Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

APLIKASI INTEGRAL DALAM EKONOMI

DOSEN PEMBIMBING
Erni widiastuti, S.E, M.Si

DISUSUN OLEH
Geby Enjellina Putri
NIM : 202215017

UNIVERSITAS SURAKARTA
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2022/2023

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................5

A. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................................5

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................5

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH....................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................7

1. KOORDINASI MANAJEMEN..........................................................................................................7

1.1 Pengertian Koordinasi.........................................................................................................................7

1.2 Definisi Koordinasi..............................................................................................................................7

1.3 Ciri-Ciri Koordinasi.............................................................................................................................8

1.4 Kebutuhan Akan Koordinasi...............................................................................................................9

1.5 Tipe-Tipe Koordinasi..........................................................................................................................9

1.6 Sifat-Sifat Koordinasi.......................................................................................................................10

1.7 Syarat-Syarat Koordinasi..................................................................................................................10

1.8 Pedoman Koordinasi.........................................................................................................................11

1.9 Pendekatan-Pendekatan Untuk Pencapaian Koordinasi Yang Efektif.............................................11

1.10 Mekanisme-Mekanisme Pengkoordinasian Dasar............................................................................12

1.11 Penentuan Mekanisme Koordinasi Yang Tepat...............................................................................13

1.12 Masalah-Masalah Pencapaian Koordinasi Yang Efektif..................................................................13

2. RENTANG MANAJEMEN.............................................................................................................14

2.1 Pengertian Rentang Manajemen.......................................................................................................14

2.2 Penentuan Rentang Yang Tepat.......................................................................................................15

2
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Manajer Dalam Penentuan Rentang Manajemen................................15

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentang Manajemen................................................................16

2.5 Jumlah Rentang Yang Ideal...............................................................................................................17

2.6 Rentang Manajemen Lebar Versus Sempit.......................................................................................18

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................19

KESIMPULAN........................................................................................................................................19

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas bimbingan dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul ”Aplikasi Integral Dalam Ekonomi” disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Matematika Ekonomi.

Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah
yang bersangkutan yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
materi yang di bahas.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki, untuk
itu kami mengharapkan dukungan dari pembaca sekalian demi menyempurnakan
tugas makalah berikutnya. Terima kasih.

Suraka
rta, 24 oktober 2022

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telah kita ketahui bahwa aplikasi integral dalam ekonomi adalah penggunaan
perhitungan luas suatu daerah yang tidak beraturan. Hitung deferensial adalah kita
mencari laju perubahan suatu fungsi, sedangkan dalam hitung integral kita
mencari fungsi yang laju perubahannya. Proses seperti ini disebut integral atau
anti turunan (antiderivative).

Hal yang menarik adalah bahwasanya ada banyak masalah ekonomi yang ternyata
di dalam penyelesaiannya tersebut menggunakan cara-cara kalkulus. Banyak
diantara materi kalkulus yang diterapkan dalam bidang ekonomi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai


berikut

1. Apa itu fungsi ekonomi (primitive) dan fungsi turunannya dalam integral?

2. Apa itu konsumen surplus dan produsen surplus dalam integral?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Dalam penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang :

1. Fungsi ekoonomi (primitive) dan fungsi turunannya dalam aplikasi integral.

2. Konsumen surplus dan produsen surplus dalam aplikasi integral.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Aplikasi Integral

1.1 PENGERTIAN KOORDINASI

Koordinasi adalah proses mengintegrasikan tujuan dan kegiatan pada satuan-


satuan yang terpisah (departemen atau bidang fungsional) suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien.

- Menurut G.R. Terry, koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan

6
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan.

- Menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan


tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-
masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang
semestinya diantara para anggota itu sendiri.

- Menurut Mc. Farland, koordinasi adalah suatu proses dimana pimpinan


mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantara bawahannya dan
menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.

1.2 DEFINISI KOORDINASI

Handoko mendefinisikan koordinasi sebagai proses pengintegrasian tujuan-


tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau
bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien.

