92) dan Tidak ada faktor interaksi antara perlakuan terhadap bayi dan jenis selimut.
Dengan nilai Fhitung=0,83 (nilai Ftabel=3,92).
Kata kunci: Suhu tubuh bayi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), SIMDi
sebesar 37,14% dan kematian neonatal terbesar bervariasi dan beragam, Selimut yang beragam
disebabkan BBLR sebesar 28,18%, lain-lain ini penulis amati kurang praktis untuk
seperti Hipotermi (Dinas Kesehatan Provinsi pelaksanaan IMD oleh sebab itu penulis tertarik
Lampung, 2015). ASI berperan penting membuat selimut yang praktis dalam pelaksanaan
menciptakan bayi sehat, salah satu upaya untuk IMD yang penulis beri nama “Selimut Inisiasi
meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Menyusu Dini (SIMDi)”. Ke-khasan SIMDi ini
adalah melalui pelaksanaan Inisiasi Menyusu adalah digunakannya aluminium foil dibawah
Dini (IMD) (Maryunani, 2012). Bentuk selimut area punggung bayi, yang berfungsi
dukungan pemerintah terhadap pelaksanaan IMD untuk menahan panas tubuh bayi. Aluminium foil
terdapat dalam Per-Men No. 33 Tahun 2012 juga merupakan penghantar panas yang baik
pasal 9 ayat 1 dan ayat 2. Ayat 1 berbunyi untuk energi listrik dan penghangat ruangan,
“Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas selain itu Almunium foil juga bekerja sebagai
pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi penghambat oksigen dan cahaya.
menyusui dini paling singkat selama 1 (satu) Dalam penelitian ini penulis ingin menguji
jam” (Kementerian Kesehatan RI, 2012). coba apakah SIMDi ini bisa memberi alternatif
Inisiasi Menyusui Dini merupakan suatu atas keberhasilan IMD pada bayi baru lahir,
kesempatan yang diberikan kepada bayi segera dengan melihat indikator suhu tubuh bayi.
setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
perut ibu, kemudian dibiarkannya bayi untuk peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh
menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga penggunaan Selimut Inisiasi Menyusu Dini
puas. Proses ini dilakukan paling kurang 60 (SIMDi) terhadap suhu tubuh bayi saat Inisiasi
menit (1 jam) pertama setelah bayi lahir Menyusui Dini (IMD) di BPM Wilayah
(Departemen Kesehatan RI, 2008). Pelaksanaan Kabupaten Lampung Selatan tahun 2018”.
IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang
meninggal sebelum bayi usia 1 bulan. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka salah satu yang METODE
dilakukan pemerintah adalah promosi IMD.
Upaya ini untuk mendukung keberhasilan Jenis penelitian eksperimen dengan desain
program pemberian ASI Eksklusif (Roesli, true-experiment. Rancangan penelitian Pretest-
2012). Cakupan pelaksanaan IMD dari hasil Postest Control Group Design. dengan desain
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016, faktorial 2x2. Kelompok (A1) adalah 60 menit
persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD
setelah perlakuan terhadap bayi, sedangkan
pada tahun 2016 sebesar 51,9% yang terdiri dari
kelompok (A2) adalah sebelum perlakuan
42,7% mendapatkan IMD dalam <1 jam setelah
terhadap bayi. Populasi keseluruhan objek
lahir, dan 9,2% dalam satu jam atau lebih.
penelitian atau objek yang akan diteliti
Persentase tertinggi di Provinsi DKI Jakarta
(Notoatmojo 2012). Populasi penelitian ini
(73%) dan terendah Bengkulu (16%). Di
adalah seluruh Bayi Baru Lahir normal yang
provinsi lampung tahun 2016 angka IMD pada
dilahirkan secara per vaginam, berdasarkan
bayi baru lahir sebesar 48,5 dengan capaian yang
kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel diambil
mendapatkan IMD <1 jam setelah lahir 41,5%,
berdasarkan rumus Federer didapat besar sampel
dan 7% mendapatkan IMD >1 jam. Capaian
sebanyak 60 Bayi Baru Lahir yang dibagi
angka capaian cakupan IMD di provinsi
Kelompok Intervensi dan kelompok kontrol.
Lampung masih dibawah rata-rata nasional
Variabel peneliti, objek penelitian atau apa saja
(Kementerian Kesehatan RI, 2017).
