Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOORDINASI GERAK

DISUSUN OLEH:

1. Febriyanto Ritonga (20190095)


2. M. Redho Marendra (20190096)
3. Mahdy Izhak Zaky

DOSEN PENGAMPU:

EKO PUTRA UTAMA.J M.pd., AIFO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU 2021
KATA PENGANTAR

            Segala puji kami hanturkan kepada Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Berkat rahmatnya penulis berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “Koordinasi Gerak” ini. Makalah ini disusun dalam
rangka menyelesaikan  tugas perkuliahan mata kuliah Belajar Motorik Dasar.
          
  Makalah ini membahas tentang Ruang lingkup kordinasi Gerak, dalam hal ini penulis
lebih merujuk kepada peserta didik ataupun anak-anak yang sedang menjalani masa pendidikan.
Selain itu, penulis juga membahas tentang Ciri-ciri koordinasi Gerak.
            
Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis akan
terus belajar dan mencoba memperbaiki hal-hal tersebut untuk  perbaikan masa depan. Untuk itu,
kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan makalah ini pada masa mendatang
            Semoga Allah selalu menyertai dan meridhoi kita bersama, dalam upaya untuk ikut
mencerdaskan bangsa yang berakhlak terpuji. Amiin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3          


BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................4
A.    Pengertian Koordinasi ............................................................................................................... 5
B.     Kebutuhan akan koordinasi ..................................................................... 5
C.     Koordinasi Gerak .....................................................................................6
D.    Ciri-Ciri Kordinasi ................................................................................... 7
1.      Fase keterampilan motorik tingkat pertama .............................................. 8
2.      Fase keterampilan motorik tingkat kedua .................................................. 9
3.      Fase keterampilan motorik tingkat ketiga ................................................. 10
KESIMPULAN .............................................................................................. 15
BAB III PENUTUP………………………………………….......……...............................16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….……………........................17
BAB I
PENDAHULUAN

Koordinasi gerak dilihat sebagai pengatur terhadap proses-proses motorik terutama


terhadap kerja otot-otot yang diatur melalui sistem persyarafan atau disebut dangan intra
muskulare koordination.
Koordinasi gerak meliputi peng-koordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam suatu
pelaksanaan gerakan. pengkoordinasian tersebut diatur sedemikian rupa oleh sistem persyarafan.
Yang diatur disini adalah :penyesuaian komponen-komponen kekuatan dan kecepatan yang
dibutuhkan oleh otot dalam pelaksanaan gerak sesuai dangan kebutuhan setiap bagian gerak.
Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhaan komunikasi dalam
pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanaannya.
Derajat kordinasi yang tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak 
dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan
adalah tinggi.
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung
pada perolehan, penyebaran dan pemprosesan informasi. Semakin besar ketidak pastian tugas
yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Untuk alasan ini, koordinasi pada dasarnya
merupakan tugas pemprosesan informasi.
Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara
pengkoordinasian tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan sumber daya-
sumber daya untuk satuan-satuan organisasi atau penglompokan kembali satuan-satuan
organisasi agar tugas-tugas dapat berdiri sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Koordinasi

Koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian ( penyatuan ) tujuan dan


kegiatan perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawan, sebab tanpa
koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya
akan merugikan organisasi itu sendiri.
Pedoman Koordinasi : Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna
menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam
setiap bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya
kebutuhan dan keinginan berbeda, Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan
menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan memberi, Koordinasi harus berkesinambungan,
yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu
ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya, Koordinasi harus menggunakan
pendekatan multi instansional, dengan wujud saling memberikan informasi yang relevan untuk
menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.