Menurut Handoko kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan


kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan
bermacam-macam satuan pelaksananya. Handoko juga menyebutkan bahwa
derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin
dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta
saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi
organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat bahwa koordinasi dan komunikasi
adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga
mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi.

1.3 CIRI-CIRI KOORDINASI

7
Menurut Handayaningrat koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh


karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan.

2. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan


pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.

3. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah


konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka
sejumlah individu yang bekerjasama, dimana dengan koordinasi menghasilkan
suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam
melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam
tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.

4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.
Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap
kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.

5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. Kesatuan dari usaha meminta


suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan
sebagai kelompok dimana mereka bekerja.

1.4 KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI

Menurut James D. Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan diantara


satuan-satuan organisasi :

1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)

Bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap
satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.

8
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence)

Dimana suatu satuan organisasi harus pekerjaannya terlebih dahulu sebelum


satuan lain dapat bekerja.

3. Saling ketergantungan timbale balik (reciprocal interdependence)

Merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.

1.5 TIPE-TIPE KOORDINASI

Menurut Hasibuan terdapat dua tipe koordinasi, yaitu :

1. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang


dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang
ada di bawah wewenang dan tanggungjawabnya.

2. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau


kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-
kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam
tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.

1.6 SIFAT-SIFAT KOORDINASI

Menurut Hasibuan terdapat tiga sifat koordinasi, yaitu :

1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang coordinator


(manajer) dalam rangka mencapai sasaran.

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

9
1.7 SYARAT-SYARAT KOORDINASI

Menurut Hasibuan terdapat empat syarat koordinasi, yaitu :

1. Sense of coorperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari


sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.

2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan


antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai
kemajuan.

3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling
menghargai.

4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikut sertakan atau dihargai,


umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

1.8 PEDOMAN KOORDINASI

1. Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna


menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang
telah ada dalam setiap bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari
orang-orang yang punya kebutuhan dan keinginan berbeda.

2. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan


yang saling mengisi dan member.

3. Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling


menyambung, selalu terjadi selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya
keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.

10
4. Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan
wujud saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling
tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.

1.9 PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK PENCAPAIAN


KOORDINASI YANG EFEKTIF

Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung


tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar
ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada
dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi.

Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif,


yaitu :

1. Teknik-teknik manajemen dasar

Dengan mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial,


rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan
dan prosedur-prosedur.

2. Meningkatkan koordinasi potensial

Menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling


tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi.

3. Mengurangi kebutuhan akan koordinasi

Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara


pengkoordinasian tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan
sumber daya-sumber daya untuk satuan-satuan organisasi atau pengelompokan
kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas dapat berdiri sendiri.

11
1.10 MEKANISME-MEKANISME PENGKOORDINASIAN DASAR

1. Hirarki manajerial

Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal, hubungan


tanggungjawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila
dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.

2. Aturan dan prosedur

Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-


kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk
koordinasi dan pengawasan rutin.

3. Rencana dan penetapan tujuan

Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarahan


seluruh satuan organisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila
aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang
dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan organisasi.

1.11 PENENTUAN MEKANISME KOORDINASI YANG TEPAT

Pertimbangan penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk


koordinasi adalah menyesuaikan kapasitas organisasi untuk koordinasi dengan
kebutuhan koordinasi. Bila kebutuhan lebih besar dari kemampuan, organisasi
harus menentukan pilihan : meningkatkan koordinasi potensial atau mengurangi
kebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar kemampuan pemrosesan informasi relative
terhadap kebutuhan secara ekonomis tidak efisien, karena untuk menciptakan dan
memelihara mekanisme-mekanisme tersebut adalah mahal. Kegagalan untuk

12
mencocokan kemampuan pemrosesan informasi dengan kebutuhan akan
menyebabkan penurunan prestasi.

1.12 MASALAH-MASALAH PENCAPAIAN KOORDINASI YANG


EFEKTIF

Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi


semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.

Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch mengungkapkan empat tipe perbedaan dalam
sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu :

1) Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari


departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang
bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian
penjualan menganggap bahwa diverifikasi produk harus lebih diutamakan
daripada kualitas produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai
faktor paling penting sukses organisasi.

2) Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih


memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam
periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih
terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.

3) Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi. Kegiatan produksi memerlukan


komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancer,
sedangkan bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan
setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang
lainnya.

13
4) Perbedaan dalam formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi
mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk
mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.

2. RENTANG MANAJEMEN

2.1 PENGERTIAN RENTANG MANAJEMEN

Rentang manajemen atau rentang kendali adalah kemampuan manajer untuk


melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar tergantung jumlah
bawahan yang melapor kepadanya. Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan
jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer.
Bawahan yang terlalu banyak kurang baik, demikian pula jumlah bawahan yang
terlalu sedikit juga kurang baik.

Istilah-istilah lain rentang manajemen, yaitu :

1. Span of control

2. Span of authority

3. Span of attention atau span of supervision

2.2 PENENTUAN RENTANG YANG TEPAT

Alasan mengapa penentuan rentang yang tepat sangat penting adalah :

1. Rentang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan


pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka. Jika terlalu banyak anak buah,
maka anak buah akan semakin kurang terkontrol dan kurang arahan. Kalau terlalu

14
sedikit, maka manajer yang kurang dimanfaatkan tenaganya dan para bawahan
terlalu diawasi.

2. Ada hubungan antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur


organisasi. Jika rentang terlalu sempit, yaitu anak buahnya sedikit, maka
organisasi jadi terlalu tinggi dan berjenjang sehingga efiktifitas manajer ditiap
tingkatan akan terpengaruh. Jika anak buah merasa frustasi dan ada kecurangan
maka dapat disimpulkan bahwa rentang organisasi terlalu lebar, jadi tak efisien
dan banyak tenaga yang tak termanfaatkan dengan baik.

2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJER DALAM


PENENTUAN RENTANG MANAJEMEN

Menurut Lockheed’s tujuh faktor yang mempengaruhi manajer dalam penentuan


rentang manajemen adalah :

1) Kesamaan fungsi diawasi : sejauh mana fungsi atau tugas bawahan yang
manajer bertanggungjawab adalah sama atau berbeda.

2) Kedekatan geografis fungsi diawasi : seberapa dekat terletak kepada


pengelola fungsi atau bawahan.

3) Kompleksitas fungsi diawasi : sifat fungsi atau tugas yang


bertanggungjawab manajer.

4) Arah dan kontrol yang diperlukan bawahan : derajat pengawasan yang


dibutuhkan bawahan.

5) Koordinasi yang diperlukan pengawas : sejauh manajer harus mencoba


untuk mengintegrasikan fungsi atau tugas dalam subunit atau di antara subunit
dan bagian lain dari organisasi.

6) Perencanaan yang diperlukan pengawas : sejauh mana manajer harus


meninjau program dan kegiatan subunitnya.

15
7) Bantuan pada atasan atas adanya organisasi : berapa banyak membantu
dalam hal asisten dan personil pendukung dapat diandalkan manajer.

Pertimbangan ekonomis sebagai hal terpenting dalam penentuan rentang


manajemen adalah :

- Semakin lebar rentang manajemen maka biaya untuk manajer menurun dan
biaya untuk aktivitas operasional meningkat dan sebaliknya.

- Semakin sempit rentang manajemen maka biaya untuk manajer meningkat


dan biaya untuk aktivitas operasional menurun.

2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENTANG


MANAJEMEN

Pada dasarnya faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :

1. Kesamaan fungsi-fungsi. Semakin sejenis fungsi-fungsi yang dilaksanakan


oleh kelompok kerja, rentangan semakin melebar.

2. Kedekatan geografis. Semakin dekat kelompok kerja ditempatkan, secara


fisik, rentang semakin melebar.

3. Tingkat pengawasan langsung yang dibutuhkan. Semakin sedikit


pengawasan langsung dibutuhkan, rentang semakin melebar.

4. Tingkat koordinasi pengawasan yang dibutuhkan. Semakin berkurang


koordinasi yang dibutuhkan, rentangan semakin melebar.