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
Bayi baru lahir sangatlah rentan terhadap
(Arikunto, 2010). Pengambilan data variabel
hypotermi, IMD merupakan salah satu alternatif
bebas menggunakan intervensi penggunaan
untuk mengatasi hypotermi pada bayi, karena
SIMDi, dengan langkah-langkah tahapan
dengan IMD akan terjadi pelekatan antara kulit
pelaksanaan IMD sesuai dengan Standar
daerah dada bayi ke kulit ibu (Kementerian
Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan IMD.
Kesehatan RI, 2010). Saat pelaksanaan IMD
Sedangkan pada kelompok kontrol teknik
penulis mengamati area punggung bayi masih
pelaksanaan IMD hanya menggunakan selimut
terpapar dengan udara di sekitarnya yang dapat
kontemporer. Analisa data univariat dengan
menyebabkan bayi kedinginan, disebabkan
menggunakan presentasi, analisa data bivariat
hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi.
dengan menggunakan Uji ANOVA Dua jalur.
Alternatif untuk mengatasi kedinginan dengan
menggunakan selimut. Selimut bayi yang
digunakan dalam pelaksanaan IMD sangat
Sudarmi, Pengaruh Penggunaan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) terhadap Suhu Tubuh …69
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Suhu Tubuh Bayi Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan IMD
Klp Intervensi Klp Kontrol
Suhu Tubuh Bayi Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
(oc) n % n % n % n %
< 36,5 18 60 1 3,3 26 86,7 7 23,3
36,5 sd 37,5 11 36,7 27 90 4 13,3 23 76,7
> 37,5 1 3,3 2 6,7 0 0 0 0
Jumlah 30 100 30 100 30 100 30 100
Uji hipotesis pertama menunjukkan suhu nilai Ftabel=3,92 untuk taraf signifikansi 0,05.
tubuh kelompok bayi yang diberikan 60 menit
Dengan demikian Fhitung>Ftabel sehingga H0
setelah perlakuan lebih tinggi dari kelompok bayi
ditolak dan H1 diterima dan dapat disimpulkan
yang sebelum diberikan perlakuan.
Pengujian hipotesis pertama ditentukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
dengan mencari pengaruh utama (main effect) suhu kelompok bayi yang diberikan SIMDi
dari pengaruh perlakuan terhadap bayi (A). dengan kelompok bayi yang diberikan selimut
Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA dua kontemporer. Hasil perhitungan menunjukkan
jalur seperti yang disajikan pada tabel 4.1 bahwa kelompok bayi yang diberikan SIMDi
diperoleh nilai Fhitung=44,52 yang ternyata lebih (kelompok B1) memiliki suhu rata-rata sebesar
besar daripada nilai Ftabel=3,92 untuk taraf 36,82C sedangkan kelompok bayi yang
signifikansi 0,05. Dengan demikian Fhitung>Ftabel diberikan selimut kontemporer (kelompok B2)
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima dan memiliki suhu rata-rata sebesar 36,36C Dengan
diindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang demikian disimpulkan: suhu kelompok bayi yang
signifikan antara suhu tubuh bayi setelah 60 diberikan perlakuan SIMDi lebih tinggi dari
menit diberikan perlakuan dengan bayi sebelum kelompok bayi yang hanya diberikan selimut
diberikan perlakuan. Hasil perhitungan kontemporer.
menunjukkan bahwa kelompok bayi yang Uji hipotesis ketiga menunjukkan terdapat
diberikan 60 menit setelah perlakuan memiliki pengaruh interaksi antara perlakuan terhadap
bayi dan jenis selimut terhadap suhu bayi.