B.   Kebutuhan akan Koordinasi


Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhaan komunikasi dalam
pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanaan tugas
dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanaannya.
Derajat koordinasi yang tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan
tidak  dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling
ketergantungan adalah tinggi.
Menurut James D.Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan,yaitu :
1.    Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interpendece),
Bila satuan-satuan organisasi saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan
kegiatan harian tetapi tergantung terhadap pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan
untuk suatu hasil akhir.
1.    Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece),
Dimana suatu satuan oganisasi harus melakukan  pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan
yang dapat bekerja.
1.    Saling ketergantunagan timbal balik (reciprocal interdepence)
Merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Kebutuhan koordinasi saling ketergantungan yang menyatu lebih besar dari macam saling
ketergantungan yang lain.
C. Koordinasi Gerak

Adalah hubungan timbal balik antara pusat susunan gerakan dengan alat gerak dalam
mengatur dan mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang
terjadi untuk pelaksanaan gerakan.
Pengertian Koordinasi Gerak dari sudut pandang Anatomi dan Fisiologi
Dari sudut pandang fisiologi, Koordinasi gerak dilihat sebagai pengaturan terhadap proses
motorik terutama terhadap kerja otot-otot diatur melalui sistim persyarafan. Dari definisi ini
dapat ditarik suatu pengertian bahwa koordinasi gerak meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot
yang terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Pengertian Koordinasi gerak dari sudut pandang Biomekanik
Pengertian dari sudut pandang biomekanik lebih diarahkan pada penyesuaian antara pemberian
implus kekuatan pada otot dengan kebutuhan pada setiap gerakan.
Dari sudut pandang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi gerak adalah hubungan
timbal balik antara pusat susunan syaraf dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan
impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan

-          Masalah-masalah Penca-paian Koordinasi yang efektif


Paul R. Lawrence dan Jay W.Lorch telah mengemukkan empat tipe, yaitu:
 Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Bagian penjualan mengangap bahwa diverifikasi produk harus lebih diutamakan dari pada
kualitas produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting
sukses organisasi. Bagian pemasaran mengemukkan desain produk sebagai yang paling esensial.
 Perbedaan dalam orientasi waktu
Manajemen produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah  yang harus di pecahkan
segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat
dengan masalah-masalah jangka panjang.
 Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya
lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih dan setiap orang dapat
mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
 Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar-standar
yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
Dalam departemen produksi dimana kuantitas dan kualitas diawasi secara ketat, proses evaluasi
dan balas jasa dilakukan formal. Dalam departemen personalia standar pelaksanan dapat lebih
longgar, dimana karyawan dievaluasi kuailitas kerjanya selama periode waktu tertentu.
-          Pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada
perolehan, penyebaran dan pemprosesan informasi. Semakin besar ketidak pastian tugas yang
dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Untuk alasan ini, koordinasi pada dasarnya
merupakan tugas pemprosesan informasi.
Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu :
1.    Pertama, hanya mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar: hirarki manajerial, rencana
dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan dan prosedur-prosedur.
Organisasi yang relatif sederhana tidak memerlukan peralatan koordinasi lebih dari tekni-teknik
tersebut.
2.   Pendekatan kedua, menjadi di perlukan bila bermacam-macam saruan organisasi menjadi
lebih saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi.
3.   Pendekatan ketiga, disamping peningkatan koordinasi potensial, mengurangi kebutuhan akan
koordinasi. Dalam beberapa situasi adalah tidak  efisiensi untuk mengembangkan cara
pengkoordinasian tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan sumber daya
untuk satuan organisasi atau pengelompokkan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas
dapat berdiri sendiri.