5. Perencanaan yang dibutuhkan manajer. Semakin sedikit perencanaan yang


dibutuhkan, rentangan semakin melebar.

6. Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas. Lebih banyak bantuan


yang diterima pengawas dalam fungsi-fungsi seperti penarikan, latihan, dan
pengawasan mutu, rentang semakin melebar.

16
Secara ringkas, tidak ada rumusan ajaib yang dapat menentukan ukuran rentang
manajemen yang tepat.

2.5 JUMLAH RENTANG YANG IDEAL

- Menurut Henri Fayol :

Jumlah maksimum bawahan yang dapat dikendalikan oleh setiap pengawas


produksi dalam organisasi adalah 20 sampai 30 karyawan, sedangkan setiap
kepala pengawas (super intendent) dapat mengawasi hanya 3 atau 4 pengawas
produksi.

- Menurut V.A. Gracinus

Dalam memilih suatu rentangan, manajer harus mempertimbangkan tidak hanya


hubungan satu dengan satu secara langsung dengan bawahan yang diawasi tetapi
juga hubungan mereka dengan bawahan dalam kelompok dua atau lebih. Jadi,
dengan tiga karyawan seorang manajer mempunyai hubungan dengan setiap
individu, dan dengan tiga kelompok yang berbeda, yaitu kombinasi dari setiap dua
karyawan, dan dengan kelompok yang terdiri dari ketiganya.

2.6 RENTANG MANAJEMEN LEBAR VERSUS SEMPIT

1. Rentang manajemen yang melebar

Alasan digunakan :

17
- Tingkatan hirarki yang semakin tinggi cenderung mengurangi kecepatan
waktu penyebaran informasi dari atas ke bawah.

- Lebih banyak jumlah tingkatan yang dilalui informasi, lebih besar


kemungkinan penyimpangan atau distorsi.

- Penambahan tingkatan manajemen memakan biaya, karena memerlukan


penambahan gaji materil.

- Penggunaan sumber daya manajer secara efisien.

2. Rentang manajemen yang menyempit

Alasan digunakan :

- Pada umumnya moral dan produktifitas karyawan akan meningkat dalam


organisasi-organisasi kecil daripada dalam organisasi-organisasi besar.

- Penggunaan rentang manajemen terlalu melebar berarti manajer tidak akan


dapat menjalankan fungsi-fungsi dengan efektif dan mencurahkan perhatiannya
kepada seluruh bawahan secara perseorangan.

- Koordinasi dan koperasi berkembang baik, karena setiap individu


mengelola fungsi sendiri dan dengan bantuan minimum dari atasan.

BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

18
Koordinasi sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasai ataupun
kelompok apapun, demi tercapainya segala tujuan yang hendak dicapai.
Komunikasi merupakan suatu kunci utama dalam tercapainya suatu koordinasi
yang efektif. Pada dasarnya koordinasi merupakan suatu pemrosesan informasi.
Di sini peranan menejer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya dalam
bidang pengontrolan, pengawasan dan evaluasi. Kedekatan hubungan dan
kelancaran informasi antara menejer dengan bawahan pun juga sangat perlu
diperhatikan agar dalam pelakasanaan tugas tidak terdapat kesalahan informasi
(miss comunications) ataupun tekanan dalam bekerja.

Selain koordinasi yang efektif dalam pencapain tujuan juga perlu diperhatikan
jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer atau
yang biasa disebut rentang manajemen. Memeng sulit untuk menentukan jumlah
yang ideal karena hal ini tergantung pada banyak variabel, seperti besarnya
organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan-kegiatan rutin, tingkat manajemen dan
sifat-sifat pekerjaan lainnya, namun setidaknya kita dapat menemukan rentang
yang optimal untuk situasi khusus melalui penentuan batasan rentangan bagi
organisasi pada umumnya.. Terlalu melebarnya rentang berarti manajer harus
mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak efisien.
Sebaliknya jika rentang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak
digunakan sepenuhnya.

Dapat disimpulkan bahwa Semakin besar jumlah rentang, semakin sulit untuk
mengoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara efektif.

19

Anda mungkin juga menyukai