suhu rata-rata sebesar 37,17C sedangkan
Pengujian hipotesis ketiga ditentukan
kelompok bayi sebelum diberikan perlakuan
dengan mencari pengaruh interaksi antara
(kelompok A2) memiliki suhu rata-rata sebesar
perlakuan terhadap bayi (A) dan jenis selimut
36,56C Dengan demikian disimpulkan: suhu (B). Hasil uji hipotesis pertama menyatakan
tubuh bayi yang diberikan 60 menit setelah bahwa suhu bayi yang diberikan 60 menit setelah
perlakuan lebih tinggi dari kelompok bayi perlakuan lebih tinggi dari kelompok bayi yang
sebelum diberikan perlakuan. sebelum diberikan perlakuan. Uji hipotesis kedua
Uji hipotesis kedua menujukkan suhu menyatakan bahwa suhu kelompok bayi yang
kelompok bayi yang diberikan SIMDi lebih diberikan Selimut Inisiasi Menyusu Dini
tinggi dari kelompok bayi yang diberikan selimut (SIMDi) lebih tinggi dari kelompok bayi yang
kontemporer. diberikan selimut kontemporer. Hasil uji
Pengujian hipotesis kedua ditentukan hipotesis pertama dan kedua memberikan
dengan mencari pengaruh utama (main effect) indikasi adanya interaksi antara perlakuan
dari pengaruh jenis selimut (B). Berdasarkan terhadap bayi dengan jenis selimut, secara
hasil perhitungan ANOVA dua jalan seperti yang tampilan interaksi tersebut dapat dilihat pada
disajikan pada tabel 4 diperoleh nilai gambar berikut ini.
Fhitung=11,83 yang ternyata lebih besar daripada
Sudarmi, Pengaruh Penggunaan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) terhadap Suhu Tubuh …71
Gambar 1. Grafik Interaksi antara perlakuan terhadap bayi dan jenis selimut
Dari visualisasi gambar 1 ternyata tidak
ada faktor interaksi antara perlakuan terhadap mencapai suhu 36,5 C- 37,6C, yang merupakan
bayi dan jenis selimut. Tidak adanya interaksi thermoneutral range. Hal terjadi karena ibu
antara keduanya dikuatkan dengan hasil memiliki kemampuan untuk mengatur suhu bayi
perhitungan ANOVA. Berdasarkan hasil selama kontak kulit ibu dan bayi (Chiu, 2005).
perhitungan ANOVA dua jalan seperti yang Penelitian yang sama oleh Chaidir menunjukkan
disajikan pada tabel 4.1 diperoleh nilai Fhitung=0,83 nilai ρ-value=0,0001. Sehingga ρ-value<α (0,05)
yang ternyata lebih besar daripada nilai Ftabel=3,92 yang berarti bahwa secara statistik ada perbedaan
untuk taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian yang bermakna rata-rata suhu bayi baru lahir
sebelum pelaksanaan IMD dengan sesudah
Fhitung<Ftabel sehingga H0 diterima dan H1 ditolak
pelaksanaan IMD (Chaidir, 2016). Dari penelitian
dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat ini dapat diambil kesimpulan bahwa IMD dapat
Interaksi antara Faktor A dan Faktor B (A*B) menstabilkan suhu tubuh bayi baru lahir.
yang artinya pengujian hipotesis tidak berlanjut Suhu kelompok bayi yang diberikan
pada uji pengaruh sederhana (Simple Effect). Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) lebih
tinggi dari kelompok bayi yang diberikan selimut
kontemporer. Hasil uji statistik diperoleh nilai
PEMBAHASAN Fhitung=11,83 yang ternyata lebih besar daripada
nilai Ftabel=3,92 dan diindikasikan bahwa terdapat
Suhu tubuh kelompok bayi yang diberikan
perbedaan yang signifikan antara suhu kelompok
60 menit setelah perlakuan lebih tinggi dari
bayi yang diberikan Selimut Inisiasi Menyusu
kelompok bayi yang sebelum diberikan
Dini (SIMDi) dengan kelompok bayi yang hanya
perlakuan. Berdasarkan hasil perhitungan
diberikan selimut kontemporer.
ANOVA dua jalur diperoleh nilai Fhitung=44,52
Pada saat dilakukanya IMD dipelukan
yang ternyata lebih besar daripada nilai
selimut untuk menjaga kehangatan suhu badan
Ftabel=3,92 dan diindikasikan bahwa terdapat
bayi. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
perbedaan yang signifikan antara suhu tubuh bayi tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami
setelah 60 menit diberikan perlakuan dengan stress fisik akibat adanya perubahan suhu di luar
bayi sebelum diberikan perlakuan. uterus. Fluktuasi (naik turunya) suhu di dalam
Dengan dilakukanya IMD suhu badan bayi uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6ºC
baru lahir akan meningkat. Hal ini sesuai dengan karena cairan ketuban dalam uterus suhunya
teori Dr. Niels Bergman (2005) dalam Simkin, P relatif tetap. Suhu di dalam uterus sekitar 36ºC-
et al (2007) yang menyebutkan bahwa suhu dada 37ºC sedangkan suhu ruangan sekitar 24ºC-32ºC.