D.  Ciri-Ciri Koordinasi

FASE KETERAMPILAN MOTORIK TINGKAT PERTAMA


a. Fase belajar motorik adalah suatu fase yang manggambarkan keadaan penguasaan
keterampilan motorik seseorang dalam dalam melaksanakan gerakan-gerakan olahraga.
Kemampuan seseorang untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik olahraga
berbeda-beda, yang disebabkan oleh antara lain :
·                     Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki
·                     Perbedaan usia
·                     Perbedaan pengalaman gerakan
·                     Perbedaan jenis kelamin
·                     Perbedaan kognitif,
·                     Frekwensi latihan dan sebagainya
Pembagian fase-fase belajar motorik bukan berdasarkan pada tingkat usia, melainkan pada
tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan keterampilan-keterampilan motorik olahraga
dalam melaksanakan gerakan-gerakan.
b. Ciri-ciri umum kemampuan fase belajar motorik tingkat pertama
Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat pertama adalah penguasaan kemampuan motorik
dalam bentuk kasar, seseorang yang berada pada fase ini hanya mampu melaksanakan gerakan-
gerakan yang dituntut bila situasi dan kondisi mendukung.
c. Ciri-ciri khusus atau yang banyak dilihat.
 Struktur dasar gerakan tersebut diperlihatkan dalam bentuk yang kasar.
 Irama gerakan :
Kesalahan dalam irama gerakan disebabkan oleh:
1. Individu yang belajar belum memiliki pengalaman dan simpanan
2. Belum dapat mengatur dan mengimpulskan tenaga sesuai dengan kebutuhan otot-otot yang
bekerja.
 Hubungan gerakan
Hubungan gerakan dari bagian-bagian grerakan dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang
lain masih belum ter-koordinir dengan baik.
 Luas gerakan
Disebabkan karana kemampuan koordinasinya yang memang masih belum terbentuk, dengan
demikian prinsip efisiensi dan efektifitas baik dari segi tenaga, waktu dan ruangan yang terpakai
belum dapat direalisasikan.
 Kelancaran gerakan /aliran gerakan
Aliran gerakan yang ditampilkan masih belum lancar, yaitu masih tersendat-sendat. kurangnya
kecepatan dan percepatan tersebut disebabkan karena pengaruh impuls/tenaga yang diberikan.
 Kecepatan gerakan
Belum memiliki kecepatan gerakan yang baik yaitu masih bersifat lamban dan kaku.
 Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Kekonstanan gerakan yang dimiliki oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama ini
boleh dikatakan tidak ada karena kemampuan yang dimiliki belum stabil atau belum dapat
diukur.
 Bayangan gerakan
Bayangan gerakan yang berhasil dibangun oleh individu yang berada pada fase tingkat pertama
masih kurang lengkap
 Program gerakan
Artinya program gerakan baru memuat komponen-komponen gerakan yang bersifat umum atau
yang penting-penting sajalan belum terperinci.
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat
pertama. Ciri-ciri pada fase belajar tingkat pertama dapat dilihat pada aspek penerimaan dan
pengolahan informasi. Dalam pelaksanaan aksi-aksi motorik atau gerakan-gerakan olahraga ada
5 indra penerima informasi yaitu : visual (penglihatan), akustik (penalaran), taktil (kulit),
kinestik (otot), dan vetibular (alat keseimbangan).
Kelima indra itu tidak hanya berperan dalam penerimaan informasi tetapi juga berperan
dalam penerimaan feedback, yaitu tentang gerakan yang sedang berlansung.
Berdasarkan feedback ini dapat dilakukan pengendalian dan pengaturan-pengaturan
gerakan-gerakan yang sedang dilakukan misalnya: pengaturan tentang impuls-impuls kekuatan,
pengaturan, dan pengendalian arah gerakan.
-          Implikasi ciri-ciri fase belajar motorik tingkat pertama ke dalam proses pembelajaran
peran guru pendidikan jasmani sangat lah menentukan pada keberkasilan peserta didik dalam
melakukan gerakan yang diajarkan.
FASE BELAJAR KETERAMPILAN MOTORIK OLAHRAGA TINGKAT KE DUA
a.       Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat kedua ini adalah
peningkatan penguasaan kemampuan koordinasi secara halus, yaitu kualitas gerakan yang
dilakukan sudah meningkat. Perkembangan proses belajar pada fase ini di tandai oleh beberapa
kemajuan dan diwarnai oleh beberapa permasalahan. kemajuan-kemajuan yang diproleh antara
lain dapat dilihat dari semakin meningkatnya kualitas gerakan.
-          Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat kedua
 Struktur dasar gerakan
 Irama gerakan
 Hubungan gerakan
 Luas gerakan
 Kelancaran gerakan
 Kecepatan gerakan
 Ketepatan dan kekonstanan gerakan
 Bayangan dan program gerakan
-          Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat kedua
Dalam belajar motorik ada lima indera penerima informasi antara lain :
1.                  Mata ( Visueller Analisator )
2.                  Kulit ( Taktiler Analisator )
3.                  Otot-otot ( Kinesthetischer Analisator )
4.                  Telinga ( Akusticher Analisator )
5.                  Alat keseimbangan yang terletak pada bagian dalam telinga ( Statico dynamisator )
Kelima indera penerima informasi tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu :
1.                  Alat penerima informasi dari luar
Yaitu informasi yang datang dari luar atau dari lingkungan si pelaku gerakan itu sendiri.
Diantaranya : mata, telinga dan kulit.
2.                  Alat penerima informasi dari bagian dalam
Yaitu informasi yang berasal dari dalam diri si pelaku gerakan itu sendiri tentang jalannya
gerakan baik yang sedang berlangsung. Diantaranya : otot-otot dan staticodynamisator.

Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat kedua dan implikasinya kedalam proses pembelajaran
Fase belajar tingkat kedua menuntut aktifitas belajar yang tinggi, untuk dapat melaksanakannya
dibutuhkan persiapan-persiapan yang tinggi dari peserta didik. kesiapan yang dimaksud antara
lain:
·                     Kesiapan dalam melakukan pengulangan-pengulangan latihan
·                     Kesiapan dalam menerima beban kerja fisik
·                     Kesiapan untuk berkonsentrasi penuh
·                     Serta kesiapan untuk turut aktif dalam proses berfikir
Jadi tugas utama dari guru pendidikan jasmani dalam hal ini adalah melakukan analisis
kesalahan-kasalahan gerakan yang terjadi pada setiap fase gerakan. sehingga peserta didik akan
selalu melakukan pengendalian dan pengaturan kembali penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi selama gerakan itu berlansung.
FASE BELAJAR KETERAMPILAN MOTORIK OLAHRAGA TINGKAT KETIGA
a. Ciri-ciri umum fase belajar motorik tingkat ketiga
Ciri-ciri umum fase belajar tingkat ketiga dapat digambarkan sebagai berikut:
Kemampuan prestasi seseorang yang berada pada fase belajar tingkat ketiga lebih stabil,dan
kestabilan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan konstan, walaupun dibawah situasi dan
kondisi tempat palaksanaan gerakan yang dipersulit.
Peningkatan yang terjadi dalam berbagai aspek antara lain :
 Perbaikan dalam mengantisipasi suatu situasi dan kondisi
 Perbaikan peran analisator kinentetik,sehingga dapat mengendalikan dan mengatur
impuls-impuls tenaga pada otot-otot yang bekerja sesuai dengan kebutuhan
 Perbaikan peran dan fungsi indra penerima informasi
 Perbaikan-perbaikan dalam pengolahan informasi yang diterima.
Ciri umum berikutnya pada fase belajar tingkat ketiga kestabilan prestasi atau untuk kerja,
individu yang berada pada fase ini mampu melakukan gerakan-gerakan yang sama secara
berulang-ulang, sedangkan kualitas gerakan yang ditampilkan pada setiap kali pengulangan
cukup konstan.
b. Ciri-ciri khusus fase belajar motorik tingkat ketiga
Terbentuknya kemampuan automatisasi
Bayangan dan konstruksi bayangan gerakan

