PERCOBAAN V
UJI FITOKIMIA
OLEH :
NAMA : JIHANSYAH
NIM : A1L1 20 047
KELOMPOK : IV (A)
ASISTEN PEMBIMBING : ST. HAERANI, S.Si
sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Dalam proses
pembelajaran yang telah didesain. Salah satu materi pembelajaran yang dimulai
Materi kimia organik bahan alam mempelajari tentang zat-zat kimia yang
diperoleh dari alam, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan termasuk
organik terbesar dan terkompleks yang ada di dunia. Salah satu senyawa yang
mempertahankan diri terhadap lingkungan dan gangguan dari spesies lain. Selain
itu, metabolit sekunder merupakan komponen senyawa kimia aktif yang berasal
dari alam yang akan tersusun menjadi suatu kelompok besar berupa produk alami.
dengan cara uji fitokimia atau penapisan kimia. Seperti halnya yang dikemukakan
oleh Mandal (2015) bahwa untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada
suatu tumbuhan dapat diuji dengan uji fitokimia yang merupakan tahapan awal
tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung pada
tumbuhan.
Singkong dalam bahasa daerah ketela pohon, ubi kayu, [pohung, kasbi,
sepe, boled, budin (jawa)], sampeu (sunda), kaspe (papua), dan dalam bahasa
inggris disebut cassava. Tapioca plant adalah pohon tahunan daerah tropis dan
Kandungan kimia yang terdapat dalam singkong yaitu pada umbi singkong
memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan Karoten. Daun singkong memiliki
secara ilmiah kand\ungan senyawa kimia dari daun singkong yang dapat
memberikans pengaruh terhadap kesehatan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
ini yaitu :
Prinsip dasar pada percobaan ini didasarkan pada identifikasi warna yang
2.1 Fitokimia
secara alami terdapat pada tumbuhan yang memiliki dampak positif atau negatif
bagi kesehatan. Tanaman obat yang digunakan dalam berbagai penyakit adalah
reservoir bio terkaya dari berbagai fitokimia. Beberapa fitokimia pentinig antara
lain alkaloid, flavonoid, fenolat, tanin, saponin, steroid, glikosida, terpen dan lain
dari bahan tanaman dengan berbagai teknik ekstraksi. Metode konvensional yang
ekstraksi kontinu panas (ekstraksi soxhlet), dan lain lain. Berbagai jenis pelarut
yang digunakan pada uji fitokimia yaitu air, etanol, metanol, aseton, eter, benzena,
kloroform, dan lain lain digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstraksi fitokimia
dari bahan tanaman dipengaruhi oleh faktor pra-ekstraksi (bagian tanaman yang
digunakan, asal dan ukuran partikelnya, kadar air, metode pengeringan, tingkat
pemprosesan, dan lain lain. Dan faktor terkait ekstraksi (metode ekstraksi yang
diadopsi, pelarut yang dipilih)., rasio terhadap sampel, pH dan suhu pelarut, dan
komponen senyawa aktif yang terdapat pada sampel, yaitu mengenai struktur
kimianya, biosintesisnya, penyebarannya secara alamiah dan fungsi biologisnya,
tanaman. Letak geografis, suhu, iklim dan kesuburan tanah suatu wilayah sangat
yang digunakan dalam uji fitokimia dapat berupa daun, batang, buah, bunga dan
akarnya yang memiliki khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah
(Muthmainna, 2016).
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi secara umum merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari
menembus masuk atau terjadi difusi massa pelarut pada permukaan padatan inert
kedalam pori padatan (intraparticle difussion). Zat terlarut (solut) yang ada dalam
Campuran solut dalam pelarut berdifusi keluar dari permukaan padatan inert.
Selalnjutnya, zat terlarut (solut) keluar dari pori padatan inert dan bercampur
dengan pelarut yang ada pada luar permukaan (Prayudo dan Novian, 2018).
2.4 Maserasi
didasarkan pada perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda, biasanya yaitu air dan yang lainnya berupa pelarut organik. Ada
beberapa metode yang dapat dilakukan dalam ekstraksi, salah satu yang paling
umum dilakukan adalah metode maserasi. Maserasi merupakan salah satu metode
ekstraksi yang paling umum dilakukan dengan cara memasukkan serbuk tanaman
dan pelarut yang sesuai ke dalam suatu wadah inert yang ditutup rapat pada suhu
kamar. Akan tetapi, ada pula kerugian utama dari metode maserasi ini, yaitu
dapat memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
mungkin saja akan sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode
terutama untuk akarnya yang mengandung tepung. Selain umbi umbian, potensi
ekonomi yang sangat besar terletak pada daun singkong yang mengandung protein
ius untuk memulihkan protein (Carlasson & Hanczakowsi, 1989) protein yang
dihasilkan disebut konsentrat protein daun (LPC). Untuk mengekstrak protein dari
daun secara efisien, tanaman sel harus diganggu melalui pengepresan mekanis.