ibu yang melahirkan 1°C lebih panas dari pada Mekanisme pengaliran panas ini dijelaskan
dada ibu yang tidak melahirkan, jika bayi melalui mekanisme fisika dasar yaitu radiasi,
kepanasan suhu dada ibu akan turun. Jika bayi konduksi, konveksi, dan evaporasi (Potter,
kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2°C Patricia A, Perry, Anne G; 2010).
untuk menghangatkan bayi. Pembentukan panas (heat production)
Hasil Penelitian sejalan dengan penelitian dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat
Chiu yang berjudul Temperature During Skin-to- metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh
Skin Breastfeeding in Couples Breastfeeding tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh: 1) BMR,
Difficulties. Hasil penelitian selama terjadi terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid; 2)
kontak kulit ibu dan bayi, kebanyakan bayi akan Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi
72 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 1, April 2019, hlm 67-73
kerja dan menghasilkan panas; 3) Termogenesis antara perlakuan terhadap bayi dengan jenis
menggigil (shivering thermogenesis) yaitu selimut. Tetapi hasil perhitungan statistik dengan
aktivitas otot yang merupakan upaya tubuh untuk perhitungan ANOVA dua jalan, diperoleh nilai
mempertahankan suhu tubuh selama terpapar Fhitung=0,83 yang ternyata lebih besar daripada
dingin; 4) Termogenesis tak-menggigil (non-
nilai Ftabel=3,92 untuk taraf signifikansi 0,05.
shivering thermogenesis), hal ini terjadi pada
Dengan demikian Fhitung<Ftabel sehingga di
bayi baru lahir. Sumber energi pembentukan
panas ini ialah brown fat. Pada bayi baru lahir, nyatakan tidak ada faktor interaksi antara
brown fat ditemukan pada skapula, aksila, dan perlakuan terhadap bayi dan jenis selimut. dapat
area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak disimpulkan bahwa tidak terdapat Interaksi antara
biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih Faktor A dan Faktor B (A*B) yang artinya
banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf pengujian hipotesis tidak bisa berlanjut pada uji
simpatis, dan kaya dengan suplai darah. Stimulasi pengaruh sederhana (Simple Effect).
saraf simpatis oleh suhu dingin akan Mekanisme utama pada bayi baru lahir
meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brown fat, untuk mempertahankan termoregulasi adalah
yang kemudian akan mengativasi fosforilasi dengan cara non-shivering termoregulation, yaitu
oksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil mekanisme yang dipengaruhi oleh sistem saraf
dari fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas simpatis untuk menstimulasi proses metabolik
yang kemudian akan dibawa dengan cepat oleh dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan
vena yang juga banyak terdapat di sel brown fat. lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan
Brown fat ini merupakan sumber utama diet- lemak coklat akan meningkatkan produksi panas
induced thermogenesis (Fransson AL, 2005). dari dalam tubuh (Yunanto, 2010).
Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) Usaha untuk menjaga bayi tetap hangat
merupakan selimut yang didesain khusus untuk saat berada di luar lingkungan bayi dengan cara
IMD yang berfungsi terutama untuk mencegah mengeringkan tubuh bayi sesegera mungkin
hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi. Dari terkecuali telapak tangan dan kaki, menunda
hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh memandikan bayi, meletakkan bayi ke dada ibu,
penggunaan turtle blanket terhadap suhu tubuh membiarkan kulit ibu melekat pada kulit bayi
bayi setelah 60 menit pelaksanaan Inisiasi Menyusu (skin to skin) (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Dini (IMD), dengan rata-rata suhu tubuh bayi Saat proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk
setelah intervensi terjadi peningkat menjadi mencegah bayi kedinginan dapat diberikan
selimut yang akan menyelimuti bagian punggung
36.82C, sedangkan suhu tubuh bayi yang
bayi dan ibunya serta kepala bayi diberi topi.
menggunakan selimut kontemporer (kontrol)
Dari hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh
setelah 60 menit pelaksanaan IMD hanya
penggunaan Selimut Inisiasi Menyusu Dini
meningkat rata-rata 36,36C. ada perbedaan
(SIMDi) terhadap suhu tubuh bayi setelah
peningkatan suhu tubuh rata-rata 0.46C. pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
Menurut pengamatan penulis dengan penggunaan
dengan rata-rata suhu 36.82C, sedangkan suhu
turtle blanket suhu tubuh bayi menjadi lebih
tubuh bayi yang menggunakan selimut
cepat hangat, dengan tubuh yang hangat
kontemporer hanya meningkat rata-rata 36,36C.