-          Irama gerakan
Pada fase belajar tingkat ketiga ini pelaksanan gerakan terlihat semakin mulus dan lancar,
sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan cukup efesien dan efektif baik dalam hal pemakaian
ruangan, maupun waktu dan tenaga.
-          Kecepatan gerakan
Keistimewaan khusus yang dimiliki pada fese belajar tingkat ketiga adalah kemampuannya
untuk memanipulasi bentuk-bentuk gerakan. kemampuan untuk melakukan gerak tipu yang tepat
hanya dapat dilakukan oleh individu yang memiliki kemampuan antisipasi situasi dan kondisi
yang akurat.
Ciri-ciri kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat ketiga
Ciri-ciri khusus kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi individu yang berada pada
fase belajar tingkat ketiga adalah semakin meningkatnya peran dan fungsi analisator informasi
kinestetik(otot).
Ciri-ciri lain dari kemampuan penerimaan dan pengolahan informasi fase belajar tingkat
ketiga ditandai dengan semakin meningkatnya peran dan fungsi serta kepekaan alat-alat
analisator yang lain seperti: mata, kulit, telinga (staticodynamisator), maka individu yang berada
pada fase ini dapat menerima umpan balik secara lebih banyak dan rinci tentang jalannya suatu
gerakan baik yang sedang berlansung, maupun yang baru selesai dilaksanakan.
Ciri-ciri fase belajar motorik tingkat ketiga dan implikasinya kedalam proses
pembelajaran. Fase belajar tingkat ketiga merupakan suatu fase untuk menstabilkan kemampuan
koordinasi halus yang telah dikuasai.
Bentuk latihan lain yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk peserta didik
yang berada pada fase ini adalah latihan dalam bentuk mental-traning.
Latihan-latihan mental akan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan:
-          Kemampuan mengantisipasi perubahan situasi yang akan terjadi dan efek dari perubahan
tersebut
-          Kemampuan ketetapan gerakan
-          Kemampuan melaksanakan gerakan secara ekonomis, baik dari segi waktu, tenaga, maupun
ruangan yang dipakai
-          Kemampuam ketetapan pengambilan keputusan

 Struktur dasar gerakan


Kata struktur diartikan secara sederhana sebagai suatu susunan tertentu maka struktur garak
dapat diartikan sebagai strukur gerakan atau dapat diterjemahkan sebagai susunan dasar dari
suatu gerakan atau susunan yang selalu ada dalam pelaksanaan suatu gerakan.
 Irama gerakan
Irama gerak adalah ciri-ciri yang menggambarkan ketepatan antara pelaksanaan bagian-bagian
gerak dengan dimensi ruang dan waktu yang digunakan atau yang diperlukan pada setiap
gerakan.
Untuk mendapatkan kemampuan irama gerakan yang baik, pada dasarnya harus dilakukan
latihan-latihan secara berulang-ulang terhadap bentuk-bentuk gerakan yang sama
 Hubungan gerakan
Hubungan gerakan adalah: suatu proses transfer impuls tenaga dari suatu bagian tubuh yang lain
atau proses transfer impuls dari suatu alat gerak ke alat gerak lain. sehingga terjadi hubungan
gerakan.
Indikator yang dapat diamati dari hubungan gerakan yang tidak sempurna adalah :
·                     Terjadinya kelebihan gerakan yang tidak diperlukan yang mengakibatkan
terganggunya transfer impuls tenaga untuk gerakan
·                     Kelebihan gerakan tersebut diakibatkan oleh impuls tenaga yang diberikan terlalu
besar dari yang dibutuhkan.
·                     Luas gerakan
Luas gerakan adalah : luasnya ruangan atau lintasan yang terpakai dalam pelaksanaan suatu
gerakan.
Indikator-indikator yang dapat diamati untuk mengetahui kesalahan luas gerakan antara lain :
·                     Pemakaian luas gerakan untuk pelaksanaan suatu gerakan tidak stabil
·                     Frekwensi gerakan yang terlalu rendah dapat disebabkan karena ruangan yang
terpakai untuk pelaksanaan suatu gerakan terlalu luas, sehingga waktu yang dibutuhkan juga
berlebih dari yang semestinya
·                     Frekwensi gerakan yang terlalu tinggi misalnya dalam berlari atau berenang dapat
disebabkan oleh ruangan yang terpakai terlalu sempit
·                     Irama gerakan tidak konstan
Kelancaran gerakan
Penyebab kesalahan gerakan atau tidak lancarnya gerakan adalah : kemampuan kondisi
(kekuatan, kecepatan, dan daya tahan) dan kemampuan koordinasi yang masih kurang, serta
ketidak lengkapan, ketidak mengertian individu terhadap informasi tentang gerakan yang harus
dalaksanakan.
Kelancaran gerakan atau aliran gerakan adalah suatu ciri-ciri yang menggambarkan kontinuitas
dari jalannya suatu gerakan.
Untuk dapat melihat kelancaran gerakan, indikator yang dapat diamati adalah :
· Kontinuitas jalannya gerakan
· Kecepatan atau percepatan gerakan (terlalu cepat atau terlalu lambat)

