Anda di halaman 1dari 5

LAMPIRAN MATERI

HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah dan dalam keadaan istirahat yang disebabkan oleh satu atau
beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Kamarullah, Baidhawi, dkk., 2017).

2. Klasifikasi
American Heart Association (2014) menggolongkan hasil pengukuran
tekanan darah menjadi:
Kategori Tekanan Darah BerdasarkanAmerican Heart Association
Kategori tekanan Sistolik Diastolik
darah
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Hipertensi stage 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaangawat)
3. Penyebab Hipertensi
a. Hipertensi Primer
- Faktor genetic
- Stress dan psikologis
- Diet (penggunaan garam dan kurangnya asupan kalium atau kalsium)
b. Hipertensi Sekunder
- Kelainan ginjal, spt tumor, diabetes
- kelainan adrenal
- kelainan aorta
- kelainan endokrin, spt obesitas, resistensi urin, hipertiroidisme
- pemakaian obat-obatan spt kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

4. Gejala Hipertensi
Menurut Corwin (2000), hipertensi memiliki gejala seperti:
a. Nyeri kepala saat terjaga
b. Mual dan muntah
c. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
d. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
e. Nokturia, karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
f. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler

5. Komplikasi
a. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung
akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mapu
lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan diparu maupun jaringan
tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau oedema. Kondisi ini
disebut gagal jantung (Nuraini, Bianti, 2015).
b. Mata
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi
tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat
ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah
yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata
akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina (Nuraini, Bianti,
2015).
c. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan
glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan
protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat
dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama
terjadi pada hipertensi kronik (Nuraini, Bianti, 2015).
d. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang
meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan
berkurang.
Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Ensefalopati juga
dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan
onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan masuk ke dalam
ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut
menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan
kematian (Nuraini, Bianti, 2015).

6. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
- Mempertahankan berat badan ideal
- Kurangi asupan natrium
- Batasi konsumsi alcohol
- Konsumsi Kalium dan Kalsium yang cukup
- Penurunan stress
- Terapi pijat
b. Farmakologi
- Diuretik - Penghambat simpatetik
- Betablocker - Vasodilator
7. Terapi Komplementer
Penelitian Anwar 2014 menunjukan bahwa ada hubungan antara konsumsi
buah, sayur serta susu dengan penurunan tekanan darah tinggi. Kalsium adalah
salah satu komponen utama gizi dalam produk susu. Diit dalam kalsium dapat
menurunkan aktivitas renin-angiostensin, meningkatkan keseimbangan natrium
kalium, dan menghambat konstriksi vaskular sel otot polos. Asupan tinggi
kalsium memfasilitasi peningkatan sensitivitas insulin yang berkontribusi
terhadap pengurangan tekanan darah. Kalsium mempunyai pengaruh terhadap
penurunan tekanan darah sistolik (0,8 mmHg) tetapi tidak berpengaruh pada
tekanan darah diastolic. Buah dan sayur merupakan bahan pangan yang kaya
akan kalium dan kalsium. Adanya kalium dan kalsium dalam darah akan
memberikan efek penurunan kadar natrium dalam darah. Kalium memberikan
keseimbangan osmotic dan keseimbangan asam basa cairan tubuh. Kalium
memiliki kemampuan untuk memperkuat dinding pembuluh darah sehingga
tetap elastis.
Diet rendah kalsium dapat meningkatkan risiko tingginya tekanan darah,
hal ini dikarenakan diet rendah kalsium meningkatkan efek diet tinggi NaCl
terhadap tekanan darah. Sebaliknya, diet tinggi kalsium dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah melalui efek diuretic, efek stabilitas membrane, efek
terhadap tonus simpatis dan vasodilator.
Suplemen potassium 2-4 gram (sekitar 1 sdt) perhari dapat membantu
penurunan tekanan darah, potassium umumnya banyak didapat pada beberapa
buah-buahan dan sayuran misalnya pada kentang, ubi jalar, kacang panjang,
bayam, tomat, jeruk, pisang dan alpukat. Konsumsi kalium dalam jumlah yang
tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi. Asupankalium yang
meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic. Secara alami,
banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio lebih
tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik
apabila proses pengolahan yang banyak menambahkan garam didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kamarullah, Badhawi. 2017. Analisis Hubungan Antara Aktivitas Fisik,


Obesitas, dan Perilaku dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Labuhan
Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Jurnal Pascasarjana
Universitas Sam Ratulangi. 2(4): 34.
Wijaya, A.S. dan Yessie M.P. 2017. Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Nuraini,Bianti. 2015. Risk Factors of Hypertension. Jurnal J Majority. 4(5): 13.
Anwar, R. (2014). Konsumsi Buah dan Sayur Serta Konsumsi Susu Sebagai
Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi Di Puskesmas S. Parman Kota
Banjarmasin. Jurnal Skala Kesehatan. Vol.5, No.1.

Anda mungkin juga menyukai