Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Disparitas Regional”
“ untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah Ekonomi Regional”

Oleh Kelompok 8
1. Sri Wahyuni :3219212
2. Irayani :3219231
3. Sri Wahyuni :3219217

Dosen Pengampu
FEBBY IFRAYUNITA, S, Sy., ME

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
TP.2022
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan sebaik
mungkin.  Makalah yang berjudul “disparitas regional” ini kami tulis untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Regional.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami mendapat banyak dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
serta ucapan terima kasih kami terkhusus kepada FEBBY IFRAYUNITA,
S,Sy,ME selaku dosen pengampu mata kuliah ekonomi regional yang
memberikan kami amanah untuk menyelesaikan makalah ini dan membimbing
kami dalam membuat makalah ini.
            Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya kepada kami, selaku penulis.

Bukittinggi, 7 mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Masalah.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Disparitas Pertumbuhan Regional...........................................................3
B. Faktor-Faktor Penyebab Disparitas.........................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................20
A. Kesimpulan............................................................................................20
B. Saran......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses
pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah
tersebut yang paling besar adalah masalah ketimpangan pembangunan
ekonomi dan kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Ketimpangan
pembangunan antar daerah dengan pusat dan antar daerah satu dengan daerah
lain merupakan suatu hal yang wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber
daya dan awal pelaksanaan pembangunan antar daerah.
Indicator yag digunakan untk menganalisis development gap antar
wilayah, diantaranya: produk domestic regional bruto (PDRB), konsumsi
rumah tangga, kontribusi sektoral terhadap PDRB, tingkat kemiskinan dan
struktur fiscal.
Factor-faktor penyebab ketimpangan pembangunan ekonomi adalah:
konsetrasi kegiatan ekonomi wilayah, alokasi investasi, tingkat mobilisasi
factor produksi yang rendah antar daerah, perbedaan sumber daya alam antar
wilayah, perbedaan kondisi demografis antar wilayah, kurang lancarnya
perdagangan antar wilayah.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian disparitas regional?
2. Bagimana factor-faktor penyebab disparitas regional?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui apa itu disparitas regional
2. Untuk mengetahui factor-faktor penyebab disparitas regional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian disparitas regional
Disparitas regional adalah fenomena pembangunan dimana terjadi
kesenjangan antar wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Sehingga yang
terlihat adalah ada wilayah-wilayah yang cenderung maju da nada wilayah-
wilayah yang relative terbelakang. Menurut rustiadi, disparitas wilayah
merupakan masalah umum pembangunan wilayah di semua Negara tanpa
memandang tingkat pembangunannya. Masalah yang timbul adalah pembangunan
antar wilayah yang tidak merata satu sama lainnya. Pada banyak Negara
fenomena ini melahirkan masalah-masalah social, ekonomi, dan politik. Disparitas
antar wilayah menghasilkan struktur hubungan antar wilayah yang paling
memperlemah. Wilayah hinterland menjadi lemah karena pengurasan sumber
daya yang berlebihan (backwash effect) yang mengakibatkan wilayah pusat
pertumbuhan menjadi wilayah yang lebih kuat. Secara makro dapat dilihat
disparitas pembangunan antar wilayah Indonesia barat dan Indonesia timur, antara
wilayah pulau jawa dan luar pulau jawa. Wilayah Indonesia bagian barat ataupun
terkhusus di pulau jawa cenderung lebih maju dibandingkan Indonesia timur.
Teori Neo-Klasik 
  Secara teoritis permasalahan ketimpangan pembangunan antar daerah
mula- mula dimunculkan oleh Douglas C North dalam analisanya tentang Teori
Pertumbuhan Neo-Klasik. Dalam teori tersebut dimunculkan sebuah prediksi
tentang hubungan antar tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu Negara
dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hipotesa ini kemudian lazim
dikenal sebagai Hipotesa Neo-Klasik yang menarik perhatian para ekonom dan
perencana pembangunan daerah.
Menurut Hipotesa Neo-Klasik pada permulaan proses pembangunan suatu
negara, ketimpangan pembangunan antar daerah cenderung meningkat. Proses ini
akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu, bila
proses pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur -angsur ketimpangan
pembangunan antar daerah tersebut akan menurun. Berdasarkan hipotesa ini,
dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa pada Negara- negara sedang
berkembang umumnya ketimpangan pembangunan antar daerah cenderung lebih
tinggi, sedangkan pada negara maju ketimpangan tersebut akan menjadi lebih
rendah.
Kesempatan dan peluang pembangunan yang ada umumnya dimanfaatkan
oleh daerah- daerah yang kondisi pembangunan sudah lebih baik. Sedangkan
daerah-daerah yang masih sangat terbelakang tidak mampu memanfaatkan
peluang ini karena keterbatasan prasarana dan sarana serta rendahnya kualitas
sumberdaya manusia. Hambatan ini tidak saja disebabkan oleh factor ekonomi,
tetapi juga oleh factor social-budaya sehingga akibatnya ketimpangan
pembangunan antar wilayah cenderung lebih cepat di daerah dengan kondisinya
lebih baik, sedangkan daerah yang terbelakang tidak banyak mengalami
kemajuan.
Keadaan yang berbeda terjadi di Negara yang sudah maju dimana kondisi
daerahnya ummnya telah dalam kondisi yang lebih baik dari segi prasarana dan
sarana serta kualitas sumberdaya manusia. Disamping itu, hambatan-hambatan
social dan budaya dalam proses pembangunan hampir tidak ada sama sekali.
Dalam kondisi yang demikian, setiap kesempatan peluang pembangunan dapat
dimanfaatkan secara lebih merata antar daerah. Akibatnya, proses pembangunan
pada Negara maju akan cenderung mengurangi ketimpangan pembangunan antar
daerah.
Kebenaran hipotesa neo-klasik ini kemudian diuji kebenarannya oleh
jefrey G. Williamson pada tahun 1996 melalui suatu studi tentang ketimpangan
pembangunan antar daerah pada Negara maju dan Negara sedang berkembang
dengan menggunakan data time series dan cross section. Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa hipotesa Neo-klasik yang diformulasikan secara teoritis
ternyata terbukti benar secara empiric. Ini berarti bahwa proses pembangunan
suatu Negara tidak otomatis dapat menurunkan ketimpangan pembangunan antar
daerah, tetapi pada tahap permulaannya justru terjadi hal sebaliknya.
B. Faktor – Faktor Penyebab Disparitas
1. Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam
Penyebab pertama yang mendorong timbulnya ketimpangan ekonomi
antar daerah adalah adanya perbedaan yang sangat besar dalam kandunngan
sumber daya alam pada masing-masing daerah. Sebagaimana diketahui bahwa
perbedaan kandungan sumber daya alam di Indonesia ternyata cukup besar. Ada
daerah yang mempunyai minyak dan gas alam, tetapi daerah lain tidak
mempunyai.1 Ada daerah mempunyai deposit batu bara cukup besar, tetapi daerah
lain tidak ada. Demikian pula halnya dengan tingkat kesuburan lahan pada lokasi
tertentu yang juga ternyata sangat bervariasi sehingga sangat mempengaruhi
upaya untuk mendorong pembangunan pertanian pada masing-masing daerah.
Perbedaan kandungan sumber daya alam ini jelas akan mempengaruhi
kegiatan produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber
daya alam cukup banyak akan dapat memproduksi barang dan jasa tertentu
dengan biaya relative murah dibandingkan degan daerah lain yang mempunyai
kandungan sumber daya alam lebih sedikit. Kondisi ini mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah lain yang
mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil hanya akan dapat
memproduksi barang dan jasa dengan biaya produksi lebih tinggi sehingga daya
saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut selanjutnya menyebabkan pula daerah
bersangkutan cenderung mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
Dengan demikian, terlihat bahwa perbedaan kandungan sumber daya alam ini
dapat mendorong terjadinya ketimpangan ekonomi antar daerah yang lebihh
tinggi pada suatu Negara.
2. Perbedaan Kondisi Demografis
Factor utama lainnya yang juga dapat mendorong terjadinya ketimpangan
ekonomi antar daerah adalah terdapat perbedaan kondisi demografis yang cukup
besar antar daerah. Kondisi demografis yang dimaksudkan disini meliputi
perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat

1
Sjafrizal, Analisis Ekonomi Regional Dan Penerapannya DI Indonesia (Depok :
Rajawali : 2018) hal. 136
pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan
dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiiki masyarakat daerah
bersangkutan.2
Kondisi demografis ini kemudian akan dapat pula mempengaruhi
ketimpangan ekonomi antardaerah karena hal ini akan berpengaruh terhadap
produktivitas kerja masyarakat pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kondisi
demografis yang baik akan cederung mempunyai tingkat produktivitas kerja yang
lebih tinggi. Kondisi ini selanjutnya akan mendorong pula peningkatan investasi
ke daerah bersangkutan sehingga akan cenderung pula meningkatkan penyediaan
lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Sebaliknya, bila
pada suatu daerah tertentu kondisi demografisnya kurang baik maka hal ini akan
menyebabkan relative rendahnya tingkat produktivitas kerja masyarakat setempat
yang cenderung menimbulkan kondisi yang kurang menarik bagi para penanam
modal (investor) sehingga pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan akan
cenderung menjadi lebih rendah.
3. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa antar daerah dapat pula
mendorong terjadinya peningkatan ketimpangan ekonomi antardaerah. Mobilitas
barang dan jasa ini meliputi kegiatan perdagangan antardaerah dan migrasi, baik
yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Alasannya
adalah karena bila mobilitas tersebutt kurang lancer maka kelebihan produksi
suatu daerah tidak dapat dijual ke daerah lain yang membutuhkan. Demikian pula
halnya dengan migrasi yang kurang lancer menyebabkan kelebihan tenaga kerja
suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat
membutuhkannya.3
Akibatnya, ketimpangan ekonomi antardaerah akan cenderung lebih tinggi
karena kelebihan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang

2
Sjafrizal, Analisis Ekonomi Regional Dan Penerapannya DI Indonesia (Depok :
Rajawali : 2018) hal. 137

3
Sjafrizal, Analisis Ekonomi Regional Dan Penerapannya DI Indonesia (Depok :
Rajawali : 2018) hal. 137
membutuhkan sehingga daerah terbelakang sulit mendorong kegiatan
ekonominya. Karena iitu, tidaklah mengherankan bilamana ketimpangan ekonomi
antardaerah akan cenderung relatif tinggi pada Negara sedang berkembang di
mana mobilitas barang dan jasa kurang lancar karena terbatasnya fasilitas
transportasi dan komunikasi dan masih terdapatnya beberapa daerah yang
terisolir.
4. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Daerah
Terjadinya konsentrasi kegiatan yang cukup tinggi pada daerah tertentu
jelas akan mempengaruhi ketimpangan ekonomi antardaerah. Pertumbuhan
ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat pada daerah di mana terdapat
konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut selanjutnya
akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan
lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat. Demikian pula sebaliknya,
bilamana konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu daerah relative rendah yang
selanjutnya juga mendorong terjadi pengangguran dan rendahnya tingkat
pendapatan masyarakat setempat.
Konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
hal, pertama, karena terdapatnya sumber daya alam yang lebih banyak pada
daerah tertentu, missal terdapatnya minyak bumi, gas, batu bara, dan bahan
mineral lainnya. Disamping itu, terdapatnya lahan yang subur juga turut
memengaruhi kegiatan ekonomi, khususnya menyangkut dengan kegiatan
pertanian. Kedua, lebih meratanya fasilitas transportasi, baik darat, laut, dan udara
juga ikut memengaruhi konsentrasi kegiatan ekonomi akan cenderung
terkonsentrasi dimana sumber daya manusia tersedia dalam jumlah cukup dan
dengan kualitas yang lebih baik.4
5. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar
daerah. Ekonomi dari daerah dengan konsentrasi tinggi cenderung tumbuh pesat
4
Sjafrizal, Analisis Ekonomi Regional Dan Penerapannya DI Indonesia (Depok :
Rajawali : 2018) hal. 138
dibandingkan, sedangkan daerah yang tingkat konsentrasi ekonomi rendah
cenderung mempunyai tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
lebih rendah. Seperti ketimpangan pembangunan sektor industri manufaktur atau
tingkat industrialisasi antar propinsi (wilayah) sebagai salah satu faktor penyebab
terjadinya ketimpangan ekonomi antar wilayah. Industri manufaktur merupakan
sektor ekonomi yang secara potensial sangat produktif dilihat dari sumbangan
terhadap pembentukan PDB atau PDRB. Contohnya industri manufaktur Jawa dan
luar Jawa. 5
Karena di luar Jawa terdapat keterbatasan :
a. Pasar lokal kecil
b. Infrastruktur terbatas
c. Kurang Sumber Daya Manusia
6. Alokasi Investasi
Berdasarkan teori Pertumbuhan Ekonomi dari Harrod Domar
menerangkan bahwa adanya korelasi positip antara tingkat investasi dan laju
pertumbuhan ekonomi. Artinya rendahnya investasi disuatu wilayah membuat
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per kapita di wilayah
tersebut rendah karena tidak ada kegiatan kegiatan ekonomi yang produktif.
7. Kurang Lancarnya Perdagangan antar Wilayah
Kurang lancarnya perdagangan antar daerah (intra-trade) merupakan unsur
menciptakan ketimpangan ekonomi regional. Tidak lancarnya Intra-trade
disebabkan : Keterbatasan transportasi dan komunikasi. Tidak lancarnya arus
barang dan jasa antar daerah mempengaruhi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah melalui sisi permintaan dan sisi penawaran.
Sisi permintaan : kelangkaan akan barang dan jasa untuk konsumen
mempengaruhi permintaan pasar terhadap kegiatan ekonomi lokal yang sifatnya
komplementer dengan barang jasa tersebut. Sisi penawaran: sulitnya mendapat
barang modal, input antara, bahan baku atau material lain yang dapat

5
Emilia,Imelia, Modul Ekonomi Regional, 2016. hal 46
menyebabkan kegiatan ekonomi suatu wilayah akan lumpuh dan tidak beroperasi
optimal.6

6
Emilia,Imelia, Modul Ekonomi Regional, 2016. hal 48

Anda mungkin juga menyukai