 Kecepatan gerakan
Dalam pelaksanan suatu gerakan, kecepatan merupakan salah satu ciri-ciri koordinasi gerakan
yang perlu mendapatkan perhatian, hal ini disebabkan karena kecepatan sangat menentukan hasil
yang ingin dicapai.
Untuk dapat memanfaatkan kecepatan gerakan secara optimal memang sangat dipengaruhi oleh
beberapa aspek seperti : kemampuan mengantisipasi gerakan, kelancaran gerakan dan hubungan
gerakan.
 Ketepatan dan kekonstanan gerakan
Ketepatan dan kekonstanan gerakan sangat menentukan sekali terhadap hasil yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan gerakan.
Ketepatan gerakan dalam artian proses adalah : ketepatan jalannya suatu rangkaian gerakan baik
dilihat dari struktur dalam gerakan maupun dilihat dari sistematika gerakan.
Sedangkan ketetapan produk adalah : suatu hasil yang diperoleh dari aktivfitas atau gerakan.
KESIMPULAN

Koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian ( penyatuan ) tujuan dan


kegiatan perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien.
Koordinasi Gerak Adalah hubungan timbal balik antara pusat susunan gerakan dengan
alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta proses-proses
motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan.
Fase belajar motorik tingkat pertama adalah penguasaan kemampuan motorik dalam
bentuk kasar, seseorang yang berada pada fase ini hanya mampu melaksanakan gerakan-gerakan
yang dituntut bila situasi dan kondisi mendukung.
Fase belajar motorik tingkat kedua ini adalah peningkatan penguasaan kemampuan
koordinasi secara halus, yaitu kualitas gerakan yang dilakukan sudah meningkat.
Fase belajar motorik tingkat ketiga adalah Kemampuan prestasi seseorang yang berada
pada fase belajar tingkat ketiga lebih stabil, dan kestabilan prestasi tersebut dapat dilakukan
dengan konstan, walaupun dibawah situasi dan kondisi tempat palaksanaan gerakan yang
dipersulit.
BAB III
PENUTUP

Syukur Alhamdulillah  penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan


kekuatan dan nikmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat
dengan segala kemampuan yang ada pada saya dan dengan rasa tawakal kepada-Mu ya rabbi.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.
 Tiada lain selain untaian kata harapan, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat  bagi penyusun, pembaca, dan bagi instansi terkait.
Akhirnya penyusun hanya dapat mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama dosen mata kuliah Belajar Motorik Dasar yang telah memberikan arahan
dan bimbingan  sehingga sangat membantu dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Amiiiin ..
DAFTAR PUSTAKA

http://www.phatasstube.com/
http://ulya07.wordpress.com/tag/pengertian-koordinasi/
http://ulya07.wordpress.com/2010/03/09/fase-fase--koordinasi/
http://penaku76.blogspot.com/2012/03/koordinasi gerak.html
http://kopibangil.blogspot.com/2012/11/struktur-gerak-dasar.html
http://posyandu.org/sensomotorik/1314-koordinasi-gerak..html
http://rahmanariwinarko.blogspot.com/2011/01/fase-keterampilan-motorik.html
http://makalahpascasarjana.blogspot.com/2010/06/Struktur-dasar-motorik.dan.html

Anda mungkin juga menyukai