Oleh karena itu efisiensi pers ulir adalah salah satu faktor utama yang membatasi
dan produk molekul kecil metabolisme yang tidak penting untuk kelangsungan
selain nutrisi dasar seperti protein, lemak atau karbohidrat, tanaman dapat
menghasilkan senyawa lain termaksuf taksoid, polisakarida, flavon, dan lain lain.
dalam adaptasi terhadap kondisi cekaman biotik dan abiotik. Faktanya, metabolit
dan bahkan tanaman pesaing lainnya. Selain itu beberapa tanaman memanfaatkan
tertentu. Kelompok senyawa ini diproduksi dalam jumlah terbatas, tidak terus-
menerus dan hanya untuk tujuan spesifik. Adanya kemampuan tanaman untuk
terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur tumbuh dan untuk bersaing
dengan tanaman lain (alelopati). Metabolit sekunder juga diduga sebagai limbah
sekunder masih belum diketahui (Dewick, 2009; Kabera et al., 2014). Penelitian
terhadap metabolit sekunder masih merupakan salah satu area penelitian terbesar
dan fenolik (Faezah et al. 2013). Flavonoid dan fenolik merupakan salah satu
elektron pada molekul radikal bebas sehingga molekul tersebut menjadi stabil
(Hasim, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
dilaksanan pada hari Selasa, 17 Mei 2022 pada pukul 13.00 WITA - Selesai dan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, rak tabung,
gegep, corong pisah 250 mL, gelas kimia 600 mL, 200 mL dan 100 mL, pipet
ukur 25 mL, filler, hot plate, timbangan analitik, corong kaca, batang pengaduk,
3.2.2 Bahan
logam Magnesium (Mg), Asam Klorida (HCl) Pekat, Asam Sulfat (H 2SO4), Kertas
saring, dan Aluminium Foil dan pereaksi untuk uji fitokimia (pereaksi Meyer,
larutan Feri Klorida (FeCl3), dan Gelatin (C102H151N31) 10 %) serta sampel yaitu
Daun singkong.
3.3 Prosedur Kerja
yang sudah menguning dari pohonnya. Tujuan diambil daun yang sudah
terlalu lama. Setelah itu, daun ubi kayu yang sudah diambil dipotong-potong kecil
terlebih dahulu lalu di simpan dan dikeringkan di dalam ruangan (dalam suhu
dengan cara diblender sampai benar-benar hancur. Dan sampel daun ubi kayu siap
amati perubahan warna yang terjadi, apabila berwarna merah/ merah muda/ ungu
NaOH 5%, lalu dikocok. Dan amati perubahan warna yang terjadi, apabila
adanya flavonoid.
Dan diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk endapan putih menunjukan
adanya tanin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
6. Uji Tanin :
2 mL ekstrak daun
singkong + 5 tetes Positif
FeCl3 Hijau daun Hitam
2 mL ekstrak daun
singkong + 5 tetes Hijau Daun Hijau Daun
gelatin 10%
(Endapan Putih)
4.2.1 Uji Steroid danTriterpenoid
+ H2SO4 Senyawakompleksberwarna
Biru Coklat
Senyawadalamsampel pereaksi L-B (steroid) (Triterpenoid)
+ Fe3+ + Fe(OH)3
Warnahitam
4.2 Pembahasan
senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman. Untuk melakukan uji fitokimia
pemisahan kimia, yaitu metode ekstraksi dengan cara teknik maserasi. Menurut
Badarin (2020) ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan suatu zat yang
didasarkan pada perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda, biasanya yaitu air dan yang lainnya berupa pelarut organik. Ada
beberapa metode yang dapat dilakukan dalam ekstraksi, salah satu yang paling
umum dilakukan adalah metode maserasi. Maserasi merupakan salah satu metode
ekstraksi yang paling umum dilakukan dengan cara memasukkan serbuk tanaman
dan pelarut yang sesuai ke dalam suatu wadah inert yang ditutup rapat pada suhu
kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat juga menghindari resiko
Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu tanaman daun singkong
105 negara terutama untuk akarnya yang mengandung tepung. Selain umbi
umbian, potensi ekonomi yang sangat besar terletak pada daun singkong yang
vitamin.