menyebabkan bayi lebih cepat menyesuaikan/
ada perbedaan peningkatan suhu tubuh rata-rata
beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian 0,46C. Tetapi dari hasil hitung statistik tidak ada
Srivastava et al menunjukkan hasil ketika suhu faktor interaksi antara perlakuan terhadap bayi
aksila pada bayi dibandingkan pada awal dan dan jenis selimut. Dari penelitian ini dapat
akhir periode 2 jam, kenaikan suhu lebih tinggi diambil kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh
pada bayi dalam kelompok intervensi bila interaksi antara perlakuan terhadap bayi dan jenis
dibandingkan dengan kelompok kontrol selimut.
(p<0,0001) (Srivastava, 2014). Dari penelitian ini
dapat diambil kesimpulan bahwa suhu kelompok
bayi yang diberikan Selimut Inisiasi Menyusu SIMPULAN
Dini (SIMDi) lebih tinggi dari kelompok bayi
yang diberikan selimut kontemporer pada saat 1. Ada perbedaan yang signifikan antara suhu
IMD. tubuh kelompok bayi sebelum dan setelah
60 menit pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
Terdapat pengaruh interaksi antara
(IMD), dengan nilai Fhitung=44,52 lebih besar
perlakuan terhadap bayi dan jenis selimut
terhadap suhu bayi. Hasil uji hipotesis pertama dari nilai Ftabel=3,92
dan kedua memberikan indikasi adanya interaksi 2. Ada perbedaan yang signifikan antara suhu
tubuh kelompok bayi yang diberikan
Sudarmi, Pengaruh Penggunaan Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) terhadap Suhu Tubuh …73
Selimut Inisiasi Menyusu Dini (SIMDi) 3. Tidak ada faktor interaksi antara perlakuan
dengan kelompok bayi yang diberikan terhadap bayi dan jenis selimut, dengan
selimut kontemporer, dengan nilai nilai Fhitung=0,83 lebih kecil dari nilai
Fhitung=11,83 lebih besar dari nilai Ftabel=3,92 .
Ftabel=3,92.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Kementerian Kesehatan RI. (2012). Peraturan
Pendekatan Praktik. Jakarta. Pemerintah RI No.33 Tahun 2012 tentang
Chaidir, R. (2016). Pengaruh Inisiasi Menyusu Pemberian ASI Eksklusif. Diakses dari
Dini Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru www.depkes.go.id.
Lahir Di BPM Padang Panjang. IPTEKS Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil
TERAPAN, 1, 20-26. Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Chiu, S. H., Anderson, G. C., & Burkhammer, M. Maryunani. (2012). Inisiasi Menyusui Dini,
D. (2005). Newborn temperature during ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta.
skin‐to‐skin breastfeeding in couples having Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi
breastfeeding difficulties. Birth, 32(2), 115- Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
121. Cipta.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Asuhan Potter, Patricia A; Perry, Anne G. (2010).
Persalinan Normal Asuhan Esensial, Fundamental of Nursing, Buku 1 Edisi
Pencegahan dan Penanggulangan Segera 7. Penerjemah, Nggie, FA & Albar Marina.
Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Editor Hartanti Yayuk. Salemba Medika:
Lahir. Jakarta: NPKKR. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2015). Roesli, Utami. (2012). Panduan Inisiasi Menyusu
Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
2015. Bandar Lampung. Bunda.
Fransson, A. L., Karlsson, H., & Nilsson, K. Simkin, P et al. (2007). Panduan Lengkap
(2005). Temperature variation in newborn Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta:
babies: Importance of physical contact AR-CAN.
with the mother. Archives of Disease in Srivastava, et al. (2014). Effect of Very Early
Childhood-Fetal and Neonatal Skin to Skin Contact on Success at
Edition, 90(6), F500-F504. Breastfeeding. Indian Journal of Public
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Buku Saku Health, Volume 58, Issue 1, January-
Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. March, 2014.
Jakarta. Yunanto, Ari. (2010). Termoregulasi. Dalam:
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Info DATIN. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, dkk. (ed).
Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta. Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.