Pada percobaan ini hal yang pertama dilakukan adalah Hal yang pertama
dilakukan adalah memetik/mengambil daun ubi kayu yang sudah menguning dari
pohonnya. Tujuan diambil daun yang sudah menguning/tua yaitu agar proses
pengeringan tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Setelah itu, daun ubi
kayu yang sudah diambil dipotong-potong kecil terlebih dahulu lalu di simpan dan
hancur. Dan sampel daun ubi kayu siap untuk digunakan sebagai bahan
praktikum.
Setelah itu dilakukan pengujian pertama yaitu uji senyawa saponin yaitu
tabung reaksi dan dipanaskan selama 5 menit, kemudian disaring, setelah itu
kemudian dikocok. Dan menunjukkan larutan tampak berwarna kuning dan tidak
terdapat busa, hal ini menunjukkan tidak adanya senyawa saponin dalam
dikocok dan tampak larutan berwarnan hitam yang menunjukkan larutan tersebut
Selanjutnya pada pengujian keempat yaitu uji senyawa tanin yaitu pada
ditambahkan 5 tetes FeCl3, lalu dikocok dan terjadi perubahan warna hitam yang
gelatin 10%, lalu dikocok dan tampak terlihat endapan putih pada larutan yang
berdasarkan prosedur kerja yang dilakukan tampak tidak ada senyawa tersebut
pada ekstrak daun singkong. Dan terkhusus pada uji alkoloid terjadi kesalahan
dalam percobaan, yaitu dalam suatu tabung larutan reaksi mayer dicampurkan
dengan pereaksi fitokimia daun singkong dalam percobaan ini menunjukkan
pada percobaan ini hanya senyawa triterpenoid dan tanin saja yang dapat
diidentifikasi hal ini disebabkan ekstrak yang dikeluarkan oleh daun singkong
tidak maksimal karena masih ada senyawa senyawa dragendrof dalam tabung
reaksi, seharusnya tidak. Sehingga tidak dapat dilakukan uji senyawa alkoloid.
Hasil uji lainnya yang tidak terekstrak, olehnya itu dalam prosees ekstraksi
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
berikutnya bisa melakukan uji fitokimia terhadap tumbuhan pada bagian batang
pemahaman praktikkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badaring, D. R., Sari, S. P. M., Nurhabiba, S., Wulan, W., & Lembang, S. A. R.
(2020). Uji Ekstrak Daun Maja (Aegle marmelos L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Indonesian Journal of Fundamental Sciences, 6(1), 16-26.
Hasim, H., Falah, S., & Dewi, L. K. (2016). Effect of boiled cassava leaves
(Manihot esculenta Crantz) on total phenolic, flavonoid and its
antioxidant activity. Current Biochemistry, 3(3), 116-127. Hasim, H.,
Falah, S., & Dewi, L. K. (2016). Effect of boiled cassava leaves (Manihot
esculenta Crantz) on total phenolic, flavonoid and its antioxidant
activity. Current Biochemistry, 3(3), 116-127.
Latif, S., & Müller, J. (2015). Potential of cassava leaves in human nutrition: a
review. Trends in Food Science & Technology, 44(2), 147-158.
Pagare, S., Bhatia, M., Tripathi, N., Pagare, S., & Bansal, Y. K. (2015).
Secondary metabolites of plants and their role: Overview. Current
Trends in Biotechnology and Pharmacy, 9(3), 293-304
Prayudo, A. N., & Novian, O. (2018). Koefisien transfer massa kurkumin dari
temulawak. Widya Teknik, 14(1), 26-31.
Diagram Alir
1. Uji Saponin
2 mL ekstrak sampel
- Dimasukkan kedalam tabung rekasi
- Ditambahkan 2 mL aquades
- Dikocok kuat-kuat
- Diamati perubahan yang terjadi
Hasil pengamatan
2. Uji Flavonoid
2 mL ekstrak sampel
Hasil pengamatan
2 mL ekstraksampel
Hasil pengamatan
4. Uji Tannin
2 mL ekstrak sampel
Hasil pengamatan
5. Uji Kuinon
2 mL ekstrak sampel
Hasil pengamatan
2 mL ekstrak sampel
Hasil pengamatan